• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri dan Jamur Pengkontaminasi Beberapa Kultur Jaringan dan Ruangan Kultur Departemen Biologi FMIPA USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan Karakterisasi Bakteri dan Jamur Pengkontaminasi Beberapa Kultur Jaringan dan Ruangan Kultur Departemen Biologi FMIPA USU"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penelitianrentan terkontaminasidi Laboratorium Kultur Jaringan Departemen

Biologi FMIPA USU.Kontaminasi merupakan masalah besar yang sering

dihadapi oleh mahasiswa dan dosen yang sedang melakukan penelitian. Hal ini

diduga karena udara yang kurang aseptis. Penelitian kultur banyak terkontaminasi

dengan mikroorganisme sehingga kultur yangditanam tidak tumbuh dengan baik.

Kontaminasi dapat dihilangkan dengan proses sterilisasi yang baik pada bahan

eksplan dan kondisi ruangan. Sterilisasi ruangan adalah salah satu penentu

keberhasilan penelitian kultur. Salah satunya dengan cara fumigasi. Fumigasi

dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai senyawa kimia fumigan dengan

dosis dan paparan waktu yang berbeda. Fumigasi dengan menggunakan formalin

4% diharapkan bisa meminimalisir jumlah mikroorganisme pengkontaminasi

kultur di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Biologi Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Mikroorganisme(jamurdan bakteri) dapat mengkontaminasi kultur di

laboratorium.Desinfeksi merupakan salahsatu cara menghilangkan kontaminan

seperti virus, jamur dan bakteri.Tingkat kontaminasi lebih dominan disebabkan

oleh jamur (70%) dibandingkan oleh bakteri (30%). Hal ini disebabkan media

yang digunakan untuk proses pertumbuhan kultur memiliki pH 5,6-5,8 yang

sangat optimum terhadap pertumbuhan jamur. Leifert & Cassels (2001)

melaporkan beberapa mikroorganisme pengkontaminasi tersebut antara

laingolongan bakteri Gram negatif misalnya Pseudomonasflourescens,

Erwiniasp., dan Agrobacterium spp. dangolongan bakteri Gram positif yakni Bacillus spp. dan Staphylococcus spp.yang berasal dari tangan pekerja dan sterilisasi media yang tidak baik. Kontaminasi mikroorganisme tidak hanya

berasal dari eksplan itu sendiri seperti Fusariumtetapibisa berasal dari manusia

baik yang bersifat patogen maupun nonpatogen seperti Candida albicans,

(2)

2

Trichophyton spp., Eschericia coli dan Serratia marcescens(Leifert & Cassels, 2001).

Chen & Yeh (2007) melaporkan penelitian kultur Aglaonema juga rentan

terkontaminasi.Mikroorganisme yang mengkontaminasi kulturAglaonema seperti

Xanthomonas campestris, Fusarium solani dan Erwinia carotovora ditemukan pada jaringan vaskular dan tunas aksilar. Kontaminasi kulturAglaonema

merupakan contoh masalah serius bagi tanaman hias lain yang ingin dikulturkan.

Cara yang digunakan untuk menghilangkan kontaminasi pada kultur Aglaonema

dengan menggunakan antibiotik Streptomisin. Msogoya et al., (2012) melaporkan

bahwa pada penelitian kultur Musa sp. juga terkontaminasi. Bakteri pengkontaminasi tersebut antara lain Proteus spp., Klebsiella spp., dan Staphylococcus spp. sedangkan jamur yang mengkontaminasi kultur Musa sp. antara lain Aspergillus spp., Fusarium spp., Penicillium spp., dan Candida spp.

Leggat & Waites (1988) melaporkan beberapa mikroorganisme

pengkontaminasi udara yang telah diisolasi dan dikarakterisasi berasal dari

beberapa tanaman selama proses mikropopagasi yakni sebanyak 31, antara lain

dari golongan yeast, Corynebacterium spp., Pseudomonas spp., dan Staphylococcus spp. Mikroorganisme ini mampu menggunakan sejumlah sumber karbon dan resisten terhadap antibiotik seperti rifampicin, chlorampenicol, dan neomysin.

Fumigasi merupakan salah satu cara pencegahan untuk menghilangkan

mikroorganisme pengkontaminan pada kultur dengan menggunakan berbagai

fumigan. Fumigasi dilakukan dengan cara menyemprotkan fumigan ke udara

untuk beberapa waktu sesuai paparan dari bahan fumigan dengan konsentrasi

tertentu dalam ruangan tertutup. Fumigasi dengan penyemprotan formalin

menggunakan proses penguapan diudara dari larutan formalin.Secara ekonomis,

formalin merupakan fumigan yang murah, mudah didapat dan mudah digunakan

untuk fumigasi walaupun bersifat toksik. Fumigasi tidak hanya dilakukan dengan

cairan formalin yang disemprotkan di dalam botol sprayer (skala kecil) tetapi bisa

menggunakan tablet formalin dan dengan menggunakan alat penyemprotan

pembasmi hama disemprotkan diluar gedung yang akan difumigasi (Dreyfus,

1983).

(3)

3

Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi sel, protoplasma,

jaringan dan organ kemudian menumbuhkan bagian tersebut pada media buatan

yang mengandung kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh pada kondisi yang aseptis

sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi

menjadi sel ataupun tumbuhan sempurna kembali. Proses sterilisasi eksplan

merupakan kegiatan yang penting dalam kultur jaringan. Sterilisasi tidak hanya

dilakukan pada bahan eksplan tetapi juga terhadap bahan dan peralatan, serta

ruangan yang digunakan. Sterilisasi bertujuan untuk mengeliminasi

mikroorganisme (bakteri dan jamur) yang mungkin terbawa pada saat

pengambilan eksplan, yang dapat menimbulkan kontaminasi sehingga

menghambat pertumbuhan eksplan.Banyak bahan desinfektan yang dapat

digunakan untuk sterilisasi media dalam kultur jaringan yakni HgCl2, klor dan

formalin (Subarnas, 2011).

Dreyfus (1983) mengatakan bahwa fumigasi yang menggunakan formalin

berdasarkan prinsip vaporisasi (penguapan) gas dari larutan cairan menggunakan

panas eksternal.Larutan formalindimasukkan ke dalam sprayer atau alat

penyemprot lain yang berukuran lebih besar disemprotkan ke udara dan dibiarkan

beberapa hari sesuai waktu lama paparan bahan fumigan tersebut di dalam

ruangan laboratorium secara tertutup. Keuntungan fumigasi formalin yakni mudah

dioperasikan dan dikontrol penggunaannya.Munro et al., (1999) mengatakan bahwa proses dekontaminasi dengan sterilisasi panasjuga bisa dilakukan.

Sterilisasi ruangan bisa dengan fumigasi dan menggunakan penyinaran dengan

sinar UV seperti yang terdapat pada Laminar Air Flow Cabinet yang digunakan

pada saat penanaman eksplan.Sterilisasi bahan dengan menggunakan

autoklaf.Hoffmann & Spiner (1970) mengatakan bahwa efisiensi fumigasi

tergantung data faktor fisik yang ada di laboratorium tersebut seperti kelembapan

udara dan temperatur udara (Lampiran 4 hlm. 47).Formalin pada kelembapan

relatif (RH) tinggi dapat mensterilisasi permukaan ruangan tetapi sulit

mensterilisasi permukaan yang ditutupi dengan benda lain.

(4)

4

1.2. Permasalahan

Adanya kontaminasi yang terjadi pada penelitian kultur jaringan merupakan

masalah yang cukup serius bagi mahasiswa maupun dosen yang melakukan

penelitian. Hal ini disebabkan kondisi Laboratorium Kultur Jaringan yang kurang

steril, pengerjaan selama penanaman bibit planlet tanaman ataupun kontaminasi

yang berasal dari isolat tanaman yang digunakan.Oleh karena itu perlu dilakukan

kajian sejauh mana keanekaragaman bakteri dan jamur pengkontaminasi yang ada

di Laboratorium Kultur Jaringan serta sejauh mana efisiensi fumigasi dalam

menekan jumlah bakteri dan jamur pengkontaminasi beberapa kultur jaringan di

Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Biologi FMIPA USU.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mendapatkan keanekaragaman bakteri dan jamur pengkontaminasi kultur

jaringan di Laboratorium Kultur Jaringan

b. Untuk mengetahui efisiensi fumigasi formalin 4%dalam mengurangi populasi

bakteri dan jamur pengkontaminasi kultur jaringan di Laboratorium Kultur

Jaringan

1.4. Hipotesis

a. Tingkat kontaminasi bakteri dan jamur di Laboratorium Kultur Jaringan

tergolong tinggi dan beranekaragam

b. Fumigasi memiliki efisiensi tinggi dalam mengurangi populasi jamur dan

bakteri pengkontaminasi plantlet tanaman di Laboratorium Kultur Jaringan

1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini ialah memberikan informasi mengenai

keanekaragaman spesies bakteri dan jamur yang sering mengkontaminasi kultur

tanaman dan sejauh mana pengaruh efisiensi dari fumigasi yang dilakukan untuk

mengurangi jumlah mikroba pengkontaminasi di Laboratorium Kultur Jaringan

Departemen Biologi FMIPA USU.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH AKTIVITAS OLAHRAGA DALAM PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR DAN PRESTASI AKADEMIK DI SMA NEGERI 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia

Unjuk kerja dari sistem desalinasi berbasis pompa kalor dengan proses HD untuk meningkatkan produksi air tawar sangat tergantung pada temperatur air laut masuk

yang dilakukan oleh dosen wajib diverifikasi oleh Jurusan dan divalidasi oleh UPT Penerbitan dan atau oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Pemerintah Kota Sorong juga perlu menambah fasilitas pelabuhan seperti terminal pelabuhan dan lahan parkir, jika kapal yang masuk ke pelabuhan Kota Sorong mencapai

Dan dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling ( face to face) oleh seorang ahli ( disebut konselor)

Contohnya: kalau kita melihat kursi, kursi itu sendiri memancarkan gejala-gejala bahwa dia itu kursi bukan meja Kita hanya perlu menangkap gejala yang muncul

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi memiliki komitmen tinggi dan luwes dalam

Karya Budi Sardjono: Analisis Sosiologi Sastra” bertujuan untuk mengungkap citra perempuan yang tergambar dalam novel Nyai Gowok karya Budi Sardjono. Citra perempuan