PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN
AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Nur Aini NIM: 105082002767
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN
AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Nur Aini
NIM: 105082002767
DI Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Amilin, SE.,Ak.,M.si
NIP. 131 474 891 NIP. 150 370 232
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN
AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Nur Aini
NIM: 105082002767
DI Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Amilin, SE.,Ak.,M.si
NIP. 131 474 891 NIP. 150 370 232
Penguji Ahli
Hari ini Senin tanggal 18 Mei Tahun dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Nur Aini NIM: 105082002767 dengan judul Skripsi
“PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Mei 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE.,Ak.,M.si Hepi Prayudiawan SE.,Ak.,MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Daftar Riwayat Hidup IDENTITAS PRIBADI
Nama : Nur Aini
Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 6 Juni 1987
Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26, Ciracas Jakarta-Timur
S1 : Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Paduan Suara Swarna Gita SMAN 39 Jakarta 2. Panitia Fushion II Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Muhammad Nasir
2. Tempat & Tgl. Lahir : Palembang, 27 Juli 1954
3. Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26, Ciracas Jakarta-Timur
4. Telepon : 021-8717531/08121088954
5. Ibu : Zubaidar
6. Tempat & Tgl. Lahir : Lahat, 6 Juli 1960
7. Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26, Ciracas Jakarta-Timur
8. Telepon : 021-8717531
THE INFLUENCE OF AUDITOR INDEPENDENCE, AUDITOR EXPERIENCE, AND AUDITOR ETHICS OF AUDIT QUALITY
By: Nur Aini
Abstract
The objectives of this research was to explain the influence of auditor independence, auditor experience and auditor ethics to audit quality. Data used in this research was questionnaires from independent auditors, at audit firms in DKI Jakarta.
Sampling method was using convenience sampling. 100 questionnaires was distribute. Total returned questionnaires was 78 (78%). The method of data analyzing used in this research was multiple regression method with auditor independence, auditor experience, auditor ethics is independence variable and audit quality is dependent variable.
This research showed that auditor independence, auditor experience, and auditor ethics has significant to audit quality. The t test showed that value of significant of auditor independence variable is 0.000, auditor experience variable is 0.026, and auditor ethics variable is 0.048.
Keywords: Auditor Independence, Auditor Experience, Auditor Ethics, Audit
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
Oleh: Nur Aini Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor terhadap kualitas audit. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari auditor independen dari kantor akuntan publik di DKI Jakarta.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Metode penentuan data yang digunakan adalah convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan kepada auditor sebanyak 100 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali adalah 78 kuesioner (78%). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dimana auditor independensi auditor, pengalaman auditor, dan etika auditor sebagai variabel independent sedangkan kualitas audit sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi auditor, pengalaman auditor,dan etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel independensi auditor adalah 0.000, variabel pengalaman auditor sebesar 0.026, dan variabel etika auditor sebesar 0.048.
Kata Kunci: Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, Etika Auditor, Kualitas
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi. Dan atas
izin-Nya, penulis telah menyelesaikan skripsi ini. Dalam realisasinya, penulis
sadar sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan
atas kekuatan yang telah Allah SWT anugerahkan. Dan selain itu, penulis juga
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Kedua Orang tua Quw tercinta Ayah&Ibu terima kasih untuk semua Doa dan
harapannya serta bantuan moral maupun material.
2. Adikku Rio, Nanda, Hilda, Ghina, Zilan, Darmawan terima kasih atas semua
doanya dan support yang telah diberikan.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial dan Dosen Pembimbing 1, terima kasih atas bimbingan dan seluruh
advice yang telah diberikan.
4. Bapak Amilin, SE., Ak., M.si selaku Dosen Pembimbing 2, terima kasih atas
bimbingan dan seluruh advice yang telah diberikan kepada penulis. Terima
kasih pak..
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi terima kasih
atas semua bantuan yang telah Bapak berikan.
6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Tanpa kalian
semua penulis tidak akan mendapatkan ilmu yang sangat berharga yang akan
7. E_GalZ: Nisa, Nyonyah, nCun, aNa, Deffy, Repa, Vita, Erika, Anti, Angel,
makasih untuk suPPortnya!!! Luv U ALL!!!fRienD’s 4-EvEr…
8. gELo girl’S : Lintah, Mirak, Bella, BurQi, Mala, i love u ALL SahaBaTQuw!!
Jangan pernah lupakan perjuangan kita!!akhirnya...kita akan menghadapi
dunia yang baru...Real World...Semangaaat!!!!!
9. Anak-anak akUn_E!!! Hayo SemangaT!!!kalian adalah sahabat-sahabat yang
terbaik!!!
10.Mas Dhani makasih atas inspirasi, semangat, dan motivasi yang selalu
diberikan kepada penulis. LovE You…
11.Bapak perpustakaan terimakasih pak atas semua buku-buku yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Dan semua orang dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik,
saran dan masukan konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan
manfaat dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membacanya. Amin..
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 15 Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan skripsi………... i
Lembar pengesahan ujian komprehensif………. iii
Daftar riwayat hidup………... iv
Abstract………... v
Abstrak……… vi
Kata Pengantar……… vii
Daftar Isi…….………. ix
Daftar Tabel………. xii
Daftar Gambar………. xiii
Daftar Lampiran………... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……….. 1
B. Perumusan Masalah………... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 6
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Konsep Auditing……… 8
1. Pengertian Audit……….. 8
2. Tujuan Audit……… 9
3. Jenis Audit……… 10
4. Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal……… 11
5. Standar Auditing……….. 12
B. Etika……… 14
1. Definisi Etika……… 14
2. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik……… 16
3. Tiga Pendekatan Etika………... 17
4. Prinsip-prinsip Etika……….. 18
C. Teori Moral Development……… 21
D. Teori Keagenan……… 25
E. Independensi……… 27
F. Pengalaman Auditor……… 29
G. Kualitas Audit……….. 30
H. Penelitian Terdahulu………. 32
I. Kerangka Pemikiran ……… 33
J. Perumusan Hipotesis……… 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………. 35
B. Metode Penentuan Sampel……… 35
C. Metode Pengumpulan Data……….... 36
D. Metode Analisis ……….……….... 37
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya……….. 43
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……… 48
1. Tempat dan Waktu Penelitian………... 48
2. Karakteristik Responden………... 50
B. Penemuan……… 55
1. Statistik Deskriptif……… 55
a. Uji Reliabilitas………. 56
b. Uji Validitas……… 59
3. Uji Hipotesis………. 62
a. Uji Asumsi Klasik………... 62
b. Analisis Regresi Berganda……….. 66
c. Uji Koefisien Determinasi………... 68
d. Uji Statistik t……… 69
C. Pembahasan……….. 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 75
B. Implikasi………... 76
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……….. 46
4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik………. 48
4.2 Data Penyebaran Kuesioner………. 50
4.3 Data Sampel Penelitian………. 51
4.4-1 Karakteristik Responden Auditor Eksternal…………. 52
4.4-2 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (pendidikan)……….. 53
4.4-3 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (pengalaman kerja)………. 54
4.5 Statistik Deskriptif………. 55
4.6-1 Uji Reliabilitas Independensi Auditor……… 56
4.6-2 Uji Reliabilitas Pengalaman Auditor………. 57
4.6-3 Uji Reliabilitas Etika Auditor………. 57
4.6-4 Uji Reliabilitas Kualitas Audit……… 58
4.7-1 Uji Validitas Independensi Auditor………. 59
4.7-2 Uji Validitas Pengalaman Auditor……… 60
4.7-3 Uji Validitas Etika Auditor………... 60
4.7-4 Uji Validitas Kualitas Audit……….. 61
4.8 Uji Multikolinearitas………. 64
4.9 Koefisien Regresi……….. 66
4.10 Uji Koefisien Determinasi……….. 68
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Model Penelitian…………... 33
4.1 Normal P-Plot……… 62
4.2 Grafik Histogram………... 63
Daftar Lampiran
No. Keterangan Halaman
1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda………... 80
2 Hasil Uji Asumsi Klasik………... 81
3 Deskriptif Statistik………... 85
4 Hasil Uji Reliabilitas……… 88
5 Hasil Uji Validitas……… 89
6 Surat Izin Penelitian………. 93
7 Kuesioner Penelitian……… 94
8 Daftar Jawaban Responden……… 95
9 Daftar Kantor Akuntan Publik……… 106
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang
melibatkan profesi seorang akuntan. Akuntan adalah profesi yang
keberadaannya sangat tergantung dengan adanya kepercayaan dari
masyarakat yang menggunakan jasanya. Oleh karena itu, jika akuntan
tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, maka mereka tidak akan
menggunakan jasa akuntan, sehingga profesi akuntan tidak perlu ada.
Masalah-masalah yang ditimbulkan membuat kepercayaan para
pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap
auditor mulai menurun. Akibatnya, para pemakai laporan keuangan
seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi
akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan
keuangan.
Hubungan akuntan dengan pengguna jasanya memiliki bentuk yang
khusus jika dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain
mendapatkan penugasan dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga
kepadanya, sementara akuntan mendapat penugasan dan memperoleh fee
dari perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun bertanggung
jawab kepada pengguna laporan keuangan. Kondisi seperti ini sering kali
penting bagi akuntan untuk melaksanakan audit dengan kompeten dan
tidak bias (Arens dan Loebbecke, 2008).
Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya
tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan.
Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh
setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter.
Karakter menunjukkan personality seorang profesional, yang diwujudkan
dalam sikap dan tindakan etisnya.
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan
Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia
dan akuntan lainnya yang bukan anggota (bab VII pasal 10 Kode Etik
Akuntan Indonesia). Disamping itu, dengan adanya kode etik, maka para
anggota profesi akan lebih dapat memahami apa yang diharapkan profesi
terhadap para anggotanya (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Etika
professional auditor diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia -
Kompartemen Akuntan Publik (IAPI-KAP) dan staf profesional (baik
yang anggota IAPI-KAP maupun yang bukan anggota IAPI-KAP) yang
bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal staf
profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAPI-KAP
melanggar aturan etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut
bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran tersebut. Sikap dan
tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya dimata
integritas yang tinggi, bersikap independen, kompeten dan bertanggung
jawab atas segala pekerjaannya. Auditor dengan kapasitas pemikian etis
yang tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etis,
dan lebih independen dalam membuat keputusan yang terkait dengan
dilema etis (St Vena Purnamasari, 2006).
Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain
(tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain), secara
intelektual bersikap jujur, dan objektif (tidak memihak) dalam
mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya (Mulyadi, 2008).
Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam
memberikan jasa audit yang disediakan untuk para pemakai laporan
keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas atau mutu
dari jasa audit yang dihasilkan.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2004), audit yang
dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi
ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut
mencakup mutu professional auditor, independensi, pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi
seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika
auditor tersebut melaksanakan pekerjaannya secara professional.
Kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan
bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan
yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih
berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan
yang lebih, pengalaman seorang auditor tentunya dapat berpengaruh
terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.
Dalam penelitian Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004)
menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menemukan
bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit,
selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel
moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti
kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan
dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Namun,
dalam penelitian Nurul Dwi Ayuni (2008) menemukan bahwa
pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kulitas
audit atas sistem informasi berbasis komputer. Susiana dan Arleen (2007)
membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti sehingga hasil penelitiannya
berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007). Perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Menambahkan variabel pengalaman auditor dan etika auditor sebagai
variabel independen. Pengalaman auditor dan etika auditor merupakan
beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan
penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas audit yang mereka
hasilkan, karena itu penelitian ini menambahkan kedua variabel
tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap
kualitas audit.
2. Menghilangkan etika auditor sebagai variabel moderasi. Etika auditor
diubah menjadi salah satu variabel independen dalam penelitian ini,
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas audit.
3. Menjadikan kantor-kantor akuntan publik yang berada di DKI Jakarta
sebagai populasi dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar hasil
penelitian yang didapat menjadi lebih maksimal dengan memperluas
pengambilan sampel.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti adalah:
1. Apakah independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit?
2. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
3. Apakah etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit.
2. Untuk menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit.
3. Untuk menguji pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi profesi akuntan.
Informasi ini dapat digunakan sebagai motivasi bagi para akuntan
untuk dapat lebih independen dalam melaksanakan profesinya, serta
membangkitkan naluri profesionalnya dalam memberikan pelayanan
jasa bagi masyarakat luas.
2. Bagi organisasi IAPI.
Untuk mengetahui seberapa jauh independensi, pengalaman dan etika
auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga dapat dijadikan
pedoman sebagai seorang auditor untuk memelihara independensinya
dan terus menambah pengetahuan dari berbagai pengalaman yang
telah dilewati.
3. Bagi pemakai laporan keuangan yang telah diaudit.
Penelitian ini dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap
sebagai informasi yang relevan dalam menentukan keputusan yang
akan dilaksanakan.
4. Bagi Pemerintah (Bapepam)
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada Bapepam sebagai pengawas pasar modal, untuk melihat
seberapa besar pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor
dan etika auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan dari laporan
keuangan yang diaudit. Penelitian ini juga berguna untuk
meningkatkan kualitas keterbukaan laporan keuangan yang disajikan
oleh perusahaan publik.
5. Bagi mahasiswa.
Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh
independensi, pengalaman dan etika auditor terhadap kualitas audit,
sehingga dapat menjadi salah satu sarana bahan bacaan dan
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Konsep Auditing 1. Pengertian Audit
Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting
Association dalam Kell & Boynton (2002:6), mendefinisikan auditing
sebagai:
“A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users ”.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:3) auditing ialah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut” .
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa auditing merupakan suatu proses untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang peristiwa ekonomi dengan
menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan kriteria
yang telah ditetapkan, kemudian hasilnya tersebut dikomunikasikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Tujuan umum audit dalam Kell & Boynton (2002:6) adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan tujuan audit spesifik ditentukan
berdasar asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam
laporan keuangan.
Asersi manajemen (management assertion) adalah pernyataan yang
tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai jenis
transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen
berhubungan langsung dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
sehingga auditor harus memahami asersi–asersi manajemen agar audit
dapat dilaksanakan dengan memadai.
Arens dan Loebbecke (2008:147) atau SPAP seksi 326
menggolongkan asersi manajemen kedalam lima kategori pernyataan yang
luas, yaitu:
1. Keberadaan (Existence) atas Keterjadian (Occurance)
2. Kelengkapan (Completness)
3. Penilaian dan Alokasi (Valuation and Allocation)
4. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation)
5. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)
Menurut Kell & Boynton (2002: 8-9) terdapat tiga jenis audit yang
ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam
definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan,
audit kepatuhan, dan audit opersional.
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu, kriteria-kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
b. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektifitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional,
auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan.
c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah audittee
(klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
Terdapat beberapa perbedaan antara Audit Internal dan Audit
eksternal, yaitu sebagai berikut:
Audit Internal Audit Eksternal
1. Merupakan karyawan yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menaggapi kebutuhan
2. Melayani pihak ketiga yang memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan.
3. Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari
eksternal maupun internal bisa jadi serupa, namun tujuan dan hasil yang
diharapkan bisa berbeda. Mereka mencerminkan dua profesi yang berlainan
yang harus saling menghargai satu sama lain dan memanfaatkan kelebihan
masing-masing. (Sawyer:2005)
5. Standar Auditing
Menurut PSA No. 01 (SA Seksi 150)
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur”
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar”
berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan
prosedur tersebut. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar
auditing mencakup mutu professional (professional qualities) auditor
independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. (Soekrisno Agoes:2008)
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Publik Indonesia, seperti yang terdapat dalam SPAP terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
B. Etika
1. Definisi Etika
Ethics (etika) adalah strandar prilaku yang menjadi dasar penilaian
benar atau salah, jujur atau tidak jujur, adil atau tidak adilnya tindakan
seseorang (Weygandt, Kieso, & Kimmel, 2007). Etika secara umum
diartikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Masing-masing orang
memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat diungkapkan secara
eksplisit. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya
dapat berjalan lancar serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada,
kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak
diantara nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang.
Di Indonesia, etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila
bagus. Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang
disebut dengan kaidah professional yang khusus berlaku dalam kelompok
profesi yang besangkutan. Oleh karena merupakan konsensus, maka etika
tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal yang selanjutnya disebut
sebagai ‘kode etik’. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu
dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang
bersangkutan (Desriani,1993 dalam Gudono,2000).
Etika adalah seperangkat prinsip moral atau nilai (Arens dan
loebbecke, 2008), atau aturan perilaku yang ditetapkan oleh organisasi
profesi untuk melindungi kepentingan anggota dan masyarakat sebagai
pemakai jasanya. Aturan tersebut berisi hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dan harus ditaati oleh setiap anggota organisasi.
Etika dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu: ethos berarti
kebiasaan atau adat, dan ethikos berarti perasaan batin atau kecenderungan
batin mendorong manusia dalam bertingkah laku. “Etika sebenarnya
meliputi suatu proses penentuan yang komplek tentang apa yang harus
dilakukan seseorang dalam situasi tertentu.
Profesi itu sendiri meliputi kombinasi unik dari pengalaman dan
pembelajaran masing-masing individu seperti yang dikemukakan oleh
Ward et al. (1993) dalam Gudono (2000). Jadi secara umum etika
menggambarkan suatu perwujudan dan penetapan suatu norma sikap dan
dipertanggung jawabkan karena setiap tindakan lahir dari keputusan
pribadi yang bebas.
2. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
Dalam SPAP (IAPI:2004) aturan etika kompartemen akuntan publik,
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan
IAPI:
a. Kompetensi Profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional
yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan
kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan Keseksamaan Professional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa professional dengan
kecermatan dan keseksamaan professional.
c. Perencanaan dan Supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai
setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk
menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan
dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
3. Tiga Pendekatan Etika
Etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral dalam
Satyanugraha (2003), studi etika dapat dibedakan dalam:
1. Etika Deskriptif
Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk,
tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif
mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu,
kebudayaan-kebudayaan tertentu. Karena etika deskriptif hanya
melukiskan ia tidak memberikan penilaian.
2. Etika Normatif
Mendasarkan pada pemahaman yang diperoleh dari etika
deskriptif, studi ini berusaha untuk menjelaskan dan memastikan
prinsip-prinsip moral dengan berbagai cara. Disini ahli bersangkutan
tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika
deskriptif, tapi ia melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian
tentang perilaku manusia. Penilaian itu dibentuk atas dasar
harus disebut baik atau buruk dan mengapa suatu anggapan moral
dapat dianggap benar atau salah.
3. Meta Etika
Meta etika merupakan studi dari etika normative. Awalan meta
(dari bahasa Yunani) mempunyai arti “melebihi, “melampaui”.
Menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara
langsung, melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas, meliputi
penjelasan dan penilaian asumsi dan investigasi kebenaran dari
argumentasi moral.
4. Prinsip-prinsip Etika
Prinsip-prinsip etika menurut Kode Etik Profesi AICPA (American
Institute of Certified Public accountants) dalam Seprian (2007) adalah
sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, para
anggota harus berusaha menjadi profesional yang peka serta memiliki
pertimbangan moral atas seluruh aktivitas mereka.
2. Kepentingan publik
Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian
rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan
publik, serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme.
Mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, para anggota
harus menunjukan selruh tanggung jawab profesionalnya dengan
tingkat inte-gritas tertinggi.
4. Obyektivitas dan independensi
Anggota harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konflik
antar kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab
profesionalnya.
5. Due care
Seorang anggota harus selalu memperhatikan standar teknik dan etika
profesi, selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas
jasa yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab
profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Lingkup dan sifat jasa
Anggota yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan
prinsip-prinsip pada Kode Etik Profesi dalam menentukan lingkup dan sifat
jasa yang akan disediakannya.
5. Dilemma Etika
Menurut Arens dan Loebecke (2008) dilemma etika adalah: “Situasi
yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas
harus dibuat”. Maksudnya adalah dalam kehidupan sehari-hari seseorang
dihadapkan pada situasi dimana terjadi pertentangan batin, karena
akuntan dan kalangan bisnis lainnya menghadapi banyak dilemma etika
dalam karier bisnis mereka. Misalnya bernegosiasi dengan klien yang
mengancam untuk mencari auditor baru kalau perusahaannya tidak
memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas merupakan dilemma
etika. Dalam Seprian (2007), untuk menyelesaikan dilemma etika dapat
dilakukan dengan cara Pendekatan enam langkah berikut ini:
1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan.
2. Mengidentifikasikan isu-isu etika berdasarkan fakta-fakta tersebut.
3. Menentukan siapa yang akan terkena pengaruh dari keluaran (outcome)
dilema tersebut dan bagaimana cara masing-masing pribadi atau
kelompok itu dipengaruhi.
4. Mengidentifikasikan berbagai alternatif yang tersedia bagi pribadi yang
harus menyelesaikan dilema tersebut.
5. Mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin terjadi pada setiap
alternatif.
6. Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan.
C. Teori Moral Development
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg (1958) dengan
mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang
semula diteliti Piaget (1932), yang menyatakan bahwa logika dan moralitas
berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Teori ini berpandangan
bahwa penalaran moral, merupakan dasar dari perilaku etis dan mempunyai
pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral
pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya
berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan
implikasi filosofis dari penelitiannya.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kohlberg dikelompokkan ke
dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan
pasca-konvensional. Tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap
tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif,
beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Kohlberg
menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia
tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan
mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Teorinya
didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan
tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema
moral dibanding tahap atau tingkat sebelumnya.
Tahapan-tahapan
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi (Apa untungnya buat saya?)
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal (Principled conscience)
Tingkat 1: Pra-Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada
anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap
ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas
dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat
pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan
murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada
konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai
contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang
melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin
salah tindakan itu. Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya,
perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya.
Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang
lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap
kebutuhannya sendiri.
Dalam tahap dua perhatian kepada orang lain tidak didasari oleh loyalitas
atau faktor yang bersifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat
sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja.
Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang
bersifat relatif secara moral.
Tingkat 2: Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang
dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan
membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat
konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan
moral.
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran
sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari
orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap
peran yang dimilikinya. Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi
hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara
fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar
kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan
masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi.
Tingkat 3: Pasca-Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip,
terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa
semakin jelas. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat
tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku
pra-konvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai
memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting
bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang
tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai
ditahan atau dihambat. pemerintahan yang demokratis merupakan contoh
tindakan yang berlandaskan pada penalaran tahap lima.
Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak
menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada
keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk
tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan
ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang
menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada,
yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
D. Teori Keagenan
Agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding
dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry
information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu
untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan
untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal
dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.
Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau
investor.
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory
(Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain
disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas
decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal
memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan
tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas
persetujuan bersama.
Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak,
misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan
kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang
dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer
perusahaan, dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility
masing-masing dengan informasi yang dimiliki.
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham
tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika
atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola,
manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Asimetri antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer
untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal
pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings
management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai
kinerja ekonomi perusahaan.
Akuntan publik diharapkan dapat menjembatani kepentingan pihak
investor dan kreditor dengan pihak manajemen (agent) dalam mengelola
keuangan perusahaan. Sebagai perantara, akuntan harus dapat bertindak jujur,
Akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab bahwa informasi yang
mereka berikan disajikan secara lengkap dan jujur kepada para pengguna
informasi tersebut. Sehingga mereka dapat mengetahui kinerja perusahaan
yang sesungguhnya dan dapat dijadikan sebagai dasar yang tepat untuk
mengambil keputusan.
E. Independensi
Tanggung jawab yang besar, maka merupakan suatu hal yang penting
bagi akuntan yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk memiliki
independensi dan keahlian yang tinggi. Jika akuntan tidak independen
terhadap manajemen kliennya, pendapat yang dia berikan tidak mempunyai
arti. Dalam Seprian (2007) independensi akuntan publik mencakup dua aspek,
yaitu: (1) independensi sikap mental, dan (2) independensi penampilan.
Setiap akuntan harus menjaga integritas dan keobjektivan dalam tugas
proesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang
bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Ia juga harus menghindari
situasi yang dapat menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada
pertentangan kepentingan atau keobjektivan sudah tidak dapat dipertahankan.
Mautz dan Sharaf (1993) menyatakan bahwa untuk dapat menjalankan
kewajibannya, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu
kompetensi, independensi, dan due professional care. Mempertahankan
mereka adalah penting. Tetapi yang juga penting adalah bahwa pemakai
laporan keuangan tersebut memiliki kepercayaan atas independensi tersebut.
Shockley (1981) dalam Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) melakukan
penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi
akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan publik,
bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa
konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama
hubungan audit dengan klien.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa
konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko
rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan
jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko
rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai
risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang
lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik berhubungan
langsung dengan mutu pemeriksaan dan salah satu elemen penting dalam
kendali mutu tersebut adalah independensi.
Libby (1995) dalam Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan
auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin
berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
penerapan struktur pengendalian intern.
Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan
penugasan auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan
supervisi berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang
menjamin terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian,
pengembangan dan pemanfaatan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI
2004).
Salah satu ciri dari keahlian (expertise) auditor yang sudah diteliti dalam
riset keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif
dan positif (auditor attendance to negative and positive information), yang
telah ditunjukkan Anderson dan Maletta (1994) dalam Koroy (2007). Hasil
studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang
menunjukkan pengalaman memainkan peran penting dalam sejauh mana
perilaku konservatif/berorientasi negatif diperlihatkan. Anderson dan Maletta
mendapatkan mahasiswa dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih
memperhatikan informasi negatif dibandingkan auditor senior.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor
kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan
kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Auditor yang kurang
berpengalaman terlalu terfokus pada informasi negatif sehingga semakin
negatif juga mereka dalam membuat pertimbangan audit.
G. Kualitas Audit
DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dalam
dua dimensi, pertama auditor harus mampu mendeteksi salah saji material,
kedua salah saji tersebut harus dilaporkan. Kemampuan untuk mendeteksi
salah saji material sangat dipengaruhi oleh kemampuan teknologi auditor,
prosedur audit dan jumlah sampling yang digunakan. Kemampuan untuk
melaporkan salah saji material secara tepat tergantung pada sikap
independensi auditor, jika auditor berada dalam tekanan personal, emosional
dan keuangan maka auditor dapat kehilangan independensinya.
Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidakpastian
yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen. Karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik yang
selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan, pemerintah dan
masyarakat serta para investor. Berkaitan dengan kasus Enron, WorldCom,
dan jatuhnya KAP Arthur Andersen merupakan saat yang tepat
mempertanyakan kualitas audit yang telah diberikan oleh KAP big
international tersebut. Hal tersebut telah melahirkan perubahan terhadap
Juni tahun 2002 diikuti dengan PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik di Indonesia. Undang-undang tersebut diantaranya mengatur
tentang rotasi wajib bagi auditor serta KAP tidak diperbolehkan memberikan
jasa non audit disamping pemberian jasa audit pada klien karena dapat
mengganggu independensi auditor. Kualitas audit akan selalu diragukan jika
jasa-jasa lain yang diberikan dianggap membahayakan keobjektifan dan
independensi auditor.
H. Penelitian Terdahulu
Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menemukan bahwa independensi
berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit, selanjutnya interaksi
independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh
sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai
dengan perilaku etis yang dimiliki.
Nurul Dwi Ayuni (2008) menemukan bahwa pendidikan, pelatihan
berpengaruh positif terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis
komputer. Namun pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hal ini berarti
variabel independen yang terdiri dari pelatihan, pendidikan dan pengalaman
auditor secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen yaitu kualitas audit atas sistem informasi berbasis
Susiana dan Arleen (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh
independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap
integritas laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa
independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
integritas laporan keuangan.
Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) menganalisis
faktor-faktor penentu kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
I. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai pengaruh
independensi, pengalaman audit dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan, dapat disederhanakan
dalam bentuk model sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Independensi Auditor
Pengalaman Auditor
Etika Auditor
Gambar 2.1 Model Penelitian
J. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan atas landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1 : Independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
Ha2 : Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh independensi,
pengalaman dan etika auditor terhadap kualitas audit. Dalam penelitian ini,
data diambil dari sejumlah sampel yang ada dalam populasi. Populasi
penelitian ini adalah kantor-kantor akuntan publik yang ada di DKI Jakarta .
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
individual dengan sampel penelitian seluruh auditor independen yang bekerja
di kantor akuntan publik, yaitu partner, manajer, supervisor, auditor senior dan
auditor junior.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi dan Sampel
Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo,
2004: 115). Sedangkan sebagian dari elemen-elemen populasi disebut
dengan sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah kantor-kantor
akuntan publik yang berada di DKI Jakarta.
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
Convenience Sampling. Metode ini memilih sampel dari elemen populasi
(orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen
populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas
sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling
cepat dan murah (Indriantoro dan Supomo, 2004: 130).
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian ini adalah
menggunakan data primer dan data sekunder, berikut penjelasan mengenai
kedua metode tersebut, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperpleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) (Indriantoro dan
Supomo, 2004: 146-147). Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui
daftar pertanyaan kepada pihak yang berhubungan langsung dengan
masalah penelitian, untuk memperoleh data yang sebenarnya kuesioner
dibagikan secara langsung kepada responden, yaitu dengan mendatangi
tempat responden dan menitip kepada teman yang bekerja di kantor
akuntan publik.
Responden yang mengembalikan kuesioner yang telah diisi akan
dijadikan sampel penelitian. Untuk itu kuesioner-kuesioner dari responden
secara lengkap seperti yang diharapkan peneliti untuk kepentingan
analisis.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2004: 147). Data
sekunder penelitian ini berasal dari buku, jurnal-jurnal, tesis, skripsi, serta
dari internet yang berkaitan dengan independensi, pengalaman, etika
auditor serta kualitas audit.
D. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
versi 16.0. analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel
independensi auditor (X1), pengalaman auditor (X2), etika auditor (X3)
dengan kualitas audit (Y).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar
deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, ,minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang
sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang
sama dengan alat ukur yang sama. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan
SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Jika hasil dari Cronbach
Alpha memiliki nilai diatas 0,6 maka dikatakan bahwa data tersebut
mempunyai keandalan atau reliabel (Imam Ghozali, 2005: 41-42 ).
b. Uji Validitas
Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrument tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain, instrumen
tersebut dapat mengukur construct sesuai yang diharapkan dengan
peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2004: 181). Suatu intrumen
penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid
3. Uji Hipotesis
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell
shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak melenceng ke
kiri atau ke kanan (Santoso, 2003). Analisis grafik adalah salah
satu cara termudah untuk melihat normalitas data dengan cara
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal probability plot.
2) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) (Imam Ghozali, 2005:91-92). Multikolinieritas dapat
dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel
bebas. Jika terjadi kemiripan antar variabel independen dalam
suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat
kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen
yang lain (Imam Ghozali, 2005).
Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2005:
105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Pada gambar scatter plot, jika titik-titik
menyebar merata diatas dan dibawah atau disekitar angka nol,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas sedangkan jika titik-titik data
membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit atau
mengumpul disatu titik, maka telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Analisis Regresi Berganda
Peneliti menggunakan analisis regresi berganda karena ingin
mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui
tiga variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh antara tiga variabel bebas (X1, X2, X3) dengan variabel
terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linier dengan persamaan
matematik sebagai berikut:
Y = + X1 + X2 + X3+
Dimana:
Y = Kualitas Audit
= Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel
bebas (X).
X1 = Independensi Auditor
X2 = Pengalaman Auditor
X3 = Etika Auditor
e = Error
Nilai koefisien regresi atau b diperoleh dengan menggunakan
program SPSS versi 16.0.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur sebarapa jauh
kemampuan model dalam menrangkan variasi varibel dependen. Nilai
r² yang mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. (Imam Ghozali,2005 : 84-85)
Untuk mengetahui besar atau kecilnya pengaruh variabel bebas
(X) terhadap variabel terikat (Y) dipergunakan koefisien determinasi
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100%
Dimana:
KD = Koefisien Determinasi
d. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan
masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat
signifikan 5%. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
2) Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak
(Imam Ghozali,2005 : 55-58).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini merupakan variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut
dioperasionalkan sebagai berikut:
1. Variabel Independen
a. Independensi auditor (XI)
Independensi Akuntan Publik adalah sikap yang diharapkan dari