• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Analgetik Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis Paniculata,(Burm f) Nees) Pada Mencit Betina Galur Swiss- Webster.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Analgetik Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis Paniculata,(Burm f) Nees) Pada Mencit Betina Galur Swiss- Webster."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MENCIT BETINA GALUR Swiss-Webster

Fitriyani Yunita, 2007, Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr., MKes Pembimbing II : Rosnaeni, dra., Apt

Penderita yang mengalami nyeri, sebelum menemui dokter umumnya akan mengobati sendiri dengan obat-obat analgetik yang dijual bebas. Obat analgetik beberapa diantaranya dapat menimbulkan efek samping, sehingga masyarakat mencari pengobatan alternatif antara lain dengan obat tradisional berupa tanaman obat. Salah satu tanaman obat yang banyak dipakai masyarakat untuk menghilangkan nyeri adalah sambiloto.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek analgetik sambiloto (Andrographis paniculata,(Burn f)Nees).

Metode penelitian prospektif eksperimental sungguhan, memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Pengujian efek analgetik menggunakan metode induksi nyeri cara panas (termik) dengan plat panas yang dilengkapi termostat suhu 55°C. Hewan coba yang digunakan mencit betina galur Swiss-Webster, berat badan 20-25 gram sebanyak 25 ekor, dikelompokkan menjadi 5 kelompok (n=5), masing-masing diberi perlakuan Ekstrak Etanol Sambiloto (EES) dengan dosis 0,42 g/kgBB mencit, 0,84 g/kgBB mencit, 1,68 g/kgBB mencit, asetosal (pembanding), dan CMC 1% (kontrol). Data yang diukur adalah waktu reaksi (detik) timbulnya respon yang pertama kali muncul yaitu mengangkat atau menjilat telapak kaki depan atau meloncat. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan,

=0,05.

Hasil penelitian yaitu EES dosis 0,84 g/kgBB mencit dan EES dosis 1,68 g/kgBB mencit, mempunyai waktu reaksi yang lebih lama dari kontrol (p<0.05), dan potensinya setara dengan pembanding (p>0.05).

Kesimpulan ekstrak etanol sambiloto memiliki efek analgetik

(2)

ON FEMALE MICE STRAIN SWISS-WEBSTER

Fitriyani Yunita, 2007, Tutor I : Sugiarto Puradisastra, dr., MKes Tutor II : Rosnaeni, dra., Apt

Patients who suffer from pain usually would try to cure them self by consuming analgesic drugs before visiting a doctor. But, analgesic drugs will cause side effects, so people now looking for the alternative medication such as medical plants. One of the medical plant to relief pain is sambiloto.

The purpose of this experiment is to know the analgesic effect of sambiloto (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees).

The method of this experiment was real experimental prospective, using Complete Randomize Trial Design. The analgesic experiment used thermal pain induction with the hot plate 55°C. The experimental animal used were 25 female mice strain Swiss-Webster, weighted 20-25 grams, divided into 5 treatments groups (n=5), the treatments were three doses of ethanol extract of sambiloto (0,42 g/kgBW mice, 0,84 g/kgBW mice, and 1,68 g/kgBW mice), control using CMC 1%, and compare drug using acetosal. The first appeared response (lift or lick the front feet, or jump), was counted in second. Data were analyzed using one way ANOVA, followed by Duncan Multiple Distance Test with = 0,05.

The result of 0,84 g/kgBW mice dose and 1,68 g/kgBW mice dose, showed a longer reaction time than the control (p<0.05), and had the same efficacy with the acetosal (p>0.05).

The conclusion is ethanol extract of sambiloto had analgesic effect

(3)

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Maksud dan Tujuan ... 2

1.4Kegunaan Penelitian... 2

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 2

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 3

1.6Metodelogi Penelitian ... 3

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri 2.1.1 Definisi Nyeri ... 5

2.1.2 Jenis-jenis Nyeri ... 6

2.1.3 Reseptor Nyeri ... 8

(4)

2.1.7 Distribusi dan Sensibilitas Nyeri ... 14

2.2 Obat-Obat Analgetika ... 15

2.2.1 Obat Analgesik Anti-inflamasi Non-steroid ... 15

2.2.2 Asetosal ... 17

2.2.3 Obat Analgesik Opioid ... 20

2.3 Sambiloto 2.3.1 Taksonomi ... 21

2.3.2 Sinonim ... 21

2.3.3 Morfologi ... 22

2.3.4 Ekologi dan Penyebaran ... 23

2.3.5 Kandungan Kimia ... 23

2.3.6 Efek Lain : Antipiretik dan Anti inflamasi ... 25

2.3.7 Manfaat dan Khasiat ... 26

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat ... 28

3.2 Persiapan Penelitian ... 29

3.2.1 Hewan Coba ... 29

3.2.2 Persiapan Bahan Uji ... 29

3.3 Metode Penelitian... 29

3.3.1 Metode Penarikan Sampel... 30

3.3.2 Variabel Penelitian ... 30

3.3.3 Prosedur Kerja ... 31

3.3.4 Metode Analisis ... 32

(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kesimpulan Umum ... 41

5.1.2 Kesimpulan Khusus ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(6)
(7)

Gambar 2.2 Transmisi Neurologis dari Stimulus Nyeri... 11

Gambar 2.3 Jalur Desendens dan Asendens ... 13

Gambar 2.4 Penghambatan Enzim Siklooksigenase oleh Obat analgesik anti inflamasi non steroid (AINS) ... 17

Gambar 2.5 Struktur Kimia Asam Asetil Salisilat ... 18

Gambar 2.6 Tanaman Sambiloto... 23

Gambar 2.7 Struktur Kimia dari Zat Andrographolide ... 24

Gambar 2.8 Penghambatan Enzim Siklooksigenase oleh Andrographolide dan Flavonoid ... 27

Gambar 3.1 Plat Panas 55°C yang Dilengkapi Termostat ... 28

Gambar 3.2 Respon Mencit Saat Mengangkat Kaki Depan ... 31

(8)

(Andrographis paniculata (Burm f), Nees) ... 43 Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 44 Lampiran 3 Tabel Hasil Pengamatan Waktu Reaksi Secara Keseluruhan

(9)

LAMPIRAN 1

PROSES PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO

(

Andrographis paniculata,

(Burm f) Nees)

Pembuatan dilakukan di Unit Jasa dan Industri Ekstrak Tanaman Obat Departemen Farmasi ITB pada bulan Maret 2006.

Cara pembuatan :

1. Simplisia herba sambiloto disortir terlebih dahulu

2. simplisia yang sudah kering dihaluskan sampai derajat halus tertentu, kemudian ditimbang sesuai dengan kebutuhan

3. Simplisia dimasukkan ke alat ekstraksi dengan penambahan pelarut etanol 95% (1 : 10)

4. Kemudian direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk, dan didiamkan

sampai 24 jam.

5. Filtrat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.

6. Semua filtrat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental.

7. Ekstrak kental tersebut dikeringkan sehingga diperoleh ekstrak kering dengan

menggunakan oven sampai kering.

(10)

LAMPIRAN 2

KONVERSI DOSIS

Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian yaitu 22 gram

Perhitungan Dosis Asetosal

Dosis asetosal 30 mg / 100 g BB tikus (Wahjoedi, Yun Astuti N., B. Nuratmi, 1997) Faktor konversi dari tikus yang beratnya ±200 g ke mencit yang beratnya ±20 g

adalah 0.14

Volume lambung mencit ±0.5 ml

Perhitungan :

Dosis asetosal = 30 mg / 100 g BB tikus = 60 mg / 200 g BB tikus Dosis asetosal untuk mencit = 60 mg x 0.14

= 8.4 mg / 20 g BB = 9.24 mg / 22 g BB Jadi dosis mencit = 9.24 mg / 22 g BB = 0.42 g / kgBB

Dosis asetosal diberikan 9.24 mg / 0.5 ml (volume lambung mencit) 184.8 mg asetosal dilarutkan dalam 10 ml CMC 1 %

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Sambiloto (EES)

Dosis efektif pada tikus = 300 mg/ kg BB tikus (Mills & Bone, 2000)

Untuk tikus dengan BB ±200 gr = 200 x 300 = 60 mg 1000

Faktor konversi dari tikus yang beratnya ±200 g ke mencit yang beratnya ±20 g

adalah 0.14. Variasi dosis EES yang akan diberikan adalah dosis 1 (EES-1) yaitu 1X dosis, dosis 2 (EES-2) yaitu 2X dosis, dan dosis 3 (EES-3) yaitu 4X dosis. Maka perhitungannya adalah :

- EES-1 : 60 x 0.14 = 8.4 mg / 20 g BB mencit = 0.42 g / kgBB mencit Pada percobaan ini berat rerata mencit yang digunakan adalah 22 g, maka 22.38 x 8.4 = 9.39 mg/ 22 g BB mencit.

20

(11)

- Untuk EES-2 adalah 2X dosis : EES-1 = 0.42 g/kgBB mencit

EES-2 = 2 x 0.42 = 0.84 g/kgBB mencit - Untuk EES-3 adalah 4X dosis :

(12)

LAMPIRAN 3

Tabel Hasil Pengamatan Waktu Reaksi Secara Keseluruhan

Selama 90 Menit

(13)

LAMPIRAN 4

HASIL ANALISIS KELOMPOK PERLAKUAN

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi 10' sebelum perlakuan

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi 10' sebelum perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.853 4 20 .509

ANOVA

Waktu Reaksi 10' sebelum perlakuan

(14)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi 10' sebelum perlakuan

Duncan

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

Pembanding 5 3.8980

Eks. Sambiloto D-1 5 4.3040

Kontrol 5 4.5980 4.5980

Eks. Sambiloto D-2 5 4.7380 4.7380

Eks. Sambiloto D-3 5 5.3980

Sig. .126 .133

(15)

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi 10' setelah perlakuan

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi 10' setelah perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.019 4 20 .421

ANOVA

Waktu Reaksi 10' setelah perlakuan

(16)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi 10' setelah perlakuan

Duncan

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

Eks. Sambiloto D-1 5 4.1180

Eks. Sambiloto D-2 5 4.9180 4.9180

Kontrol 5 5.4860 5.4860

Eks. Sambiloto D-3 5 5.7000 5.7000

Pembanding 5 6.7820

Sig. .214 .145

(17)

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi 20' setelah perlakuan

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi 20' setelah perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.073 4 20 .396

ANOVA

Waktu Reaksi 20' setelah perlakuan

(18)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi 20' setelah perlakuan

Duncan

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

Kontrol 5 3.9860

Eks. Sambiloto D-1 5 5.3760 5.3760

Eks. Sambiloto D-3 5 5.3840 5.3840

Eks. Sambiloto D-2 5 6.1340 6.1340

Pembanding 5 7.4840

Sig. .094 .100

(19)

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi 30' setelah perlakuan

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi 30' setelah perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.834 4 20 .519

ANOVA

Waktu Reaksi 30' setelah perlakuan

(20)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi 30' setelah perlakuan

Duncan

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

Kontrol 5 4.4520

Eks. Sambiloto D-1 5 4.9260

Eks. Sambiloto D-2 5 5.8480 5.8480

Pembanding 5 6.1540 6.1540

Eks. Sambiloto D-3 5 7.9320

Sig. .169 .085

(21)

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi 45' setelah perlakuan

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi 45' setelah perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.895 4 20 .151

ANOVA

Waktu Reaksi 45' setelah perlakuan

(22)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi 45' setelah perlakuan

Duncan

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

Eks. Sambiloto D-1 5 4.1640

Kontrol 5 4.3920

Pembanding 5 4.9360 4.9360

Eks. Sambiloto D-2 5 5.9960 5.9960

Eks. Sambiloto D-3 5 6.4600

Sig. .068 .115

(23)

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi 60' setelah perlakuan

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi 60' setelah perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

4.608 4 20 .008

ANOVA

Waktu Reaksi 60' setelah perlakuan

(24)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi 60' setelah perlakuan

Duncan

Subset for alpha = .05 Kelompok Perlakuan N 1

Kontrol 5 4.6020

Eks. Sambiloto D-1 5 4.7460

Eks. Sambiloto D-2 5 5.6960

Pembanding 5 5.8360

Eks. Sambiloto D-3 5 6.5740

Sig. .105

(25)

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi 90' setelah perlakuan

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi 90' setelah perlakuan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.490 4 20 .076

ANOVA

Waktu Reaksi 90' setelah perlakuan

(26)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi 90' setelah perlakuan

Duncan

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 Eks. Sambiloto D-1 5 4.5840

Kontrol 5 4.6560

Eks. Sambiloto D-3 5 4.7920

Eks. Sambiloto D-2 5 6.7440

Pembanding 5 6.8260

Sig. .118

(27)

Oneway

Descriptives

Waktu Reaksi Total

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Waktu Reaksi Total

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.413 4 20 .266

ANOVA

Waktu Reaksi Total

(28)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Waktu Reaksi Total

Duncan

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

Kontrol 5 4.5957

Eks. Sambiloto D-1 5 4.6523

Eks. Sambiloto D-2 5 5.8893

Eks. Sambiloto D-3 5 6.1403

Pembanding 5 6.3363

Sig. .903 .369

(29)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Nyeri merupakan gejala umum yang sering membawa pasien untuk menemui dokter (Fields, 2005). Sekitar 50% dari jumlah pasien yang berkunjung ke dokter mengalami nyeri meskipun berbeda dalam sifat, lokalisasi, dan etiologinya. Pada

sebagian penderita, meskipun dengan terapi yang benar nyeri tetap ada sehingga menjadi masalah utama yang memerlukan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih lanjut ( Marciewicz, R., Martin, JB, 1991). Pasien sebelum menemui dokter umumnya mengobati diri sendiri dengan obat-obat analgetik yang bisa dibeli

bebas dipasaran. Sebanyak 25% obat bebas yang dijual bebas dipasaran adalah analgesik asetaminofen. Obat ini banyak dipakai untuk bayi, anak-anak, dewasa, dan orang lanjut usia untuk keluhan nyeri ringan dan demam (Kee, 1994).

Penggunaan obat-obatan sintetik golongan analgetik dapat menghilangkan

keluhan nyeri, namun tidak sedikit menimbulkan efek samping, seperti tukak lambung, gangguan fungsi trombosit, sampai reaksi hipersensitivitas (P. Freddy Wilmana, 2000). Oleh karena itu, tidak sedikit masyarakat yang mencari pengobatan alternatif seperti dengan menggunakan obat tradisional berupa

tanaman obat (Herbal medicine). Pengobatan dengan herbal lebih alamiah, relatif lebih aman tanpa efek samping seperti obat-obat sintetik (Blake, 2004).

Obat herbal adalah sediaan obat yang dibuat dari bahan tumbuhan, baik tumbuhan yang belum atau sudah dibudidayakan. Herbal lebih mudah didapat, banyak tersedia dengan harga yang relatif murah. Bagi sebagian besar masyarakat

dunia, pengobatan dengan herbal merupakan pengobatan yang pertama dan terkadang merupakan pilihan satu-satunya (Juckett, 2004).

Pengobatan dengan herbal yang secara empiris digunakan untuk mengatasi nyeri antara lain dengan herba sambiloto, herba jombang, bunga cengkeh, biji

(30)

perkembangan zaman, saat ini penggunaan obat herbal secara empiris beralih ke penggunaan yang didasari atas penelitian ilmiah.

Mengingat hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti salah satu dari tanaman tersebut yaitu sambiloto (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees) sebagai obat analgetik sehingga dapat dipakai sebagai obat alternatif.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah ekstrak etanol sambiloto berefek analgetik

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian : untuk mengembangkan pengobatan tradisional sehingga sambiloto dapat digunakan sebagai analgetika alternatif.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui efek analgetik ekstrak etanol sambiloto

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan Akademis : menambah pengetahuan dalam bidang farmakologi tanaman obat, khususnya sambiloto sebagai analgetik.

Kegunaan Praktis : Sambiloto dapat digunakan sebagai obat analgetik alternatif di masyarakat.

1. 5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

(31)

bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata. Golongan obat analgetik menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi

asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu (P. Freddy Wilmana, 2000)

Sambiloto mengandung zat aktif laktone dan flavonoid. Zat aktif laktone pada sambiloto terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidiandrografolid, dan homoandrografolid

(Chang and Butt, 1987). Androgafolid merupakan komponen utama dari senyawa laktone yang dapat menghambat enzim siklooksigenase sehingga produksi prostaglandin berkurang (Wang, 2004). Flavonoid yang terutama terdapat pada akar sambiloto terdiri dari polymethoxyflavones andrographin, panicolin,

mono-0-methylwightin, dan apigenin-7,4’-dimetil eter (Chang and But, 1987 ). Flavanoid ini mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan andrografolid yaitu dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase yang menyebabkan produksi prostaglandin berkurang sehingga nyeri menurun (Bruneton, 1999).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees) berefek analgetik.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prospektif eksperimental sungguhan, memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif.

Pengujian efek analgetik menggunakan metode induksi nyeri cara panas (termik) dengan menggunakan plat panas bersuhu 55°C yang dilengkapi dengan termostat. Data yang diukur adalah waktu reaksi terhadap timbulnya respon yang

pertama kali muncul yaitu mengangkat / menjilat telapak kaki depan atau meloncat, dalam satuan detik.

(32)

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata, (Burm f), Nees) memiliki efek analgetik (pada dosis 0,84 g/kgBB mencit dan dosis 1,68 g/kgBB mencit).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek analgetika dengan : 1. Mencari dosis ekstrak etanol sambiloto yang lebih tepat dan lebih berpotensi

sebagai analgetika.

2. Menggunakan metode lain seperti metode induksi cara kimia (metoda geliat) 3. Menggunakan hewan coba lain

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Adams R., Victor M. 1981. Principles of Neurology. 2nd . ed. USA : McGraw Hill Book Companies. p 89 – 101

Blake, Steve. 2004. Medical Plant Actions. Http://www.naturalhealthwizards.com 2 April 2006

Bruneton J. 1999. Pharmacognosy : Phytochemistry Medical Plants. 2nd . ed. Paris : Lavoisier Publishing. p 324

Chang, HsonMou., But, Paul Pui-Hay. 1986. Pharmacology and Aplications of Chinese Materia Medica. 1st .ed. Hongkong : World Scientific. p 918-924

Departemen Kesehatan RI. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Fields H., Martin J. 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA : McGraw Hill Companies. p 71-76

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. p 761–770

H. Sardjono O. Santoso, Hedi R. Dewoto. 2000. Analgesik Opioid dan Antagonis. Dalam : Sulistia G. Ganiswara, Rianto Setiabudhi, Frans D. Suyatna, Purwantiastuti, Nafrialdi. Editor : Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi FK UI. p 189-193

Hamilton, PM. 2006. Oregon : Pain and Pain Management.

Http://www.wildirismedical.com , 3 Januari 2007

Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB. p 70-71

Hartwig, Mary., Wilson, Lorraine. 2006. Nyeri. Dalam : Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., eds. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 1. Edisi 6. Jakarta : EGC. p 1063-1069

(35)

Juckett, Gregory. 2004. Modern Pharmacology with Clinical Applications. 6th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins

Kauffman, Joel M. 2000. Should You Take Aspirin To Prevent Heart Attack?.

Http://www.easydiagnosis.com , 3 Januari 2007

Kee, Joyce., Hayes, Evelyn. 1994. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.

Jakarta : EGC

Kemas Ali Hanafiah. 1991. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali Pers

K.R. Markham. 1989. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : Penerbit ITB. p 15

Marciewicz, R., Martin, JB. 1991. Harrison’s Principles of Internal Medicine.

12th ed. New York : Mc Graw – Hill Inc.

Mills, Simon., Bone, Kerry. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. Toronto : Churchill Livingstone. p 262-267

M. Yusron, M. Januwati, E.Rini Pribadi. 2005. Budidaya Tanaman Sambiloto.

Http://www.balittro.go.id, 3 Januari 2007

NP Central. 2006. Current Understanding of Assessment, Management, and Treatments. Http://www.npcentral.net. 3 Januari 2007

P. Freddy Wilmana. 2000. Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai Dalam : Sulistia G. Ganiswara, Rianto Setiabudhi, Frans D. Suyatna, Purwantiastuti, Nafrialdi. Editor : Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi FK UI. p 207-214

Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi 6. Bandung : ITB. p 191-193

Schalkwyk, J van., Hopley, Lara. 2000. Physiology of Pain.

Http://www.anaesthetist.com, 2 April 2006.

(36)

Synaptic USA. 2004. Future Clinical Trials. Http://www.synapticusa.com. 2 April 2006

Tang W., Eisenbrand G. 1992. Chinese Drugs og Plant Origin. Hongkong : Springer-Verlag. p 97-102

Wang, Tongguang., Liu, Bin., Zhang, Wei., Wilson, Belinda., Hong, Jau-Shyong. 2004. Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics Fast Forward. Http://www.pubmed.com. 2 April 2006

Wiart, Christophe. 2002. Medical Plants of Shoutheast Asia. 2nd ed. Malaysia : Prentice Hall. p 270-273

Wahjoedi, Yun Astuti N., B. Nuratmi. 1997. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Johor (Coassia sianea Lamk) pada Tikus Putih. Buletin Penelitian Kesehatan, 25 : 34 – 38.

Yohana Arisandi., Yovita Andriani. 2005. Khasiat Tanaman Obat. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Buku Murah

Gambar

Tabel Hasil Pengamatan Waktu Reaksi Secara Keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi populasi rumpun sapi Pesisir menurut umur dan jenis kelamin, ukuran populasi efektif dan tekanan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepemimpinan pendeta dalam pelayanan GPIB Jemaat Siloam Kerayan Dari Perspektif Kepemimpinan Transformasional.. Penelitian ini

Sampai saat ini telah berdiri lebih kurang 20 lapangan futsal diantaranya adalah HBT Futsal, Rafhely Futsal, Golden Futsal, Olaria Sport Centre, Yaser

Amatilah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL), kemudian nilailah mereka dengan cara memberi tanda

melakukan praktik mengajar sebanyak 28 kali. Selama PPL, praktikan juga menyusun program- program agar pelaksanaan PPL berjalan dengan lancar. Secara umum, program-program

Sebagai simpulan dari pengaruh Learning Approach terhadap Prestasi Belajar adalah bahwa dari uji korelasi antara Surface Approach terhadap Prestasi Belajar, antara

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kecemasan orang tua terhadap orientasi masa depan anak yang mengalami tunarungu ditinjau dari tugas perkembangan masa