PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA RINGAN DARI PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA
MATERI UANG KELAS V SDLB WANTUWIRAWAN SALATIGA
JURNAL
PENELITIAN EKSPERIMEN
Dosen Pengampu : Erlina Prihatnani S.Si., MP.d
Diajukan untuk Mememui Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: Natalia Wibawati
202013060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA RINGAN
DARI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA
MATERI UANG KELAS V SDLB WANTU WIRAWAN SALATIGA
Natalia Wibawati1, Erlina Prihatnani2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW , email:
[email protected] 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW , email: [email protected]
Abstrak
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk juga anak tunagrahita. Tunagrahita dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu, tunagrahita ringan (IQ 70-50), tunagrahita sedang (IQ 30-30) dan tunagrahita berat (IQ <30). Tidak semua tunagrahita ringan telah memiliki kemampuan membaca nilai uang, memahami nilai dari sekumpulan uang dan memecahkan masalah matematika terkait proses jual beli. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hitung materi uang siswa tunagrahita ringan merancang dan menerapkan pembelajaran CTL pada materi bilangan dalam permasalahan yang melibatkan uang untuk meningkatkan kemampuan hitung uang bagi siswa tunagrahita ringan. Hasil penelitian menunjukan bahwa S1 memiliki memapuan ingat mata uang baik, saat diminta untuk menyebutkan nominal uang subjek dengan cepat dapat menyebutkan namun subjek lemah dalam mengoprasikan uang. S2 tidak begitu paham nominal uang, namun kelebihan dari S2 adalah subjek memiliki kemampuan baik ketika mengoprasikan uang. S3 lemah dalam pengoprasian uang jika dikombinasi dengan uang receh, namun ketika diminta untuk menghitung sekelompok mana uang subjek mampu melakukan dengan baik.
Kata kunci : CTL (Contectual Teaching and Learning), uang, tunagrahita
Pendahuluan
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk juga anak berkebutuhan khusus (ABK), sebagaimana tertera pada UU RI nomor 20 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan” (Depdiknas, 2013: 12). Menurut Thompson (2014: 2). Anak yang mengalami kesulitan atau ketidakmampuan belajar dipandang kurang sempurna, sehingga takjarang mereka diasingkan dan ditolak oleh masyarakat. Salah satu contohnya adalah penyandang tunagrahita. Anak tunagrahita adalah individu yang mengalami keterbelakangan mental dengan ditunjukan fungsi kecerdasan di bawah rata-rata dan ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku yang terjadi pada masa perkembangan, dan kondisi itu memerlukan perlakuan spesifik untuk dapat mengembangkan diri, yang dimaksud dengan di bawah rata-rata adalah jika perkembangan umur kecerdasan anak keterbelakangan atau di bawah pertumbuhan usiannya (Bramuaji Cahya, 2009: 9-11).
dasar. Matematika sangat penting untuk kehidupan praktis sehari-hari, karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah yang selalu dalam kehidupan semua orang, seperti halnya dalam ketrampilan berkaitan dengan menghitung saat melakukan jual beli (berbelanja). Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa tunagrahita ringan khususnya pada kemampuan penalaran mata uang masih kurang, terbukti pada saat penukaran uang mereka tidak mengerti nominal mata uang yang seharusnya mereka peroleh. Terlebih lagi saat istirahat mereka menggunakan uang saku mereka untuk membeli makanan, anak tunagrahita kesulitan untuk membayar berapa nominal yang harus diberikan kepada penjual. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan uang akan mudah diterima oleh penyandang tunagrahita jika dibawakan dengan menarik sesuai dengan dunianya. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pendekatan CTL. Menurut Suherman (2009), pendekatan CTL adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan) kejadian pada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep matematika yang dibahas. Menurut Jonhson( Rikrik D, 2011) CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
METODE
Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian eksperimen dengan model The one Group Pretest-Posttest (Emir. 2008:96), yaitu penelitian eksperimental dimana kelompok tunggal menjadi fokus utama untuk diteliti, tetapi tidak ada perbandingan dengan kelompok nonperlakuan. Kelebihan desain ini adalah memasukkan prates untuk menentukan skor garis belakang, pos-tes untuk menentukan garis akhir dan membandingkan tingkat akademik sebelum memperoleh treatmen. Keberhasilan treatmen ditentukan dengan membandingkan nilai pre-test dan post-tes.
Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa tungrahita ringan kelas V SDLB Wantu Wirawan Salatiga yang berjumlah 3 orang, yaitu Feri (S1), Andhika (S2) dan Riski (S3). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan pemahaman soal pre-test yang diberikan kepada siswa pada pertemuan pertama untuk mengukur kemampuan awal siswa. Selanjutnya subyek diberikan treatment sebanyak 3 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran CTL ( Contectual teaching learning ), kemudian di pertemuan selanjutnya siswa mengerjakan soal post-test sebagai pengukuran akhir.
Tabel 1. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test
SK: 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
KD: 1.5 Mememcahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang
No Indikator Indikator Soal Pengaplikasian Soal
Skor
1.
Kesetaraan nilai mata uang
Diberikan macam-macam kelompok mata uang, siswa diminta untuk menconteng mana saja kelompok mata uang yang dapat di tukarkan dengan uang Rp 10.000,00
Soal no.1 2
Diberikan beberapa kolom matauang, siswa diminta untuk mengisi berapa jumlah uang yang harus ditukarkan sesuai nominalyang sudah ditentukan
Soal no.3 3
2.
Menghitung nilai sekelompok mata
uang
Diberikan beberpa kelompok berisikan gambar mata uang, kelompok pertama Rp 100 – Rp 1.000, kelompok kedua Rp 1.000 – Rp 10.000, kelompok ketiga Rp 10.000 – Rp 50.000, kelompok keempat Rp 50.000 – Rp 100.000, kelompok kelima diatas Rp 100.000 siswa diminta untukmenghitung tiap kelompok mata uang tersebut.
Soal no.2 2 3. Menghitung harga sekelompok barang
Diberikan sekelompok barang beserta harganya dan siswa diminta untuk menghitung jumlah harga barang tersebut dengan cara menconteng uang yang harus dibayarkan secara pas
Soal no.4 3
4.
Menghitung uang kembalian dari barang yang dibeli
Diberikan sekelompok barang beserta harganya, siswa diminta untuk menghitung kembalian dari uang yang ada
Soal no.5 5
Diberikan daftar barang beserta harga dan uang yang dimiliki. Siswa diminta untuk menghitung apakah uang kembalian dapatdigunakan untuk membeli barang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kemampuan Awal Siswa
Kondisi Awal Kemampuan Hitung Kesetaraan Nilai Mata Uang
Data kemampuan awal siswa diperoleh dari pre-test yang berjumlah 8 butir soal. Pre-test digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai kemampuan hitung uang.
Tabel 2. Kemampuan awal kesetaraan nilai mata uang Indikator: kesetaraan nilai mata uang
Subjek Gambar Uraian
S1
Pada dasarnya S1 belum lancar dalam membaca, sehingga guru harus membacakan apa yang dimaksut dari soal tersebut. Setelah guru membacakan soal nomor 1 dan 3 S1 dapat mengerjakan soal, namun dari soal nomor 1 S1 hanya menjawab 1 dari 3 jawaban yang seharusnya diberi tanda centang oleh S1. Hal ini dikarenakan S1 kurang teliti dalam menghitung jumlah mata uang dan memiliki pola pikir ketika menukarkan uang hanya bisa ditukar dengan satu pilihan. S1 kesulitan dalam mengerjakan soal nomor 3, terkesan asal-asalan saat menghitung soal nomor 3 karena ketika mengerjakan S1 terus saja bertanya-tanya bagaimana cara menghitungnya.
S2
S3
S3 tidak jauh berbeda dengan subjek sebelumnya, S3 hanya menconteng 1 pilihan benar dari 3 pilihan benar yang ada. Berbeda dengan sabjek yang lainnya, S3 terlihat tenang dalam mengerjakan soal pre-test. S3 menjawab soal nomor 3 tanpa menghitung terlebih dahulu sehingga semua jawaban yang dijawab oleh S3 pada soal nomor 3 salah.
Garis besar dari indikator kesetaraan nilai mata uang adalah semua subjek berpendapat hanya ada satu jawaban dari 6 pilihan jawaban dan 3 pilihan jawaban yang benar dari soal nomor 1. Semua subjek salah ketika menjawab soal nomor 3.
Tabel 3. Kemampuan awal Kemampuan Hitung Nilai Sekelompok Mata Uang Indikator: Kemampuan Hitung Nilai Sekelompok Mata Uang
Subjek Gambar Uraian
S1
S1 pandai dalam menyebutkan nilai nominal uang, namun kurang teliti dalam mengerjakan. Hasil analisis deskripsi kemampuan awal subjek S1 dapat dilihat pada Gambar 4. S1 mampu menjawab 2 jawaban dengan benar dari 5 yang seharusnya di jawab oleh subjek, namun nampak nya S1 masihkesulitan dalam menghitung uang yang lebih dari ratusan ribu.
S2
S3
S3 dapat menjawab 3 jawaban benar dari 5 soal yang ada, hanya saja S2 kurang teliti ketika menghitung jumlah mata uang dibawah dua puluh ribu. Sama halnya dengan S2, S3 belum mampu menghitung jumlah uang diatas seratus ribu.
Dari uraian, dapat disimpulkan bahwa subjek S1 masih kesulitan ketika mengerjakan penghitungan nilai sekelompok mata uang lebih dari lima puluh ribu rupiah, sedangkan subjek S2 dan S3 kesulitan saat menghitung lebih dari seratus ribu rupiah.
Tabel 4. Kemampuan awal penghitungan harga sekelompok barang Indikator: Kemampuan Hitung Harga Sekelompok Barang
Subjek Gambar Uraian
S1
S1 terlihat tidak menambahkan terlebih dahulu harga barang yang debeli untuk mengertahui berpa uang yang harus dibayarkan, namun S1 mencentang uang dengan melihat harga barang satu persatu. S1 kesulitan ketika uang yg seharusnya di centang tidak ada, sehingga S1 hanya mencentang uang seadanya
S2
S2 terlihat sudah menambahkan semua harga barang yang dibeli, namun ketika menjumlahkan harga barang yang dibeli, S2 melakukan salah penempatan penjumlahan uang hingga hasil jawaban total yang harus di bayarkan salah
S3
Kesalahan yang sama juga dilakukan oleh S3, S3 melakukan kesalahan penempatan penjumlahan belas ribuan dengan ribuan. Sehingga S3 salah dalam mencentang uang yang seharus nya dibayarkan.
Pada indikator ini, subjek belum melakukan tahap menjumlahkan harga barang-barang yang dibeli, subjek hanya langsung mencentang uang yang bernilai besar yang sekiranya cukup untuk membayar barang-barang tersebut.
Tabel 5. Kemampuan awal penghitungan uang kembalian dari barang yang dibeli Indikator: Kemampuan Hitung Uang Kembalian dari Barang yang Dibeli
S1
S1 terlihat sudah menambahkan semua harga barang yang dibeli, namun S1 tidak menghitung kembalian dari uang yang disediakan, S1 hanya menjawab total pembelian barang-barang tersebut. nampaknya S1 sudah kelelahan ketika mengerjakan soal nomor 6, sehingga subjek hanya menjawab masih tanpa menghitung terlebih dahulu.
S2
Ketika mengerjakan soal nomor 5, S2 melakukan kesalahan hitung saat menjumlahkan barang yang di beli, namun secara proses S2 sudah benar hanya sajakurang teliti. Ketika mengerjakan soal nomor 6, S2 menambahkan semua daftar harga barang, namun yang dilakukan S2 tidak sesuai perintah
S3
Ketika mengerjakan soal nomor 5, S3 hanya melakukan kesalahan pengurangan saat menghitung kembalian. Namun saat mengerjakan soal nomor 6, S3 salah dalam penempatan ribuan dengan belas ribuan saat menjumlahkan harga barang yang dibeli.
Dapat subjek belum melakukan tahap penjumlahan harga barang yang dibeli. Subjek kesulitan ketika mengerjakan soal nomor 6, dikarenakan subjek harus menghitung dari kembalian apakah dapat digunakan untuk membeli satu barang yang bernilai Rp 15.000,00
Penerapan CTL dalam pembelajaran untuk tunagrahita ringan Pertemuan ke-1
Community ), hanya ada 3 meja yang disusun menjadi satu dan semua subjek duduk mengelingi meja tersebut, dengan begitu peneliti bisa mengontrol seluruh subjek. Uang ditelatkan di tengah meja, untuk menata nilai masing-masing mata uang peneliti meminta bantuan semua subjek ( Contructivism ). Peneliti mengambi uang Rp 5.000,00 dan mengambil 5 lembar uang Rp 1.000,00 untuk membericontoh, baru lah peneliti menjelaskan bahwa nilai 1 lembar uang Rp 5.000,00 senilai dengan 5 lembar uang Rp 1.000,00. Selanjutnya peneliti meninta masing-masing subjek untuk mencari uang yang senilai dengan Rp.10.000,00 sampai Rp 100.000,00. Awalnya seluruh subjek hanya dapat menukarkan uang dengan uang yang semua nilainya sama. Peneliti memerintahkan subjek untuk mencari uang yang senilai Rp 20.000,00 dengan peraturan uang yg bisa di gunakaan adalah lima ribuan, dua ribuan dan seribuan. Maing-masing subjek memiliki kemampuan yang berbeda, ada yang mampu menemukan 1 kelompok uang yang senilai dengan Rp 20.000,00 ada yang dapat menemukan 2 kelompok uang yang senilai dengan Rp 20.000,00 ( Inquiry ). Untuk mengecek sejauh apa subjek memahami pembelajaran, peneliti memberikan LK ( Lembar Kerja ) kepada setiap subjek ( Reflection )
Pertemuan ke-2
Pertemuan kedua untuk mencapai indikator menghitung sekelompok nilai mata uang. Pada pertemuan kedua, peneliti menyiapkan beberapa potong kertas yang berisikan sekelompok mata uang beserta nominal dan penulisannya. Antar subjek diminta untuk secara cepat mencari pasangan antara mata uang dengan nominal dan penulisannya lalu ditempelkan pada kertas karton ( Learning Community ). Untuk mengecek sejauh apa subjek memahami pembelajaran, peneliti memberikan LK ( Lembar Kerja ) kepada setiap subjek ( Reflection )
Pertemuan ke-3
Pertemuan ketiga untuk mencapai indikator menghitung harga sekelompok barang dan menghitung kemballian. Peneliti dengan subjek melakukan simulasi jual-beli. Peneliti menyiapkan barang beserta haftar harga barang-barang tersebut, sebelumnya masing-masing subjek diberi dompet yang berisikan 1 lebar uang Rp 100.000,00, 1 lembar uang Rp 50.000,00, 2 lembar uang Rp 20.000,00, 4 lembar uang Rp.10.000,00, 4 lembar uang Rp 5.000,00, 5 lembar uang Rp 1.000,00 dan beberapa uang koin. Masing-masing subjek diminta untuk membeli 3 barang kemudian subjek menghitung total harga barang yang dibeli dan membayarkan dengan uang pas. Kegiatan ini diulangi beberapa kali dengan barang yang berbeda, ketika subjek kehabisan uang kecil untuk membayarkan secara pas, mereka dapat menukarkan uang mereka kepada peneliti, dengan persyaratan subjek harus menghitung sendiri berapa jumlah uang yang dapat ditukarkan. Kemudian masing-masing subjek dimminta untuk membeli 3 barang dan menghitung berapa total harga barang-barang tersebut, setiap subjek harus membayarkan dengan uang Rp 20.000,00 dan subjek harus menghitung kembalian mereka ( Inquiry ).. Subjek diminta untuk membeli 4 barang dan menghitung total harga barang yang dibeli namun subjek diminta untuk membayarkan dengan uang Rp 50.000,00 dan menghitung kembalian mereka. Untuk mengecek sejauh apa subjek memahami pembelajaran, peneliti memberikan LK ( Lembar Kerja ) kepada setiap subjek ( Reflection )
Tabel 6. Perkembangan Subjek Disetiap Perlakuan
Subjek Perlakuan
1 2 3
S1
Subjek kurang teliti dan terburu-buru dalam menjawab, namun sudah lebih baik dalam menyebutkan nominal uang
Subjek belum lancar dalam membaca, sehingga subjek terlihat lamban dalam melakukan kegiatan
subjek berkemampuan baik dalam menyebutkan uang yang harus dibayarkan ketika membeli sekelompok barang
S2
Walaupun terkadang subjek terlihat sibuk sendiri, ternyata subjek memiliki kemampuan baik dalammen dengarkan sehingga mengerti pembelajaran.
Subjek masih kurang teliti ketika menyebutkan jumlah uang dengan nominalnya
Subjek sudah tidak salah dalam penempatan
penjumlahan sibuan dengan belas ribuan.
S3
Subjek lebih cekatan dalam mengelompokan nominal uang
Subjek sudah baik dalam menyebutkan nominal uang beseta penulisannya
Sama halnya dengan S2, subjek sudah lebih cepat dalam menghitung kembalian .
Deskripsi Kemampuan Akhir Siswa
Kondisi Akhir Kemampuan Hitung Kesetaraan Nilai Mata Uang
Data kemampuan akhir subjek diperoleh dari post-tes yang berjumlah 8 butir soal, soal post-test memiliki kriteria sama dengan pre-test, hanya saja diacak dalam setiap soalnya. Post-test digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai kemampuan hitung uang.
Tabel 7. Kemampuan akhir kesetaraan nilia mata uang Indikator: Kemampuan Hitung Kesetaraan Nilai Mata Uang
Subjek Gambar Uraian
S1
Sepeti halnya saat pre-test, saat post-test punpeneliti juga membacakan soal. Setelah peneliti membacakan soal nomor 1 dan 3 S1 dapat mengerjakan soal, namun dari soal nomor 1 S1 mencentang 4 pilihan jawaban ketiganya benar namun satu jawaban yang dijawab oleh S1 salah. Nampaknya S1 sudah mengalami kemajuan dalam menjawab soal nomor 3, subjek mampu menjawab dengan benar soal nomor 3.
S2
S3
Hasil post-test menunjukan S3 tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal nomor 1. S3 pun menjawab dengan benar soal nomor 3
Subjek sudah mampu membangun pola pikir bahwa ketika menukarkan uang yang senilai tidak hanya terdapat satu mata uang uang yang senili. Soal nomor 3 mampu dikerjakan subjek dengan benar.
Tabel 8. Kemampuan akhir penghitungan nilai sekompok mata uang Indikator: Kemampuan Hitung Nilai Sekelompok Mata Uang
Subjek Gambar Uraian
S1
Subjek diminta untuk menghitung jumlah kelompok mata uang yang sudah disediakan. Jika sebelumnya S1 masih banyak melakukan kesalahan dalam penulisan nominal dari sekelompok mata uang, saat mengerjakan post-test masih ada 1 soal yang salah.
S2
S3
S3 dapat menjawab 4 jawaban benar dari 5 soal yang ada, samahalnya dengan S1, S2 salah saat menghitung nilaisekempok mata uang yang berjumlah Rp 20.500,00.
Subjek sudah mampu melampaui indikator penghitungan nilai sekelompok mata uang, hal tersebut terlihat dari kepercayaan subjek ketika menjawab soal nomor 2 tersebut. kesulitan sedikit dialamiolehsetiap subjek karena mereka memulai menghitung jumlah uang yang bernilai besar terlebih dahulu.
Tabel 9. Kemampuan akhir penghitungan harga sekelompok barang Indikator: Kemampuan Hitung Harga Sekelompok Barang
Subjek Gambar Uraian
S1
Langkah S1 dalam menghitung total harga yang harus dibayarkan sudah benar, begitupun saat mencentang uang yang harus dibayarkan. Hasil analisis deskripsi kemampuan akhir pada indikator
S2
Tahap S2 dalam mengerjakan penghitungan sekelompok mata uang sudah benar, namun ketika perintah mencentang uang yang harus di bayarkan, subjek mencentang uang seratus rupiah.
S3
Saat mengerjakan post-test, S3 sudah berhasil mengerjakan dengan benar. Mengingat saat pre-test, subjek melakukan kesalahan penempatan saat menjumlahkan.
Dapat dilihat dari ketiga subjek melakukan tahaban yang benar yaitu menjumlahkan harga barang-barang yang dibeli kemudian uang yang dimiliki dikurangi dengan jumlah barang-barang yang dibeli.
Tabel 10. Kemampuan akhir penghitungan uang kembalian dari barang yang dibeli Indikator: Kemampuan Hitung Uang Kembalian dari Barang yang Dibeli
S1
Langkah S1 dalam mengerjakan soalnomor 5 dan nomor 6 sudah benar, subjek sudah melakukan tahap uang yang dimiliki dikurangi total harga yang dibeli, walaupun dilihal pada coretan S1 saat menghitung sebelumnya ada kesalahan lalu subjek menghitung utang
S2
Saat mengerjakan soal nomor 5 dan nomor 6 S2 mengerjakan dengan benar dan rapi.
S3
Dari hasil penelitian dapat diketahui kesulitan subjek dalam pemahaman materi uang adalah subjek sudah mengerti bagaimana cara menghitung kembalian, terlebih lagi saat barang yang dibeli harganya sudah mencapai puluh ribuan. Subjek menghapal nominal uang berdasarkan warna uang tersebut sebagian dari subjek kesulitan ketika mengoprasikan uang jika dikombinasikan denngan uang receh.
Perbedaan Kemampuan hitung pada Materi Uang untuk Ketiga Subjek
Tabel 11. Perbedaan kemampuan hitung
Indikator kemampuan Subjek
S1 S2 S3
Kesetaraan nilai mata
uang
Awal
Subjek memiliki pengetahuan yang baik ketika menyebutkan nominal uang, subjek berpendapat hanya ada satu jawaban ketika menukarkan uang yang senilai
Subjek belum mengerti bagaimana cara mencari uang yang senilai, subjek mengerti setelah guru
memberikan satu contoh
Ketika menukarkan uang yang senilai subjek hanya milih nilai uang yang mudah, jika di kombinasikan dengan uang receh sunjek belum mampu mengoprasikan
akhir
Langkah subjek ketika menghitung nilai sekelompok uang sudah baik dengan menghitung satu persatu dengan teliti sehingga subjek mempu melampaui indikator tersebut
Subjek mampu melampaui indikator dengan baik. Walaupun saat pembelajaran subjek kurang memperhatikan, ternyata subjek mengerti dengan caranya sendiri
Subjek sudah mampu mengoprasikan uang receh saat menghitung uang yang senilai.
Awal
Subjek kesulitan ketika menghitung uang yang lebih dari lima puluh ribu rupiah, subjek dapat menyebutkan nominal namun belum mampu menuliskan dalam bentuk matematika
Subjek kesulitan ketika menghitung
sekelompok mata uang yang lebih dari seratus ribu rupiah, subjek hanya menyebutkan seratus kemudian diikuti dengan puluhan ribu dari uang tersebut
Kesulitan yang dialami subjek adalah subjek belum mampu
menghitung sekelompok uang yang
dikombinasikan dengan uang receh dan
menghitung uang yang lebih dari ratusan ribu rupiah
akhir
Subjek mampu melampaui indikator dengan baik, mampu menghitung uang yang lebih dari seratus ribu rupiah.
Subjek mampu melampaui indikator dengan baik, terbukti subjek mampu mengerjakan
penghitungan lebih dari
ratusan ribu rupiah Menghitung harga sekelompok barang Awal
Pada indikator ini subjek tidak
menghitung harga dari barang-barang yang dibeli
Kesalahan yang sama dialami oleh subjek, subjek hanya
membayarkan barang yang dibeli dengan uang uang
bernilaibesar
Sama halnya dengan subjek pertama dan kedua, subjek belum melapaui indikator ini
akhir
Subjek sudah mapu melampaui indikator dengan baik.
Subjek sudah mapu melampaui indikator dengan baik.
Subjek sudah mapu melampaui indikator dengan baik. Menghitung uang kembalian dari barang yang dibeli Awal
Subjek ketika diminta untuk menghitung kembalian subjek belum melakukan tahap menjumlahkan harga barang yang dibeli.
sama halnya dengan subjek yang pertama, subjek hanya langsung menulis kembalian dan tidak menghitung total harga barang yang dibeli.
Subejk hanya langsung menulis jawaban dengan tidak
memperhatikan perintah dari soal tersebut.
akhir
Subjek sudah mampu melampaui indikator dengan baik, saat diminta untuk
menghitung kembalian subjek menjumlahkan terlebih dahulu barang yang dibeli.
Subjek mampu melampaui indikator, dengan subjek mampu menghitung kembalian dari setiap pembelian yang dilakukan.
Ketika guru meminta subjek untuk
menghitung kembalian dan kembaliannya harus menggunakan receh subjek mampu melakukannya
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpilkan bahwa S1 memiliki memapuan ingat mata uang baik, saat diminta untuk menyebutkan nominal uang subjek dengan cepat dapat menyebutkan namun subjek lemah dalam mengoprasikan uang. S2 tidak begitu paham nominal uang, namun kelebihan dari S2 adalah subjek memiliki kemampuan baik ketika mengoprasikan uang. S3 lemah dalam pengoprasian uang jika dikombinasi dengan uang receh, namun ketika diminta untuk menghitung sekelompok mana uang subjek mampu melakukan dengan baik.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution. (1978). Landasan Matematika. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Putri Anindita.(2013). Deskripsi Kemampuan Siswa Tunagrahita Ringan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Tipe-tipe Perkalian. Skripsi. Salatiga: FKIP UKSW Amin. Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung.Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Abdurrahman, Mulyono. (1994). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Bramuaji Chya. (2009). Identifikasi Faktor Penyebab Tunagrahita Siswa Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY Andang Suherman. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Warlia Artika
Johnson, Elaine B. (2011). Contectual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa Erma Suherman. Dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Bandung: Jica Tri Wijayati. (2011). Pengembangan Strudent Worksheet Bahasa Inggris SMP Kelas VIII Pada Pelajaran Aljabar Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pendekatan P emecahan Masalah Berbasis Kontruktivisme. Skripsi tidak diterbitkan. UNY Destina Vidya Prastiwi. (2011). Hubungan Antara Konsentrasi Belajar dengan Prstasi Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Sekecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. Skripsi tidak diterbitkan. UNY
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Krisnawati, Yulia. & Swarsih, Madya. (2004). Jurnal Penelitian dan Evaluasi: Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Kontekstual di SLTP N egeri 25 Surabaya. Yogyakarta: PPS UNY.
Mardapi, Djemari. (2004). Implementasi Kurukulum Berbasis Kompetensi. Bandar Lampung: HEPI.
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.