iv ABSTRAK
EFEK ANALGESIK INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) PADA MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI
RANGSANG TERMIK
Imelda Christiana, 2012, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Pembimbing II : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M. Kes.
Kayu rapat selama ini digunakan secara empiris untuk mengobati berbagai macam penyakit, diduga mempunyai efek analgesik karena senyawa dalam kulit kayunya yaitu flavonoid dan polifenol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek analgesik kulit kayu rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke). Metode penelitian berupa eksperimental laboratorik. Pengujian efek analgesik menggunakan metode induksi nyeri cara panas dengan plat panas yang dilengkapi thermostat suhu 550C. Hewan coba menggunakan mencit jantan galur Swiss-Webster sebanyak 25 ekor, berat badan ± 28 gram, dikelompokkan menjadi 5 kelompok (n=5), masing-masing diberi perlakuan infusa kulit kayu rapat (IKKR) dengan dosis 0,975 g/kgBB mencit, 1,95 g/kgBB mencit, 3,9 g/kgBB mencit, Aquadest (kontrol), dan Natrium diklofenak 17,86 mg/kgBB mencit (pembanding). Data yang diukur adalah waktu reaksi (detik) timbulnya respon yang pertama kali muncul yaitu mencit mengangkat atau menjilat telapak kaki depan atau meloncat. Analisis data menggunakan one way ANOVA, dilanjutkan uji beda rerata Tukey HSD, dengan = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan IKKR dosis 0,975 g/kgBB mencit menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05), untuk dosis 1,95 g/kgBB mencit dan 3,9 g/kgBB mencit menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01). Kelompok IKKR dosis 3,9 g/kgBB potensinya setara dengan pembanding (p>0,05). Simpulan yang diperoleh adalah infusa kulit kayu rapat memiliki efek analgesik.
Kata kunci : kayu rapat, analgesik, nyeri, induksi termik
v ABSTRACT
THE ANALGETIC EFFECT OF KAYU RAPAT BARK INFUSION (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) ON MALE MICE TREATED WITH
THERMAL INDUCTION
Imelda Christiana, 2012, Tutor I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Tutor II : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M. Kes.
Kayu rapat bark has been empirically used to treat many kinds of disease, and was assumed to have analgetic effect because it contains flavonoid and polyphenol in its bark. The purpose of this experiment is to discover the analgetic effect of kayu rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) bark. The method used in this experiment was laboratoric experiment. The analgetic property was examined through heat-induced pain using a heating plate equiped with a thermostat of 550C. The experimental animal used were Swiss-Webster 25 male mice weighing ± 28 grams which were then divided into 5 treatment groups (n=5), each group was given a kayu rapat bark infusion (IKKR) of 0.975 g/kgBW, 1.95 g/kgBW, 3.9 g/kgBW, Aquadest (as control) and Sodium diclofenac 17.86 mg/kgBW (drug for comparison). The datas taken were the reaction times of the earliest visible response marked by lifting up or licking the front paws or even jumping of the mice. Data were analyzed using one way ANOVA, followed by mean difference test of Tukey HSD, with = 0.05. The experimental results showed a significant difference for the IKKR of 0.975 g/kgBW (p<0.05). On the other hand, a highly significant difference was observed for the IKKR of 1.95 g/kgBW and 3.9 g/kgBW (p<0.01). The experimental group that was given the IKKR of 3.9 g/kgBW showed a similar potency as Sodium diclofenac (p>0.05). It is therefore concluded that kayu rapat bark infusion had analgetic effect possesses an analgetic property.
viii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ………...……....ii
SURAT PERNYATAAN ……….………..iii
ABSTRAK …...………...iv
ABSTRACT ………...….…...…v
KATAPENGANTAR ..………..vi
DAFTAR ISI ………..…....viii
DAFTAR TABEL ……….…….xi
DAFTAR GAMBAR ...…...………xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran... 3
1.6 Hipotesis Penelitian ... 4
1.7 Metodologi ... 4
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri ... 5
2.1.1 Definisi Nyeri... 5
2.1.2 Reseptor Nyeri ... 6
2.1.3 Substansi yang Menimbulkan Nyeri dan Proses Sensitisasi ... 8
2.1.3.1 Substansi yang Menimbulkan Nyeri ... 8
2.1.3.2 Proses Sensitisasi ... 8
ix
2.1.5 Penjalaran Sinyal Nyeri ke Dalam Sistem Saraf Pusat ... 13
2.1.5.1 Nyeri Tajam yang Cepat ... 13
2.1.5.2 Nyeri Lambat yang Kronik ... 13
2.1.6 Jenis-jenis Nyeri... 14
2.1.6.1 Berdasarkan Durasi ... 14
2.1.6.2 Berdasarkan Mekanisme ... 15
2.1.7 Rangsang Termik yang Menyebabkan Nyeri ... 16
2.2 Obat-obat Analgesik ... 16
2.2.1 Obat Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS)... 17
2.2.2 Natrium Diklofenak / Na-diklofenak ... 19
2.2.3 Obat Analgesik Opioid ... 22
2.3 Kayu Rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) ... 23
2.3.1 Taksonomi... 24
2.3.2 Sinonim ... 24
2.3.3 Morfologi ... 25
2.3.4 Penyebaran ... 25
2.3.5 Kandungan Kimia ... 25
2.3.6 Manfaat ... 27
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian ... 28
3.1.1 Bahan ... 28
3.1.2 Alat ... 28
3.2 Penyiapan Penelitian ... 28
3.2.1 Hewan Coba ... 28
3.2.2 Bahan Uji ... 29
3.3 Metode Penelitian ... 30
3.3.1 Desain Penelitian ... 30
3.3.2 Variabel Penelitian ... 30
3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 30
x
3.3.3 Metode Penentuan Besar Sampel... 32
3.3.4 Prosedur Kerja ... 32
3.3.5 Data yang Diukur ... 33
3.3.6 Analisis Data ... 33
3.3.6.1 Hipotesis Statistik ... 33
3.3.6.2 Kriteria Uji ... 33
3.3.7 Aspek Etika Penelitian ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.2 Pembahasan... 38
4.3 Uji Hipotesis ... 43
4.4 Keterbatasan Penelitian ... 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Infusa Kulit Kayu Rapat ... 49
Lampiran 2. Konversi Dosis ... 50
Lampiran 3. Tabel Statistik Hasil Analisis Sebelum Perlakuan ... 52
Hasil Analisis Setelah Perlakuan ... 55
Lampiran 4. Laporan Hasil Uji Fitokimia... 58
Lampiran 5. Laporan Komisi Etik ... 60
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rerata Waktu Reaksi 10 menit dan 5 menit Sebelum Perlakuan ... 35 Tabel 4.2 Hasil Uji ANOVA Rerata Waktu Reaksi 10 menit dan 5 menit Sebelum Perlakuan... 36 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Waktu Reaksi Secara Keseluruhan Selama 90 Menit ... 37 Tabel 4.4 Rerata Waktu Reaksi Total Setelah Perlakuan Selama Pengamatan 90 menit ... 38 Tabel 4.5 Hasil Uji ANOVA Rerata Waktu Reaksi Total Setelah Perlakuan
Selama Pengamatan 90 menit ... 39 Tabel 4.6 Uji Tukey HSD Rerata Waktu Reaksi Total Setelah Perlakuan
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Serabut Aferen Primer ... 7
Gambar 2.2 Sensitisasi ... 10
Gambar 2.3 Pain Pathway ... 12
Gambar 2.4 Penghambatan Enzim Siklooksigenase oleh Obat Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) ... 18
Gambar 2.5 Struktur Kimia Natrium Diklofenak ... 19
Gambar 2.6 Kayu Rapat ... 23
Gambar 2.7 Penghambatan Enzim Siklooksigenase oleh Flavonoid ... 27
Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Rerata Waktu Reaksi Sebelum dan Setelah Perlakuan... 39
49
LAMPIRAN 1
PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)
Pembuatan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung pada bulan Mei 2012.
Cara pembuatan :
1. Simplisia yang sudah kering dan halus (sudah digiling) ditimbang sesuai dengan kebutuhan.
2. Masukkan simplisia yang sudah ditimbang ke dalam panci infusa dan tambahkan air sesuai penghitungan.
3. Panaskan diatas kompor selama 15 menit terhitung ketika suhu mencapai 900 C sambil sekali-kali diaduk.
50
LAMPIRAN 2
KONVERSI DOSIS
Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian yaitu 28 gram
Perhitungan Dosis Na-diklofenak
Dosis Na-diklofenak untuk manusia = 3 x 50 mg/hari = 150 mg/hari
(Monson, 2009; EMC, 2009) Konversi dari manusia (70 kg) untuk mencit 20 g = 0,0026
= 150 x 0,0026 = 0,39 mg
Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 28 g = (28 g/20 g ) x 0,39 mg
= 0,5 mg/mencit 28 g = 17,86 mg/kgBB mencit
Dosis Na-diklofenak = 0,5 mg/0,5 ml (volume lambung mencit) 50 mg Na-diklofenak dilarutkan dalam 50 ml Aquadest
Perhitungan Dosis Infusa Kulit Kayu Rapat (IKKR)
Pemakaian untuk manusia = 15 g/hari (Dian Sundari dkk, 2005)
Konversi dari manusia (70 kg) untuk mencit 20 g = 0,0026 = 15 g x 0,0026
51
Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 28 g = (28 g/20 g ) x 0,039 g
= 0,0546 g/mencit 28 g = 1,95 g/kgBB mencit
Variasi dosis IKKR yang diberikan adalah :
Dosis IKKR 1 = 0,0273 g x 1000 g/28 g = 0,975 g/kgBB mencit Dosis IKKR 2 = 0,0546 g x 1000 g/28 g = 1,95 g/kgBB mencit Dosis IKKR 3 = 0,1092 g x 1000 g/28 g = 3,9 g/kgBB mencit
Pembuatan Infusa
3,9 g = 0,11 g/0,5 ml (1000 g/28 g)
Jika dilarutkan dalam Aquadest 100 ml = 100 ml x 0,11 g 0,5 ml
= 22 g Kemudian dilakukan pembagian sebagai berikut :
Dosis 3
22 g dalam 100 ml Dosis 2
25 ml Dosis 3 + 25 ml Aquadest 50 ml Dosis 1
52
LAMPIRAN 3
TABEL STATISTIK HASIL ANALISIS SEBELUM PERLAKUAN
Descriptives
Rerata Waktu Reaksi 10 menit dan 5 menit Sebelum Perlakuan
N Mean Deviation Std. Error Std.
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound Bound Upper
IKKR D-1 5 3.874 0.47532 0.21257 3.2838 4.4642 3.23 4.36
IKKR D-2 5 3.938 0.30874 0.13807 3.5546 4.3214 3.6 4.3
IKKR D-3 5 3.886 0.33269 0.14878 3.4729 4.2991 3.69 4.47
Kontrol Negatif 5 4.016 0.28711 0.1284 3.6595 4.3725 3.65 4.4 Kontrol Pembanding 5 3.784 0.13649 0.06104 3.6145 3.9535 3.64 3.98
Total 25 3.8996 0.30809 0.06162 3.7724 4.0268 3.23 4.47
Test of Homogeneity of Variances
Rerata Waktu Reaksi 10 menit dan 5 menit Sebelum Perlakuan
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.809 4 20 0.167
ANOVA
Rerata Waktu Reaksi 10 menit dan 5 menit Sebelum Perlakuan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 0.146 4 0.037 0.343 0.846
Within Groups 2.132 20 0.107
53
Multiple Comparisons
Dependent Variable : Rerata Waktu Reaksi 10 menit dan 5 menit Sebelum Perlakuan Tukey HSD
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
(l) kelompok perlakuan
(j) kelompok
perlakuan Lower Bound Bound Upper
IKKR-1 IKKR-2 -0.064 0.20649 0.998 -0.6819 0.5539
IKKR-3 -0.012 0.20649 1 -0.6299 0.6059
Kontrol -0.142 0.20649 0.957 -0.7599 0.4759
Pembanding 0.09 0.20649 0.992 -0.5279 0.7079
IKKR-2 IKKR-1 0.064 0.20649 0.998 -0.5539 0.6819
IKKR-3 0.052 0.20649 0.999 -0.5659 0.6699
Kontrol -0.078 0.20649 0.995 -0.6959 0.5399
Pembanding 0.154 0.20649 0.943 -0.4639 0.7719
IKKR-3 IKKR-1 0.012 0.20649 1 -0.6059 0.6299
IKKR-2 -0.052 0.20649 0.999 -0.6699 0.5659
Kontrol -0.13 0.20649 0.968 -0.7479 0.4879
Pembanding 0.102 0.20649 0.987 -0.5159 0.7199
Kontrol IKKR-1 0.142 0.20649 0.957 -0.4759 0.7599
IKKR-2 0.078 0.20649 0.995 -0.5399 0.6959
IKKR-3 0.13 0.20649 0.968 -0.4879 0.7479
Pembanding 0.232 0.20649 0.792 -0.3859 0.8499
Pembanding IKKR-1 -0.09 0.20649 0.992 -0.7079 0.5279
IKKR-2 -0.154 0.20649 0.943 -0.7719 0.4639
IKKR-3 -0.102 0.20649 0.987 -0.7199 0.5159
54
Tukey HSD
Kelompok Perlakuan N
Subset for alpha
= 0.05
1
Pembanding 5 3.784
IKKR-1 5 3.874
IKKR-3 5 3.886
IKKR-2 5 3.938
Kontrol 5 4.016
Sig. 0.792
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
55
HASIL ANALISIS SETELAH PERLAKUAN
Test of Homogeneity of Variances
Rerata Waktu Reaksi Total Setelah Perlakuan
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
5.225 4 20 0.005
ANOVA Rerata Waktu Reaksi Total Setelah Perlakuan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 34.244 4 8.561 49.867 0
Within Groups 3.434 20 0.172
Total 37.677 24
Descriptives
Rerata Waktu Reaksi Total Setelah Perlakuan
N Mean Deviation Std. Error Std.
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound Bound Upper
IKKR D-1 5 4.662 0.389 0.17397 4.179 5.145 4.05 4.99
IKKR D-2 5 5.87 0.39478 0.17655 5.3798 6.3602 5.4 6.45
IKKR D-3 5 6.502 0.16362 0.07317 6.2988 6.7052 6.22 6.63
Kontrol Negatif 5 3.692 0.21707 0.09708 3.4225 3.9615 3.48 4.04 Kontrol Pembanding 5 6.818 0.69088 0.30897 5.9602 7.6758 5.83 7.37
56
Multiple Comparisons
Dependent Variable : rerata waktu reaksi total setelah perlakuan Tukey HSD
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval (l) kelompok
perlakuan
(j) kelompok
perlakuan Bound Lower Bound Upper
IKKR-1 IKKR-2 -1.20800
* 0.26205 0.001 -1.9922 -0.4238
IKKR-3 -1.84000
* 0.26205 0 -2.6242 -1.0558
Kontrol .97000
* 0.26205 0.011 0.1858 1.7542
Pembanding -2.15600
* 0.26205 0 -2.9402 -1.3718
IKKR-2 IKKR-1 1.20800
* 0.26205 0.001 0.4238 1.9922
IKKR-3 -0.632 0.26205 0.153 -1.4162 0.1522
Kontrol 2.17800
* 0.26205 0 1.3938 2.9622
Pembanding -.94800
* 0.26205 0.013 -1.7322 -0.1638
IKKR-3 IKKR-1 1.84000
* 0.26205 0 1.0558 2.6242
IKKR-2 0.632 0.26205 0.153 -0.1522 1.4162
Kontrol 2.81000
* 0.26205 0 2.0258 3.5942
Pembanding -0.316 0.26205 0.748 -1.1002 0.4682
Kontrol IKKR-1 -.97000
* 0.26205 0.011 -1.7542 -0.1858
IKKR-2 -2.17800
* 0.26205 0 -2.9622 -1.3938
IKKR-3 -2.81000
* 0.26205 0 -3.5942 -2.0258
Pembanding -3.12600
* 0.26205 0 -3.9102 -2.3418
Pembanding IKKR-1 2.15600
* 0.26205 0 1.3718 2.9402
IKKR-2 .94800
* 0.26205 0.013 0.1638 1.7322
IKKR-3 0.316 0.26205 0.748 -0.4682 1.1002
Kontrol -0.232 0.26205 0 2.3418 3.9102
57
Rerata Waktu Reaksi Total Setelah Perlakuan
Tukey HSD
Kelompok Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Kontrol 5 3.692
IKKR-1 5 4.662
IKKR-2 5 5.87
IKKR-3 5 6.502 6.502
Pembanding 5 6.818
Sig. 1 1 0.153 0.748
58
RIWAYAT HIDUP
Nama : Imelda Christiana
NRP : 0910033
Tampat dan Tanggal Lahir : Surakarta, 26 Desember 1990
Alamat : Jl. Petinggen Lama No. 24 Bangsri , Jepara Riwayat Pendidikan :
1. 1999, lulus TK Al-Hikmah Bangsri 2. 2000, lulus SDN 1 Bangsri
3. 2006, lulus SMP Kristen YSKI Semarang 4. 2009, lulus SMA Sedes Sapientiae Semarang
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul jika terjadi kerusakan jaringan, hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri tersebut. Kerusakan jaringan yang terjadi dapat disebabkan karena tusukan, terbakar, sobekan atau tekanan (Guyton & Hall, 2007). Nyeri dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku serta mempengaruhi kualitas hidup seseorang, baik dalam fungsi biologi, psikologis, sosial, serta kemampuan produktivitasnya. Secara umum nyeri dipahami sebagai isyarat munculnya penyakit dan gejala paling umum yang membawa penderita ke dokter, dan nyeri bersifat subjektif pada setiap individu (Andi Darma Putra, 2006). Nyeri dapat dikurangi / dihilangkan dengan obat analgesik atau tanaman obat yang berefek analgesik.
2
terutama bagian kulit kayunya. Senyawa yang terdapat dalam kulit kayunya adalah flavonoid dan polifenol (Dian Sundari dkk, 2005).
Puslitbang Farmasi dan Tanaman Obat Badan Litbangkes Departemen Kesehatan pernah melakukan uji efek analgesik infusa kulit kayu rapat dengan metode Witkin (geliat) yang dimodifikasi (Dian Sundari dkk, 2005).
Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan uji efek analgesik infusa kulit kayu rapat dengan metode lain, yaitu metode induksi nyeri cara panas.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah :
Apakah infusa kulit kayu rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) memiliki efek analgesik.
Apakah infusa kulit kayu rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) memiliki efek analgesik dengan potensi yang setara dengan Na-diklofenak.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud
Maksud penelitian ini adalah pemanfaatan bagian tanaman kayu rapat sebagai obat alternatif khususnya dalam mengurangi rasa nyeri.
Tujuan
3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis
Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan di bidang farmakologi terhadap tanaman obat tradisional Indonesia khususnya kulit kayu rapat (Parameria laevigata
(Juss.) Moldenke) yang memiliki efek analgesik. Manfaat praktis
Memberikan informasi bagi masyarakat untuk mulai memanfaatkan tanaman obat kulit kayu rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) sebagai pengobatan alternatif khususnya dalam mengurangi rasa nyeri.
1.5 Kerangka Pemikiran
Nyeri timbul akibat sensitisasi dari stimulus yang mengganggu atau menyebabkan kerusakan dari membran sel. Akibatnya fosfolipid dalam membran sel akan dipecah oleh enzim fosfolipase sehingga akan terbentuk asam arakidonat. Oleh enzim lipoksigenase, asam arakidonat akan diubah menjadi leukotrien. Dan asam arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase akan memproduksi prostaglandin. Prostaglandin akan menstimulasi nosiseptor pada serabut A-delta dan C sehingga ambang rangsang terhadap stimulus normal menurun, dan dapat timbul keadaan hiperalgesia. Enzim siklooksigenase ada 2 macam yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 ditemukan dalam sel endotel, trombosit, mukosa lambung, dan ginjal, berperan dalam proses normal homeostasis vaskular, regulasi asam lambung (proteksi mukosa), dan menjaga aliran darah ke ginjal. Sedangkan COX-2 merupakan enzim yang diproduksi oleh sel radang, saraf perifer, dan sistem saraf pusat, enzim ini menghasilkan prostaglandin yang bertanggung jawab pada peristiwa inflamasi. Obat golongan analgesik mengurangi / menghilangkan nyeri dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga tidak terjadi konversi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin (G. Dewanto, 2003).
4
menghambat kerja enzim siklooksigenase, dengan demikian akan mengurangi produksi prostaglandin oleh asam arakidonat sehingga mengurangi rasa nyeri, selain itu flavonoid juga menghambat degranulasi neutrofil sehingga akan menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas, serta enzim yang berperan dalam peradangan (Patel, 2008; Children Allergy Center, 2009). Peran polifenol sebagai analgesik adalah dengan menekan fungsi NF-B serta enzim lain yang terlibat dalam proses inflamasi (Hurst & Stevenson, 2007).
1.6 Hipotesis Penelitian
Infusa kulit kayu rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) memiliki efek analgesik.
1.7 Metodologi
Metode penelitian berupa eksperimental laboratorik. Subjek penelitian adalah mencit Swiss-Webster jantan sebanyak 25 ekor.
Dalam penelitian pengaruh efek analgesik infusa kulit kayu rapat, dengan metode induksi nyeri cara panas menggunakan plat panas suhu 550C yang dilengkapi dengan thermostat.
Analisis data menggunakan metode one way ANOVA dengan uji rerata Tukey
HSD dengan = 0,05.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
44 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Infusa kulit kayu rapat (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) memiliki efek analgesik.
Infusa kulit kayu rapat dosis 3,9 g/kgBB mencit memiliki efek analgesik dengan potensi yang setara dengan Na-diklofenak.
5.2Saran
Mengembangkan penelitian dengan menggunakan bentuk sediaan yang lain.
Penelitian lebih lanjut untuk tipe flavonoid dari kulit kayu rapat serta kandungan yang lainnya.
Diperlukan penelitian untuk uji toksisitas dari kayu rapat.
Melakukan penelitian lebih lanjut dengan uji klinik, sehingga dapat diketahui efeknya terhadap manusia.
Penelitian lebih lanjut untuk menguji khasiat lain dari kulit kayu rapat yang selama ini telah digunakan secara empiris oleh masyarakat dalam pengobatan.
Melakukan penelitian dengan menggunakan pembanding yang lain, misalnya Asetosal dan obat-obat golongan opioid.
45
DAFTAR PUSTAKA
Allen H. 2012. Diclofenac for pain and inflammation.
http://www.patient.co.uk/medicine/Diclofenac.htm. Diunduh tanggal 1 Juni 2012
Andi Darma Putra. 2006. Manajemen nyeri. Ethical Digest, 26(4): 70-72
Brown W.H. 2012. Parameria laevigata (Juss.) Moldenke.
http://stuartxchange.com/Tagulaway.html. Diunduh tanggal 5 Mei 2012
Children Allergy Center. 2009. Reaksi Hipersensitivitas.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/05/16/reaksi-hipersensitivitas/. Diunduh tanggal 22 Oktober 2012
DailyMed. 2011. Diclofenac sodium tablet.
http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm?id=53430. Diunduh tanggal 1 Juni 2012
Dian Sundari, Desy M. Gusmali, Budi Nuratmi. 2005. Uji khasiat analgetik infus
kulit kayu rapet (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) pada mencit putih.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 4(15): 8
EMC. 2009. Diclofenac sodium 50mg tablets.
http://www.medicines.org.uk/emc/medicine/22653. Diunduh tanggal 1 Agustus 2012
Fields H.L., Martin J.B. 2005. Pain: Pathophysiology and Management. In: Kasper D.L., Fauci A.S., Longo D.L., Braunwald E., Hauser S.L., Jameson J.L., eds.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Vol 1. 16th ed. United States of
America: Mc Graw-Hill. p. 71-76
Furst D.E., Ulrich R.W. 2007. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs, Disease Modifying Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics & Drugs Used In Gout.
In: B.G. Katzung, ed. Basic & Clinical Pharmacology. 10th ed. United States of
America: Mc Graw-Hill. p. 573-583
G. Dewanto. 2003. Patofisiologi nyeri. Majalah Kedokteran Atma Jaya, 3(2): 203-212
Ganong W.F. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. h. 147-153
46
Hafiz I. 2007. Pain management concept of patient with lumbar spine intervertebral discus prolapse disorder. http://www.aiu.edu/publications/student/english/Pain-Management-concept.html. Diunduh tanggal 4 Januari 2012
Hedi R. Dewoto. 2007. Analgesik Opioid dan Antagonis. Dalam: Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI. h. 210-229
Herlina Widyaningrum, Tim Solusi Alter. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Jakarta: Media Pressindo. h. 806-807
Holtzman S.G., Sung Y. 2005. Drugs to Control Pain. In: K.P. Minneman, L.
Wecker, eds. Brody’s Human Pharmacology Molecular to Clinical. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Mosby. p. 373-381
Hurst R. D., Stevenson D.E. 2007. Polyphenolic phytochemicals-just antioxidant or
much more.
http://www.deepdyve.com/lp/springer-journals/polyphenolic-phytochemicals-just-antioxidants-or-much-more-9ffGv0wXjx. Diunduh tanggal 26 Mei 2012
IASP. 2012. Pain.
http://www.iasp-pain.org/GeneralResourceLinks/PainDefinitions/default.htm. Diunduh tanggal 25 Mei 2012
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Rancangan
Percobaan Aplikatif. Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan,
Perikanan, Industri, dan Hayati. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. h. 10-12
Lestari Handayani. 2003. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & Pasca Melahirkan. Jakarta: P.T. Agromedia Pustaka. h. 44-45
Li S.H., Cunha J.P. 2012. Pain medications.
http://www.emedicinehealth.com/pain_medications/article_em.html. Diunduh tanggal 17 Januari 2012
Max Wirjo. 2012. Nyeri kronis. http://www.huangindonesia.org/seminar-nyeri-kronis/. Diunduh tanggal 29 Mei 2012
MedlinePlus. 2012. Diclofenac.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a689002.html. Diunduh
tanggal 19 Januari 2012
47
Monson K. 2009. Diclofenac sodium dosing. http://pain.emedtv.com/diclofenac-sodium/dosing-with-diclofenac-sodium.html. Diunduh tanggal 1 Agustus 2012
Ogbru O. 2008. Diclofenac, voltaren, cataflam, voltaren-XR.
http://www.medicinenet.com/diclofenac/page2.htm. Diunduh tanggal 2 Juli 2012
P. Freddy Wilmana. 2007. Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid. Dalam : Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI. h. 230-240
Patel J.M. 2008. A review of potential health benefits of flavonoids. https://www.uleth.ca/dspace/bitstream/handle/10133/1220/Patel.pdf?sequence= 1. Diunduh tanggal 2 Desember 2011
Pustaka Herbal. 2007. Kayu rapat.
http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/16/kayu-rapat/. Diunduh tanggal 3 Mei 2012
Rahmana Emran K. 2002. Perkembangan obat antiradang bukan steroid. http://acta.fa.itb.ac.id/pdf_dir/issue_27_4_7.pdf. Diunduh tanggal 29 Mei 2012
Sherwood L. 2007. Pain. In: P. Adams, ed. Human Physiology From Cells to
Systems. 6th ed. United States of America: Thomson. p. 187-190
Soewarni Mansjoer. 2003. Mekanisme kerja obat antiradang.
http://library.usu.ac.id/download/fk/farmasi-soewarni.pdf. Diunduh tanggal 29 Mei 2012
Tao L.P. 2007. Catalogue of life, China: annual checklist: Parameria laevigata
(Juss.)Moldenke.http://data.sp2000.cn/2010_cnnode_e/show_species_details.ph p?name_code=4f4f3b40-a14a-4b73-9722-406ce70bd519. Diunduh tanggal 23 Mei 2012
The Taxonomixon. 2012. Taxon: Parameria laevigata (Juss.) Moldenke.
http://taxonomicon.taxonomy.nl/TaxonTree.aspx?id=987410&tree=0.1&syn=1. Diunduh tanggal 5 Juni 2012
University of Wisconsin. 2010. Pain management.
http://projects.hsl.wisc.edu/GME/PainManagement/session2.2.html. Diunduh tanggal 20 Mei 2012
Wood S. 2008. Anatomy and physiology of pain.
48
Woolf C.J. 2010. What is this thing called pain.