• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MAHASAR (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MAHASAR (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW JURNAL

PEMBERDAYAAN KELOMPOK EKONOMI PRODUKTIF PENDUKUNG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DESA PAJAHAN DAN MUNDUK TEMU

KECAMATAN PUPUAN, TABANAN

Dosen Pengampu :

DR. ANIK YUESTI,SE.,MM

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Oleh

NI PUTU TRISNA YUSANTI

(178103611010132)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

(2)

REVIEW JURNAL

Judul Pemberdayaan Kelompok Ekonomi Produktif

Pendukung Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Di Desa Pajahan Dan Munduk Temu Kecamatan Pupuan, Tabanan

Download http://ojs.unmas.ac.id/index.php/Prosem/article/view/331

Tahun 2016

Penulis K. Sumantra, Anik Yuesti, IB. Suryatmajadan AA. K

Sudiana

Reviewer Ni Putu Trisna Yusanti

Tanggal 5 April 2018

Abstrak Jurnal yang berjudul ” Pemberdayaan Kelompok Ekonomi Produktif Pendukung Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Di Desa Pajahan Dan Munduk Temu Kecamatan Pupuan, Tabanan” ini berisi tentang bagaimana menggali potensi di dua desa yang berbeda, di sisi lain potensinya belum digali sehingga jumlah keluarga miskin di kedua desa tersebut masih cukup tinggi. Mata pencaharian utama masyarakat di dua desa adalah bertani di musim kering dengan model lahan polikultur. Polikultur telah menumbuhkan lebih dari 4 spesies tanaman dan lebih banyak di bidang yang sama seperti kopi, buah naga, manggis, durian, kakao dan gabungan dengan tanaman hijau lainnya. Metode yang digunakan adalah Sustainable Livelihoods Approach (SLA) terdiri dari tiga fase kegiatan, yaitu (1) tahap penyadaran, (2) tahap pendampingan dan (3) tahap pelembagaan. Dengan hasil penelitian antara lain bahwa: 1) Bisnis inti untuk mendukung BUMDes di dua desa untuk pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi, pengembangan salak gulapasir dan manggis serta pengembangan produk olahan dasar salak, manggis, durian dan sebagai industri domestik produk unggulan. 2) Pengembangan GAP organik dari salak gulapasir, dan manggis sebagai pendukung BUMDes diperlukan untuk mendapatkan standar dan sertifikasi produk. 3) pemanfaatan limbah kulit kopi harus dioptimalkan dengan penambahan teknologi untuk menghasilkan kualitas pupuk organik. 4) Agar BUMDes yang ada di dua desa sehat, diperlukan lembaga bantuan yang menyiapkan pengawasan,dan lembaga penjamin kemitraan bisnis.

(3)

Pendahuluan Pada paragraph pertama penulis penceritakan tentang matapencaharian penduduk di dua desa yang sebagian besar adalah petani baik sebagai pemilik lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai, petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja serabutan lainnya. Pada paragraph ini juga membahas tentang presentase matapencaharian penduduk desa Kabupaten Tabanan yang bekerja di sector primer, sekunder, dan tersier yang diperoleh dari data BPS (2012). Dikaitkan antara matapencaharian dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan produktivitas sektor primer dan sekunder lebih rendah dibandingkan dengan sektor tersier. Empat puluh persen penduduk yang bekerja di sektor primer hanya berkontribusi 34 persen terhadap PDRB, 20 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder hanya menghasilkan 12 persen PDRB, sedangkan 40 persen penduduk yang bekerja di sector tersier justru berkontribusi terhadap PDRB sebesar 54 persen (Sanjaya, 2015). Pertumbuhan yang rendah ini tentu berkorelasi dengan kecilnya pertumbuhan daya beli masyarakat petani. Apabila tidak dilakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam pembangunan pertanian maka pertanian akan semakin tidak diminati oleh generasi muda.

Paragrafh kedua menjelaskan kompleksitas permasalahan di sector primer sangat besar. Masalah utama kewilayahan di dua desa adalah: 1) Volume produksi dengan skala usaha kecil (small scale farming), 2) Produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu dan mudah rusak. 3) Kurang memadainya pasar, panjangnya saluran pemasaran, dan harga berfluktuasi. 4) Rendahnya kemampuan tawar-menawar, dan kurangnya informasi pasar. 5) Rendahnya kualitas produksi dan 6) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia di pedesaan dan tidak didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari panen sampai pasca panen tidak dilakukan dengan baik. Disamping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran.

(4)

Sering kita lihat bahwa yang terjadi manfaat ekonomi yang diperoleh dari pariwisata seringkali disertai dengan lingkungan perusakan, konversi lahan, eksploitasi sosial dan budaya dan kriminalitas (Kantor Pariwisata Prop. Bali 2009; Dharma Putra, 2010). Kesenjangan antara industri pariwisata dengan pertanian di Bali juga didasarkan pada ketidakseimbangan pembagian pendapatan penggunaan pertanian untuk tujuan pariwisata (Astiti, 2011), begitu juga Bali enggan untuk mengembangkan sektor pertanian.

Selanjutnya dijelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Tabanan mengembangkan sebuah pendekatan pengembangan usaha ekonomi yang berbasis di masyarakat khususnya perdesaan. Semangat yang dibangun adalah memberdayakan segala potensi yang ada yang digarap secara bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan mulai penyiapan bahan baku (hulu) hingga berada ditangan konsumen dan siap dikonsumsi (hilir). Guna mengatasi kendala yang ada dimana usaha pengembangan kegiatan ekonomi produktif dimasyarakat baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun perorangan belum membuahkan hasil seperti diharapkan. Selanjutnya Penulis juga menjelaskan bahwa pendekatan yang diambil berupaya mewadahi setiap proses pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat melalui mekanisme BUMDes (Sanjaya, 2015). BUMDes merupakan bagian dari desa yang akan fokus bergerak mengembangkan perekonomian masyarakat dengan menjadikan BUMDes menjadi bagian dari suatu proses produksi bagi produk-produk local berbahan baku lokal. Tujuan kegiatan adalah : 1) Pembentukan unit-unit usaha pemdukung bumdes; 2) Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan produk pangan berbasis produk local; 3) Memberikan pemahanan tentang manajemen, proses produksi dan standarisasi produk sesuai kegiatan di masing-masing kelompok; 3) Menyamakan persepsi dan standar operasi kegiatan sesuai dengan devisi pada kelompok/desa berbeda.

Dari uraian pendahuan saya sangat setuju dengan ide-ide dan pemikiran penulis karena sangat sesuai dengan kondisi masyarakat di dua desa dan kondisi umum masyarakat di Kabupaten Tabanan. Sejauh ini bahasa yang digunakan oleh penulis juga sangat sederhana sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca.

(5)

ekonomi masyarakat dalam mengejawantahkan integrated of society and land potential ditunjukkan pada Gambar 1. Pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach) bersendikan pada 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness),(2) tahap pengkapasitasan/pendampingan (participating/scaffolding), dan (3) tahapan pelembagaan (institutionalization).

Gambar 1. Metode SLA (the sustainable livelihood approach) penerapan Ipteks bagi Wilayah

(6)

(institutionalization) adalah mewadahi usaha produktif pada suatu kelompok institusi/organisasi/koperasi yang dapat memudahkan proses belajar, transfer Ipteks, pemasaran, jaminan legalitas formal dan keberlanjutan dari aktivitas produktif-ekonomi masyarakat di wilayah binaan. Pendekatan kewilayahan untuk mencapai sasaran dari kegiatan disajikan seperti Gambar 2

Dalam metode pelaksanaan penulis sudah cukup menjelaskan tentang metode dan tahapan yang diambil dalam penelitian ini. Bahasa yang digunakan oleh penulis juga sangat mudah dipahami oleh pembaca.

Hasil dan Pembahasan

Pengembangan usaha BUMDes harus dilakukan dengan tumpuan: 1). Ketersediaan potensi yang prospektif. Hal ini perlu dilakukan analisis dan penilaian studi kelayakan; 2). Embrio kegiatan ekonomi produktif sebagai core bisnis; 3). Pengembangan kegiatan ekonomi yang memenuhi hajat hidup orang banyak.

(7)

dilakukan untuk mendukung kegiatan BUMDes yaitu pembentukan Perdes, AD/ART dan pelatihan Manajemen bagi pengelola BUMDes. Untuk mendukung BUMDes di kedua desa, melalui kegiatan IbW tahun 2015 dilakukan inisiasi unit-unit usaha baru yaitu melakukan pembinaan Kelompok Wanita Tani, PKK, Gapoktan, kelompok tani salak Gulapasir Pala sari desa Pajahan, kelompok tani Guna Karya desa Munduk Temu. Untuk meningkatkan jumlah produk industry rumah tangga di masing-masing desa dilakukan pelatihan membuat jajan, sirup, pia dan kripik berbasis bahan pangan dari buah salak lokal. Pemilihan komoditas ini sebagai bahan baku disebabkan salak lokal nilai jualnya sangat rendah yaitu Rp 500 – Rp 1000,- per kilogram tergantung musim. Melalui pelatihan industry rumah tangga ini akan memberikan nilai tambah yang selama ini tidak dilihat sebagai peluang usaha. Disisi lain, potensi pengembangan salak Gulapasir di desa Pajahan dan Munduk Temu sangat tinggi, namun masih terkendala teknologi produksi dan pembibitan. Melalui kegiatan IbW tahun 2015 telah dilakukan transfer teknologi produksi buah diluar musim melalui pembuatan Demplot dan Pembibitan tanaman salak Gulapasir secara partisipatif. Bibit salak Gulapasir yang direncanakan 2000 pohon di masing-masing desa diharapkan akan ditanam di lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, disamping untuk mengganti tanaman salak lakol yang tidak lagi banyak peminatnya. Untuk mengembangkan salak Gulapasir yang bercita rasa khas maka kelompok tani desa Munduk Temu mengembangkan salak Gulapasir dengan system budidaya organic. Sistem ini dipilih dengan pertimbangan bahwa konsumen buah sudah mempertimbangkan aspek kesehatan dan gizi sebagai pilihan utama, disamping teknik ini ramah lingkungan. Di desa ini akan dikembangkan salak Gulapasir organic seluas 5 hektar. Diharapkan melalui kegiatan IbW, salak Gulapasir yang dikembangkan secara organic sudah dapat didaftarkan ke Departemen Pertanian untuk mendafat sertifikat organic. Melalui kegiatan ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat memalui pemasaran yang difasilitasi oleh BUMDes. Mutu buah manggis sangat ditentukan oleh teknik budidaya yang diberikan, disamping itu untuk mendapatkan buah manggis di luar musim diperlukan manajemen kebun yang cermat dengan mempertimbangkan fenologi tanaman tersebut. Untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi dilakukan teknologi produkasi buah di luar musim dengan pemberian pupuk berimbang dan perlakuan pemberian paklobutrazol dan pemberian KNO3 sebagai pematah

(8)

sekam kulit kopi sebagai pupuk di kedua desa sudah lazim diperrgunakan, namun didalam pelaksanaannya belum mendapat sentuhan teknologi seperti pemberian mikrobia kedalam bahan baku, sehingga mutu pupuk yang dihasilkan masih rendah.

Untuk meningkat peran lebaga adat teruma subak abian dalam mendukung BUMDes, maka dilakukan inisiasi pembentukan Koperasi Tani Subak Abian Amerta Karya Desa Pajahan. Aktivitas subak abian di desa ini tidak seperti pada subak air. Penyiapan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sehabis panen kopi belum dilakukan, demikian juga aktivitas subak di bidang Agrobisnis. Oleh karena itu melalui pembentukan koperasi tani, diharapkan peran-peran tersebut dapat diinisiasi sehingga muncul unit-unit bisnis pendukung BUMDes. Permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan Bumdes adalah masalah permodalan, masalah SDM, manajemen dan informasi teknologi dan masalah akses pemasaran. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan BUMDes, Lembaga pengawasan, lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin.

Simpulan Dan Saran 1. Core bisnis pendukung BUMDes desa Pajahan dan Munduk Temu adalah proses pengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, pengembangan tanaman salak Gulapasir dan tanaman manggis serta pengembangan produk olahan berbasis tanaman salak, manggis, durian sebagai produk unggulan industry rumah tangga. 2. Pengembangan tanaman salak Gulapasir, dan Manggis organik sebagai pendukung BUMDes perlu penerapan GAP dan SOP untuk menghasilkan produk berstandar dan bersertifikasi.

3. Pemanfaat limbah sekam kulit kopi perlu dioptimalkan dengan penambahan sentuhan Teknologi untuk mengahsilkan pupuk organik berkualitas.

4. Perlu dilakukan pendampingan BUMDes, menyiapkan lembaga pengawasan, lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin untuk terwujud BUMDes yang sehat di desa Pajahan dan Munduk Temu.

Pada bagian kesimpulan ini penulis cukup baik dalam menjelaskan apa saja simpulan dan saran yang dihasilkan dari penelitian ini, hanya saja penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi dari jurnal ini dan menurut saya penulis kurang detail dalam memberikan hasil yang didapat dalam melakukan penelitiannya.

Kekuatan Penelitian1. Teori dan metode analisis yang diguakan tepat Bahasa yang

digunakan oleh penulis mudah dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca. Analisisnya sangat rinci dan mudah dipahami Kelemahann

Penelitian

(9)

Daftar Pustaka 1. Sumantra, I. Ketut, Anik Yuesti, and AA Ketut Sudiana. "Pengembangan Model Agrowisata Salak Berbasis Masyarakat

Di Desa Sibetan." Jurnal Bakti Saraswati (JBS) 4.2 (2015).

2. Sumantra, I. Ketut, and Anik Yuesti. "Evaluation of Salak Sibetan Agrotourism to Support Community-Based Tourism

Using Logic Model." International Journal of Contemporary

Gambar

Gambar 1. Metode SLA (the sustainable livelihood approach) penerapan Ipteks bagi Wilayah

Referensi

Dokumen terkait

b) Untuk menyanggah keberatan atas epistemologi Kant yang mempunyai pengandaian yang terselubung dari superioritas ilmu-ilmu alam adalah memperlihatkan bahwa hakekat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.. melanggar dengan adanya aturan yang sudah ditentukan, maka dipercaya beliau akan terkena hukum bhisama, atau lebih dikenal dengan istilah hukum

Namun pada pengertian modern kriptografi adalah ilmu yang bersandarkan pada teknik matematika untuk berurusan dengan keamanan informasi seperti kerahasian, keutuhan

Salah capaian pembelajaran dalam mata kuliah adalah kemampuan mengembangkan program bimbingan dan konseling, maka diperlukan beberapa strategi pembelajaran yang tepat dalam

tahun akan mendapatkan potongan harga sebesar '5; dari harga paket... Rajawali Emas Perkasa Secure Keamanan Absolut 3; Bagi perusahaan yang akan menggunakan jasa kami selama tiga.

Dengan menyimak video kegiatan gotong royong dalam masyarakat, siswa dapat menyebutkan akibat – akibat yang timbul karena tidak adanya penerapan tanggung jawab

Dengan dibuatnya pakaian wanita siap pakai dengan inspirasi motif dari tenun Sumba, kemudian motif Sumba yang dikembangkan dengan teknik cukil kayu, merupakan suatu bentuk

Dari hasil hutang tersebut digunakan para petani tambak untuk membeli benih dan juga pakan ikan, karena para petani harus memberi makan ikan dengan pakan ikan buatan