• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEJARAH PGRI PADA MASA PERANG KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SEJARAH PGRI PADA MASA PERANG KE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS SPJD PGRI

SEJARAH PGRI (LANJUTAN 1)

YULIAN DINIHARI, M. PD

KELOMPOK: 3 R1C

FISKA FADILA NUR FIKRI (NPM 201541500143) ANGGRE YANIE (NPM 201541500123)

LISA LISWATUN HASANAH (NPM 201541500158) ULFA ROMAYDA FITRIYANTI (NPM 201541500169)

JL. RAYA TENGAH KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR 13760

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah SPJD pada semester I di tahun ajaran 2015 dengan judul “Sejarah PGRI (Lanjutan 1)”. Dengan membuat makalah ini kami diharapkan mampu menjelaskan tentang sejarah PGRI pada masa perang kemerdekaan tahun 1945-1949 serta sejarah PGRI pada masa demokrasi liberal tahun 11950-1959.

Berkat bantuan dan dan bimbingan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan karunia-Nya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik.

2. Ibu Yulian Dinihari, M. Pd, dosen mata kuliah SPJD PGRI yang telah membimbing kami.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah berikutnya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi kami.

Jakarta, 8 September 2015

(3)

DAFTAR ISI

COVER... 1

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I PENDAHULUAN... 4

A. LATAR BELAKANG... 4

B. TUJUAN PENULISAN... 4

BAB II PEMBAHASAN... 5

A. PGRI PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN 1945-1949... 5

B. PGRI PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959... 5

BAB III PENUTUP... 11

A. KESIMPULAN... 11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persatuan Guru Republik Indonesia adalah organisasi yang lahir bersama Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Dengan sendirinya derap langkah perjuangannya cukup panjang, berliku, penuh tantangan dan hambatan demi mencapai cita harapan atau visi dan misinya sesuai dengan yang tersirat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Peranan guru sangat penting dalam mencapai kemerdekaan Indonesia secara utuh jika dilihat dari sejarah perjuangan PGRI dari masa perang kemerdekaan ke masa demokrasi liberal. Indonesia bisa terlepas dari jajahan Belanda dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berkat semangat juang guru.

PGRI berjuang dengan penuh tantangan dalam rangka mencapai tujuan dan mendukung terwujudnya nasional bangsa Indonesia.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:

 Menambah wawasan kita mengenai PGRI pada masa perang kemerdekaan tahun 1945-1949

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PGRI Pada Masa Perang Kemerdekaan Periode 1945-1949

Asas yang tercantum dalam Anggaran Dasar pendirian PGRI adalah “Kedaulatan Rakyat”. Cita – cita PGRI sejalan dengan cita – cita bangsa Indonesia secara keseluruhan. Para guru di Indonesia menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan bangsa dan membela serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya. Sesuai dengan prioritas perjuangan pada kurun waktu 1945-1949 yang difokuskan pada perjuangan fisik bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan. Maka para guru pendidik bangsa yang menjadi warga PGRI tidak mau ketinggalan. Mereka sebagian ikut memanggul senjata berjuang melawan penjajah, terlibat dalam perang gerilya. Para wanita pun ikut aktif menggerakan dapur umum, atau menjadi anggota PMI (Palang Merah Indonesia) bagi para pejuang di garis depan. Di antara mereka, tidak sedikit pula yang gugur menjadi pahlawan bangsa.

Agar perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Bangsa Belanda lebih terorganisasi, pemerintah pusat pada tanggal 5 Oktober 1945 TKR untuk melindungi keamanan Rakyat dari provokasi dan Agresi Belanda.

B. PGRI pada Masa Demokrasi Liberal 1950-1959 1. Kongres IV PGRI di Yogyakarta 26-28 Februari 1950

Pada tanggal 26-28 Februari 1950 dilaksanakan Kongres PGRI IV di Yogyakarta. Pada saat itu Yogyakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia, dan Mr. Assa’at ditunjuk sebagai pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia.

Sambutan Mr. Assa’at pada acara pembukaan Kongres IV sangat mengesankan, membakar semangat juang PGRI isinya adalah:

1. Persatukanlah, istilah dan sempurnakanlah makna ikrar resmi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke.

2. Memuji PGRI karena merupakan pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan pendidik bangsa.

3. Menganjurkan agar PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad para pendirinya.

Amanat pemangku jabatan Presiden itu semakin memantapkan tekad dan semangat juang para peserta Kongres PGRI IV khususnya para guru pada umumnya.

(6)

Mereka datang dengan tekad bulat untuk mempersatukan diri bernaung dibawah panji-panji PGRI. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat bahwa berdasarkan Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada tanggal 23 Maret 1947 secara de facto wilayah kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari Sumatra, Jawa dan Madura. Karena kelicikan Belanda yang terkenal dengan politik devide et impera (memecah belah dan menguasai) secara kasar memaksakan berdirinya negara-negara boneka di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia, dengan taktik adu domba sesama bangsa Indonesia, bangsa Belanda berhasil mendirikan beberapa negara boneka.

Negara-negara boneka yang berhasil didirikan Belanda antara lain Negara Pasundan di Jawa Barat, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa Timur. Akibatnya setelah perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, wilayah Indonesia semakin sempit.

Namun demikian, banyak guru yang berada dan mengajar di daerah negara bagian itu atau diluar daerah Renville jiwa republiknya sangat tinggidan tetap menghendaki Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesetian kaum guru kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dibuktikan dengan kedatangan mereka berbondong-bondong menghadiri Kongres IV di Yogyakarta pada tahun 1950.

2. Pengakuan RIS oleh Belanda dan Pengaruhnya dalam kongres PGRI IV

Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Suasana politik masih sangat rawan. Saat itu terdapat dua golongan masyarakat, yaitu golongan pada masa perjuangn gigih menentang Belanda dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan. Golongan ini dikenal dengan sebutan “orang-orang Republik”.

Sedangkan golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda dinamakan “Golongan Non Cooperator”. Golongan kedua adalah golongan orang-orang yang bekerja sama dengan Belanda, mereka disebut “Golongan Cooperator”. Kedua golongan ini saling bertentangan, saling mencurigai, sulit bersatu seperti minyak dan air. Dikalangan guru pun kedua golongan ini ada.dalam suasana yang penuh kecurigaan inilah Kongres PGRI IV berlangsung.

3. Keputusan Penting yang Dikeluarkan Kongres PGRI IV

Dalam suasana politik yang tidak menentudan saling mencurigai, Kongres PGRI IV secara aklamasi mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh tanah air Indonesia dalam satu wadah organisasi yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Tekad yang bulad disatukan yaitu untuk:

1. Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

2. Menghilangkan rasa kecurigaan dan rasa kedaerahan dikalangan guru.

(7)

Maklumat Persatuan itu mendapat perhatian dan penghargaan dari kalangan luas termasuk Pemerintah.

Susunan Pengurus Besar PGRI Hasil Kongres PGRI IV

Pemilihan pengurus baru yang diadakan pada Kongres PGRI IV menghasilkan susunan PB PGRI sebagai berikut:

Ketua I : RH. Koesnan

Ketua II : Soejono

Ketua III : Soejono Kromodimulyo

Sekretaris Jendral I : Soekarno

Sekretaris Jendral II : Mochamad Hidayat

Bendahara I : Soetinah

Bendahara II : Soetedjo

Ketua Bagian Perburuhan : ME. Soebiadinata Wakil Ketua Bagian Perburuhan : Soeparmo

Ketua Bagian Pendidikan : Soedarsono Wakil Ketua Bagian Pendidikan : F. Wachendorff

Seluruh keputusan Kongres IV dan AD/ART kepada para utusan yang menghadiri kongres tersebut, yaitu dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Lampung. Mereka ditugaskansupaya secepatnya memberikan laporan ke Jakarta dan Yogyakarta tentang tanggapan para guru terhadap Maklumat Persatuan. Intinya, sebagian besar guru menyambut hangat maklumat tersebut, dan di daerah masing-masing mereka mendirikan Cabang PGRI. Hal ini mengakibatkan popularitas SGI (Serikat Guru Indonesia) menurun dan ditinggalkan para anggotanya.

Pada akhir Februari 1950, sebanyak 50 cabang SGI di seluruh Negara Pasundan menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI. Pada tahun 1950, Pemerintah RI mengeluarkan PP No. 16/1950 yang sangat menguntungkan guru-guru bekas daerah federal yang tadinya digaji menurut HBBL (Herziende Bezoldingingsregeliflg der Bur-gelijke Landsdienaren) tahun 1938. Namun pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata disana-sini berjalan seret.

Untuk mendesak birokrasi yang sangat lamban jalannya, guru-guru di Jawa Barat mengancam untuk mengadakan pemogokan. Sikap mereka disokong oleh PB PGRI. Usaha ini berhasil. Peristiwa ini semakin mengokohkan wibawa PGRI baik kedalam maupun keluar dan dengan lancarnya pelaksanaan PP No. 32/1950 tentang penghargaan kepada pelajar pejuang yang semula macet. Selain itu, disana-sini segera didirikan sekolah-sekolah yang khusus diperuntukan bagi para pelajar pejuang.

(8)

4. Kongres V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950

Kongres V diadakan 10 bulan setelah Kongres IV di Yogyakarta. Selain untuk menyongsong Lustrurn I PGRI, juga untuk merayakan peleburan SGI/PGI kedalam PGRI. Dapat dikatakan bahwa kongres tersebut merupakan “Kongres Persatuan”. Untuk pertama kalinya cabang-cabang yang belum pernah hadir sebelumnya datang pada kongres ini.

Dalam kongres ini dibicarakan suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanjutnya, yaitu asaz organisasi ini: apakah akan memilih sosialisme keadilan sosial ataukah Pancasila. Akhirnya, Pancasila diterima sebagai asaz organisasi. Selain itu, didirikan pula bentuk pendidikan guru KPKPKB (Kursus Pengantar Kepada Persiapan Kewajiban Belajar). Usaha mempersatukan guru yang bersikap Coorperator dan Non Coorperator.

Bubarnya Negara RIS dan kembalinya ke NKRI memunculkan dua golongan yang saling bertentangan dan saling mencurigai serta perbedaan pandangan yang tajam.

Kedua golongan itu adalah golongan Coorperator dan golongan Non Coorperator. Masalah yang muncul terutama mengenai penyesuaian gaji pegawai dan penghargaan kepada golongan Non Coorperator yang dengan tegas menantang penjajah Belanda pada saat perang kemerdekaan.

Untuk menyelesaikan masalah ini Kongres PGRI V di Bandung menugaskan kepada Pengurus Besar PGRI terpilih dalam Kongres V untuk secepatnya:

1. Melaksanakan penyesuaian golongan gaji pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah yang telah ditetapkan.

2. Menyelesaikan pelaksanaan upaya pemberian penghargaan kepada golongan Non Coorperator dalam bentuk pembayaran pemulihan.

3. Mendesak pemerintah agar segera menyusun peraturan gaji baru.

4. Mendudukkan wakil PGRI dalam Panitia Penyusunan Peraturan Gaji Baru.

5. Konsolidasi Organisasi dan Hasil yang Dicapai

Menjelang Kongres V dilaksanakan, jumlah cabang PGRI ada 301 dengan jumlah anggota 39.000 orang. Ini menunjukan PGRI semakin berkembang. Oleh karena itu konsolidasi organisasi perlu dilaksanakan terus-menerus sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI.

(9)

Sekretaris Urusan Keuangan dan Usaha : Oemar Sanoesi Komisaris Umum dengan Tugas Pendidikan : F. Wachendorff Komisaris Umum dengan Tugas Perburuhan : Alamsyahroeddin Komisaris Umum dengan Tugas Keuangan : M. Sastroatmadja Komisaris Umum dengan Tugas Usaha : Somahardja

Redaksi Suara Guru dan Anggota : JMS Hoetagaloeng dan Soedjono

Upaya-upaya konsolidasi yang dilakukan oleh PB PGRI hasil Kongres PGRI V membuahkan hasil menggembirakan, antara lainsebagai berikut:

1. 47 Cabang PGRI di Sulawesi dan Kalimantan masuk kedalam barisan PGRI.

2. 2500 guru yang sedianya akan digaji berbeda menurut ketentuan Swaprajaf/Swatantra tertolong dan akhirnya digaji secara sama dan saeragam dari pusat.

3. Pada bulan April 1951 tuntutan PGRI kepada pemerintah tentang kenaikan honorarium dikabulkan.

4. Mulai dilaksanakannya secara teratur konferensi-konferensi daerah, antara lain: a. Konferensi Daerah se Jawa pada Maret 1951

b. Konferensi Daerah di Makasar pada 27 Februari 1952 c. Konferensi Daerah di Banjarmasin pada 20 Maret 1952

d. PB PGRI mulai sering melakukan kunjungan ke Pengurus-Pengurus Daerah/Cabang PGRI.

e. PB PGRI berhasil menerbitkan majalah “Suara Guru” sebagai alat komunikasi organisasi.

Kongres PGRI V mengandung dua momentum penting, yaitu: a. Menyambut Lustrum PGRI yang genap berusia 5 tahun.

b. Wujud rasa syukur dan suka cita yang mendalam karena SGI/PGI (Serikat Guru Indonesia/Persatuan Guru Indonesia) meleburkan diri ke dalam PGRI.

Kedua momen ini mengandung makna bahwa Kongres PGRI V merupakan Kongres Persatuan.

6. Lahirnya Organisais-organisasi yang Berasaskan Ideologi, Agama dan Kekaryaan

1. Gejala Separatisme

(10)

2. Usaha-usaha PGRI Mengatasi Gejala Separatisme

PGRI menanggapi gejala-gejala ini dengan penuh kebijaksanaa, jiwa besar, dan mempelajari penyebabnya. Usaha yang dilakukan PGRI dalam upaya mengatasinya adalah:

a. PB PGRI lebih meningkatkan konsolidasi organisasi sampai ke daerah/cabang. b. Membangkitkan kembali rasa persatuan dan kesatuan, jiwa semangat juang 45,

melalui berbagai kegiatan.

c. Menjelaskan hasil-hasil perjuangan PGRI dan program-program yang akan dilaksanakan. Hasil yang telah dicapai antara lain:

1. Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah PS/PSK yaitu berhasil mengecilkan wilayah PS/PSK menerima uang jalan tetap dan kedudukannya dalam PGP baru yang lebih baik.

2. Pengurangan maksimum jam mengajar dalam seminggu, dan perbaikan honorarium.

3. Perbaikan nasib rekan-rekan guru yang berijazah CVO/DVO.

(11)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PGRI Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949

Pada tahun ini guru Indonesia telah berjuang bersama dengan para pejuang lain untuk memerdekakan Indonesia itu sendiri.

2. PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal 1950-1959

A. Penggakuan RIS oleh Belanda dan pengaruh dalam kongres PGRI VI di Yogyakarta

Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (NRIS) suasana politik masih sangat rawan. Pada saat itu terdapat dua golongan, yaitu :

a. Golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda (golongan non Cooperator)

b. Golongan yang bekerja sama dengan Belanda (Golongan Cooperator)

B. Keputusan penting dalam kongres PGRI IV Keputasan penting itu adalah :

- Mempertahankan dan mengisi kemerdakaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945

- Menghilangkan rasa kecurigaan dan rasa kedaerahan dikalang guru

- Lahir pengurus-pengurus baru dari PGRI

C. Kongres PGRI V Di Bandung 19-24 Desember 1950

Pada kongres ke V disebut juga dengan kongres persatuan di mana SGI dan PGI berbaur dengan PGRI, lalu di dapatlah :

1. Menyelesaikan penyesuaian golongan gaji pegawai berdasarkan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan.

2. Menyelesaikan pemberian penghargaan kepada anggota non Cooperator dalam bentuk pembayaran pemulihan.

3. Mendesak pemerintah agar menyusun peraturan gaji baku.

4. Mendudukan wakil PGRI dalam panitia penyusunan peraturan gaji baru.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait