• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Fundamental dan Makroekonomi te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Fundamental dan Makroekonomi te"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

Analisis Fundamental dan Makroekonomi terhadap Harga Saham pada

Emiten di Bursa Efek Indonesia

Hesniati, S.E.

Universitas Internasional Batam

ABSTRACT

This study aims to examine the influence of fundamental and macroeconomic factors in explaining stock price on listed companies in Indonesia Stock Exchange (IDX). The fundamental factors are book value per share, earning per share, price earning ratio, dividend per share, dividend yield, dividend payout ratio, firm size, and return on equity. Macroeconomic factors are gross domestic product, interest rate, inflation, money supply, and exchange rate.

This study is using panel regression to explain relationship of variables in longitudinal data. Samples used in this study are the company distributing dividends successive years during the period 2008-2013 and listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX).

The results revealed that book value per share, earning per share, price earning ratio, and dividend per share have a significant positive influence on stock price of listed company in Indonesia. Dividend payout ratio is significantly negative influence stock price. The variables of dividend yield, firm size, return on equity, gross domestic product, interest rate, inflation, money supply, and exchange rate are insignificantly influence on stock price of listed companies in Indonesia.

Keywords:

stock price, fundamental, macroeconomic

PENDAHULUAN

Dalam pasar modal terdapat berbagai jenis investasi, seperti obligasi, reksadana, deposito, saham, dan sebagainya. Sebagian menawarkan pengembalian dari suku bunga dan sebagian dalam bentuk profit. Investor cenderung memilih untuk menginvestasikan dana dengan membeli saham untuk mengejar keuntungan yang lebih besar. Produk pasar modal yang paling banyak diminati masyarakat adalah saham.

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Dalam melakukan investasi pada saham, para investor menyalurkan dana kepada perusahaan yang memerlukan dana dengan mengharapkan pengembalian berupa deviden. Selain itu, investor juga mengharapkan laba di luar deviden melalui peningkatan harga saham yang dipegang yang disebut sebagai capital gain (Gitman, 2009).

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan permintaan dan penawaran harga saham, yaitu faktor fundamental perusahaan, faktor teknikal, dan sentiment pasar (Nisa & Nishat, 2012). Faktor fundamental perusahaan biasanya mengukur hasil kinerja perusahaan dengan rasio-rasio keuangan, seperti pendapatan per saham, deviden per saham, Price Earning Ratio (PER), nilai buku per saham, rasio pembayaran deviden, pengembalian aset, pengembalian ekuitas, dan lain-lain. Faktor teknikal merupakan kondisi eksternal yang mempengaruhi permintaaan dan penawaran saham perusahaan. Ada beberapa yang secara tidak langsung mempengaruhi fundamental perusahaan, seperti faktor makroekonomi, antara lain produk domestik bruto (PDB), inflasi, suku bunga, nilai pertukaran mata uang asing, kebijakan moneter, dan lain-lain.

(2)

2

Selain terkena imbasan dari krisis perekenomian global, Indonesia juga mengalami krisis-krisis domestik, antara lain kenaikan harga BBM, defisit neraca pembayaran, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin rendah. Dunia Bank merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 dari 6,2% menjadi 5,6% karena masih ada pelemahan konsumsi domestik dan penurunan ekspor (Worldbank, 2013). Berdasarkan data Bank Indonesia setelah krisis moneter tahun 2008, pada tahun 2009 tingkat inflasi turun menjadi 2,78%, namun tahun 2010 tingkat inflasi naik menjadi 6,96%. Tingkat inflasi pada tahun 2013 ini juga tidak stabil akibat kenaikan harga BBM, bahan makanan, transportasi, komunikasi, jasa keuangan, dan lain-lain. Tingkat suku bunga Indonesia juga mengalami kenaikan untuk mengatasi inflasi yang semakin meningkat. Melemahnya nilai tukar Rupiah juga mendorong jatuhnya harga saham di pasar modal Indonesia.

Sementara itu, dari sisi fundamental terjadi peningkatan laba bersih emiten kuartal pertama 2013 yang tumbuh sebesar 20% dibanding periode yang sama pada tahun 2012 (Bursa Efek Indonesia, 2013). Dari paparan pendapat di atas, penulis merasa penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Fundamental dan Makroekonomi terhadap Harga Saham pada Emiten di Bursa Efek Indonesia”.

KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Somoye, Akintoye, dan Oseni (2009) menguji pengaruh pendapatan per saham, deviden per saham, Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, suku bunga, dan jumlah uang yang beredar pada 130 perusahaan yang terdaftar di pasar modal Nigeria dari periode 2001 sampai dengan 2007. Sharma (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh antara nilai buku per saham, deviden per saham, pendapatan per saham, price earning ratio, hasil deviden, rasio pembayaran deviden, ukuran perusahaan, dan pengembalian ekuitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di India dengan periode 1993 sampai dengan 2009.

Al-Tamimi, Alwan, dan Rahman (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga pasar saham di Uni Emirat Arab dari tahun 1990 sampai dengan 2005. Penelitian dilakukan pada bursa efek Uni Emirat Arab karena negara tersebut merupakan salah satu emerging markets dan perlu dikembangkan agar dapat beroperasi secara efisien dan efektif di lingkungan pasar saham yang berkompetitif.

Azam (2011) menganalisis perilaku dari variasi harga saham berdasarkan makroekonomi dan variabel keuangan perusahaan di Karachi Stock Exchange. Metode penelitian tersebut menggunakan regresi data panel dengan sampel yang terdiri dari 35 perusahaan yang membayar deviden dari periode 2000 sampai dengan 2008. Variabel yang digunakan adalah suku bunga, PDB, deviden, dan pendapatan per saham.

Agu, Manasseh, dan Aneke (2012) melakukan pengujian mengenai pergerakan harga saham di Nigeria dengan fundamental perusahaan dan makroekonomi negara pada periode 2006 sampai dengan 2010. Sampel yang digunakan adalah 10 perusahaan perbankan. Variabel yang diteliti adalah pendapatan, deviden, pendaptan per saham, ukuran perusahaan, volume perdagangan, suku bunga, PDB, dan investasi portofolio asing.

Al-Shubiri (2010) menguji harga saham pada 14 perbankan komersial di Amman Stock Exchange pada periode 2005 sampai dengan 2008. Tujuan penelitian untuk menguji pengaruh faktor mikroekonomi dan makroekonomi terhadap harga saham. Variabel yang diuji pada penelitian adalah nilai buku per saham, hasil deviden, pendapatan per saham, suku bunga, inflasi, dan PDB.

Nisa dan Nishat (2012) menguji hubungan empiris antara harga saham, fundamental keuangan, dan faktor ekonomi di Karachi Stock Exchange. Penelitian tersebut menggunakan sampel 221 perusahaan pada periode 1995 sampai dengan 2006. Variable yang digunakan adalah rasio likuiditas, struktur modal, harga pasar terhadap nilai buku, rasio pembayaran deviden, pendapatan per saham, ukuran perusahaan, rasio perputaran saham, PDB, inflasi, suku bunga, jumlah uang yang beredar, ukuran pasar saham, kedalaman keuangan, dan efek waktu.

Harga Saham

(3)

3

a. Nilai Buku

Nilai buku per saham merupakan perhitungan nilai per saham yang diterima perusahaan bila perusahaan menjual keseluruhan nilai buku aset dan membayar keseluruhan hutang dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Nilai buku = Nilai buku aset – Total hutang Jumlah saham yang beredar b. Nilai Likuidasi

Nilai likuidasi adalah nilai saham yang diterima perusahaan bila aset perusahaan dijual sesuai nilai pasar dan dikurangi dengan keseluruhan hutang dan dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi = Nilai pasar aset – Total hutang

Jumlah saham yang beredar c. Pendekatan Price/Earning Ratio

PER mencerminkan apresiasi investor terhadap setiap dolar dari keuntungan perushaaan. Pendekatan PER merupakan teknik yang popular dalam mengestimasi nilai saham perusahaan dengan mengkalikan pendapatan per saham perusahaan dengan PER rata-rata industri.

Nilai pasar saham = Pendapatan per saham X PER rata-rata industri

Pengaruh Antara Nilai Buku Per Saham dengan Harga Saham

Nilai buku per saham dapat dihitung melalui total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku per saham ini menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham (Gitman, 2006). Nilai buku per saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh pemegang saham apabila perusahaan dilikuidasi. Papadaki dan Siougle (2007) membuktikan bahwa adanya hubungan positif antara harga saham dengan nilai buku per saham pada perusahaan-perusahaan yang memperoleh laba. Nilai buku mewakili aktiva bersih perusahaan, sehingga perusahaan yang memiliki aset yang banyak dan dikelola dengan baik akan memperoleh laba dan cenderung memiliki nilai pasar yang sama bahkan lebih besar daripada nilai bukunya.

Sharma (2011) menyatakan nilai buku per saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham karena nilai buku per saham dapat menggambarkan kekayaan suatu perusahaan sehingga investor lebih tertarik dengan nilai buku perusahaan yang tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian dari Al-Shubiri et al. (2010), Kouser dan Azeem (2011), Alfaraih dan Alanezi (2011), Dastgir et al. (2011), Dawar (2012), Glezakos et al. (2012), Gill et al. (2012), Malhotra (2013), Uddin et al. (2013), dan Almumani (2014) yang menyatakan bahwa nilai buku per saham mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap harga sahaam.

Pourheydari et al. (2008) pada pengujian mengenai hubungan kombinasi antara nilai buku, pendapatan, dan deviden terhadap harga saham menyatakan bahwa nilai buku per saham mempunyai pengaruh yang kecil terhadap harga saham. Penelitian Ozlen et al. (2012) menyatakan bahwa nilai buku per saham memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap harga saham di perusahaan yang terdaftar di Istanbul Stock Exchange. Sedangkan Aamir et al. (2012) dan Shamki dan Rahman (2011) mendapatkan nilai buku per saham tidak signifikan terhadap harga saham. Pengaruh Antara Pendapatan Per Saham dengan Harga Saham

Pendapatan per saham merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dari perlembar saham yang diinvestasikan. Pendapatan per saham menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan kemampuan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham (Gitman, 2006). Penelitian Collins (1957) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan per saham dengan harga saham perusahaan. Semakin tinggi pendapatan per saham dapat mendorong harga saham menjadi semakin tinggi. Karena kenaikan pendapatan per saham merupakan sebuah indikasi mengenai pertumbuhan perusahaan semakin bagus sehingga dapat mendorong investor untuk melakukan penanaman modal terhadap perusahaan. Semakin besar permintaan di pasar akan mendorong harga saham menjadi lebih tinggi.

(4)

4

megalami kerugian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perlembar saham mempunyai pengaruh negatif pada harga saham di perusahaan yang mengalami kerugian. Pendapatan perlembar saham memiliki pengaruh postif terhadap harga saham di perusahaan yang mengalami keuntungan.

Sharma (2011) menunjukkan bahwa pendapatan per saham mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap harga saham, Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendapatan per saham dan deviden per saham merupakan penentu terkuat paada harga saham. Kedua faktor tersebut berhubungan dengan kebijakan deviden perusahaan. Perusahaan yang berlaba positif dan membayar deviden mempengaruhi harga saham perusahaan secara positif. Hatta dan Dwiyanto (2012) pada penelitiannya menjelaskan pendapatan per saham merupakan variabel paling dominan dalam memperngaruhi harga saham. Pendapatan per saham berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham karena pendapatan per saham merupakan informasi yang paling penting bagi publik. Pendapatan per saham adalah pengukuran profitabilitas yang paling sering digunakan publik dalam melakukan keputusan berinvestasi.

Pendapatan per saham berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham karena pendapatan per saham merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham perusahaan (Somoye et al., 2009). Pendapatan per saham merefleksikan arus kas masa depan dan pengembalian investasi investor sehingga pendapatan per saham dan harga saham mempunyai hubungan yang positif (Al-Tamimi et al., 2011). Hasil penelitian Khan et al. (2011) bahwa pendapatan per saham berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham perusahaan. Karena pendapatan per saham merupakan indikator dalam pengukuran profitabilitas sebuah perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian dari Hadi (2005), Al-Shubiri (2010), Shamki dan Rahman (2011), Al-Dini et al. (2011), Azam (2011), Alfaraih dan Alanezi (2011), Dastgir et al. (2011), Kouser dan Azeem (2011), Glezakos et al. (2012), Gill et al. (2012), Nisa dan Nishat (2012), Aamir et al. (2012), Uddin et al. (2013), dan Almumani (2014).

Sedangkan penelitian Modugu et al. (2012) menyatakan bahwa pendapatan per saham mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. Agu et al. (2012) yang meneliti saham perbankan menjelaskan bahwa meskipun pedapatan per saham perusahaan menurun ataupun menjadi negatif, tetapi perusahaan tetap membayar deviden sehingga investor tetap menginvestasikan dana kepada perusahaan tersebut.

Pengaruh Antara Price Earning Ratio dengan Harga Saham

Price earning ratio (PER) merupakan rasio perbandingan harga saham terhadap pendapatan per saham. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi menandakan perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi dan prospek masa depan yang baik. Sebaliknya perusahaan dengan PER rendah akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah (Gitman, 2006). Semakin rendah PER suatu saham juga menandakan murah harga saham untuk diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya karena harga saham cendrung semakin menurun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi, semakin rendah nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja perlembar saham dalam menghasilkan laba bersih perusahaan, semakin baik kinerja perlembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut (Sinaga, 2011).

Sharma (2011) menyatakan PER memiliki hubungan positif signifikan terhadap harga saham perusahaan. PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga semakin besar PER sebuah perusahaan semakin mampu menarik investor untuk melakukan investasi terhadap perusahaan tersebut. Nirmala et al. (2011) pada penelitiannya membuktikan PER mempunyai hubungan yang signifikan terhadap harga saham karena PER yang tinggi menggambarkan perusahaan memiliki prospek yang baik di masa depan sehingga dapat menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ozlen et al. (2012), Kalunda dan Haryati (2012), Gill et al. (2012), Hatta dan Dwiyanto (2012), Malhotra (2013), dan Almumani (2014).

(5)

5

murah sehingga lebih diminati oleh investor. Sedangkan Uddin et al. (2013) menyatakan bahwa PER mempengaruhi tidak signifkan terhadap harga saham.

Pengaruh Antara Deviden Per Saham dengan Harga Saham

Deviden merupakan pembagian sisa laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham atas persetujuan rapat umum pemegang saham. Deviden per saham adalah total deviden yang dibayar kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah saham yang diederkan (Gitman, 2006). Gordon (1959) dan Collins (1957) berpendapat bahwa deviden mempengaruhi harga saham. Semakin tinggi pembayaran deviden, maka semakin tinggi harga saham perusahaan. Sebuah perusahaan yang memiliki kebijakan deviden yang stabil dapat mengurangi kebimbangan investor dan menunjukkan investasi perusahaan yang sehat serta finansial yang bagus.

Deviden merupakan faktor yang paling mempengaruhi harga saham karena investor menganggap bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang investasi. Investor lebih memilih menginvestasikan dananya ke saham yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi (Agu et al., 2012). Sharma (2011) pada penelitiannya menyatakan deviden per saham berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Karena deviden per saham merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian Hadi (2005), Somoye et al. (2009), Nirmala et al. (2011), Khan (2012), Dawar (2012), Modugu et al. (2012), Kalunda dan Haryati (2012), dan Malhotra (2013) juga menyebutkan bahwa deviden per saham berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.

Sedangkan Al-Dini et al. (2011) menyatakan bahwa deviden per saham mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham pada Iran Khodro. Almumani (2014) mendapatkan deviden per saham tidak signifikan mempengaruhi harga saham. Menurutnya, pendapatan dan deviden mempunyai hubungan kausal yang jangka pendek sehingga deviden itu tidak mempunyai kekuatan dalam memprediksi pendapatan masa depan.

Hubungan Antara Hasil Deviden dengan Harga Saham

Hasil deviden merupakan suatu ukuran pengembalian total yang dihasilkan dividen dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Para investor menggunakan hasil deviden sebagai suatu ukuran risiko dan juga sebagai suatu penyaring investasi. Penyaring investasi bertujuan untuk menginvestasikan dana ke perusahaan penerbit saham yang menghasilkan hasil deviden yang tinggi. Besar kecilnya hasil deviden perusahaan mempengaruhi penilaian investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Semakin besar hasil deviden, maka semakin menarik minat para investor untuk berinvestasi saham karena deviden per saham yang diperoleh semakin besar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Hasil deviden berhubungan dengan harga saham, semakin besar hasil deviden dapat menandakan bahwa harga saham yang murah dan deviden yang dibayar perusahaan lebih tinggi (Sinaga, 2011).

Hasil deviden merupakan suatu variabel yang penting dalam mempengaruhi harga saham dan hasil deviden mempunyai hubungan yang signifikan dalam menjelaskan hubungan kebijakan deviden terhadap harga saham (Nishat & Irfan, 2003). Penelitian Khan et al. (2011) membuktikan bahwa hasil deviden berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga saham.

Sharma (2011) pada penelitiannya menceritakan hasil deviden mempunyai hubungan yang signifikan negatif terhadap harga saham. Semakin besar hasil deviden, maka harga saham perusahaan menjadi semakin rendah dan deviden yang dibayarkan perusahaan semakin besar. Hal ini dapat mendorong investor untuk berinvestasi saham perusahaan tersebut. Nishat dan Irfan (2003) menyatakan bahwa hasil deviden mempunyai hubungan signifikan negatif terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian konsisten dengan hasil penelitian dari Al-Shubiri (2010), Hussainey et al. (2010), Nazir et al. (2010), Hashemijoo et al. (2012), Nazir et al. (2012), Habib et al. (2012), dan Malhotra (2013) terhadap perubahan harga saham. Sedangkan hasil penelitian Naveed dan Ramzan (2013) menyatakan hasil deviden tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Antara Rasio Pembayaran Deviden dengan Harga Saham

(6)

6

berinvestasi untuk jangka panjang dan mempunyai ketertarikan khusus dengan perusahaan tersebut. Semakin besar rasio pembayaran deviden, semakin positif prospek saham perusahaan karena mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Penurunan rasio pembayaran deviden akan ditanggapi dengan negatif karena mengindikasikan penurunan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (Gitman, 2006).

Penelitian Sharma (2011) menyatakan bahwa rasio pembayaran deviden berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Rasio pembayaran deviden merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dan didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas (Gitman, 2006). Nishat dan Irfan (2003) menyatakan bahwa rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap perubahan harga saham perusahaan. Hasil penelitian konsisten dengan hasil penelitian dari Hussainey et al. (2010), Nazir et al. (2010), Hashemijoo et al. (2012), Nazir et al. (2012), dan Habib et al. (2012) terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian Gill et al. (2012) untuk perusahaan Amerika pada tahun 2010 mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. Namun, hasil penelitian rasio pembayaran deviden untuk tahun 2009 dan 2011 menyatakan hubungan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan Nisa dan Nishat (2012) dan Almumani (2014).

Miller dan Modigliani (1961) menyatakan kebijakan deviden tidak mempengaruhi nilai sebuah perusahaan. Yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan investasi dan pendapatan perusahaan. Hatta dan Dwiyanto (2012) menjelaskan teori bird in hand bahwa publik cenderung memilih pembayaran deviden yang sedikit dan sisa laba digunakan untuk faktor investasi perusahaan. Hal ini mendorong rasio pembayaran deviden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Antara Ukuran Perusahaan dengan Harga Saham

Ukuran suatu perusahaan dapat diukur melalui nilai perusahaan. Nilai sebuah perusahaan dilihat dari kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar didefinisikan sebagai hasil perkalian antara harga saham per lembar dengan jumlah saham yang beredar pada periode tertentu. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan semakin banyak. Ukuran perusahaan menunjukkan kapitalisasi pasar dimana ukuran berhubungan dengan likuiditas karena jumlah saham yang banyak cenderung memiliki harga saham yang rendah (Fama & French, 1993).

Nishat dan Irfan (2003) pada penelitian terhadap perusahaan yang terdaftar pada Karachi Stock Exchange menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap perubahan harga saham pada periode 1991 sampai dengan 2000. Sedangkan hasil penelitian dari periode 1981 sampai dengan 1990, ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap perubahan harga saham.

Hasil penelitian Dastgir et al. (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang negatif dengan harga saham perusahaan. Hasil penelitian konsisten dengan hasil penelitian dari Hussainey et al. (2010), Nazir et al. (2010), Shams et al. (2011), Hashemijoo et al. (2012), Nazir et al. (2012), Agu et al. (2012), Habib et al. (2012), Naveed dan Ramzan (2013), dan Almumani (2014) terhadap harga saham. Penelitian Gill et al. (2012) dan Nisa dan Nishat (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan yang positif dengan harga saham perusahaan. Namun, hasil penelitian Sharma (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Antara Pengembalian Ekuitas dengan Harga Saham

Pengembalian ekuitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya pengembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik (Gitman, 2006). Pengembalian ekuitas yang tinggi seringkali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Khan et al. (2011) pada hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengembalian ekuitas mempunyai hubungan yang positif dengan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan oleh pengembalian ekuitas dapat menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh oleh investor dari hasil investasi terhadap perusahaan tersebut.

(7)

7

hasil penelitian Nguyen (2004), Hadi (2005), Deehani (2005), dan Khan et al. (2011). Al-Deehani (2005) menyatakan bahwa pengembalian ekuitas berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham karena pengembalian ekuitas merupakan pengukuran keuntungan yang relatif dengan nilai dari modal pemilik dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian Kabajeh, Nu’aimat, dan Dahmash (2012) menguji pengaruh pengembalian ekuitas, pengembalian aset, dan pengembalian investasi terhadap harga saham pada 28 perusahaan asuransi Jordania. Hasil penelitian secara parsial menyatakan bahwa pengembalian ekuitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian Sharma (2011) pada perusahaan India.

Pengaruh Antara Produk Domestik Bruto dengan Harga Saham

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. PDB memperhitungkan total ekonomi yang dihasilkan oleh warga negara yang berdomisili di negara tersebut (Mankiw, 2008). Tingkat PDB merupakan indikator yang sangat signifikan terhadap perubahan harga saham karena tingkat PDB yang akan datang mempengaruhi harga saham yang sekarang dan perubahan harga saham ini mempengaruhi tingkat PDB yang akan datang. Hasil penelitian Azam (2011) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara tingkat PDB terhadap harga saham.

Penelitian Al-Shubiri (2010) menyatakan bahwa PDB mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap harga saham di Jordania. Somoye et al. (2009) membuktikan PDB mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Kenaikan pada tingkat PDB dapat mempengaruhi tingkat kenaikan pada harga saham (Khan, 2012). Hasil penelitian tersebut konsisten dengan Sohail dan Hussain (2009), Al-Tamimi (2011), Hsing (2011), Nisa dan Nishat (2012), dan Zafar (2013). Tingkat PDB mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham juga dibuktikan oleh Naik (2013). Semakin tingginya tingkat PDB menandakan bahwa semakin banyak yang diproduksi oleh industri negara tersebut dan meningkatkan laba industri sehingga semakin tinggi investor menilai harga saham pada industri tersebut.

Agu et al. (2012) pada penelitiannya menceritakan PDB dapat berpengaruh negatif terhadap harga saham. Harga saham bank menurun ketika terjadi peningkatan PDB. Kemungkinan yang terjadi adalah keseluruhan ekonomi hanya mempengaruhi beberapa sektor sedangkan sektor yang lain bersikap stagnan. Hasil penelitian Osisanwo dan Atanda (2012) menyatakan bahwa PDB mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Nigeria. Hasil penelitian konsisten dengan Al-Qudah (2012) dan Eita (2012).

Pengaruh Antara Suku Bunga dengan Harga Saham

Tingkat suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melakukan investasi yang mereka rencanakan apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat suku bunga (Mankiw, 2008). Somoye et al. (2009) membuktikan suku bunga mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. Semakin tinggi suku bunga yang dapat diakses oleh investor maka semakin rendah harga saham pada pasar modal tersebut. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian Alatiqi dan Fazel (2008), Hsing (2011), Eita (2012), Khan (2012), Nisa dan Nishat (2012), Maswere dan Kaberuka (2013), Zafar (2013), dan Ullah et al. (2014).

Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi harga saham secara negatif karena adanya implikasi peluang investasi yang lain daripada saham yang menarik perhatian investor (Agu et al., 2012). Bila ada peluang investasi yang lain lebih bagus daripada saham, investor akan menarik dana mereka dengan cepat dari pasar saham, sehingga harga saham yang investor pegang menjadi jatuh. Al-Tamimi (2011) menyatakan suku bunga mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dijelaskan karena tersedianya surplus portofolio investasi dan likuidasi investor sehingga peminjaman dana untuk membeli harga saham menjadi berkurang. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan Sohail dan Hussain (2009), Al-Qudah (2012), Naik (2013) dan Al-Shubiri (2010).

Pengaruh Antara Inflasi dengan Harga Saham

(8)

8

saham. Hal ini dijelaskan oleh Al-Tamimi et al. (2011) bahwa jika harga barang dan jasa, gaji, dan biaya-biaya lain berubah sesuai dengan perubahan tingkat inflasi, sehingga harga saham juga dipengaruhi oleh laba operasi perusahaan.

Naik (2013) menjelaskan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap harga saham karena semakin tinggi inflasi dapat mendorong kenaikan biaya-biaya produksi. Naiknya biaya-biaya produksi dapat mengurangi profitabilitas dana tingkat aktivitas ekonomi sehingg harga saham menjadi rendah. Hasil penelitian tersebut konsisten denga hasil penelitian Sohail dan Hussain (2009), Al-Shubiri (2010), Hsing (2011), Nisa dan Nishat (2012), dan Eita (2012). Maswere dan Kaberuka (2013) menyatakan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap harga saham. Hal ini dianggap bahwa ekuitas merupakan hedging yang paling baik untuk melindungi nilai dari inflasi. Sedangkan hasil penelitian Osisanwo dan Atanda (2012) bertolak belakang dan menyatakan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian Al-Qudah (2012) dan Ullah et al. (2014).

Pengaruh Antara Jumlah Uang Beredar dengan Harga Saham

Jumlah uang beredar merupakan kuantitas uang yang beredar di pasar. Jumlah uang yang beredar adalah total dari currency ditambah dengan demand (checking account). Karena jumlah uang yang beredar termasuk dalam demand deposit, jadi sistem perbankan memainkan peranan yang penting (Mankiw, 2008). Berdasarkan penghitungan jumlah permintaan uang di masyarakat, uang dapat dibedakan dengan M0, M1, M2, M3. M0 terdiri dari uang kartal (uang kertas dan uang logam yang dipegang masyarakat). M1 merupakan M0 ditambah dengan demand deposit (tabungan yang dimiliki masyarakat dan dapat dicairkan sewaktu-waktu bila dibutuhkan). M2 adalah M1 ditambah dengan time deposit (tabungan, deposito berjangka, dan sejenisnya yang memiliki waktu jatuh tempo dan tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu bila dibutuhkan). M3 adalah M2 ditambah dengan deposito jangka panjang, meliputi dana-dana institusional yang ada di pasar uang.

Jumlah uang yang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap harga saham dibuktikan oleh Al-Tamimi et al. (2011). Hal ini dapat dijelaskan dari stimulus ekonomi dipengaruhi oleh pertumbuhan uang semakin tinggi laba yang didapatkan perusahaan mencerminkan arus kas yang meningkat sehingga dapat mendorong investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Penelitian Alatiqi dan Fazel (2008) menyatakan bahwa jumlah uang yang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap harga saham. Naik (2013) menjelaskan jumlah uang yang beredar berpengaruh positif terhadap harga saham karena kuantitas uang yang beredar dapat meningkatkan stimulus ekonomi sehingga harga saham juga akan naik. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan Sohail dan Hussain (2009), Nisa dan Nishat (2012), dan Eita (2012).

Maswere dan Kaberuka (2013) pada penelitiannya menyimpulkan bahwa jumlah uang yang beredar mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham secara jangka panjang. Sedangkan hasil penelitian Osisanwo dan Atanda (2012) membuktikan jumlah uang yang beredar mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Antara Kurs dengan Harga Saham

Kurs atau exchange rate merupakan tingkat dimana seseorang dapat membeli barang dan jasa dengan nilai mata uang negara yang berbeda. Nilai mata uang dikatakan apresiasi bila nilai mata uang domestik dapat membeli lebih banyak mata uang asing. Sedangkan depresiasi mata uang terjadi jika nilai mata uang domestik membeli lebih sedikit daripada nilai mata uang asing (Mankiw, 2008). Penelitian Somoye et al. (2009) menyatakan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini dapat dijelaskan bahwa investor lokal dan asing cenderung menginvestasikan dana pada saat nilai pertukaran mata uang sangat tinggi terhadap nilai mata uang asing, sehingga pada saat nilai mata uang asing sedang tinggi, investor lokal akan takut dan mengurangi kekuatan pembelian nilai mata uang asing sedangkan investor akan memperkuat daya beli mata uang lokal. Hasil penelitian Eita (2012) juga menyebutkan kurs berpengaruh negatif signifikan dengan harga pasar saham.

(9)

9

sehingga ekspor meningkat dan dapat meningkatkan pengembalian saham bagi perusahaan eksportir. Hasil penelitian Osisanwo dan Atanda (2012) menyatakan bahwa kurs berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sohail dan Husain (2009), Maswere dan Kaberuka (2013), dan Ullah et al. (2014). Sedangkan penelitian Naik (2013), kurs mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian Izedonmi dan Abdullahi (2011).

Perumusan Hipotesis

H1: Nilai buku per saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H2: Pendapatan per saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H3: Price earning ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H4: Deviden per saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H5: Hasil deviden memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H6: Rasio pembayaran deviden memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H7: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H8: Pengembalian ekuitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H9: Produk Domestik Bruto memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H10: Suku bunga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H11: Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H12: Jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H13: Kurs memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia. H1: Nilai buku per saham berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H2: Pendapatan per saham berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H3: Price earning ratio berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H4: Deviden per saham berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H5: Hasil deviden berpengaruh signifikan negatif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H6: Rasio pembayaran deviden berpengaruh signifikan negatif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H7: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H8: Pengembalian ekuitas berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H9: Produk domestik bruto berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H10: Suku bunga berpengaruh signifikan negatif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

(10)

10

H12: Jumlah uang beredar berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

H13: Kurs berpengaruh signifikan negatif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dasar (fundamental research), karena tujuan dari penelitian ini adalah pengembangan dan evaluasi terhadap konsep-konsep teoritis. Penelitian ini berupa persoalan yang bersifat teoritis dan tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan penentuan kebijakan, tindakan atau kinerja tertentu (Indriantoro & Supomo, 2002).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian historis (historical research) dan kausal komparatif (causal comparative research). Penelitian historis merupakan penelitian terhadap data-data perusahaan di masa lalu. Sedangkan penelitian kausal merupakan penelitian terhadap hubungan sebab akibat antara nilai buku per saham, pendapatan per saham, PER, deviden per saham, hasil deviden, rasio pembayaran deviden, ukuran perusahaan, pengembalian ekuitas, PDB, tingkat suku bunga, inflasi, jumlah uang yang beredar, dan kurs terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian yang akan diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Objek penelitian meliputi laporan keuangan tahunan (annual financing reporting) dari perusahaan-perusahaan Indonesia dan statistik makroekonomi pada tahun 2008 sampai tahun 2013. Horison waktu dalam penelitian ini adalah studi cross sectional, yaitu studi untuk mengetahui hubungan komparatif beberapa subjek yang diteliti dalam kurun waktu tertentu dan studi time series yang lebih ditekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu (Indriantoro & Supomo, 2002). Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah sampel nonprobabilitas yang artinya tidak semua perusahaan mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel dengan cara purposive sampling, yaitu memilih sampel secara tidak acak dan memiliki tujuan atau target tertentu (Indriantoro & Supomo, 2002).

Kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008 dan masih beroperasi sampai dengan tahun 2013.

2. Perusahaan telah membayar deviden berturut-turut setiap tahun selama 6 tahun kepada pemegang saham.

3. Memiliki data laporan keuangan yang lengkap dan berakhir pada tanggal 31 Desember. 4. Laporan keuangan yang berlaba positif pada tahun 2008 dan tahun 2013.

5. Memiliki data-data yang diperlukan untuk menghitung nilai buku per saham, pendapatan per saham, price earning ratio, deviden per saham, hasil deviden, rasio pembayaran deviden, ukuran perusahaan, dan pengembalian ekuitas.

Variabel Dependen

Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga saham yang dipakai adalah harga saham penutupan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.

Variabel Independen

1. Nilai Buku Per Saham (BVS) = Total ekuitas

Jumlah saham yang beredar Sumber: Pourheydari et al. (2008) dan Aamir et al. (2012).

2. Pendapatan Per Saham (EPS) = Laba yang tersedia untuk pemegang saham Jumlah saham yang beredar

Sumber: Gitman (2006).

3. Price Earning Ratio (PER) = Harga saham Pendapatan per saham Sumber: Gitman (2006).

(11)

11

5. Hasil Deviden (DY) = Deviden per saham

Harga saham Sumber: Gitman (2006).

6. Rasio Pembayaran Deviden (DPR) = Deviden per saham x 100 Pendapatan per saham

Sumber: Gitman (2006).

7. Ukuran Perusahaan (FS) = Log (Harga saham x Jumlah saham yang beredar) Sumber: Shams et al. (2011) dan Naveed dan Ramzan (2013).

8. Pengembalian Ekuitas (ROE) = Laba bersih Total ekuitas Sumber: Gitman (2006).

9. Produk Domestik Bruto (PDB): Nilai PDB yang digunakan merupakan harga konstan PDB sesuai dengan hasil dari Badan Pusat Statistik Indonesia.

10. Suku Bunga (SBI): Tingkat suku bunga yang digunakan merupakan Suku Bunga Indonesia (SBI) atau BI rate yang sumbernya dari data Bank Indonesia.

11. Inflasi (INF): Tingkat inflasi yang digunakan dari sumber Bank Indonesia.

12. Jumlah uang beredar (M2): Jumlah uang beredar adalah broad money atau lebih dikenal sebagai M2 (uang kartal dan giral ditambah dengan deposito berjangka). Jumlah uang beredar yang digunakan berasal dari Bank Indonesia.

13. Kurs (KURS): Kurs yang digunakan adalah kurs tengah pada akhir tahun dengan sumber dari Bank Indonesia.

Regresi Panel Data

Tiga metode yang dapat digunakan dalam regresi panel data untuk menentukan pemodelan dalam penelitian adalah Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Dari ketiga metode akan dilakukan pemilihan model terbaik dengan bantuan Uji Chow dan Uji Hausman.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dimana data-data tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan pada periode 2008 sampai dengan 2013 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Jumlah populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 497 perusahaan. Jumlah sampel di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria sebanyak 86 perusahaan.

Tabel 4.1

Jumlah Perusahaan Indonesia yang Dijadikan Sebagai Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan yang terdaftar di BEI 497 perusahaan Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria ( 411perusahaan) Perusahaan yang dijadikan sampel 86 perusahaan Total sampel selama periode 6 tahun 516 sampel

Total sampel outlier (36 sampel)

Total sampel setelah outlier 480 sampel

(12)

12

Uji Chow (Pooled Least Square versus Fixed Effect Model)

Uji Chow digunakan untuk memilih metode antara PLS dan FEM. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan metode adalah nilai probabilitas pada Cross-section Chi-square diatas 0,05, maka metode yang digunakan adalah PLS, tetapi jika nilai probabilitas Cross-section Chi-square dibawah 0,05, maka akan dilanjutkan dengan Uji Hausman.

Uji Hausman

(Fixed Effect Model versus Random Effect Model)

Uji Hausman digunakan untuk memilih metode FEM dan REM. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai probabilitas pada Cross-section random diatas 0,05 maka akan metode yang digunakan adalah REM, tetapi jika nilai probabilitas pada Cross-section random dibawah 0,05 maka metode yang digunakan adalah FEM.

Uji F

Hasil uji F dengan signifikansi sebesar 0,00000 menunjukkan bahwa semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara simultan.

Tabel 4.5 Hasil Uji F

Variabel Dependen F Sig. Kesimpulan

Harga Saham 32,36835 0,000000 Signifikan

Sumber: Data sekunder diolah (2014).

Hasil uji F faktor fundamental dan faktor makroekonomi terhadap harga saham dapat dilihat dari Tabel 4.6 dibawah ini:

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Bursa Efek Indonesia

Sumber: Data sekunder diolah (2014).

N Mean Std.

Deviation

Maximum Minimum

Harga Saham 480 6.530,81 16.630,44 189.000 54

BVS 480 2.303,090 3.576,447 23.256,939 94,344

EPS 480 532,070 1.161,422 10.550,878 4,216

PER 480 12,142 7,783 52,188 0,471

DPS 480 250,301 712,112 8.270 0,420

DY 480 0,050 0,065 0,564 0,001

DPR 480 44,342 52,754 497,836 1,139

FS 480 12,427 1,011 14,488 10,174

ROE 480 0,201 0,126 0,837 0,015

PDB 480 15,379 0,043 15,443 15,319

SBI 480 0,069 0,012 0,093 0,058

INF 480 0,062 0,029 0,111 0,028

M2 480 21,424 0,100 21,562 21,278

KURS 480 10.037,20 1.158,65 12.189 8.991

Tabel 4.3

Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2,316599 -79.387 0,0000

Cross-section Chi-square 185,871116 79 0,0000

Sumber: Data sekunder diolah (2014).

Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 87,768199 13 0,0000

(13)

13

Tabel 4.6

Hasil Uji F Faktor Fundamental dan Faktor Makroekonomi

Faktor F Sig. Kesimpulan

Fundamental 284,491 0,000000 Signifikan

Makroekonomi 1,006 0,413497 Tidak Signifikan

Variabel Dependen: Harga Saham

Sumber: Data sekunder diolah (2014).

Hasil uji F faktor fundamental diatas menunjukkan bahwa variabel fundamental secara simultan mempengaruhi harga saham perusahaan dengan signifikansi sebesar 0,000000. Sedangkan hasil uji F faktor makroekonomi bernilai sebesar 0,413497 menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel makroekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Uji t

Persamaan regresi yang terbentuk berdasarkan hasil uji t pada Tabel 4.7 untuk model regresi di Indonesia adalah sebagai berikut:

Harga Saham = -4.723.941 + 0,1277057 BVS + 2,125557 EPS + 329,1128 PER + 6,386511 DPS + 4.167,535 DY – 24,89265 DPR + 980,9572 FS + 2.686,075 ROE + 730.063,9 PDB + 18.135,59 SBI – 4.921,758 INF – 303.311,2 M2 – 2,145482 KURS + e

BVS atau nilai buku per saham memiliki koefisien regresi sebesar 1,277057. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel nilai buku per saham sebesar satu akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 1,277057. Tingkat signifikansi nilai buku per saham sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabel nilai buku per saham mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai buku per saham menggambarkan nilai aset bersih perusahaan. Semakin tinggi nilai buku per saham mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai kinerja keuangan yang bagus, sehingga investor akan lebih berminat untuk melakukan investasi terhadap saham perusahaan tersebut dan lebih mempercayai kemampuan finansial perusahaan dan mendorong naiknya harga saham suatu perusahaan. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis pertama diterima.

Variabel EPS atau pendapatan per saham memiliki koefisien regresi sebesar 2,125557 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0102. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel

Tabel 4.7 Hasil Uji t

Variabel Coefficient t-Statistic Prob. Kesimpulan

Harga Saham -4723941 -1,219800 0,2233

BVS 1,277057 4,421147 0,0000 Signifikan

EPS 2,125557 2,580273 0,0102 Signifikan

PER 329,1128 5,374392 0,0000 Signifikan

DPS 6,386511 5,921965 0,0000 Signifikan

DY 4167,535 0,486918 0,6266 Tidak Signifikan DPR -24,89265 -2,505202 0,0126 Signifikan

FS 980,9572 1,131829 0,2584 Tidak Signifikan ROE 2686,075 0,545627 0,5856 Tidak Signifikan PDB 730063,9 1,199012 0,2313 Tidak Signifikan SBI 18135,59 0,086537 0,9311 Tidak Signifikan INF -4921,758 -0,123449 0,9018 Tidak Signifikan M2 -303311,2 -1,182271 0,2378 Tidak Signifikan

KURS -2,145482 -1,097197 0,2732 Tidak Signifikan

(14)

14

pendapatan per saham sebesar satu akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 2,125557. Tingkat signifikansi tersebut menunjukkan bahwa variabel pendapatan per saham memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Pendapatan per saham menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih kepada pemegang saham. Semakin tinggi pendapatan per saham sebuah perusahaan akan mendorong ketertarikan investor untuk menginvestasi dananya sehingga harga saham menjadi naik. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis kedua diterima.

Variabel PER atau price earning ratio memiliki koefisien regresi sebesar 329,1128 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel PER memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel PER sebesar satu akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 329,1128. PER mengindikasikan besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk memperoleh setiap Rupiah laba perusahaan. PER yang tinggi menggambarkan perusahaan diapresiasi dengan baik oleh investor. Semakin bagus prospek perusahaan, semakin banyak investor yang ingin investasi sehingga meningkatkan permintaan harga saham. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis ketiga diterima.

Variabel DPS atau deviden per saham memiliki koefisien regresi sebesar 6,386511 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel deviden per saham memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Hal ini juga menandakan setiap peningkatan nilai variabel deviden per saham sebesar satu akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 6,386511. Deviden per saham merupakan pembagian sisa laba perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham. Sebuah perusahaan yang memiliki kebijakan deviden yang stabil akan menarik investor untuk melakukan investasi terhadap perusahaan. Selain itu, investor juga akan menganggap finansial perusahaan tersebut bagus dan bersedia untuk investasi. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis keempat diterima.

Variabel hasil deviden memiliki koefisien regresi sebesar 4.167,535 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,6266. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel hasil deviden tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel hasil deviden sebesar satu persen akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 4.167,535. Hasil deviden memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham disebabkan karena semakin tinggi hasil deviden berarti semakin banyak laba yang digunakan untuk pembagian deviden dan laba untuk ekspansi perusahaan menjadi sedikit, maka calon investor akan merasa perusahaan tersebut kurang prospektif. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis kelima ditolak.

Variabel DPR atau rasio pembayaran deviden memiliki koefisien regresi sebesar -24,89265. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel rasio pembayaran deviden sebesar satu akan menurunkan nilai harga saham sebesar -24,89265. Tingkat signifikannya sebesar 0,0126 tersebut menunjukkan bahwa variabel rasio pembayaran deviden memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. Rasio pembayaran deviden berpengaruh signifikan negatif terhadap harga saham karena kemungkinan investor lebih memilih perusahaan yang membagi deviden yang sedikit tetapi menggunakan laba yang diperoleh untuk pengembangan usaha untuk meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga semakin kecil pembayaran deviden, harga saham perusahaan akan semakin tinggi. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis keenam diterima.

Variabel FS atau ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi sebesar 980,9572 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,2584. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel ukuran perusahaan sebesar satu akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 980,9572. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan berarti ukuran perusahaan tidak menjadi acuan bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Hal ini juga memberikan gambaran kepada investor bahwa ukuran perusahaan tidak dapat menjamin apakah investasi mereka akan kembali dengan aman. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis ketujuh ditolak.

(15)

15

yang tidak signifikan terhadap harga saham karena pengembalian ekuitas tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Selain itu, investor lebih cenderung mengukur tingkat kemakmuran perusahaan dari deviden dan capital gain yang diterima. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis kedelapan ditolak.

Variabel PDB atau Produk Domestik Bruto memiliki koefisien regresi sebesar 730.063,9 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,2313. Hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel PDB sebesar satu akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 730.063,9. Tingkat signifikansi tersebut menunjukkan bahwa variabel PDB memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. PDB mengambarkan keadaan perekonomian sebuah negara, sehingga semakin tinggi PDB mengambarkan semakin banyak barang dan jasa yang diproduksi sebuah negara dan menandakan keadaan perekenomian yang bagus. Akan tetapi, kemungkinan karena PDB di Indonesia masih kurang stabil sehingga investor tidak menggunakan PDB sebagai patokan dalam berinvestasi. Kesimpulan dari hasil uji t terhadap hipotesis kesembilan ditolak.

Variabel SBI atau suku bunga memiliki koefisien regresi sebesar 18.135,59 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,9311. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel suku bunga memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Nilai koefisien regresi tersebut menandakan setiap peningkatan nilai variabel suku bunga sebesar satu akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 18.135,59. Suku bunga memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham dapat disebabkan tipe investor di Indonesia merupakan investor yang senang melakukan transaksi saham dalam jangka pendek (spekulan), sehingga investor cenderung melakukan aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gain yang cukup tinggi di pasar modal. Selain itu, tingkat suku bunga di Indonesia cenderung fluktuatif sehingga investor juga enggan berinvestasi dalam bentuk deposito. Hasil kesimpulan uji t hipotesis kesepuluh ditolak.

Variabel INF atau inflasi memiliki koefisien regresi sebesar -4.921,758 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,9018. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Nilai koefisien regresi tersebut menandakan setiap peningkatan nilai variabel inflasi sebesar satu akan menurunkan nilai harga saham sebesar 4.921,758. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham kemungkinan karena faktor makroekonomi Indonesia yang kurang stabil sehingga tidak menjadi patokan bagi para investor. Kesimpulan dari uji t terhadap hipotesis kesebelas ditolak.

Variabel M2 atau jumlah uang beredar memiliki koefisien regresi sebesar -303.311,2 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,2378. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Nilai koefisien regresi tersebut menandakan setiap peningkatan nilai variabel jumlah uang beredar sebesar satu akan menurunkan nilai harga saham sebesar 303.311,2. Dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendahnya uang yang beredar di Indonesia tidak terlalu mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan aktivitas jual beli saham. Kesimpulan hasil uji t hipotesis keduabelas ditolak.

Variabel kurs memiliki koefisien regresi sebesar -2,15482 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,2732. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Nilai koefisien regresi tersebut menandakan setiap peningkatan nilai variabel kurs sebesar satu akan menurunkan nilai harga saham sebesar 2,15482. Kurs memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham dimungkinkan karena keputusan investor lebih berpatokan terhadap faktor fundamental perusahaan dibandingkan dengan faktor makroekonomi Indonesia yang masih kurang stabil. Hasil kesimpulan uji t terhadap hipotesis ketigabelas ditolak

Goodness of Fit Model

Hasil pengujian Adjusted R2 disajikan pada Tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8

Hasil Uji Adjusted R Square

Variabel Dependen R Square Adjusted R

Square

Harga Saham 0,884989 0,857648

(16)

16

(17)

17

KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN IMPLIKASI Kesimpulan

5.1. Berdasarkan paparan pada bab-bab sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh faktor fundamental dan faktor makroekonomi terhadap harga saham

perusahaan. Faktor fundamental terdiri dari nilai buku per saham, pendapatan per saham, PER, deviden per saham, hasil deviden, rasio pembayaran deviden, ukuran perusahaan, dan pengembalian ekuitas. Faktor makroekonomi yang diteliti, yaitu PDB, inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, dan kurs.

5.2. Hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel dari faktor fundamental berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai buku per saham, pendapatan per saham, PER, dan deviden per saham berpengaruh positif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia. Rasio pembayaran deviden memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia. Hasil deviden, ukuran perusahaan, dan pengembalian ekuitas berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada emiten di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental merupakan analisis rasio keuangan dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan informasi bagi investor dalam mempertimbangkan keputusan berinvestasi pada perusahaan.

5.3. Faktor-faktor makroekonomi yang diteliti pada penelitian ini, yaitu PDB, inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, dan kurs tidak memiliki pengaruh siginifikan terhadap harga saham. Faktor makroekonomi tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan Indonesia dikarenakan faktor makroekonomi Indonesia yang kurang stabil sehingga tidak menjadi pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

Keterbatasan

1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas, yaitu sampel perusahaan Indonesia yang memenuhi kriteria hanya 86 perusahaan karena penulis ingin menguji pengaruh kebijakan deviden terhadap harga saham. Sehingga data yang ditelitikan memerlukan komponen deviden dan tidak semua perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini karena tidak setiap perusahaan membagikan dividen secara 6 tahun berturut-turut.

2. Terbatasnya sampel perusahaan karena periode pengamatan yang digunakan adalah 6 tahun dengan horison waktu 2008 sampai dengan 2013 karena penggunaan rentang waktu yang lebih panjang akan mengakibatkan berkurangnya jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.

3. Jumlah sampel nilai makroekonomi yang diuji terbatas karena nilai rasio keuangan diambil dari laporan tahunan sehingga nilai makroekonomi yang digunakan juga mengikuti nilai akhir tahun, padahal nilai makroekonomi di Indonesia kurang stabil dan fluktuatif.

Rekomendasi

1.

Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian, yaitu menambah tahun pengamatan. Hal ini disarankan agar hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat dalam mencerminkan kondisi harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.

Pemisahan analisis faktor fundamental dan faktor makroekonomi agar hasil penelitian terhadap faktor makroekonomi lebih detil dan tidak bias.

Implikasi Manajerial Investor

Implikasi bagi investor adalah investor sehendaknya memilih untuk menginvestasi dananya dengan mempertimbangkan rasio keuangan perusahaan, antara lain nilai buku per saham, pendapatan per saham, PER, dan deviden per saham mempunyai pengaruh yang positif bagi harga saham perusahaan. Sedangkan rasio pembayaran deviden yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap harga saham perusahaan.

(18)

18

2014 yang diakibatkan dari sisi politik. Meskipun nilai makrorekonomi Indonesia sering berfluktuasi, namun hal ini tidak begitu mempengaruhi harga saham perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fundamental yang kuat mencerminkan finansial perusahaan yang baik. Emiten

Implikasi bagi emiten adalah sebaiknya manajemen selalu memperhatikan dan mengontrol profitabilitas perusahaan (pendapatan) dan kebijakan deviden yang telah ditetapkan. Dari segi rasio pembayaran deviden yang berpengaruh negatif terhadap harga saham, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya perusahaan menggunakan laba untuk pengembangan usaha dibandingkan membayar deviden yang banyak. Perusahaan akan dinilai lebih baik oleh investor jika mengalami peningkatan profitabilitas dan kebijakan deviden yang tetap sehingga lebih menarik investor untuk melakukan investasi jangka panjang.

Pemerintah

(19)

19

DAFTAR PUSTAKA

Aamir, M., Khan, K. I., & Rehan, F. M. (2012). Stock Market Prices and Performance of Textile Industry of Pakistan in Last Five Years – An Evidence of EMH. Mediterranean Journal of Social Sciences ISSN 2039-2117 Vol.3 No. 3 September 2012.

Agu, D. O., Manasseh, C. O., & Aneke, G. C. (2012). The Relative Importance of Macro and Firm-Level Fundamentals to Nigerian Stocks’ Price: Lessons for other Emerging Markets. Journal of Economics and Sustainable Development ISSN 2222-2855 Vol.3 No. 14 2012. Alatiqi, S., & Fazel, S. (2008). Can Money Supply Predict Stock Prices? Journal for Economic

Educators Vol.8 No. 2 Fall 2008.

Alfaraih, M., & Alanezi, F. (2011). The Usefulness Of Earnings and Book Value For Equity Valuation To Kuwait Stock Exchange Participants. International Business and Economics Research Journal, Vol. 10, No.1, (2011).

Almumani, M. A. (2014). Determinants of Equity Share Prices of the Listed Banks in Amman Stock Exchange: Quantitative Approach. International Journal of Business and Social Science Vol. 5 No. 1 January 2014.

Al-Deehani, T. M. (2005). The Determinants of Stock Price in the Kuwait Stock Exchange: An Extreme Bound Analysis. Investment Management and Financial Innovation No.3 2005. Al-Dini, S. H. M., Dehavi, H. D., Zarezadeh, E., Armesh, H., Manafi, M., & Zraezadehand, S.

(2011). Fitting the Relationship between Financial Variables and Stock Price through Fuzzy Regression Case Study: Iran Khodro Company. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2, No. 11, June 2011.

Al-Qudah, L. A. M. (2012). The Factors that affect shares’ Return in Amman Stock Market. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business October 2012 Vol.4 No. 6.

Al-Shubiri, F. N. (2010). Analysis the Determinants of Market Stock Price Movements: An Empirical Study of Jordanian Commercial Banks. International Journal of Business and Management Vol. 5 No.10 October 2010.

Al-Tamimi, H. A., Alwan, A. A. & Abdel Rahman, A. A. (2011). Factors Affecting Stock Prices in UAE Financial Markets. Journal of Transnational Management, 16 (1), pp. 3-19. Ariefianto, D. (2012). Ekonometrika, Esensi dan aplikasi dengan menggunakan Eviews. Jakarta:

Erlangga.

Azam, M. (2011). Stock Price Variation Regarding Macro-Economic and Firm-Specific Accounting Variables: Evidence from Karachi Stock Exchange. International Research Journal of Finance and Economics ISSN 1450-2887 Issue 81 (2011).

Bank Indonesia. (2013). Tingkat Inflasi Infonesia pada Bulan Desember 2007 – Desember 2013.

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx tanggal akses 20 Maret 2014.

Bursa Efek Indonesia. (2013). Lebih Bijak Berorientasi Fundamental. IDX Newsletter Edisi Agustus 2013 Hal. 2.s

Chen, P. F., & Zhang, G. (2006). .How Do Accounting Variables Explain Stock Price Movement. Journal of Accounting and Economics July 2007.

Collins, J., 1957. “How to study the behavior of bank stocks”, The Analysts Journal 13(2), pp.109-113.

Dastgir, M., Ebrahimi, M., & Mazaheri, E. (2011). Comparing the Model of Stock Valuation: Evidence from Iranian Companies. International Research Journal of Finance and Economics ISSN 1450-2887 Issue 73 (2011).

(20)

20

Dawar, V. (2012). Determinant of Share Prices in Indian Auto Industry. Intermational Journal of Computing and Business Research (UCBR) ISSN (online): 2229-6166 Vol. 3 Issue 3 September 2012.

Easley, D., O’Hara, M., & Saar, G. (2001). How Stock Splits Affect Trading: A Microstructure Approach. Journal of Financial and Quantitative Analysis Vol. 36 No.1, pp. 25-51.

Eita, J. H. (2012). Modelling Macroeconomic Determinants Of Stock Market Prices: Evidence From Namibia. The Journal of Applied Business Research – September/October 2012 Volume 28, Number 5.

Fama, E. F., & French, K. R. (1993). Common Risk Factors in The Returns on Stocks and Bonds. Journal of Financial Economics, Vol. 33, pp.3-56.

Gill, A., Biger, N., & Mathur, N. (2012). Determinants of Equity Share Price Evidence from American Firm. International Research Journal of Finance and Economics Issue 90 (2012), ISSN 1450-2887.

Gitman, L. J. (2006). Principles of Managerial Finance, eleventh edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Gitman, L. J. (2009). Principles of Managerial Finance, twelfth edition. United States: Pearson Education, Inc.

Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ke-2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Glezakos, M., Mylonakis, J., & Kafouros, C. (2012). The Impact of Accounting Information on Stock Prices: Evidence from the Athens Stock Exchange. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4 No. 2, February 2012.

Gordon, M. J. (1959). Dividends, Earnings, and Stock Price. The Review of Economics and Statistics, Vol. 41, No. 2, Part 1 (May, 1959), pp. 99-105.

Gujarati, D. (2003). Basic Econometrics. New York-USA: McGraw-Hill.

Habib, Y., Kiani, Z. I., & Khan, M. A. (2012). Dividend Policy and Share Price Volatility: Evidence from Pakistan. Global Journal of Management and Business Research. Vol. 12 Issue 5 ISSN 2249-4588.

Hadi, M. M. (2005). Market Reaction to Accounting Numbers: Kuwait Evidence. European Journals of Economics, Finance, and Administrative Sciences, Vol. 2, No. 1, ISSN 1450-2275.

Hashemijoo, M., Ardekani, A. M., & Younesi, N. (2012). The Impact of Dividend Policy on Share Price Volatility in the Malaysian Stock Market. Journal of Business Studies Quarterly 2012, Vol. 4, No. 1, pp. 111-129 ISSN 2152-1034.

Hatta A. J., & Dwiyanto, B. S. (2012). The Company Fundamental Factors and Systematic Risk in Increasing Stock Price. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura Volume 15, No. 2, August 2012, pages 245-256.

Haque, A., & Sarwar, S. (2012). Macro-Determinants of Stock Return in Pakistan. Middle-East Journal of Scientific Research 12 (4): 504-510, 2012 ISSN 1990-9233.

Hsing, Y. (2011). Macroeconomic Determinants of the Stock Market Index and Policy Implications: The Case of a Central European Country. Eurasian Journal of Business and Economics 2011, 4 (7), 1-11.

Hussainey. K., Mgbame, C. O., & Chijoke-Mgbame, A. M. (2010). Dividend Policy and Share Price Volatility: UK Evidence. Journal of Risk Finance, Vol. 12 Issue 1, pp.57 – 68. Indriantoro, N., & Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Izedonmi, P. F., & Abdullahi, I. B. (2011). The Effects of Macroeconomic Factors on the Nigerian Stock Returns: A Sectoral Approach. Global Journal of Management and Business Research Vol. 11 Issue 7 July 2011.

Kabajeh, M. A. M., Nu’aimat, S. M. A., & Dahmash, F. N. (2012). The Relationship between the ROA, ROE, and ROI Ratios with Jordanian Insurance Public Companies Market Share Prices. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 2, No. 11, June 2012. Kalunda., E. C., & Haryati. S. (2012). Determinants of Stock Prices in Dhaka Stock Exchange

Gambar

Tabel 4.1Jumlah Perusahaan Indonesia yang Dijadikan Sebagai Sampel
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Bursa Efek Indonesia
Tabel 4.6 Hasil Uji F Faktor Fundamental dan Faktor Makroekonomi
Tabel 4.8 Hasil Uji Adjusted R Square

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui model kinetika yang sesuai untuk sistem adsorpsi ion logam khrom pada permukaan aktif arang eceng gondok, maka perlu dilukiskan hubungan antara prosentase khrom

[r]

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Interaksi perlakuan (KxG) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 hari dan 45 hari, saat keluar bunga jantan, saat keluar bunga betina, panjang tongkol,

Untuk nmewujudkan dana desa yang akuntabel maka ada banyak faktor yang mempengaruhi, penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pendidikan dan pelatiahan berpengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan kitosan jeruk nipis memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total mikroba, pH, kadar protein, dan

Di antara kelima indikator karakteristik keberanian terhadap risiko (Tabel 4.9), kemampuan menilai sesuatu risiko secara realistik memiliki mean tertinggi sebesar 4,17,

Apakah fungsi produksi memiliki bagian QC untuk melakukan pengendalian terhadap kualitas produk yang dihasilkan4. 3.Apakah ada standar yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan