1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah wisata Kampung Nipah, desa Sei Naga Lawan secara administrasi terletak di Kecamatan Perbaungan, kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi
Sumatera Utara, dan secara geografis berada pada 3°35’56,4” LU dan
99°56’19,032” BT. Daerah ini dulunya adalah daerah yang banyak ditumbuhi
tanaman mangrove, sebelum beberapa masyarakat setempat mengkonversinya menjadi lahan tambak. Memanfaatkan pemandangan pantai yang indah, masyarakat setempat mengelola daerah tersebut untuk mengembalikan hutan mangrove kembali dengan menjadikan daerah tersebut menjadi daerah wisata bernuansa mangrove. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi ekologi mangrove untuk mengetahui kesinambungan upaya rehabilitasi hutan mangrove di Kampung Nipah.
Untuk memperbaiki pertumbuhan mangrove disuatu daerah, perlu adanya upaya pengembalian unsur hara yang hilang didalam tanah. Unsur hara sebagian besar merupakan hasil dekomposisi dari mahluk hidup, yang terurai di dalam tanah dan menjadi unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan. Untuk itu perlu diketahui bagaimana dinamika proses dekomposisi agar didapat data laju pelepasan unsur hara di daerah hutan mangrove Kampung Nipah.
Bruguiera gymnorrhiza memliki peran yang penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem hutan mangrove. Tanaman ini merupakan tanaman yang tidak sulit untuk dijumpai dikawasan hutan mangrove. Tanaman ini mampu tumbuh pada ketinggian 0-50 meter diatas permukaan laut, tipe iklim A, B, C
2
dengan tekstur tanah ringan dan tumbuh subur di daerah bagian tengah hingga bagian dalam hutan mangrove (Noor, dkk,. 2006).
Dekomposisi serasah merupakan proses yang sangat penting dalam dinamika hara pada suatu ekosistem (Regina dan Tarazona, 2001). Proses tersebut sangat vital untuk keberlanjutan status hara pada tanaman hutan (Guo dan Sims, 1999) dan kecepatan dekomposisinya bervariasi untuk spesies tanaman yang berbeda (Kochy, 1997 diacu oleh Sulistiyanto, 2005).
Ekosistem mangrove mempunyai berbagai fungsi penting, diantaranya sebagai system penyangga kehidupan, sumber pangan, pelindung pesisir, menjaga kekayaan keanekaragaman hayati, berkontribusi sebagai pengendali iklim global melalui penyerapan karbon. Menyadari peran ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem lahan basah penting, maka pengelolaan ekosistem mangrove perlu dilakukan secara tepat dan terpadu.
Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. Musibah gempa dan ombak besar tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias akhir tahun 2004 yang lalu telah mengingatkan kembali betapa pentingnya mangrove dan hutan pantai bagi perlindungan pantai. Berdasar karakteristik wilayahnya, pantai di sekitar kota Padang pun masih merupakan alur yang sama sebagai alur rawan gempa tsunami.
3
Hutan mangrove terdapat di sepanjang garis pantai di kawasan tropis, dan menjadi pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi perikanan dan siklus unsur hara. Namun luas hutan mangrove telah mengalami penurunan sampai 30 – 50% dalam setengah abad terakhir ini karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak dan penebangan yang berlebihan.1-4 Besarnya emisi karbon akibat hilangnya mangrove masih belum diketahui dengan jelas, sebagian karena kurangnya data berskala besar tentang jumlah karbon yang tersimpan dalam ekosistem ini, khususnya di bawah permukaan (CIFOR, 2012).
Salah satu akibat kelebihan jumlah karbon di atmosfer adalah terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer, sehingga memicu terjadinya perubahan iklim global. Terjadinya peningkatan unsur karbon dalam bentuk gas-gas asam arang (CO2), gas buang knalpot (CO), metana (CH4) serta
gas rumah kaca dalam jumlah yang mengkhawatirkan telah memicu pemanasan global (Purnobasuki, 2012).
Tujuan
1. Mengukur laju dekomposisi serasah daun B.gymnorrhiza pada berbagai tingkat salinitas.
2. Mendeteksi kandungan unsur hara C, N, dan P serasah B.gymnorrhiza yang dilepas selama proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas.
Manfaat Penelitian
1. Untuk menentukan zona tingkat kesuburan nutrisi pada suatu tipe hutan mangrove tertentu.
2. Sebagai salah satu masukan bagi praktek pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan.