• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Manajemen Akuakultur Tawar pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Manajemen Akuakultur Tawar pdf"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN LENGKAP

MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Manajement Akuakultur Tawar

O L E H :

KELOMPOK I :

Ardana Kurniaji : I1A2 10 097 Yoddi Fuadi : I1A2 10 115 Siti Hardiyanti P : I1A2 10 067 Asriani : I1A2 10 123 Wulandari H. : I1A2 09 026 Dasfiati : I1A2 10 141 Fauzan Abdullah : I1A2 10 021 Santika : I1A2 10 149 Roni Nerliano : I1A2 10 061 Sasriana : I1A2 10 153 Irsa Setiadi : I1A2 10 093 Ermin : I1A2 10 107 Irsan Djafar : I1A2 10 095 Syukur : I1A2 09 053

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

(2)

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sektor perikanan pada umumnya di tunjukan untuk pengembangan dan peningkatan sumber makanan hewani. Potensi sumber daya perikanan cukup besar, baik yang berasal dari perikanan air tawar maupun perikanan air laut. Untuk memenuhi kebutuhan sumber pangan hewani ini maka perlu adanya tindakan pembudidaya ikan.

Salah satu ikan yang dapat di budidayakan adalah Ikan Nila, karena Ikan Nila memiliki keunggulan antara lain mudah di kembangbiakan dan daya kelangsungan hidupnya tinggi, pertumbuhannya relative cepat dan ukuran badan yang relative besar, dagingnya berwarna putih, rasanya enak dan tidak berduri, tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan serta Ikan Nila rakus terhadap makanan sisa (limbah) sehingga menerrima pakan beragam. Kelebihan Ikan Nila adalah dapat hidup di air tawar, payau dan laut serta tahan terhadap penyakit.

(3)

3

Nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah.

Ikan Nila(O.niloticus) merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan tawaryang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya tambak. Kebiasaan makan Nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air yang lunak serta caing. Benih Nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria, Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal. Pada perairan umum anakan Nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal. Sedangkan Nila dewasa di tempatyang lebih dalam. Nila dewasa mampu mengumpulkan makanan berbentuk plankton dengan bantuan lendir (mucus) dalam mulut.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam upaya pengembangan usaha budidaya dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan yang dibudidayakan dalam karamba jaring tancap.

B. Tujuan dan Manfaat

Mengetahui laju pertumbuhan Ikan Nila (O.niloticus) yang dibudidayakan dalam Karamba Jaring Tancap dalam jangka waktu tertentu untuk diperoleh profit secara berkelanjutan.

(4)

4

BAB II

METODOLOGI PRAKTEK LAPANG

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanankan padabulan Oktober sampai bulan Desember 2012. Yang bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) air tawar Abeli Sawah Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum Manajeman Akuakultur Tawar

No. Alat dan Bahan Kegunaan

(5)

5

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum lapang manajemen akuakultur tawar ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan

a. Menentukan lokasi budidaya ikan dengan melihat sarana dan prasarana yang nanti akan mendukung kegiatan budidaya.

b. Melakukan survei awal untuk menentukan metode budidaya yang akan diterapkembangkan.

c. Menyiapkan seluruh komponen budidaya yang dibutuhkan termasuk alat pokok, pendukung dan alat penunjang.

d. Memasang wadah budidaya dalam hal ini membuat karamba jaring tancap dalam kolam yang memiliki kedalaman 1 meter.

e. Membersihkan lahan budidaya terlebih dahulu sebelum penebaran bibit. 2. Persiapan Bibit

a. Menentukan spesies ikan yang akan dibudidayakan sesuai dengan kondisi sarana prasarana yang ada dan peluang pasar yang tersedia.

b. Menyeleksi bibit unggul (shortir) yang akan ditebar dan menentukan jumlah ikan sesuai padat tebar.

(6)

6

3. Penebaran Bibit Ikan

a. Menghitung padat tebar optimum sesuai dengan luas karamba budidaya dan jumlah ikan yang ada.

b. Melakukan aklimatisasi terlebih dahulu pada saat penebaran dengan cara membuka secara perlahan wadah ikan dan mengkondisikan parameter air sama keduanya.

c. Melakukan sampling ikan untuk memperoleh data berat dan panjang awal ikan menggunakan timbangan dan mistar.

4. Pemberian Pakan

a. Memberikan pakan pellet pada ikan yang dibudidayakan setiap 2 kali sehari yakni pagi dan sore.

b. Pakan yang diberikan sebanyak 90 gram dengan dua kali pemberian dalam sehari.

c. Meningktakan jumlah pakan setiap minggu sesuai dengan berat biomasa ikan yang disampling.

5. Pemeliharaan Ikan

a. Memelihara ikan selama dua bulan dengan memperhatikan pertumbuhan ikan.

(7)

7

6. Pengontrolan Kualitas Air dan Hama Penyakit

a. Melakukan pengukuran paramter setiap kali melakukan sampling yakni setiap 2 minggu sekali. Paramter yang diukur adalah suhu, kadar DO, pH dan kecerahan perairan.

b. Memeriksa kondisi tubuh ikan yang disampling, mengamati bagian-bagian tubuh ikan.

c. Membersihkan hama yang berpotensi mengganggu pertumbuhan ikan. d. Melakukan pergantian air kolam/karamba sebulan sekali

e. Mengontrol kebersihan karamba dan mencegah penumpukan sisa pakan didasar karamba.

f. Melakukan karantina dan penanganan untuk ikan-ikan yang terkena penyakit.

g. Menganalisa kondisi parameter air dan laju pertumbuhan ikan 7. Pemanenan

a. Menyiapkan peralatan panen

b. Memanen ikan dengan cara mengangkat jaring karamba

c. Mengambil ikan-ikan yang dipanen sesuai kebutuhan jika dilakukan pemanenan selektif.

(8)

8

BAB II

BUDIDAYA IKAN NILA

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang danramping dengan sisik berukuran besar.Ikan nila kini banyak dibudi dayakan di berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya bagus di dalam berbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora dan mampu mencerna makanan secara efisien.Menurut Saanin (1984);Setiawan (2012), Ikan Nila (O.niloticus) mempunyaiklasifikasi sebagai berikut:

Regnum : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes

Subkelas : Acanthopterygii Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila (O.niloticus)

(9)

9

Berdasarkan hasil kegiatan budidaya yang dilakukan dalam praktikum ini, maka tahapan budidaya yang diterapkembangkan dalam mengamati laju pertumbuhan Ikan Nila (O.niloticus) adalah sebagai berikut :

A. Pemilihan Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi dimaksudkan untuk mengetahui rancangan rencana budidaya yang akan diterapkembangkan, yakni dengan memperhatikan kondisi perairan (kolam) budidaya meliputi sumber air dan kontuksi wadah, sarana dan prasarana pokok, pendukung dan penunjang serta akses transportasi yang memudahkan untuk pemasaran. Lokasi sangat menentukan prospek usaha, terutama ketersediaan sarana dan prasarana budidaya serta kondisi perairan.

1. Sumber Air

Sumber air (Water sources) adalah hal mutlak yang harus diperhatikan sebelum melakukan budidaya. Hal ini dikeranakan air merupakan penentu keberlangsungan kehidupan ikan budidaya, tingginya kualitas air akan sangat menunjang pertumbuhan ikan. Menurut Sriharti (1996) bahwa Sumber air adalah faktor yang sangat penting dalam menyeleksi lokasi. Lokasi kolam harus berhubungan langsung atau dekat sumber air.

(10)

10

Treatmentatau diberikan perlakuan khusus yakni diendapkan dalam kolam penampungan air (tandon) yang telah ditumbuhi tumbuhan air seperti eceng gondok. Hal ini dimaksudkan agar air yang akan digunakan terhindar dari kandungan kimia berbahaya dan mereduksi aktifitas bakteri yang berpotensi menimbulkan penyakit.

2. Kontruksi Wadah Budidaya

Selain sumber air, hal pokok yang pertama harus dipersiapkan adalah kontruksi wadah budidaya, penentuan kontruksi budidaya berkaitan dengan tingkah laku dan habitat dari organisme yang akan dibudidayakan. Pada budidaya ini, wadah budidaya adalah karamba jaring yang ditancapkan dalam kolam budidaya. Kontruksi karamba berbentuk persegi dengan panjang 2 x 3 meter dengan kedalaman 1 meter. Oleh sebab itu, pengaruh dasar kolam tidak berpengaruh signifikan hanya saja perlu untuk diperhatikan. Setelah dilakukan pengamatan, jenis tanah pada kolam termasuk jenis tanah liat/lempung dan tidak berporos, jenis tanah ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Selain kondisi tanah, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air. Hal ini bertujuan untuk mengontrol kualitas air yang digunakan selama budidaya.

3. Sarana dan Prasarana Pendukung

(11)

11

B. Persiapan Bibit

Persiapan bibit dimaksudkan untuk menjaga kualitas bibit yang akan dibudidayakan sehingga tingkat Survival Rate mencapai maksimum. Persiapan bibit meliputi pemilihan sumber bibit, penyortiran bibit yang akan dipilih untuk dibudidayakan dan transportasi atau pengangkutan bibit dari lokasi sumber bibit ke tempat budidaya.

1. Pemilihan Sumber Bibit

Pemilihan sumber bibit memperhatikan beberapa aspek diantaranya lokasi pembibitan tidak jauh dari lokasi budidaya dan metode pembenihan yang diterapkan dilokasi pembibitan tersebut. Pada praktikum ini, sumber bibit berasal dari Balai Benih Ikan (BBI) Abeli Sawah tempat dimana dilakukan budidaya, sehingga dapat dilihat metode pembenihan yang diterapkan.

2. Penyortiran Bibit

(12)

12

Jika terjadi persaingan makanan diantara ikan, secara perlahan akan menimbulkan ketidakseimbangan pertumbuhan dari rata-rata pertumbuhan mutlak.

3. Transportasi Bibit

Dalam transportasi bibit, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi wadah pengangkutan. Wadah harus dalam kondisi normal dengan kandungan Oksigen yang tersedia secara optimum. Namun dalam praktikum ini, bibit hanya dipindahkan di kolam berbeda dengan menggunakan ember. Hal ini karena sumber bibit didapat dari lokasi budidaya itu sendiri. Sehingga memudahkan dalam pengangkutan bibit.

C. Penebaran Bibit

Penebaran bibit dilakukan pada sore hari, hal ini dimaksudkan agar kondisi parameter perairan tidak membahayakan dalam proses aklimatisasi ikan. setelah ikan diangkut dari sumbernya, maka dilakukan aklimatisasi guna penyesuaian paramter yang ada dengan parameter air sebelumnya sehingga ikan tidak mengalami stres. Dalam aklimatisasi, suhu menjadi faktor penting untuk disimilarkan dengan cara menyimpan terlebih dahulu ikan diatas kolam selama beberapa menit kemudian membiarkan ikan keluar dengan sendirinya di kolam budidaya.

(13)

13

dengan bentuk kolam, luas dan dibit air serta kerjernihan dan kualitas pakan. Cara untuk menentukan penebaran suatu kolam adalah dengan mengetahui kapasitas alami pertumbuhannya. Oleh karena itu, dalam penentuan padat penebaran dilakukan sampling panjang dan berat ikan terlebih dahulu.

D. Pemberian Pakan

Fungsi makanan bagi ikan adalah sebagai sumber energi yang diperlukan dalam proses fisiologis dalam tubuh. Oleh karena itu makanan harus mengandung zat-zat penghasil energi, yaitu protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, makanan juga harus mengandung vitamin, mineral, serat dan air yang diperlukan untuk proses fisiologi lainnya.

(14)

14

Jumlah ransum per han 3% x 3158 gram = 94,74 atau dibulatkan 90 gram dengan asumsi pemberian 2-3% dari rata-rata berat ikan. Ransum ini diberikan 2 kali sehari.

Selama masa pemberian pakan, kondisi karamba juga diperhatikan utamanya bagian dasar karamba agar tidak ada pengendapan yang berlebihan dari sisa pakan karena hal ini dapat memicu dekomposisi yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut dan berpotensi menghasilkan senyawa amoniak yang berbahaya untuk pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan terhindar dari jamur dan tidak mengalami penurunan mutu. Karena kondisi pakan yang demikian dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan parasit dikolam budidaya ikan.

E. Pemeliharaan Ikan

(15)

15

menunjukkan bahwa ikan mengalami pertumbuhan normal dan pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan. Laju pertumbuhan ikan ini juga mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan pertambahan ukuran yang sesuai.

F. Pengontrolan Kualitas Air

Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengukur berbagai parameter air meliputi suhu, pH, kecerahan dan kandungan DO atau oksigen terlarut dalam kolam. Parameter tersebut diukur dengan tujuan untuk mengatahui kebutuhan ikan selama masa pemeliharaan. Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat memicu peningkatan konsumsi makanan, sehingga jumlah pakan harus ditambah dengan melihat kebutuhan yang ada. Oleh sebab itu, pengukuran paramter ini tidak hanya bertujuan untuk menguji kondisi perairan yang sesuai dengan pertumbuhan ikan tetapi juga mengamati berbagai hal yang kemungkinan akan ditimbulkan.

1. Suhu

(16)

16

2. Kecerahan

Kecerahan berpengaruh pada intensitas cahaya yang masuk kedalam badan air kolam. Intensitas cahaya yang cukup memungkinkan ketersediaan oksigen terlarut dan jumlah pakan alami mencukupi untuk pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purba dkk. (2009) bahwa fitoplankton akan melakukan fotosintesis dalam intensitas suhu yang optimal dan memungkinkan ketersediaan oksigen terlarut di perairan mencukupi untuk seluruh biota.

Dari hasil pengukuran kecerahan menggunakan Secci Disk, kecerahan mencapai 80% dengan kedalaman air 100 cm. Hal ini tentu akan menghambat pertumbuhan fitoplankton dan mereduksi ketersediaan pakan alami di dalam kolam budidaya. Hanya saja, pertumbuhan Ikan Nila akan berjalan optimum dikarenakan kedalaman kolam rendah sehingga ketersediaan oksogen terlarut dapat tersedia melalui difusi oksigen dari atmosfir ke perairan dan ini tentu membantu ikan.

3. pH (Keasaman)

(17)

17

4. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan parameter kimia yang dapat dijadikan indikasi kualitas perairan. Distribusinya dalam perairan dipengaruhi beberapa faktor kimia dan fisika (Djawadi, dkk., 2011).Ikan Nila bernapas memerlukan oksigen dan mengeluarkan CO2. Kandungan oksigen dapat bertambah

melalui aktifitas fotosintesis organisme yang berklorofil dan difusi dari atmosfir. Ikan Nila termasuk ikan yang tahan dalam kondisi kekurangan oksigen (Kharium dan Amri, 2009). Kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila minimal 4 mg/liter air dan kandungan karbondioksidanya kurang dari 5 mg/liter air. Sehingga ikan akan benar-benar tumbuh secara optimum.

G. Pencegahan Hama dan Penyakit

(18)

18

kematian. Meskipun tidak ditemukan penyakit yang berpotensi menimbulkan kematian, hanya beberapa hama yang ditemukan dan akan mengganggu pertumbuhan ikan, hama tersebut antara lain kodok, keong mas dan burung.

H. Pemanenan

Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara yakni panen total dan panensebagian.

a. Panen total

Pada praktikum ini, Panen total dilakukan dengan cara mengangkat karamba jaring tancap, hingga kepermukaan. sehingga memudahkan dalampenangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidakpanas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukanpemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.

b. Panen sebagian atau panen selektif

(19)

19

BAB IV

ANALISIS PERENCANAAN EKONOMI

Pada analisis ini digunakan asumsi bahwa pembenihan semi-intensif dilakukan selama 2 bulan dalam karamba 2x3 meter. Benih yang ditebar sebanyak 100 ekor. Dengan harga benih 500,00/ekor.

A. Analisis Usaha

1. Biaya Tetap

- Penyusutan peralatan 2/60 x Rp 500.000 = 16.000 - Penyusutan Saran Pendukung 2/12 x Rp 200.000 = 35.000 2. Biaya Variabel

- Benih Ikan Nila (30 ekor/m2-) 100 ekor x Rp 500 = 50.000 - Pakan Ikan (90 gram x 60 hari) 5400 gram = 200.000 - Biaya panen (TK tidak tetap) = 100.000 3. Hasil Panen (Pendapatan)

- Benih 100 ekor @ 2 kg/ekor dengan SR 70%

70 x 2 = 140 kg x 10.000 = 1.400.000 B. Analisi Biaya Manfaat

1. Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya

= Rp 1.400.000 – Rp 400.000 = Rp 1.000.000

2. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) = Pendapatan : Total Biaya = Rp 1.400.000 : 400.000 = Rp 3,5

(20)

20

C. Break Event Point (BEP)

- BEP Produksi = Total Biaya : Harga Satuan = Rp 400.000 : Rp 10.000 = 40 ekor

Artinya, titik impas pembudidayaan ikan nila divapai pada produksi 40 ekor. - BEP Harga Produksi = Total Biaya : Total Produksi

= Rp 400.000 : 70 ekor = 5714

Artinya, titik impas pembudidayaan ikan nila dicapai pada harga produksi Rp 5.714 per ekor.

D. Pengembalian Modal

Pengembalian Modal = Total Biaya : Keuntungan = Rp 400.000 : Rp 1.000.000 = 0,4

Artinya, modal yang dikeluarkan untuk usaha budidaya ikan nila dikembalikan dalam waktu 0,4 kali periode pembesaran.

E. Efisiensi Penggunaan Modal

Penggunaan Modal = Keuntungan : Total Biaya x 100% = Rp 1.000.000 : Rp 400.000 x 100% = 21 %

(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

Djawadi, Tjutju Susana, Suyarsono, Suci Lastrini. (2001) Distribusi Oksogen Terlarut dan Derajat Keasaman (pH) di Perairan Selat Sunda. Pusat Penelitian Osenaografi-LIPI. Jakarta.

Khairuman dan Amri. 2009. Budi daya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia. Jakarta.

Kordi, Ghufran H. 2011. Marikultur, Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Lily Publisher. Yogyakarta.

Rukmini, 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya Putra Darwati. Bandung. Setiawan R. 2012. Budidaya Ikan Nila. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum Manajeman Akuakultur Tawar
Gambar 1. Ikan Nila (O.niloticus) (Sumber : Lim dan Webster, 2006; Setiawan, 2012)

Referensi

Dokumen terkait