• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROFESIONALISME INDEPENDENSI KO. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PROFESIONALISME INDEPENDENSI KO. pdf"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFESIONALISME, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT DI KANTOR AKUNTAN

PUBLIK BANDUNG

Fietoria

School of Accounting

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung, Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected]

Elisabeth Stefany Manalu

School of Accounting

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung, Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of professionalism, independence, competence, and work experience have an impact toward audit quality, both partially or simultaneously. The type research is quantitative research causality. Data obta ined in this study are primary data through questionnaires closed to the auditor who works at KAP Bandung listed in the Directory Ikatan Akuntan Publik Indonesia in 2015.

The result in this study is the professionalism, independence, and work experiencepartially no significant effect on audit quality except competence partially significant effect on audit quality, while simultaneous professionalism, independence, competence, and work experience effect on audit quality.

Keywords: Audit quality, Competence, Independence, Professionalism, Work Experience

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik baik secara parsial maupun simultan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kausalitas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer melalui penyebaran kuesioner tertutup kepada auditor yang bekerja di KAP Bandung yang terdaftar di Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia.

Penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme, independensi, pengalaman kerja secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit kecuali kompetensi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan secara simultan profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kata Kunci: Independensi, Kualitas Audit, Kompetensi, Pengalaman Kerja, Profesionalisme

1.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang disajikan harus relevan dan dapat diandalkan. Para pemakai informasi menggunakan jasa auditor eksternal untuk mengukur karakteristik yang dibutuhkan dan memberikan jaminan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen relevan dan dapat diandalkan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan.

(2)

kepercayaan pengguna laporan keuangan pada akuntan publik ini mengharuskan akuntan publik memperhatikan profesionalismenya yang akan mempengaruhi kualitas auditnya.

Profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi seorang auditor dalam menjalankan tugasnya. Profesionalisme seorang profesional akan semakin penting apabila profesionalsime dihubungkan dengan hasil kerja individunya sehingga pada akhirnya dapat memberi keyakinan terhadap laporan keuangan bagi sebuah perusahaan atau organisasi dimana auditor bekerja. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk profesional dalam setiap tugasnya, auditor yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusinya yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan.

Selain ini juga, akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh klien. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Oleh karena itu, akuntan publik memiliki kewajaran menjaga kualitas audit yang dihasilkannya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).

Seorang auditor juga membutuhkan sikap yang independen dan mematuhi kode etik yang sudah ditetapkan demi mendapatkan kualitas audit yang baik. Auditor harus memegang teguh independensinya sehinga dapat melakukan audit dengan baik. Auditor harus memiliki sikap netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan. Jika independensi dari auditor terganggu maka dapat mempengaruhi kualitas dari hasil audit.

Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum dapat menjadi independen karena seorang auditor yang tidak kompeten tidak mungkin dapat bertindak independen dalam melaksanakan tugas auditnya. Auditor yang tidak berkompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas auditnya karena keterbatasan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki.

Auditor dalam melaksanakan audit harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktik audit. Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Adanya pelatihan khusus bagi auditor bertujuan untuk meningkatkan mutu personal dan meningkatkan keahlian khusus di salah satu bidang untuk auditor menghasilkan kualitas audit yang baik.

Kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar dan juga bermanfaat untuk menjaga objektivitas dan integritas auditor.

Selain profesionalisme, independensi dan kompetensi, pengalaman kerja seorang auditor juga merupakan suatu faktor yang penting untuk menunjang suatu kualitas audit yang baik. Adanya pengalaman kerja yang baik seorang auditor akan memiliki keahlian audit dalam mendeteksi masalah yang diperiksanya. Pengalaman kerja juga sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor.

(3)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka rumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit? 2. Bagaimana pengaruh independensi terhadap kualitas audit? 3. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit? 4. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit?

5. Bagaimana pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit?

II. TINJAUAN LITERATUR II.1 Tinjauan Teori

II.1.1 Profesionalisme

Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).

Standar umum yang ketiga menyebutkan bahwa pelaksanaan audit dalam penyusunan laporannya menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dam seksama (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Auditor dalam menjalankan perannya, dituntut ntuk memiliki tanggung jawab yang semakin besar. Sikap profesionalisme seoang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Auditor adalah profesional yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama. Kecermatan mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumentasi audit, kecukupan bukti audit, serta kelengkapan laporan audit. Sebagai profesional, auditor tidak boleh bertindak ceroboh atau dengan niat buruk, tetapi mereka juga tidak diharapkan selalu sempurna (Arens, Elder, & M., 2011).

II.1.3 Independensi

Independensi menurut Arens, Elder, & M. (2011) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independence in apperance) adalah penghindaran fakta dan keadaan yang begitu signifikan yang bagi pihak ketiga yang layak dan mempunyai cukup informasi (reasonable and informed third party) akan menyimpulkan bahwa integrity, objectivity atau professional skepticism dari anggota tim sudah tercemar.

Independensi menurut Mulyadi (2011) adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi menurut Arens, Radal, Mark, & Amir (2011), berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit.

(4)

II.1.4 Kompetensi

Standar umum pertama dalam SPAP menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Standar ini diinterpretasikan sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi serta mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan (Arens, Elder, & M., 2011).

Arens, Elder, & M. (2011) menegaskan bahwa:

“Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti”.

Arens mengingatkan juga bahwa kompetensi orang-orang yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan audit tidak akan ada nilainya apabila tidak bersikap independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Menurut Tuanakotta (2013), kompetensi merupakan keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan. Setiap auditor wajib memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi auditor. Menurut Lilis (2010) seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

II.1.5 Pengalaman Kerja

Menurut Hasibuan (2010) pengalaman auditor adalah tingkat pengetahuan auditor yang diperoleh dari kurun waktu yang panjang dan menambah serta memperluas pengetahuannya dalam menghadapi hal yang material. Pengalaman seseorang ditunjukkan dengan telah dilakukannya berbagai pekerjaan atau lamanya seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan ilmu yang sebenarnya selain dari pendidikan formal. Semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin baik dan kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan kemampuan yang baik dalam menyelesaikan pekerjaannya.

II.1.6 Kualitas Audit

Kualitas audit menurut Arens, Elder, & M. (2011) adalah sebagai berikut:

“Audit quality means how tell an audit detects an report material misstatement in financial statement. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while reporting is a reflection of ethic or auditor integrity, particulary independence”. Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing yang berlaku umum (generally accepted auditing standards = GAAS) dan standar pengendalian mutu. Standar auditing tersebut menjadi acuan auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011).

Menurut Budiman (2010) kualitas audit yang dihasilkan dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan. Kualitas audit juga bisa dilihat dari kualitas keputusan yang diambil. Menurut Hasibuan (2010) kualitas audit merupakan suatu hasil kerja auditor dalam mengevaluasi tentang kewajaran pada laporan keuangan klien dan melaporkanya.

(5)

II.2 Penelitian Sebelumnya

Berikut beberapa penelitian sebelumnya terkait profesionalisme, independensi, kompetensi, pengalaman kerja, dan kualitas audit:

(6)

Judul Penelitian Nama

Sumber : Mahardika, Herawati, & Putra (2015); Rumengan & Rahayu (2014); Putri (2013); Kurnia, Komsiyah, & Sofie (2014); Tjun, Marpaung, & Setiawan (2012); Futri

& Juliarsa (2014)

II.4 PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (independen) dan variabel bebas (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja, sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit.

II.3.2.1 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit

Auditor dalam menjalankan perannya, dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang semakin besar. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi. Kajian mengenai profesionalisme ini menitikberatkan pada cerminan tingkah laku seseorang dalam hal ini adalah auditor dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan etika.

Menurut PSA No. 4 SPAP kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan professional sceptism yaitu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Auditor yang gagal dalam menerapkan sikap skeptis maka akan menghasilkan opini audit yang tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).

Berdasarkan penelitian (Mahardika, Herawati, & Putra, 2015) menunjukkan hasil bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Menurut penelitian (Agusti & Pertiwi, 2013) menunjukkan profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1: Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

II.3.2.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

(7)

Pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas audit mengharuskan auditor memiliki dan mempertahankan sikap independensi dalam menjalankan tugasnya. Auditor juga harus mempertahankan sikap independen karena opini yang dikeluarkannya bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manajemen. Jika auditor tidak independen maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik.

Berdasarkan penelitian (Tjun, Marpaung, & Setiawan, 2012) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Menurut penelitian (Kurnia, Komsiyah, & Sofie, 2014) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H2: Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

II.3.2.3 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit

Kompetensi adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga audtor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat serta objektif. Audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Tingginya pendidikan yang dimiliki oleh seorang auditor, maka akan semakin luas juga pengetahuan yang dimiliki oleh auditor.

Berdasarkan penelitian (Tjun, Marpaung, & Setiawan, 2012) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian Rahmawati (2013) menyatakan bahwa kompetensi (terdiri dari pengetahuan dan pengalaman) berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H3: Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

II.3.2.4 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit

Sesuai dengan Standar Umum dalam Standar Profesi Akuntan Publik, auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian (Putri, 2013) menunjukkan hasil bahwa pengalaman berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil Penelitian (Rumengan & Rahayu, 2014) menunjukkan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H4: Pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

II.3.2.5 Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit

(8)

adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga audtor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat serta objektif. Selain itu juga pengalaman kerja merupakan salah satu hal yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat memperluas pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang auditor. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H5: Profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit

III. METODE PENELITIAN III.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yang bersifat kausalitas. Penelitian yang bersifat kausalitas digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang diteliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.

III.2 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Tabel III. 1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Penelitian Indikator Skala

Pengukuran X1 Profesionalisme Menjalankan tugas sesuai dengan

bidangnya, melaksanakankan tugas sesuai dengan standar profesi, mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan

Skala Ordinal

X2 Independensi Hubungan dengan klien,

independensi pelaksanaan pekerjaan, independensi laporan

Skala Ordinal

X3 Kompetensi Pengetahuan umum, tingkat

pendidikan

Skala Ordinal

X4 Pengalaman Kerja Lamanya bekerja sebagai seorang

auditor

Skala Ordinal

Y Kualitas Audit Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit, kualitas hasil laporan pemeriksaan

Skala Ordinal

III.3 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut (Hartono, 2010), pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mangambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan judgment. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah:

1. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2015.

2. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Bandung.

(9)

4. Pendidikan dari auditor sesuai dengan bidang yang ditekuni dan minimal D3 Akuntansi. 5. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dengan jabatan pimpinan sampai

dengan staff audit.

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini. Kuesioner disusun berbentuk sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan persepsi atas indikator dari variabel.

III.6 ANALISIS DATA

Metode penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan dibantu SPSS 21. Analisis dan uji yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

2. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum.

3. Uji asumsi klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dengan menggunakan kolomogorv-smivorv, uji multikolonieritas dengan melihat nilai tolerance dan VIF, uji heteroskedastisitas dengan menggunakan scatterplots dan uji park.

4. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan koefisien determinasi, uji t, dan uji F.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 DESKRIPTIF PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Indonesia yang terdaftar di Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah 11 KAP dari 27 KAP yang terfatar dengan jumlah auditor sebanyak 35 responden. Berikut adalah daftar sampel yang dipakai dalam penelitian ini:

Tabel IV.1 Daftar Sampel

No Nama KAP Jumlah Sampel

1 KAP Abubakar Usman & Rekan 2

2 KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 3

3 KAP AF. Rachman & Soetjipto WS. 6

4 KAP Asep Rianita Manshur & Suharyono 2 5 KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali 2

6 KAP Drs. Gunawan Sudradjat 2

7 KAP Prof. Dr. H. TB Hasanuddin, MSc & Rekan 3 8 KAP Dr. H.E.R/ Suhardjadinata & Rekan 5

(10)

No Nama KAP Jumlah Sampel 10 KAP Moch. Zainuddin, Sukmadi & Rekan 3

11 KAP Sabar & Rekan 2

Jumlah 35

IV.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berikut hasil data yang di dapatkan:

Tabel IV. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 23 65,71

Wanita 12 34,29

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 65,71% berjenis kelamin pria dan 34,29% berjenis kelamin wanita. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah pria dengan persentase 65,71%.

IV.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berikut hasil data yang di dapatkan:

Tabel IV. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

S3 0 0

S2 14 40

S1 18 51,43

D3 3 8,57

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 40% memiliki pendidikan terakhir S2, 51,43% memiliki pendidikan terakhir S1 dan 8,57% memiliki pendidikan terakhir D3. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir S1 dengan persentase sebesar 51,43%.

IV.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Berikut hasil data yang di dapatkan:

Tabel IV. 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Jabatan Jumlah Persentase

Pimpinan / Partner 0 0

Manajer 2 5,71

Senior Auditor 8 22,86 Junior Auditor 24 68,51

Staff Audit 1 2,86

Jumlah 35 100

(11)

IV.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Berikut hasil data yang di dapatkan:

Tabel IV. 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja Jumlah Persentase

Antara 2-5 tahun 27 77,14

>5 tahun 8 22,86

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 77,14% memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun dan 22,86% memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman antara 2 sampai dengan 5 tahun dengan persentase sebesar 77,14%.

IV.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikasi yang Dimiliki Berikut hasil data yang di dapatkan:

Tabel IV. 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikasi yang Dimiliki Sertifikasi yang Dimiliki Jumlah Persentase

CPA 2 5,71

CA/Ak 29 82,86

CPSAK 1 2,86

Lain-lain (Brevet A & B) 3 8,57

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini 5,71% memiliki sertifikasi CPA dan 82,86% memiliki sertifikasi CA/Ak, 2, 86% memiliki sertifikasi CPSAK, 8,57% memiliki sertifikasi lain-lain yaitu Brevet A & B. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki sertifikasi CA/Ak dengan persentase 82,86%.

IV.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas IV.3.1 Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-5. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 responden dan besarnya df dapat dihitung 35 – 5 = 30, dengan df=30 dan alpha=0.05 didapat r tabel = 0,34. Nilai r hitung yang lebih besar dari nilai r tabel menyatakan bahwa pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.

IV.3.2 Uji Reliabilitas

Berikut adalah hasil dari uji reliabilitas:

Tabel IV. 7 Uji Reliabilitas

5

(12)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas di dapatkan hasil cronbach alpha(α) >0,70 yaitu 0,942 sehingga dapat disimpulkan pengukuran tersebut memiliki tingkat konsistensi atau reliabilitas yang baik dengan kata lain hasil kuesioner dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang konsisten.

IV.4 Hasil Analisis Statistik

IV.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif yang dipakai berisi nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Berikut adalah hasil dari analisis deskriptif atas variabel-variabel penelitian:

Tabel IV. 8 Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, maka variabel-variabel penelitian ini dapat dideskripsikan dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Variabel profesionalisme menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai rata-rata profesionalisme sebesar 25,4857 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,36856. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1 dan 10. 2. Variabel independensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 22. Nilai rata-rata (mean) independensi sebesar 19,9714 sedangkan standar deviasinya sebesar 1,31699. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 6, 9, 11, 21, 22, 23, dan 35. Nilai maksimum sebesar 22 merupakan indikator jawaban dari responden ke 5, 8, dan 31.

3. Variabel kompetensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 29. Nilai rata-rata (mean) kompetensi sebesar 25,6571 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,28734. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 29 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 2, 7, 9, 10, 17, dan 33.

4. Variabel pengalaman kerja menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai rata-rata (mean) pengalaman kerja sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,37352. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 2, 10, dan 17.

5. Variabel kualitas audit menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai rata-rata (mean) kualitas audit sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,50277. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 2, 10, 17, dan 33.

IV.4.2 Uji Asumsi Klasik IV.4.2.1 Uji Normalitas

(13)

Tabel IV. 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sumber: SPSS (2016)

Nilai Asymp. Sig. sebesar 0,398 lebih besar dari 0,05. Hal ini menyatakan bahwa H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.

IV.4.2.2 Uji Multikolonieritas

Berikut adalah hasil dari uji multikolonieritas:

Tabel IV. 10 Uji Multikolonieritas

Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance <0,10 dan VIF menunjukkan hasil tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF >10. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi

IV.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas:

Tabel IV.11 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: SPSS (2016)

(14)

heteroskedastisitas menggunakan uji park yang dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Apabila nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t tabel maka tidak ada heterokedastisitas. Nilai t tabel dalam penelitian ini adalah 2,04. Keseluruhan nilai t yang di dapat menunjukkan hasil lebih kecil daripada t tabel. Maka dapat disimpulkan model regresi dalam penelitian ini tidak ada heteroskedastisitas.

IV.4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan IV.4.3.1 Hasil Koefisien Determinasi

Berikut adalah hasil koefisien determinasi:

Tabel IV.12 Adjusted R Square

Sumber: SPSS (2016)

Hasil di atas, menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,680 atau sama dengan 68%, hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja sebesar 68%. Sedangkan sisanya (100%-68%) yaitu 32% dijelaskan oleh sebab lain di luar model penelitian ini.

IV.4.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (uji-t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil output parsial pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 13 Uji t

Sumber: SPSS (2016)

(15)

IV.4.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (uji-F) Berikut adalah hasil uji-F:

Tabel IV. 14 Uji F

Sumber: SPSS (2016)

Berdasarkan tabel diatas, nilai statistik F sebesar 19,091 Nilai statistik F tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan F tabel yaitu 2,69. Maka dapat disimpulkan profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja secara bersama-sama

IV.5.1 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi profesionalisme adalah sebesar 0,504. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa profesionalisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara koefisien regresinya sebesar 0,119. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi profesionalisme maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Futri & Juliarsa (2014) yang mengatakan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Profesionalisme dalam penelitian ini mengacu kepada menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya, menjalankan tugas sesuai dengan standar profesi dan etika profesi yang telah ditetapkan. Standar yang telah ditetapkan seharusnya ditaati oleh auditor dalam setiap penugasan audit agar tidak melenceng dari batas-batas yang telah ditetapkan sehingga tindak kecurangan dapat dihindari. Tuntutan auditor untuk bersikap profesional benar-benar dipacu sebagai pembuktian dari kredibilitas auditor. Klien dapat menekan kepada auditor untuk melawan standar profesional sehingga auditor tidak dapat bertahan dalam tekanan klien seperti menerima suap agar melakukan kecurangan. Hal ini telah melanggar standar profesi dan etika profesi yang telah ditetapkan.

Tabel IV.15 Tanggapan Pernyataan Profesionalisme

Tanggapan Persentase Jumlah

1 2 3 4 5 6

SS 28,57 42,86 48,57 22,86 34,29 14,29 31,90 S 65,71 45,71 48,57 74,29 62,86 80 62,85

RR 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 5,71 3,34

TS 2,86 8,57 0 0 0 0 1,91

STS 0 0 0 0 0 0 0

(16)

Berdasarkan penjabaran diatas di dapatkan hasil yaitu hipotesis yang diajukan profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang didapatkan yaitu 0,504 lebih besar daripada 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.

IV.5.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi independensi adalah sebesar 0,685. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien regresinya sebesar 0,084. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi independensi maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rumengan & Rahayu (2014) yang mengatakan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Independensi auditor merupakan landasan dari profesi akuntan publik.

Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur independensi di dapatkan hasil:

Tabel IV.16 Tanggapan Pernyataan Independensi

Tanggapan Persentase Jumlah

1 2 3 4 5 6

SS 11,43 0 2,86 0 11,43 34,29 10,00

S 65,71 11,43 20 25,71 80 60 43,81

RR 11,43 34,29 20 40 2,86 5,71 19,05

TS 11.43 45,71 42,86 34,29 5,71 0 23,33

STS 0 8,57 14,29 0 0 0 3,81

Berdasarkan tabel IV.30 didapatkan hasil 10% rsponden menjawab sangat setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan independensi yang diproksikan dengan hubungan dengan klien, independensi dalam pekerjaan dan laporan, sebanyak 43,81% responden menjawab setuju, 19,05% responden menjawab ragu-ragu, 23,33% responden menjawab setuju, dan sebanyak 3,81% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan independensi.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang dihasilkan yaitu 0,685 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan jawaban dari kuesioner yang dibagikan mengenai independensi di dapatkan hasil independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel independensi di dapatkan banyaknya responden yang menjawab ragu-ragu atas pernyataan yang berkaitan dengan independensi seperti auditor akan menerima penugasan dari klien walaupun ada hubungan dalam bisnis. Persentase untuk jawaban ragu-ragu sebanyak 34,29%. Seharusnya auditor tidak boleh menerima penugasan audit jika pernah ada hubungan dalam bisnis karena dapat mengurangi sikap independensi dari seorang auditor.

Persentase untuk jawaban ragu-ragu atas pernyataan auditor selalu menolak pemeriksaan dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien adalah sebesar 40%. Hal ini juga seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang auditor yaitu menerima tugas pemeriksaan dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien karena akan mengurangi sikap independensi seorang auditor. Berdasarkan penjabaran diatas, di dapatkan hasil H2 yang diajukan yaitu

independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang didapatkan yaitu 0,685 lebih besar daripada 0,05 sehingga HO diterima dan H2 ditolak.

(17)

berhubungan dengan independensi, dan sebanyak 3,81% responden menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil yang didapat dapat dilihat auditor kurang bisa menjaga sikap independensinya yaitu sikap netral dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan.

IV.5.3 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi kompetensi adalah sebesar 0,022. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien regresinya sebesar 0,486. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan.

Kompetensi berdasarkan penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Hasil yang didapatkan sejalan dengan penelitian dari Agusti & Pertiwi (2013) yang mendapatkan hasil kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Artinya, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Standar umum pertama dalam SPAP menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Berdasarkan hasil didapatkan 29 responden telah memiliki sertifikasi CA, 1 responden telah memiliki sertifikasi CPSAK, 3 responden telah memiliki sertifikasi Brevet A&B, dan 2 responden yang memiliki sertifikasi CPA. Berdasarkan hasil ini di dapatkan bahwa rata-rata auditor telah memiliki sertifikasi.

Agar dapat memberikan jasa audit yang berkualitas, auditor harus memiliki dan mempertahankan kompetensi. Auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa KAP di mana merka bekerja dapat menerima manfaat dari jasa yang diberikan.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Putri (2013) kompetensi auditor adalah auditor dengan pengetahuan yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Seorang auditor yang memiliki pengetahuan yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit klien.

Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur kompetensi di dapatkan hasil:

Tabel IV.17 Tanggapan Pernyataan Kompetensi

Tanggapan Persentase Jumlah

1 2 3 4 5 6

SS 51,43 22,86 28,57 40 20 42,86 34,28

S 45,71 74,29 68,57 57,14 77,14 54,29 62,86

RR 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 2.86 2,86

TS 0 0 0 0 0 0 0

STS 0 0 0 0 0 0 0

(18)

IV.5.4 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi pengalaman kerja adalah sebesar 0,156. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien regresinya sebesar 0,367. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman kerja maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan.

Hasil yang di dapat sejalan dengan penelitian Futri & Juliarsa (2014) yang mengatakan bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Faktor yang menyebabkan kurangnya pengalaman seorang auditor adalah kurang lamanya auditor bekerja pada Kantor Akuntan Publik dan selain itu kurangnya tugas yang dihadapi auditor.

Penyebab pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dalam penelitian ini adalah sebagian besar responden adalah auditor yang menjabat sebagai junior auditor dan masa kerjanya masih kurang sehingga respon untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan variabel pengalaman kerja cederung menghasilkan jawaban tidak berpengaruh. Berdasarkan jawaban kuesioner 1 orang yang memiliki jabatan staff suadit, 24 orang responden yang memiliki jabatan junior auditor, 8 responden yang memiliki jabatan senior auditor, 2 responden yang memiliki jabatan manager. Berdasarkan jawaban kuesioner juga didapatkan hasil hanya 8 responden yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun sedangkan sisanya 27 responden sudah memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun.

Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur pengalaman kerja di dapatkan hasil:

Tabel IV.18 Tanggapan Pernyataan Pengalaman Kerja

Tanggapan Persentase Jumlah

1 2 3 4 5 6

SS 31.43 60 28,57 25,71 22,86 20 31,43

S 65,71 37,14 68,57 68,57 74,29 77,14 65,24

RR 2,86 2,86 2,86 5,71 2,86 2,86 3,33

TS 0 0 0 0 0 0 0

STS 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan tabel IV.44 didapatkan hasil sebanyak 31,43% responden menjawab sangat setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan pengalaman kerja yang diproksikan dengan lamanya auditor bekerja di KAP, sebanyak 65,24% responden menjawab setuju, dan sebanyak 3,34% responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang berkaitan dengan pengalaman kerja.

Berdasarkan penjabaran di atas, di dapatkan hasil hipotesis yang diajukan yaitu pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak sehingga H0 diterima, H4 ditolak.

IV.5.5 Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan tabel IV.16 dapat diketahui bahwa nilai statistik F adalah sebesar 19,091 lebih besar daripada F tabel yaitu sebesar 2,69. Sedangkan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada 0,05. Hal ini berarti bahwa profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(19)

ditetapkan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Pernyataan ini sesuai dengan standar umum ketiga dalam SPAP yaitu dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Independensi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan tugas pemeriksaan. Independensi menurut standar umum kedua dalam SPAP yaitu dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap harus dipertahankan oleh auditor. Pernyataan dalam standar umum kedua ini menjelaskan bahwa auditor bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan sikap independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan, dan opini dari hasil pemeriksaan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

Selain itu juga, kompetensi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Menurut standar umum yang pertama dalam SPAP yaitu audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar ini diinterpretasikan sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi serta mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan untuk menghasilkan audit yang berkualitas.

Pengalaman kerja merupakan lamanya auditor bekerja sebagai auditor. Semakin lama dan banyaknya pengalaman kerja yang dimiliki seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan maka akan semakin baik juga kualitas audit yang dihasilkan. Semakin lama menjadi auditor maka dapat lebih mudah mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh klien baik yang secara langsung maupun yang masih berpotensi dilakukan tindakan kecurangan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil analisis data, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Profesionalisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 2. Independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 3. Kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

4. Pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

5. Profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang diajukan adalah:

1. Untuk meningkatkan kualitas audit, seorang auditor dituntut agar bertindak profesional dalam melakukan pemeriksaan. Sikap profesionalisme yang rendah akan menumpulkan kepekaan auditor terhadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa potensi atau terhadap tanda-tanda bahaya yang akan mengindikasikan adanya kesalahan dan kecurangan

2. Auditor diharapkan dapat bertindak independen yaitu dapat bersikap netral serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2013). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik Edisi 4 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Agusti, R., & Pertiwi, N. P. (2013). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Se Sumatera). Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September 2013.

Arens, A. A., Radal, J. E., Mark, S. B., & Amir, A. J. (2011). Jasa Audit dan Assurance, Edisi Tiga Belas, Jilid Satu. New Jersey: Pearson Education.

Arens, A., Elder, R., & M., B. (2011). Auditing and Assurance Services. New York: Pearson. Budiman, M. A. (2010). Pengaruh Audit Judgment, Independensi dan Komitmen Profesional

Auditor Terhadap Kualitas Auit.

DocSlide. (2015, 09 28). Retrieved from Kasus Enron dan Akibatnya: http://dokumen.tips/documents/kasus-enron-dan-akibatnya-5608e480abde1.html Futri, P. S., & Juliarsa, G. (2014). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat

Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Bali.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SP SS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono, J. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, H. (2010). Pengaruh Lingkungan Kerja, Independensi, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Profesi Akuntan Publik. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011).

Kompasiana. (2015, 04 17). Retrieved from Kasus Kimia Farma (Etika Bisnis): http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farma-etika-bisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb

Kompasiana. (2015, 04 16). Retrieved from Kasus Audit Umum PT KAI:

http://www.kompasiana.com/www.hendri.com/permasalahan-isu-audit_5535b24a6ea8340823da4340

Kurnia, W., Komsiyah, & Sofie. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Tekanan Waktu dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit.

Lilis, A. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No 3 Desember 2010.

Mahardika, M. H., Herawati, N. T., & Putra, I. A. (2015). Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman Kerja Keahlian Audit, Independensi dan Etika Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Bandung). Mulyadi. (2011). Auditing. Yogyakarta: Salemba Empat.

Pengertian Ahli. (2013, 11). Retrieved from

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-populasi-dan-sampel.html

Pengertian Ahli. (2013, 11). Retrieved from Pengertian Data dan Jenis Data: http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-data-dan-jenis-data.html

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2015. (2015).

PPPK. (2014). Profil Akuntan Publik & Kantor Akuntan Publik.

Putri, S. W. (2013). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor di KAP Wilayah Surakarta dan Yogyakarta). Republika. (2014, 12 05). Retrieved from Mengingat Kembali Awal Mula Kasus Bank

(21)

Rumengan, I. E., & Rahayu, S. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Bandung.

Tjun, L. T., Marpaung, E. I., & Setiawan, S. (2012). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 1Mei 2012.

Tuanakotta, T. (2013). Audit Kontemporer.

Gambar

Tabel II. 1 Penelitian Sebelumnya Variabel
Tabel IV. 3 Karakteristik Responden Berdasarkan JabatanJabatan Pimpinan / Partner
Tabel IV. 7 Uji Reliabilitas
Tabel IV. 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
+6

Referensi

Dokumen terkait

namun pengalaman kerja juga dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas audit. Pengalaman kerja merupakan suatu ukuran tentang lamanya waktu atau

Objek penelitian ini adalah pengaruh independensi, profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor terhadap kualitas

Secara statistik dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit, semakin berpengalaman suatu auditor maka

Berpengaruh tidak signifikannya Kompetensi terhadap kualitas hasil audit disebabkan karena masih kurangnya kemampuan seorang auditor untuk mengaplikasikan pengetahuan

H6 : Independensi, kompetensi, pengalaman kerja, objektivitas dan integritas auditor secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.

Keduanya menyimpulkan bahwa tidak berpengaruhya pengalaman terhadap kualitas audit mungkin disebabkan karena sebagian besar responden dalam penelitian mereka adalah

Hasil dari penelitian ini adalah Independensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit, Kompetensi tidak berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit,

Hasil ini dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah auditor junior, yang memiliki masa kerja masih berkisar antara 1-2