PERMASALAHAN DALAM PENETAPAN LEVEL
UANG KULIAH TUNGGAL DI UNIVERSITAS NEGERI PADANG
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Seminar
Oleh : LUTFI 17171/2010
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
BAB I 2013 dinyatakan bahwa Biaya kuliah tunggal merupakan keseluruhan biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di perguruan tinggi negeri dan digunakan sebagai dasar penetapan biaya yang dibebankan kepada mahasiswa, masyarakat dan Pemerintah. Sementara itu Uang kuliah tunggal diartikan sebagai sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonomi mahasiswa tersebut.
Kebijakan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk meringankan beban mahasiswa terhadap pembiayaan pendidikan. Dengan diberlakukannya sistem UKT, diharapkan tidak ada lagi mahasiswa yang tidak kuliah dengan alasan biaya yang mahal untuk masuk perguruan tinggi. Namun kondisi yang terjadi dilapangan menunjukkan adanya penetapan UKT untuk mahasiswa yang tidak sesuai dengan kemampuan ekonominya. Hal ini dibuktikan pada saat penulis mewawancarai beberapa mahasiswa baru ditahun 2013 yang lalu.
Adapun permasalahan dalam penetapan level UKT ini dapat dilihat dari berbagai kasus berikut ini :
1. Adanya mahasiswa yang melapor bahwa Level UKT yang dia terima tidak sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa tersebut. Contoh, dengan Sistem UKT, mahasiswa tersebut ditetapkan membayar SPP sebesar Rp. 2.200.000 per semester. Padahal berdasarkan tingkat ekonominya, mahasiswa tersebut mengaku bahwa uang sebanyak itu terlalu tinggi bagi orang tuannya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa saja permasalahan yang terjadi dalam penetapan level UKT dan mecarikan solusi untuk mengatasinya.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk Pembantu Rektor II beserta jajarannya agar mengetahui penyimpangan dan kendala yang terjadi dalam penetapan level UKT untuk mahasiswa
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Kebijakan UKT
Dalam Permendikbud No. 55 Tahun 2013 dinyatakan bahwa Biaya kuliah tunggal (BKT) merupakan seluruh biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di perguruan tinggi negeri. Penghitungan BKT diserahkan pada setiap program studi di masing-masing jurusan. Dalam penghitungan BKT mengacu pada ketentuan dari pemerintah pusat. Selain itu setiap prodi diminta mengakumulasikan seluruh kebutuhan mahasiswa agar tidak ada pungutan lain selama masa perkuliahan. Begitu juga dengan uang pangkal, kegiatan kemahasiswaan dan lain sebagainya juga dimasukkan dalam BKT. Setelah semuanya dihitung, maka BKT dibagi delapan dengan perkiraan mahasiswa tamat empat tahun. Pembagian BKT itu disebut dengan UKT yang harus dibayar oleh mahasiswa setiap semesternya tanpa ada pungutan lain.
Kebijakan pemerintah dalam penerapan UKT untuk mahasiswa yang masuk Tahun Akademik 2013/2014 tertuang dalam peraturan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) dengan nomor 97/E/KU/2013 yang berisi instruksi kepada para pemimpin Universitas untuk menghapuskan uang pangkal dan memberlakukan sistem UKT. Surat edaran ini dikeluarkan atas dasar amanat Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 mengenai Pendidikan Tinggi yang antara lain mengatur pembiayaan Pendidikan Tinggi.
Dasar pemikiran UKT adalah memberikan solusi terhadap pembiayaan perkuliahan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) karena pemerintah ingin membuka peluang bagi masyarakat berekonomi menengah kebawah untuk bisa mengikuti perkuliahan di PTN. Berdasarkan perhitungan dengan rumus yang telah ditentukan maka ditetapkanlah tingkatan atau level kebutuhan pada setiap program studi.
Mekanisme Penentuan Level UKT dilakukan dengan pengisian data secara online dan wawancara.
D. Permasalahan dalam Penetapan Level UKT
UKT merupakan sistem yang dapat membantu mahasiswa yang mengalami permasalahan ekonomi dalam perkuliahan. Namun, berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan terdapat berbagai polemik dalam implementasi kebijakan ini. Berbagai permasalahan dapat dilihat dari ketidaktepatan dalam penentuan level UKT yang didapatkan oleh mahasiswa. Sebagian mahasiswa mengeluh ketika mendapatkan level UKT yang tinggi dan tidak sesuai dengan ekonomi keluarga mahasiswa tersebut.
Saat bergabung di BEM UNP Periode 2014/2015, BEM telah mendirikan posko pengaduan UKT. Ada tiga posko yang didirikan, pertama di dekat gedung Mata Kuliah Umum, di samping Bank BRI dan posko utama terletak di sekretariat BEM UNP. Selama pembukaan posko, BEM mengumpulkan data-data mahasiswa baru, seperti jumlah UKT yang diterima, pendapatan orang tua, tanggungan orang tua, dan data-data lainnya. Lalu, setelah data terkumpul, BEM akan menyampaikan keluhan mahasiswa melalui Pembantu Rektor II.
Presiden Mahasiswa UNP 2014, Adnan Arafani mengatakan, “Rektor berjanji akan menindaklanjuti aduan kami ini,” (Ganto : 2014). Lebih lanjut Adnan menjelaskan, Rektor berjanji akan memberikan peluang penurunan UKT bagi mahasiswa yang benar-benar UKTnya dianggap tidak sesuai. Hal tersebut dikarenakan sistem administrasi yang telah berlangsung dan tidak bisa diganggu gugat lagi.
peninjauan ulang. Sanksi terberatnya adalah dikeluarkan dari kampus. Hal tersebut disampaikan Rektor melalui Pembantu Rektor II, Dr. Ali Zamar, Mpd, Kons. (Ganto : 2014)
Menurut Adnan (Ganto : 2014), dasar pihak kampus dalam menentukan beban UKT kepada mahasiswa dirasa kurang maksimal. Hal itu dikarenakan penetapannya hanya berdasarkan penghasilan orang tua mahasiswa saja. Sedangkan menurutnya, besarnya penghasilan orang tua tidak menjamin apakah mahasiswa tersebut mampu atau tidak. Adnan juga menyayangkan sistem yang digunakan UNP masih menggunakan sistem wawancara. Menurutnya, sistem wawancara itu kurang efektif untuk diterapkan, dikarenakan adanya ketakutan peluang terjadinya nepotisme. Ia juga menambahkan, sejauh ini wawancara dilakukan seharian penuh, sehingga dapat menimbulkan rasa bosan bagi pelaku wawancara. Sehingga bagi mahasiswa yang mendapat jadwal wawancara sore, tidak akan sama pertanyaannya dengan mahasiswa yang wawancaranya masih pagi.
Tidak hanya di UNP, permasalahan UKT juga terjadi di Unand. BEM Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unand juga membuka posko pengaduan UKT. Bahkan sejak awal wacana penerapan UKT, BEM KM Unand melalui divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) sudah melakukan pengkajian untuk penerapan UKT (Ganto : 2014). Dari hasil kajian tersebut, BEM KM Unand memprediksi UKT akan memberatkan biaya kuliah mahasiswa.
Lebih lanjut Harahap menjelaskan, sejauh ini BEM KM Unand telah menerima sebanyak 600 laporan dari mahasiswa baru yang melakukan pengaduan. Namun, dari jumlah tersebut sudah ada sekitar 200 lebih mahasiswa yang telah berhasil dibantu. Menurut pengakuannya, 200 mahasiswa tersebut telah berhasil ditangguhkan UKTnya. Hal tersebut didapat setelah dilakukan pengaduan kepada pihak rektor. “Penangguhan tersebut berupa pengalihan mahasiswa ke bidikmisi, ada yang UKTnya diturunkan dan ada yang SPPnya ditangguhkan,” ujarnya.
kami,” kata Harahap. Sebagaimana diketahui, ada tiga mahasiswa yang telah diterima kuliah di Unand, namun memilih untuk tidak melanjutkan kuliahnya. Hal itu dikarenakan mahasiswa tersebut merasa keberatan dengan beban UKT yang diterima.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mahasiswa terdapat ketidaktepatan dalam penetapan level UKT yang disebabkan berbagai faktor, yaitu :
1. Faktor Mahasiswa
Salah satu penyebab tidak tepatnya penentuan level UKT disebabkan karena adanya mahasiswa yang memberikan informasi yang tidak benar pada saat pengisian data online. Kenyataan ini penulis temukan pada saat wawancara dengan beberapa mahasiswa yang keberatan dengan level UKT yang diterimanya. Berdasarkan wawancara tersebut didapatkan suatu fakta bahwa mahasiswa sengaja untuk memanipulasi data mereka dengan berbagai tujuan.
Untuk kasus pertama, mahasiswa beranggapan pendapatan orang tua mempengaruhi penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi. Paradigma yang salah inilah yang mendorong mahasiswa melakukan manipulasi data, sehingga mengisi data dengan pendapatan yang tinggi sehingga menyebabkan mahasiswa tesebut mendapatkan level UKT yang lebih tinggi dari kemampuan ekonomi sebenarnya.
Lain lagi untuk kasus kedua, jika kasus sebelumnya mahasiswa sengaja memberikan data pendapatan ekonomi yang lebih tinggi, kasus ini justru sebaliknya. Tipe mahasiswa ini memberikan informasi bahwa pendapatan orang tua mereka lebih rendah dari pendapatan asli, sehingga mahasiswa tersebut mendapatkan level UKT yang lebih rendah.
menyebabkan level UKT mahasiswa tersebut jadi lebih tinggi daripada level yang seharusnya.
E. Solusi Mengatasi Masalah UKT
Berdasarkan pernyataan yang dijelaskan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa ketidaktepatan dalam penetuan level UKT disebabkan oleh faktor mahasiswa dan petugas wawancara yang kurang teliti dalam memberi dan menyaring informasi. Namun harus diakui, kesalahan dan kendala yang terjadi dilapangan tidak terlepas dari sistem yang diterapkan masih baru, sehingga wajar jika terjadi kesalahan. Untuk itu perlu dicarikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak terjadi dikemudian hari.
Untuk mengatasi permasalahan UKT, Mahasiswa UNP yang tergabung dalam persatuan Oganisasi Mahasiswa mengadakan audiensi dengn pembantu rektor II, Dr. Alizamar, M. Pd. Kons. Adapun Hasil Audiensi tersebut adalah : 1. Penetapan UKT bagi mahasiswa baru dilakukan berdasarkan Income
Perkapita kedua orang tua yang terdiri dari Jumlah penghasilan kotor, jumlah tanggungan, serta penghasilan lain-lain.
2. PR II mengakui untuk pertama ini masih sangat banyak kekurangan dan kesalahan dikarenakan sistem ini masih hal baru bagi pewawancara itu sendiri. Beliau berjanji ke depannya akan ada perbaikan untuk berbagai permasalahan ini agar tidak terulang kembali ke depannya.
3. Untuk transparansi penggunaan UKT, beliau tidak bersedia menjelaskan, Beliau beralasan itu merpakan dokumen negara yang rahasia dan tidak seharusnya diketahui mahasiswa. Namun beliau berjanji untuk berikutnya biaya-biaya seperti biaya almamater, baju praktek, dan krida akan dimasukkan ke dalam BOPTN sehingga mahasiswa tidak perlu membayar lagi.
5. Namun beliau mengatakan, untuk mahasiswa yang benar-benar tidak mampu membayar uang kuliah dan terancam tidak dapat melanjutkan kuliah bisa langsung menemui pihak kampus secara khusus untuk bersama mencari jalan keluarnya, bisa dari beasiswa atau bantuan lain.
Berdasarkan audiensi diatas maka dapat dilakukan beberapa solusi untuk mengatasi permasalahn dalm UKT. Bagi mahasiswa yang kurang mampu pada level UKT yang didapat dapat membawa berkas-berkas yang dibutuhkan, yaitu:
1. Slip gaji orang tua dan rekening listrik
2. Fotocopy Kartu Keluarga
3. Foto rumah tampak depan dan ruang tamu
4. Fotocopy KTP
5. Surat pengajuan permohonan level UKT
6. Membawa wali mahasiswa
7. Fotokopi Pajak PBB
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diatas, maka dapat kita simpulkan :
1. Adanya mahasiswa yang mendapatkan level UKT yang idak sesuai dengan kemampuan ekomomi mhasiswa.
2. Ketidaktepatan dalam penentuan level UKT disebabkan karena faktor mahasiswa dan petugas wawancara UKT.
F. Saran
Adapun saran yang penulis berikan dalam permasalahan ini adalah :
1. Kepada PR II beserta jajarannya agar lebih mensosialisasikan tentang kebijakan UKT kepada calon mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
2013. Rabu, 10 Juli | 10:04 WIB. Apa Itu Uang Kuliah Tunggal?. Diakses : Kamis, 12 Februari 2015 | 21:19 WIB. undip.ac.id
2013. Sabtu, 26 Oktober 2013 | 15.00 WIB. UKT : Belum Mampu Menjadi Solusi Mahalnya Perkuliahan. Diakses : Kamis 12 Februari 2015 | 21.33 WIB. ganto.or.id
http://news.okezone.com/read/2014/01/13/95/925646/problematika-uang-kuliah-tunggal-ukt
http://himajasumsel.blogspot.com/2013/07/apa-itu-uang-kuliah-tunggal-dan-cara.html
http://www.undip.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=2353:apa-itu-uang-kuliah-tunggal-&catid=78:latest-news
http://www.ganto.or.id/artikel/379/ukt-belum-mampu-jadi-solusi-mahalnya perkuliahan.html
http://www.ganto.or.id/artikel/376/sistem-ukt-disambut-keluh-kesah.html
http://bem.unp.ac.id/index.php/web/berita/106