• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Keuangan Dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Keuangan Dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan (Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka dibutuhkan suatu sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, peraturan ini kemudian dilengkapi dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan juga didukung secara teknis pencatatan akuntansi dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan. Dasar penerbitan beragam peraturan tersebut adalah untuk keseragaman persfektif dalam tata kelola pemerintahan yang baik melalui pengelolaan keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien.

Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas akuntansi pemerintah disajikan dalam bentuk Laporan Keuangan. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013:20) Laporan Keuangan Daerah bermanfaat dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi sosial maupun politik karena laporan keuangan pemerintah daerah memberi informasi berikut ini:

(2)

b. Kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.

c. Jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

d. Cara entitas pelaporan mendanai seluruh kegaitannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

e. Posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk yang berasal dari pajak dan pinjaman.

f. Perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Secara garis besar, Laporan Keuangan pemerintah dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Laporan Pelaksanaan Anggaran (Budgetary Report) i. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

ii. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) b. Laporan Finansial (Financial Report)

i. Neraca

ii. Laporan Operasional iii. Laporan Perubahan Ekuitas iv. Laporan Arus Kas

(3)

Good Governance memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi,

akuntabilitas dan partisipatif. Untuk menciptakan good governance dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari pengelolaan keuangan daerah yang baik yang dapat diukur dengan penilaian atas kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut. Penilaian kinerja dibutuhkan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas pemerintah daerah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Kinerja keuangan pemerintah daerah yang merupakan tingkat capaian dari suatu hasil kinerja di bidang keuangan daerah diukur dengan menggunakan indikator keuangan. Bentuk dari pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah berupa pengukuran dalam rasio keuangan untuk menilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Hal ini juga disampaikan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.

Pengukuran kinerja merupakan alat yang digunakan para stakeholders dalam pengambilan keputusan yang berkualitas dan dalam penilaian pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Tujuan pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah adalah (Mardiasmo, 2002:121) :

1. Memperbaiki kinerja pemerintah yang akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

2. Membantu dalam pengalokasian sumberdaya dan pembuatan keputusan. 3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi

kelembagaan.

(4)

untuk mengukur akuntabilitas pemerintah daerah (Halim, 2007) yaitu rasio kemandirian (otonomi fiskal), rasio efektifitas, efisiensi, serta debt service coverage ratio.

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dengan kemampuan daerah itu sendiri dengan membandingkan Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan yang berasal dari sumber lain. Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekternal (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, dan demikian juga sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembayar pajak dan restribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan restribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejateraan masyarakat yang semakin tinggi.

Rasio Kemandirian

2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi terhadap PAD

(5)

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Rasio Efektifitas

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara totalrealisasi pengeluaran (belanja daerah) dengan realisasi pendapatan yang diterima (Halim, 2007:234). Rasio efisiensi yang semakin semakin kecil berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.

Rasio Efisiensi

3. Rasio Aktivitas/Keserasian

Rasio keserasian menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja aparatur daerah (belanja rutin) ataupun kepada belanja pelayanan publik (belanja optimal) secara optimal. Semakin tinggi rasio belanja publik maka rasio belanja aparatur daerah cenderung semakin kecil, demikian sebaliknya.

Rasio Belanja Rutin

(6)

4. Debt Service Coverage Ratio

Debt Service Coverage Ratio (DSCR) adalah perbandingan antara penjumlahan

PAD, Bagian Daerah (BD) dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan, Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan sumber daya alam, dan bagian daerah lainnya serta Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi Belanja Wajib (BW), dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo.

DSCR

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuanpemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannyayang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Rasio Pertumbuhan x 100%

2.1.2. Investasi Pemerintah

Investasi dijabarkan Zakaria (2008:30) sebagai pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persediaan capital (capital stock). Persediaan capital meliputi pendirian gedung, pendirian pabrik baru, pengadaan mesin sebagai peralatan modal, persediaan barang-barang, dan barang tahan lama lainnya yang dipakai dalam proses produksi.

(7)

pengeluaran atau pembelanjaan barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Hasanah dan Sunyoto, 2012:59).

Investasi menurut faktor yang mendorongan terbentuknya dapat digolongkan menjadi tiga (Sukirno, 2001:366) yaitu antara lain.

1) Autonomous investment, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitasi prasarana jalan dan irigasi. Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di masyarakat.

2) Induced investment, yaitu macam investasi yang mempunyai kaitan

dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi. 3) Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga

uang atas modal yang berlaku di masyarakat.

(8)

memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraaan umum.

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu daerah menuju keadaan yang lebih baik dalam satu periode tertentu. Dalam pengertian lain pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Jhingan (2008) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi dalam tiga cara yaitu:

1. Diukur dalam arti kenaikan pendapatan nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. Dalam defenisi ini kelonggaran diberikan pada perubahan dalam pendapatan nasional nyata akibat pasang naik siklus dan pada perubahan dalam nilai uang serta pertumbuhan penduduk.

2. Dalam arti kenaikan pendapatan atau output nyata per kapita dalam jangka panjang. Defenisi ini bermaksud menekankan bahwa bagi pertumbuhan ekonomi, tingkat kenaikan pendapatan nyata seharusnya lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduk.

(9)

Cara yang umum digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi nasional adalah melalui Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic

Product (GDP). Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran yang

menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah dalam satu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan mengamati tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun dapat dinilai prestasi kinerja pemerintah dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha pengembangan ekonomi dalam jangka panjang. Selain membandingkan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, dapat juga dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan negara-negara lain. Sehingga dapat mengavaluasi melalui perbandingan dengan kesuksesan negara lain dalam mengendalikan dan membangun perekonomiannya.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat menciptakan kesempatan kerja penuh. Pertumbuhan ekonomi dapat disebut “menggalakkan” apabila tingkat yang dicapai mampu mengurangi tingkat pengangguran, paling tidak pertumbuhan ekonomi harus mampu melebihi tingkat pertambahan penduduk, agar pendapatan per kapita (atau taraf kemakmuran masyarakat) dapat ditingkatkan (Sukirno, 2004:56). Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

2.1.4. Pengangguran

(10)

jumlah pengangguran serta meningkatnya harga konsumsi dan biaya produksi akan mengurangi kapasitas yang dihasilkan.

Samuelson dan Nordhaus (2004) mengatakan bahwa ada tiga jenis pengangguran yang berbeda yaitu:

a. Pengangguran friksional muncul karena perpindahan orang-orang antar daerah, antar pekerjaan, antar tingkatan dari perputaran hidup. Bahkan dalam keadaan full employment tetap terjadi pergantian misalnya pada saat pelajar baru lulus mencari pekerjaan, atau ibu-ibu kembali ke angkatan kerja setelah melahirkan.

b. Pengangguran struktural diakibatkan perubahan struktur komposisi perekonomian mengakibatkan permintaan atas suatu jenis keahlian meningkat sedangkan permintaan untuk jenis keahlian lainnya menurun, sedangkan penawaran tidak bisa mengimbanginya.

c. Pengangguran cyclical terjadi karena turunnya kegiatan perekonomian di mana ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan agregat sehingga keseluruhan permintaan tenaga kerja rendah.

Pengangguran yang tinggi berpengaruh pada masalah ekonomi dan masalah sosial. Menjadi masalah ekonomi karena hal tersebut menyia-nyiakan sumberdaya barang dan jasa yang berharga. Pengangguran juga menjadi masalah sosial karena mengakibatkan penderitaan besar untuk pekerja yang harus berjuang dengan pendapatan yang berkurang (Samuelson dan Nordhaus, 2004:363).

(11)

Penduduk usia kerja, tetapi tidak mencari kerja dengan berbagai alasan, misalnya sekolah/kuliah, ibu rumah tangga

1. ≥35 jam/Minggu

2. < 35 jam/Minggu

Pengangguran

(Unemployment)

Gambar 2.1

Struktur Penduduk Berdasarkan Usia

2.1.5. Kemiskinan

Adanya berbagai persepsi tentang hal apa saja yang menjadi indikator kemiskinan menyebabkan terdapat perbedaan kebijaksanaan yang dijalankan untuk menanggulangi kemiskinan. Menurut Emil Salim kemiskinan adalah suatu keadaan di mana manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok. Kebutuhan yang paling pokok seperti makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain. Ciri penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menurut Emil Salim adalah Pertama, tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang cukup, modal

(12)

memiliki keterampilan untuk memperoleh aset produksi dengan kemampuan sendiri. Ketiga, tingkat pendidikan rendah, tidak tamat sekolah dasar. Keempat, tinggal di pedesaan dan tidak memiliki tanah atau dengan tanah yang luasnya terbatas. Kelima, tinggal di kota dengan tidak memiliki keahlian sehingga tidak memiliki peluang untuk masuk sektor industri yang banyak menggunakan teknik yang tinggi.

Sedangkan menurut BPS (2012) garis kemiskinan adalah besarnya nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan nonmakanan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk tetap berada pada kehidupan yang layak. Sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Namun pendataan tunggal kemiskinan oleh BPS menimbulkan sejumlah masalah antara lain:

1. Kesenjangan pemahaman dan perhitungan data antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berdampak pada penentuan target pelayanan.

2. Bila menggunakan kriteria kinerja daerah, pemerintah daerah cenderung mengecilkan angka kemiskinan dan sebaliknya bila ingin mendapatkan bantuan dana.

3. Banyak rumah tangga berada di garis batas kemiskinan nasional. Banyak penduduk tergolong tidak miskin, tetapi rentan terhadap kemiskinan.

4. Mengingat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah menjadi ciri mendasar kemiskinan di Indonesia.

(13)

6. Tidak dapat menunjukkan siapa dan di mana lokasi penduduk miskin.

7. Data kemiskinan berbanding terbalik dengan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

8. Dilema di antara angka kemiskinan dengan alokasi anggaran.

9. Pemerintah menggunakan dan memakai data kemiskinan berdasarkan kriteria dan temuan agregat Badan Pusat Statistik, sementara daerah cenderung resistan terhadap data yang dikeluarkan BPS, yang membuat angka kemiskinan versi pusat dan versi daerah berbeda.

Isu utama pengentasan kemiskinan menurut World Bank (2013) adalah: 1. Meningkatkan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan nasional

yang ada melalui peningkatan kapasitas penelitian dan analitis serta produk untuk menginformasikan perdebatan dan pelaksanaan kebijakan di tingkat pusat dan daerah.

2. Mengembangkan jaringan pengaman darurat untuk mengurangi dampak dari guncangan: mengambangkan mekanisme untuk memantau guncangan dan memicu penggunaan jaringan pengaman darurat; menciptakan rangkaian program jaringan pengaman darurat lengkap untuk memberikan bantuan tepat waktu bagi mereka yang paling terkena dampak guncangan.

(14)

mengasah keterampilan dan meningkatkan kinerja instansi yang bertanggung jawab untuk menyampaikan progaram-program bantuan sosial.

4. Meningkatkan penargetan program bantuan sehingga sampai ke orang-orang yang paling membutuhkannya.

5. Merangsang penciptaan lapangan kerja untuk menyediakan lebih banyak peluang bagi para pekerja untuk mendapatkan jalan keluar dari kemiskinan. Melakukan reformasi peraturan tenaga kerja yang mempermudah pemberi kerja untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja sekaligus, pada saat yang sama, menjamin perlindungan yang memadai bagi karyawan. Menyediakan fasilitas pelatihan bagi pekerja rentan untuk meningkatkan keterampilan mereka sehingga membekali mereka untuk pekerjaan yang lebih baik.

Tenaga kerja adalah salah satu dari sedikit aset yang dimiliki oleh masyarakat miskin. Dibukanya lapangan kerja, yang sesuai dengan kemampuan masyarakat miskin pada umumnya yang banyak terkonsentrasi pada sektor pertanian dan sektor informal, diharapkan dapat menampung tenaga kerja dari kalangan miskin. Hal ini kemudian diharapkan dapat menambah penurunan penduduk miskin seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

1. Hamzah (2007)

(15)

Penelitan ini menyimpulkan bahwa pada pengujian secara langsung antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan rasio kemandirian1, rasio kemandirian2, dan rasio efisiensi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio efektifitas berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk pengujian pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengangguran. Sedangkan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif secara signifikan.

Pada pengujian secara tidak langsung antara kinerja keuangan dengan pengangguran menunjukkan bahwa rasio kemandirian1, rasio kemandirian2, dan rasio efisiensi secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi. Dan secara tidak langsung pengaruh kinerja keuangan terhadap pengangguran menunjukkan bahwa rasio kemandirian1, rasio kemandirian2, dan rasio efisiensi secara tidak langsung berpengaruh negatif terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi.

2. Daulay (2011)

(16)

dana alokasi khusus (DAK), dana bagi hasil (DBH), investasi daerah yang memiliki nilai yang dominan dan menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Estimasi pengaruh yang dilakukan dengan metode pooling least square (PLS) menunjukkan bahwa seluruh variabel pada 22 kabupaten dan kota di Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada 22 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil uji Hausman model yang terbaik dalam penelitian ini adalah random effect model (REM) dengan nilai chi–square sebesar 0.777857.

3. Mubaroq (2013)

Obyek dalam penelitian ini adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) yang merepresentasikan pertumbuhan ekonomi kabupaten kota di Indonesia pada tahun 2007 hingga 2010. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada investasi pemerintah, jumlah tenaga kerja, dan desentralisasi fiskal daerah masing – masing kabupaten di Indonesia.

Untuk variabel independen desentralisasi fiskal diproksi dengan tingkat kemandirian daerah berupa rasio antar Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah. Sedangkan variabel investasi pemerintah diproksi dari rasio belanja modal terhadap PDRB.

(17)

4. Riswandi (2011)

Penelitian ini menguji faktor yang mempengaruhi pengangguran di Sumatera Barat pasca krisis ekonomi pada tahun 2000-2010. Variabel yang diuji adalah pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, investasi swasta dan upah minimum regional terhadap pengangguran. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa Variabel Pertumbuhan Ekonomi mempunyai pengaruh yang positif terhadap pengangguran di Sumatera Barat. Variabel Pertumbuhan Penduduk memiliki pengaruh negatif terhadap pengangguran di Sumatera Barat. Hal ini berarti pertumbuhan penduduk daerah Sumbar merupakan beban bagi pembangunan ekonomi. Variabel Investasi Swasta memiliki pengaruh yang negatif terhadap pengangguran di Sumatera Barat. Variabel Upah Minimum Regional memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap pengangguran di Sumatera Barat.

5. Prastyo (2010)

(18)

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

PENELITI JUDUL PENELITIAN INDIKATOR HASIL PENELITIAN

Ardi Hamzah (2007)

Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Dan Kemiskinan: Pendekatan Analisis Jalur

(Studi Pada 29 Kabupaten Dan 9 Kota Di Propinsi Jawa Timur Periode 2001 – 2006)

- Rasio kemandirian1

- Rasio kemandirian2

- Rasio efektifitas

- Efisiensi

Rasio kemandirian1, rasio

kemandirian2, rasio efisiensi

berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, rasio efektifitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap pengangguran dan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara

- Pendapatan Asli Daerah

- Dana Alokasi Umum

- Dana Alokasi Khusus

- Dana Bagi Hasil

- Investasi Daerah

- Belanja Pegawai

- Belanja Modal

Hanya pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi khusus (DAU), dana alokasi khusus (DAK), dana bagi hasil (DBH), investasi daerah yang memiliki nilai yang dominan dan menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Mohammad Rizal Mubaroq (2013)

Pengaruh Investasi Pemerintah, Tenaga Kerja, Dan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Di Indonesia Tahun 2007 – 2010

- Investasi Pemerintah

- Jumlah Tenaga Kerja

- Desentralisasi Fiskal

(rasio kemandirian daerah)

Investasi pemerintah, jumlah tenaga

kerja dan desentralisasi fiskal

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Riswandi (2011)

Faktor Yang Mempengaruhi

Pengangguran di Sumatera Barat Pasca Krisis Ekonomi Pada Tahun 2000-2010

- Pertumbuhan Ekonomi

- Pertumbuhan Penduduk

- Investasi Swasta

- Upah Minimum

Regional

Yang memiliki pengaruh positif terhadap pengangguran adalah pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional. Sedangkan pertumbuhan penduduk dan investasi swasta memiliki pengaruh negatif.

(Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2003-2007)

- Pertumbuhan Ekonomi

- Upah Minimum

Kabupaten/Kota

- Pendidikan

- Pengangguran

- Dummy Wilayah

Yang berpengaruh secara sifinfikan terhadap tingkat kemiskinan adalah variabel pertumbuhan ekonomi, upah

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang perancangan dan implementasi miniatur otomatisasi bel listrik sekolah dan pintu gerbang menggunakan mikrokontroler ATmega8.Sistem alat

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website Fashion's Boutique dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor), HTML (Hypertext Markup Language),

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat aplikasi multimedia dengan menggunakan program Macromedia Flash MX, dengan tujuan agar anak-anak dapat belajar bagaimana cara dan

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Penyelenggaraan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) MTs Kota Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016 perlu di tetapkan

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Penyelenggaraan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) MTs Kota Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016 perlu di tetapkan

[r]

Membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dibidang pekerjaan umum khususnya urusan cipta