• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PE"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

TERHADAP AUDIT DELAY

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

Oleh :

SHOHELMA SA’ADAH NIM . 2008 / 02151

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2)
(3)

1 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL TERHADAP AUDIT DELAY

Shohelma Sa‟adah

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang

Email: shohelmasaadah14@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh (1) ukuran perusahaan terhadap audit delay, dan (2) sistem pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, sebanyak 41 perusahaan. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik regresi berganda yang dianalisis.

Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay ditunjukkan dengan tingkat sig 0,000< 0,05 dan β negatif yaitu -2,151 dan (2) sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delaydengan tingkat sig 0,002< 0,05 dan β negatif yaitu -10,332.

Dalam penelitian ini disarankan : (1) Bagi perusahaan publik untuk memberikan keleluasaan kepada auditor untuk melakukan pekerjaan lapangan sebelum tanggal penutupan tahun buku. Perusahaan diharapkan dapat membatu pekerjaan auditor dengan memberikan data-data yang diperlukan selama proses pemeriksaan, memberikan jawaban-jawaban yang benar dan wajar atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor sehingga laporan keuangan auditan dapat diterbitkan lebih awal. (2) Bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan perluasan variabel yang diperkirakan mempengaruhi audit delay guna memperoleh penjelasan lebih baik mengenai fenomena tersebut.(3) Bagi auditor untuk merencanakan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Mengingat jumlah klien yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat maka auditor harus merencanakan dengan saksama agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan tepat waktu.

Kata kunci: ukuran perusahaan, sistem pengendalian internal, audit delay

ABSTRACT

The aims of this study were to determine the effect of firm size on the audit delay and the effect of internal control system on the audit delay at a manufacturing company registered on the Indonesia Stock Exchange.

This study was classified as causative study. The population of this study was manufacturing company registered on the Stock Exchange in 2008 until 2011. A total of 41 companies were enrolled in this study,determined by the purposive sampling method. The data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and www.idx.co.id. Data analysis techniques using double regression test.

From this study we can conclude that firm size had adverse affect on the audit delay indicated by the level of sig 0,000 < 0,05 and β negative is -2,151 and of internal control system had adverse affect on the audit delay indicated by the level of sig 0,002< 0,05 and β negative is -10,332.

In this study Suggested: (1) For public companies to provide flexibility to the auditor to conduct field work before the closing date of the fiscal year. Company auditor jobs are expected to be petrified by providing the necessary data during the checkout process, providing correct answers and reasonable to questions by auditors that audited financial statements be issued early. (2) For further research to expand a variable that is estimated to affect audit delay in order to obtain a better explanation of the phenomena. (3) For the auditor to plan the field work as well as possible so that the work can be done effectively and efficiently. Given the number of clients being audited from year to year increases the auditor should plan carefully so that the resulting audited financial statements on time.

(4)

1. PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan sarana utama yang digunakan oleh perusahaan untuk

menyampaikan informasi keuangan

perusahaan kepada pihak luar. Tujuan laporan keuangan adalah sebagai media bagi

perusahaan untuk mengkomunikasikan

berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan perusahaan, perubahan posisi keuangan, arus kas serta sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan terhadap informasi tersebut. Laporan keuangan sebaiknya dibuat dan dipublikasikan sesegera mungkin agar tidak mempengaruhi kapasitasnya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan para pemakainya. Perusahaan diharapkan untuk tidak menunda penyajian laporan keuangan yang dapat menyebabkan manfaat informasi disajikan menjadi berkurang.

Regulator memandang perlu

menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh setiap emiten (Made Gede W, 2004). Hal ini diperkuat dengan adanya peraturan dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit tepat waktu. Peraturan ini diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. KEP-346/BL/2011. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan, selambat lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan perusahaan.

Dari tahun ke tahun masih banyak perusahaan yang go publik terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan atas audit laporan keuangan perusahaan. Tabel 1

menyajikan fakta keterlambatan penyampaian laporan keuangan emiten tahun 2001-2011 ke Bapepam-LK.

Tabel 1

Jumlah Emiten Yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan

Auditan

Tahun Jumlah Emiten

2001 64

2002 86

2003 81

2004 67

2005 160

2006 170

2007 183

2008 111

2009 50

2010 40

2011 54

Sumber:http//www.okezone.com/bapepam-denda-emiten

Untuk mendapatkan laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan, diperlukan proses audit dengan jangka waktu yang berakibat adanya audit delay. Lamanya proses penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM. Rentan waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan. Lamanya waktu penyelesaian audit dihitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut

audit delay (Dyer & McHugh, 1975).

(5)

3

perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit

delay dikarenakan perusahaan tersebut

dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Ansah (2000) menjelaskan bahwa perusahaan berskala besar memiliki sumberdaya dan staf akuntan yang lebih banyak dan memiliki sistem informasi akuntansi canggih dari pada perusahaan dengan skala kecil. Selain itu perusahaan berskala besar juga memiliki sumberdaya untuk membayar audit fees yang lebih tinggi sehingga dapat menekan auditor untuk melaksanakan pekerjaannya lebih awal dan menyelesaikan audit tepat waktu bila dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Sistem pengendalian internal adalah prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen yang terdiri atas reliabilitas pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan ketaatan pada ketentuan hukum dan peraturan (Arens, 2008). UU Sarbanes-Oxley Section 404, auditor diharuskan untuk memberikan atestasi mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi merupakan jasa assurance

dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Atestasi berupa audit atas laporan keuangan dan atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi

menghasilkan pendapat opini yang

dikeluarkan auditor atas efektivitas

pengendalian internal. Efektivitas

pengendalian internal dapat dilihat dari opini audit yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan yang pengendalian internalnya efektif menerima opini wajar tanpa pengecualian dan perusahaan pengendalian internalnya kurang efektif menerima opini selain wajar tanpa pengecualian.

Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian internal yang baik dapat mengurangi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Lemahnya pengendalian internal memberikan dampak

audit delay yang semakin lama karena auditor membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari bahan bukti yang lengkap dan komplek untuk mendukung opininya (Whitterd, 1976) dalam (Ade, 2011).

Beberapa penelitian sebelumnya Carslaw dan Kaplan (1991) di New Zelland yang menggunakan total asset sebagai proksi ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit

delay mempunyai hubungan yang

berkebalikan dengan ukuran perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat yang akan mengurangi kecendrungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan meyakinkan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas dan untuk melakukan pekerjaan internal. Perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat maka auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian substansif dan pengujian ketaatan, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal terhadap audit delay

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. TELAAH LITERATUR DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Audit delay

(6)

adanya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan‟. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006). Menurut Dyer & McHugh (1975), “Auditors’ report lag is the

open interval of number ofdays from the year end to the date recorded as the opinion signature date in theauditor’s report”.

Menurut Knechel dan Payne (2001) dalam Lophiga Surbakti (2009) audit delay

atau audit reporting lag dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor. 2. Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara

dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya.

3. Reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor.

audit delay diukur berdasarkan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yaitu dari lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan. Dilihat sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

2.2 Ukuran Perusahaan

Skala perusahaan menunjukkan

besarnya suatu ukuran (besar atau kecil) dari suatu perusahaan atau badan usaha Edilius (1992). Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari besarnya total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut keputusan BAPEPAM No. 9 tahun 1995 pada

dasarnya ukuran perusahaan dapat

digolongkan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Perusahaan menengah/kecil

Perusahaan menengah/kecil merupakan badan hukum yang didirikan di Indonesia yang:

1) Memiliki sejumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp 20 milyar.

2) Bukan merupakan afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengah/kecil. 3) Bukan merupakan reksadana.

b. Perusahaan menengah/besar

Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha. Usaha ini meliputi usaha nasional (milik negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan di Indonesia.

Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil, Dyer dan McHugh (1975) dalam Lestari (2010). Manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Lestari (2010) di New Zelland yang menggunakan

total asset sebagai proksi ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit delay mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan ukuran perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan yang lebih besar mempunyai pengendalian internal yang lebih kuat yang akan

mengurangi kecenderungan kesalahan

(7)

5

oleh perusahaan, untuk memastikan kepuasan dari klien yang lebih besar.

2.3 Sistem Pengendalian Internal

Menurut Arens & Mark S. Beaslev (2008) sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Tujuan tersebut terdiri atas: Reliabilitas pelaporan keuangan, Efisiensi dan efektifitas operasi, Ketaatan pada hukum dan peraturan.

Lima elemen pengendalian internal COSO menurut Arens (2008):

a. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik entitas secara keseluruhan. Subelemen yang harus dipertimbangkan auditor untuk memahami dan menilai lingkungan pengendalian: 1) Integritas dan nilai-nilai etis

2) Komitmen pada kompetensi

3) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

4) Filosofi dan gaya operasi manajemen 5) Struktur organisasi

6) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

b. Penilaian risiko

Penilaian risiko atas pelaporan keuangan

adalah tindakan yang dilakukan

manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang relavan dengan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP.

c. Aktivitas pengendalian

Kebijakan dan prosedur, selain yang termasuk dalam komponen lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, dan pemantauan, yang membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk

menangani risiko guna mencapai tujuan entitas. Lima jenis aktivitas pengendalian: 1) Pemisahan tugas yang memadai

2) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas

3) Dokumen yang memadai

4) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan

5) Pemeriksaan independen atas kinerja d. Informasi dan komunikasi

Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan entitas tersebut serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Sistem informasi dan komunikasi akuntansi mempunyai beberapa subkompenen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi seperti penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, akuisisi, dan sebagainya. e. Pemantauan

Penilaian mutu pengendalian internal secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian tersebut telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.

Tanggung jawab auditor untuk memahami pengendalian internal: Standar pekerjaan lapangan yang kedua dari GAAS (Arens, 2008) menyatakan “Auditor harus memiliki pemahaman yang cukup tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai apakah risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat, penetapan waktu, dan luas prosedur audit lebih lanjut”.

Pemahaman pengendalian yang

terutama diperhatikan auditor dalam pengendalian internal (Arens, 2008):

(8)

2. Pengendalian atas kelas-kelas transaksi UU Sarbanes-Oxley Section 404 (Arens, 2008) menyatakan auditor diharuskan untuk memberikan atestasi mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi merupakan jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Atestasi berupa audit atas laporan keuangan dan atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi

menghasilkan pendapat opini yang

dikeluarkan auditor atas efektivitas

pengendalian internal. Efektivitas

pengendalian internal dapat dilihat dari opini audit yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan yang pengendalian internalnya efektif menerima opini wajar tanpa pengecualian dan perusahaan pengendalian internalnya kurang efektif menerima opini selain wajar tanpa pengecualian.

Menurut Carslaw (1991), perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat maka auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian substansi dan pengujian ketaatan, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik. Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian internal yang baik dapat mengurangi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Lemahnya pengendalian internal memberikan dampak

audit delay yang semakin lama karena auditor membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari bahan bukti yang lengkap dan komplek untuk mendukung opininya (Whitterd, 1976) dalam (Ade, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas maka hipotesis didapat sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan negatif terhadap audit delay.

H2: Semakin efektif pengendalian internal perusahaan maka semakin cepat audit delay.

.

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini digolongkan penelitian kausatif. Penelitian kausatif berguna untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya, dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Dalam hal ini melihat seberapa jauh pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal terhadap

audit delay.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 – 2011 dengan jumlah populasi sebanyak 159 perusahaan.

Pemilihan sampel yang akan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu yaitu berjumlah 18 perusahaan.

Kriteria yang akan digunakan adalah:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek Indonesia tahun 2008-2011 b. Perusahaan yang memiliki data laporan

keuangan yang lengkap berupa laporan keuangan tahunan dan laporan auditor independen selama periode 2008 sampai 2011.

Tabel 1

Penyaringan Sampel Perusahaan

Keterangan Jumlah

Perusahaan

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2011

(9)

7

Keterangan Jumlah

Perusahaan

b. Perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan lengkap dari tahun 2008 sampai 2010

(118)

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian

41

Sumber :www.idx.co.id

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter, yaitu data penelitian yang berupa laporan-laporan. Sumber data penelitian ini data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang tergolong perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011.

Menurut Mudrajat (2003:127), data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Variabel yang diteliti tersebut tersedia dengan lengkap dalam laporan keuangan tahun 2008-2011. Sumber data diperoleh dari Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) dan

Monthly IDXwww.idx.co.id.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik dokumentasi dari data-data yang dipublikasikan oleh perusahaan mengenai nilai total aset, opini auditor, tanggal penyelesaian audit, dan tanggal penyerahan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dengan cara akses langsung dari situs Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) dan Monthly IDX

www.idx.co.id.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah audit delay dengan variabel bebas Ukuran perusahaan Sistem pengendalian internal.

.

3.6 Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini audit delay

diukur berdasarkan rentang waktu

penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yaitu dari lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan. Dihitung sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

ukuran (size) perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan sampel. Penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa dengan total aktiva lebih menunjukan ukuran perusahaan dibandingkan dengan kapitalisasi pasar.

Sistem pengendalian internal ini diukur dengan menggunakan penilaian berupa pendapat yang diberikan oleh auditor atas pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan dua klasifikasi pendapat auditor, yaitu wajar tanpa pengecualian (nilai

dummy 1) dan selain wajar tanpa pengecualian (dummy 0). Pengukuran ini juga digunakan oleh Ade, 2011.

1.7 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh antara ukuran perusahaan dan system pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur. Sebelum melakukan pengujian dengan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan berbagai uji asumsi klasik agar dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang benar dan akurat.

Uji Normalitas

(10)

Penelitian ini menggunakan pengujian data dengan analisi statistik menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai uji

Kolmogorov-Smirnov > 0,05 berarti data terdistribusi normal. Jika nilai signifikan uji

Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data

dinyatakan tidak terdistribusi dengan normal.

Uji Multikolinearitas

Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji multikolinearitas. Multikoliniaritas adalah salah satu asumsi penting untuk model regresi berganda. Asumsi ini menyatakan bahwa antara variabel independen terjadi gejala korelasi atau memiliki hubungan yang signifikan. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dilihat melalui nilai tolerance value dan variance

inflation factor(VIF). Angka yang

menunjukkan tidak adanya multikolonearitas apabila nilai tolerance diatas 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005).

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar data yang berdasarkan urutan waktu (time series). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan t-1 (sebelumnya). Jika terjadi berarti ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik harus bebas dari autokorelasi. Menurut Ghazali (2005) pengujian autokorelasi yang banyak digunakan adalah dengan metode Durbin-Watson dengan kriteria sebagai berikut: 1) Bila 0 < d < dl atau dl ≤ d ≤ du berarti tidak

ada autokorelasi positif

2) Bila 4 – dl < d < 4 atau 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl berarti tidak ada korelasi negatif

3) Bila du < d < 4 – du berarti tidak ada korelasi positif atau negative

Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas yaitu variabel pengganggu memiliki varian yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Menurut Imam (2006:105), uji

heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pangamatan lain. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen tidak signifikan (sig >

0.05) berarti model bebas dari

heterokedastisitas.

Analisis Regresi Berganda

Analisa data menggunakan regresi berganda (multiple regression). Pengujian ini berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Persamaan analisis berganda adalah:

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + ε Dimana:

Y1 = Audit delay a = konstanta

b1, b2,=Koefisien masing-masing variabel X

X1 =Ukuran perusahaan

X2 =Sistem pengendalian internal

 =Error

Uji Koefisien Determinan (R2)

Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengetahui kontribusi variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka menunjukkan semakin besar pula pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini digunakan

(11)

9

dalam menerangkan variasi variabel satu (Ghozali, 2001).

Uji F (F- test)

Uji F dilakukan bertujuan untuk menguji apakah secara serentak variabel-variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen secara baik dan untuk menguji apakah model yang digunakan sudah

fix atau belum. Patokan yang digunakan dalam pengujian ini adalah membandingkan nilai sig yang diperoleh dengan derajat signifikansi pada level α = 0.05. Apabila nilai

F yang diperoleh lebih kecil dari derajat signifikansi maka model yang digunakan sudah fix.

Uji t (t-test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi berganda secara parsial. Untuk melihat nilai signifikansi masing-masing parameter yang diestimasi, maka digunakan t-Test dengan rumus:

t-Test = βi Sβi dimana :

βi = koefisien regresi

Sβi = Standar error atas koefisien regresi variabel

Dengan kriteria pengujian:

1. Jika tingkat signifikansi < α 0,05, t tabel < t hitung, dengan koefisien β negatif maka hipotesis diterima.

2. Jika tingkat signifikansi > α 0,05, t tabel > t hitung, maka hipotesis ditolak

1.8 Defenisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap penelitian ini maka perlu dijelaskan istilah pokok yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya, diantaranya yaitu :

1. Audit Delay

Audit delay merupakan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh

laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala pengklasifikasian besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan total aset atau toatal aktiva perusahaan yang tercantum pada laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit. . 3. Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian inernal

merupakan suatu kebijakan dan proses yang dirancang untuk memberikan memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan mampu mancapai tujuan dan sasarannya yang terdiri dari reliabilitas pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, dan ketaatan pada hukum dan peraturan.

4 HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu audit delay, sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah adalah ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal. Berikut ini tabel yang menyajikan deskripsi variabel penelitian secara statistik:

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Ukuran

Perusahaan 164 4.23E8 1.47E13 1.6586E12 2.59815E12 SPI 164 .00 1.00 .8598 .34830 Audit Delay 164 31.00 152.00 72.5732 16.25829

(12)

Group Statistics

SPI N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Audit

Delay

Selain WTP 23 82.0435 13.10613 2.73282 WTP 141 71.0284 16.23662 1.36737

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Tahun 2012

Tabel 2 menjelaskan secara deskriptif variabel-variabel dalam penelitian ini. Variabel audit delay (Y) pada perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia rata-rata yaitu sebesar 72,57 hari dengan standar deviasi 16,26. Audit yang paling lama (maximum) yaitu 152 hari dan audit paling pendek (minimum) yaitu 31 hari.

Variabel ukuran perusahaan (X1) diproksikan dengan total asset, memiliki rata-rata sebesar 1,658 atau Rp. 1,658 triliun dengan standar deviasi sebesar 2,598 atau Rp. 2,598 triliun. Ukuran perusahaan tertinggi (maxsimum) adalah 1,47 atau Rp. 14,7 triliun sedangkan ukuran perusahaan terendah (minimum) sebesar 4,23 atau Rp. 423 juta.

Pada Tabel 8.2 sistem pengendalian internal (X2) yang diproksikan dengan opini wajar tanpa pengecualian memiliki rata-rata sebesar 71,03 dengan standar deviasi sebesar 16,24 dan opini selain wajar tanpa pengecualian memiliki rata-rata sebesar 82,04 dengan standar deviasi sebesar 13,11. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) adalah 1 dan nilai terendah (minimum) adalah 0.

Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda, ada beberapa syarat pengujian yang harus dipenuhi agar hasil

olahan data benar-benar dapat

menggambarkan apa yang menjadi tujuan penelitian yaitu uji normalitas, uji multikolonearitas, uji autokorelasi dan heterokedastisitas.

Menurut Ghazali (2005) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang dipergunakan adalah uji

Kolmogorov-Smirnov. Penentuan nomal atau tidaknya

suatu distribusi data ditentukan berdasarkan taraf signifikansi hasil hitung. Jika taraf signifikansi di atas 0,05 maka data diinterpretasikan terdistribusi normal, dan sebaliknya, jika taraf signifikansi hasil hitung di bawah 0,05 maka diinterpretasikan bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Setelah dilakukan pengolahan data, di dapat hasil yang menyatakan bahwa data terdistribusi dengan normal. menunjukkan bahwa taraf signifikansi hasil hitung asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,147 yang berada di atas 0,05. Dengan demikian nilai residual terdistribusi secara normal sehingga model penelitian

dinyatakan telah memenuhi asumsi

normalitas.

Hasil uji multikolonearitas

menunujukkan hasil perhitungan nilai VIF dan tolerance. Nilai VIF untuk variabel ukuran perusahaan (X1) sebesar 1,002 dengan

tolerance sebesar 0,998 dan sistem

pengendalian internal (X2) VIF sebesar 1,002 dengan tolerance sebesar 0,998. Masing-masing variabel bebas tersebut memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen.

Hasil uji heterokedastisitas

menunjukkan bahwa hasil perhitungan dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa level sig > α 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari gejala Heterokedastisitas dan layak digunakan dalam analisis regresi berganda.

(13)

11 a. Dependent Variable: Audit Delay

Sumber: olahan data SPSS, 2012

Dari pengolahan data statistik pada Tabel 3 di atas maka diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 85,024 – 2,151UP – 10,332 SPI Angka yang dihasilkan dari pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa terdapat nilai konstanta 85,024 yang berarti bahwa tanpa ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal maka audit delay

adalah 85,024. Nilai koefisien dari variabel ukuran perusahaan (X1) adalah sebesar -2,151 ini berarti bahwa dengan meningkatnya ukuran perusahaan sebesar satu satuan maka akan menurunkan audit delay sebesar -2,151. Nilai koefisien variabel sistem pengendalian internal (X2) adalah sebesar -10,332, ini berarti bahwa dengan meningkatnya sistem pengendalian internal sebesar satu satuan maka akan menurunkan audit delay sebesar 10,332.

Hasil uji koefisien menghasilkan nilai

Adjusted R Square sebesar 0,163. Nilai

AdjustedR Square ini menunjukkan bahwa

besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 16,3%, sedangkan sisanya sebesar 83,7% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model.

Hasil pengolahan data menunjukkan hasil F hitung sebesar 16,909 yang signifikan pada 0,000. Jadi F hitung > F tabel ( sig 0,000 < 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Patokan yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai signifikan yang dihasilkan dengan alpha 0,05. Penelitian ini menggunakan α = 0,05

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapat pengaruh antar variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:

1. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay

Dari hasil pengujian yang

dilakukan, diperoleh bahwa hasil ukuran perusahaan (X1) berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay (Y). Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi (sig t) ukuran perusahaan sebesar 0,000 (< 0,05) dengan β negatif sebesar -2,151. Dengan demikian H1 dalam penelitian ini diterima. 2. Sistem Pengendalian Internal

berpengaruh signifikan negatif terhadap

audit delay

Dari hasil pengujian yang

dilakukan, diperoleh hasil bahwa sistem pengendalian internal (X2) berpengaruh signifikan negatif terhadap auditdelay (Y). Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi (sig t) sistem pengendalian internal sebesar 0,002 (< 0,05) dengan β negatif -10,332. Dengan demikian H2 dalam penelitian ini diterima.

4.2 Pembahasan

1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap

audit delay pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh

(14)

koefesien β negatif sebesar -2,151.

Artinya bahwa hubungan ukuran

perusahaan dengan audit delay adalah semakin besar ukuran perusahaan maka semakin cepat audit delay. Kesimpulan ini sependapat dengan Ade (2011).

Menurut Dyer dan McHugh (1975) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi masalah audit delay

dan penundaan laporan keuangan. Hal ini disebabkan manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay

dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.

Berdasarkan keputusan BAPEPAM No. 9 tahun 1995 yang telah dijelaskan pada Bab II, Perusahaan dikategorikan perusahaan kecil apabila total aset yang dimiliki perusahaan tidak lebih dari Rp. 20 Milyar dan sebaliknya apabila lebih dari Rp. 20 Milyar maka perusahaan tersebut dikategorikan perusahaan besar. Dilihat dari data penelitian, hampir seluruh perusahaan dikategorikan besar, hanya sebagian kecil perusahaan yang memiliki total aset tidak lebih dari Rp. 20 milyar. Kekayaan yang dimiliki

perusahaan ternyata mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu penyelesaian laporan audit atas laporan keuangan. Hal ini disebabkan semakin besar perusahaan, maka semakin banyak memiliki sumber daya, memiliki staf akuntan, dan sistem informasi yang canggih, sehingga perusahaan akan semakin cepat menyajikan laporan

keuangan dan auditorpun dapat

melaksanakan audit lebih awal sehingga proses penyelesaian laporan audit atas

laporan keuangan dapat diselesaikan tepat waktu.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Kamarudin (2002) dan Ade (2011) bahwa perusahaan besar mempunyai sumber daya untuk membayar audit fee

yang lebih besar guna mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat. Perusahaan-perusahaan besar cenderung mendapatkan tekanan yang tinggi dari pihak eksternal terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha untuk mempublikasikan laporan keuangan audit lebih tepat waktu.

2. Pengaruh sistem pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,002 dimana signifikansinya lebih kecil dari nilai α 0,05. dengan nilai koefesien β negatif sebesar -10,332.

Artinya, bahwa hubungan sistem

pengendalian internal dengan audit delay

adalah semakin efektif pengendalian internal perusahaan maka semakin cepat

audit delay.

(15)

13

laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik.

Arens (2008), auditor akan

mengeluarkan opini wajar tanpa

pengecualian mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan apabila pada dua kondisi. Pertama, tidak adanya kelemahan material yang teridentifikasi. Kedua, tidak adanya pembatasan ruang lingkup pekerjaan auditor. Apabila salah satu kondisi tersebut terjadi, maka auditor akan mengeluarkan pendapat selain dari wajar tanpa pengecualian.

Dilihat dari data penelitian, hampir semua perusahaan yang menjadi sampel memiliki pengendalian internal yang efektif. Hal ini ditunjukkan dari perusahaan yang menerima opini WTP dari tahun 2008 sampai dengan 2011 sebesar 82,93%, 87,81%, 87,81%, 82,93%, dan hanya sebagian kecil yang menerima opini selain dari WTP. Kondisi ini menunjukkan perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan dan memberikan dampak audit delay yang semakin cepat.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Titik (2003) dalam Ade (2011) bahwa perusahaan yang

memiliki internal auditor yang

berkompeten dan mempunyai personalisme yang tinggi dapat menjadikan pengendalian internal dalam perusahaan tersebut baik. Hal ini dikarenakan salah satu tugas fungsi dari internal auditor adalah untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan struktur pengendalian internal perusahaan secara periodik dan membuat rekomendasi tentang perbaikan yang diperlukan dalam perusahaan. Dengan demikian auditor tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pengujian dalam laporan

keuangan auditan dan hal ini

meminimalisasi terjadinya penundaan panyajian laporan keuangan (audit delay) auditan perusahaan tersebut.

1. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan selama empat tahun berturut-turut, mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 dan mencakup 164 sampel perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, dimana uji asumsi klasik dilakukan sebelum uji hipotesis dan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata audit delay perusahaan sampel di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2008-2011 adalah 72,57 hari. Model penelitian dinyatakan lolos uji asumsi klasik, yakni memenuhi asumsi normalitas, tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, multikolinearitas, maupun autokorelasi.

Kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan varians variabel terikat pada model penelitian sebesar 16,30 persen. 2. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan

bahwa variabel yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal. Tingkat signifikansi variabel ukuran perusahaan sebesar 0,000 dan variabel sistem pengendalian sebesar 0,002. Hasil pengujian secara simultan

memperlihatkan bahwa keseluruhan

variabel secara serempak mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay.

5.2 Keterbatasan

(16)

sedemikian rupa, namun masih terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen saja dalam menguji

audit delay, beberapa faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap audit delay

seperti faktor luas audit yang dilakukan dan faktor lamanya menjadi klien KAP tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, sedangkan data-data primer yang tidak dipublikasikan seperti luas audit yang dilakukan dan risiko audit tidak dimasukkan.

5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan yang ada, maka saran pada penelitian ini:

1. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan perluasan variabel yang diperkirakan mempengaruhi audit delay

guna memperoleh penjelasan lebih baik mengenai fenomena tersebut.

2. Kepada auditor disarankan untuk merencanakan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Mengingat jumlah klien yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat maka auditor harus merencanakan dengan saksama agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan tepat waktu.

3. Kepada perusahaan publik disarankan untuk memberikan keleluasaan kepada auditor untuk melakukan pekerjaan lapangan sebelum tanggal penutupan tahun buku. Perusahaan diharapkan dapat membatu pekerjaan auditor dengan memberikan data-data yang diperlukan selama proses pemeriksaan, memberikan jawaban-jawaban yang benar dan wajar atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor sehingga laporan keuangan auditan dapat diterbitkan lebih awal.

DAFTAR PUSTAKA

Arens. A. Alvin, Randal J. Elder & Mark S. Beasley, Alvin A. 2008. Auditing dan

Jasa Assurance Pendekatan

Terintigrasi. Edisi Kedua Belas. Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga.

Ashton, R.H., Willingham, J.J, dan Elliot, R.K. 1987. An Emprical Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol. 25 No 2. (Autumn): 275-292.

Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Cetakan Kelima. Yogyakarta: BPFE.

Bapepam Denda Emiten. 2012. http://www. Okezone.com. [12/10/12]

Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis

Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Varianda. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay: Studi

Empiris Perusahaan-perusahaan di

Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2 No 1: hlm 63-75. Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. ”Analisis

Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan

Keuangan (Studi Empiris pada

Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar

di BEJ)”. Simposium Nasional

Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar

Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama

Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar

Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama

Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Audit Delay di

Indonesia. Journal Bisnis dan Ekonomi. Maret 2009. Vol. 16. No 1: hlm 1-17. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

(17)

15

Kep-134/BL/2006. Kewajiban

Penyampaian Laporan Keuangan

Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan

Publik. Jakarta. http://www.

Bapepam.go.id. 2006. [16/12/12]

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan Nomor:

Kep-40/BL/2007. Jangka Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat Di Bursa Efek Indonesia dan Di Bursa Efek Negara

Lain. Jakarta. http://www.

Bapepam.go.id. 2006. [16/12/12]

Lestari, Dewi. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaan Consumers Goods yang Terdaftar di Busra Efek

Indonesia. Skripsi Akuntansi:

Universitas Diponegoro.

Mas‟ud Machfoedz. 1994. Financial Ratio

Characteristic Analysis and The

Prediction of Earning Changes in Indonesia, Kelola No. 7: 114-133. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam.

Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, S. 1981. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Na‟im, Ainun. 1999. Nilai Informasi

Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keungan: Analisis Empiris regulasi Informasi di Indonesia. Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 14. No 2: 85-100.

Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 10. No 1: 1-10.

Respati, Novita Weningtyas. 2004. “Faktor -Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”,

Jurnal Maksi 4: 67-81

Subekti, Imam. Dan N.W Widiyanti. 2004.

Faktor-faktor yang Berpengaruh

Terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII: hlm 991-1002.

Sulistyo, Wahyu Adhy Noor. 2010. Analisis

Faktor-faktor yang Berpengaruh

Terhadap Ketepatwaktuan

Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi Akuntansi. Universitas Diponegoro. Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar,

Proses Penciptaan Data Pendekatan

Sistem. Edisi Ketiga. Yogyakarta:

BPFE.

Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta. Buletin Penelitian No. 09. Ka. Pusat Penelitian dan Dosen FE, Universitas Mercu Buana.

Wirakusuma, Made Gede. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentan Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke

Publik (Studi Empiris Mengenai

Keberadaan Divisi Internal Audit pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Jakarta. Makalah

Seminar Nasional Akuntansi VII, Denpasar-Bali, 2-3 Desember, hlm 1202-1223.

Wira, Ade Yudha P. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Audit Delay. Skripsi Akuntansi: Universitas Negeri Padang. Yuliana dan Aloysia Yanti Ardianti. (2004).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Modus, Vol 16 (2): 135-146.

Yulianti, Ani. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay:

Studi Empiris di BEJ. Skripsi

(18)

LAMPIRAN

1. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ukuran

Perusahaan 164 4.23E8 1.47E13 1.6586E1

a. Uji Normalitas Residual

b. Uji Multikolonearitas

c. Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan b. Dependent Variable: Audit Delay

3. Uji Model

Residual 35607.040 161 221.162

Total 43086.122 163

a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan

b. Dependent Variable: Audit Delay

a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test distribution is Normal. a.

(19)

17 c. Persamaan Regresi dan Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 85.024 3.163 26.884 .000

Ukuran Perusahaan

-2.151E-12 .000 -.344 -4.793 .000

SPI -10.332 3.347 -.221 -3.087 .002 a. Dependent Variable:

(20)

Gambar

Tabel 2 menjelaskan secara deskriptif

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pola komunikasi ini, maka akan terbangun kohesivitas kelompok dalam KNPI Kota Pekanbaru, karena adanya kebebasan yang diberikan oleh Ketua KNPI Kota Pekanbaru

KESIMPULAN Perlakuan waktu pengendalian gulma dan sistem pola tanam berpengaruh nyata pada tanaman jagung yaitu terhadap parameter jumlah daun, diameter batang,panjang tongkol dan

Hasil uji kandungan pigmen fikobiliprotein Spirulina platensis strain BBPBAP tertinggi terdapat pada perlakuan K (kontrol) dengan kadar pigmen masing- masing sebesar

Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 500-600°C dan Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu

Informasi yang diperoleh dari hasil identifikasi adalah bahwa pelaksanaan dari semua dari dimensi yang membangun kualitas pelayanan jasa PDAM di Kota Selong Kabupaten

Saya yakin dengan kemampuan saya untuk mengerjakan tugas yang orang lain tidak mampu

(2)Sumber Daya : bahwa pegawai sudah memiliki kemampuam dalam melaksanakan tugas,namun masih kurangnya sarana prasarana yang mendukung di kantor pertanahan yang

bahwa penerapan pengendalian gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a bertujuan untuk memudahkan masyarakat, Pegawai Negeri, atau Penyelenggara Negara dalam