BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu
Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji
merupakan tanaman yang mampu menghasilkan buah sepanjang tahun dan
mampu tahan terhadap beberapa hama dan penyakit. Tanaman jambu biji telah
dikembangkan dibanyak negara, seperti India, Malaysia, Brazil, Filipinha,
Australia, Jepang, dan Taiwan. Negara dengan jumlah Ekspor jambu biji
terbanyak adalah Thailand (Rahyu, 2007).
Produk utama jambu biji adalah buahnya. Buah jambu biji memiliki bentuk,
ukuran, dan rasa yang beragam. Bentuknya ada yang bulat atau agak bulat dan
bulat lonjong. Ada yang berukuran besar, sedang, dan kecil. Demikian pula
rasanya, ada yang manis, agak manis, dan hambar tergantung dari varietasnya.
Buah yang sudah masak enak dimakan sebagai buah segar, bahkan agak matang
pun sudah enak dimakan (Cahyono, 2010).
Selain sebagai buah meja, jambu biji (Psidium guajava) kerap dikonsumsi dalam
bentuk jus. Kandungan vitamin C-nya yang tinggi membuat buah ini digemari
banyak konsumen. Jus jambu biji, terutama yang daging buahnya berwarna
merah, juga banyak dijual di supermarket sebagai jus dalam kemasan. Selain
buahnya, beberapa orang kerap memanfaatkan daunnya untuk obat diare (Sobir
Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak dengan tinggi mencapai
3-10 m. Pada umumnya umur tanaman jambu biji hingga 30-40 tahun, dimana
tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil
cangkokan atau okulasi. Batang jambu biji memiliki ciri khusus yaitu berkayu
keras, liat, tidak mudah patah, kuat, dan padat. Sedangkan kulit kayunya halus dan
mudah terkelupas. Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau
bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm
dan panjang tangkai berkisar 3-7 mm (Septiani, 2009).
Jambu biji sebagai bahan makanan mengandung nutrisi yang lengkap dan
memenuhi standar gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh
untuk kesehatan. Jambu biji merupakan sumber vitamin C yang sangat baik untuk
antioksidan. Kandungan nutrisi atau komposisi kimia jambu biji secara lengkap
seperti disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 3. Kandungan Nutrisi dalam Buah Jambu Biji Setiap 100 Gram Bahan yang Dapat Dimakan
No Jenis Zat Gizi Banyaknya Kandungan Gizi
Jambu biji dapat tumbuh ditanah-tanah yang banyak mengandung pasir hingga
yang berat. Namun, tampak jelas bahwa jambu biji tumbuh lebih subur ditanah
yang banyak mengandung bahan organik dan dapat menyerap air dengan baik.
Jambu biji dapat tumbuh subur ditanah yang tanahnya berada 50-200 cm dibawah
tanah. Di daerah Pasar Minggu yang tanahnya merah (tanah latosol) dan air
tanahnya sedalam 10 m lebih, hasil jambu biji dari tahun ke tahun tetap
memuaskan. Keadaan curah hujan yang tinggi (lebih dari 2000 mm pertahun)
merupakan faktor yang dapat mengimbangi kedalaman air tersebut (Rismunindar,
1989).
Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah
sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara
1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta ketinggian antara 5-1200 m dpl.
Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun
angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman ini
dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar
23-28°C disiang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan
hasil atau kurang sempurna (kerdil), kondisi yang ideal adalah musim berbunga
dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September
sedangkan musim buahnya terjadi bulan November-Februari bersamaan dengan
musim penghujan (Septiani, 2009).
Pemupukan dilakukan untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji
tetap stabil. Pupuk yang digunakan dalam budidaya jambu biji dapat dibedakan
menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik atau kimia. Pupuk organik dapat
digunakan diantaranya adalah urea, TSP/SP36, KCl, atau pupuk majemuk NPK.
Selain pupuk, juga diperlukan obat-obatan kimia untuk memberantas hama dan
penyakit yang muncul selama budidaya jambu biji. Obat-obatan kimia yang sering
digunakan oleh petani diantaranya decis, antracol, curacron, dan dithane (Septiani,
2009).
2.2 Penelitian Terdahulu
Maruli Tumpal (2010) dalam penelitian yang berjudul Analisis Finansial Usaha
Tani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli
Serdang menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah
penelitian menguntungkan dan layak diusahakan dari segi analisis finansial.
2.3 Landasan Teori
Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi
adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula
dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat
menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan,
modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja dan aspek Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya,
dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi.
Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa
faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah
bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara
ekonomis (Mubyarto, 1986).
IRR (Internal Rate of Return) merupakan sebuah tingkat pengembalian yang
dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut
sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan
nol. Jadi bila IRR > discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR
< discout factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990).
Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut :
1. Umur
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam
bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan
besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin
berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun
pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga
kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah,
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas
manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.
Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah
(Kartasapoetra, 1994).
3. Pengalaman Bertani
Pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari
luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih
mudah menerapkan inovasi daripada pemula (Soekartawi, 1999).
4. Jumlah Tanggungan
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu factor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan
keluarganya.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan
5. Luas Lahan
Sudaryanto dkk (2003) menjelaskan secara sosiologis, luas lahan yang dimiliki
seseorang menunjukkan tingkatan struktur sosial seseorang dalam masyarakatnya.
Sajogyo (1999) lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi
taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat petani, semakin luas areal tani maka semakin tinggi tingkat produksi
dan pendapatan yang diterima.
2.4 Kerangka Pemikiran
Petani dalam melakukan proses produksi (Y) untuk menghasilkan output,
diperlukan biaya pengeluaran (TC) yang digunakan dalam mempertahankan
kelangsungan proses produksi tersebut. Besarnya produksi jambu biji (Y)
ditentukan dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida
dan tenaga kerja. Biaya produksi (C) adalah banyaknya penggunaan faktor –faktor
produksi dikali dengan harga masing-masing harga produksi , ditambah dengan
biaya tetap. Total penerimaan (TR) petani adalah banyaknya produksi (Y) dikali
dengan harga jual (Py). Secara singkat kerangka pemikiran tersebut diatas dapat
Skema 1. Kerangka Pemikiran Menyatakan Hubungan
Pendapatan Pendapatan
Output Output
Input Input
USAHATANI JAMBU BIJI
Tidak Layak Layak
Tanaman Yang Sudah Lama Menghasilkan Tanaman Yang Baru
Menghasilkan
Untuk lebih memperjelas pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi
dalam usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama
menghasilkan maka akan digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai
berikut:
ss
Skema 2. Kerangka Pemikiran Tanaman Yang Baru
Menghasilkan
Tanaman Yang Sudah Lama Menghasilkan
Bibit
Tenaga Kerja Pestisida Pupuk
Tenaga Kerja Pestisida
Pupuk Bibit
Y = Output
--- = Pengaruh
2.5 Hipotesis Penelitian
1. Ada perkembangan usahatani jambu biji 5 tahun terakhir di daerah penelitian.
2. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jambu biji di daerah penelitian.
3. Ada perbedaan pengaruh faktor –faktor produksi terhadap produksi antara
usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama
menghasilkan di daerah penelitian.
4. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan
dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
5. Ada perbedaan kelayakan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan
dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.