53
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pungutan Liar (Pungli) yang saat ini tengah fokus diberantas
pemerintah, terjadi di hampir seluruh wilayah
Indonesia.Untuk memberantas pungutan liar, tidak bisa
hanya dipercayakan ke kepolisian khususnya anggota
Reskrim Polres Temanggung dalam menjalankan tugasnya
harus mampu mengendalikan dan meminimalisir
kendala-kendala dalam yang ada baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Hal ini bertujuan agar kejadian pungutan liar dapat
dihindari dan diberantas, sehingga menekan angka kejadian
kejahatan atau pidana. Adapun peran masyarakat dalam
membantu tugas kepolisian juga menjadi faktor penentu
untuk keberhasilan tugas polisi, masyarakat sebagai warga
Negara yang baik harus bersikap aktif dalam membantu
kinerja kepolisian, apabila terjadi suatu tindak pidana harus
berani menindak pelaku dan berperan aktif menjadi saksi
dalam proses penyidikan karena saksi dan korban memiliki
54
peranan yang penting dalam proses penyidikan pada tahap
pertama proses peradilan pidana.
2. Peran Kepolisian dalam memberantas pungutan liar tidak
dapat dilakukan secara independent. Karena bawasaannya hal
ini seperti yang sudah dibahas dalam Bab II, pungutan liar
melibatkan banyak pihak, sehingga jika polisi hanya bekerja
sendiri tanpa mengkoordinasi pihak – pihak yang
bersangkutan, maka mustahil untuk dapat diberantas.
Pungutan liar yang dalam hal ini terjadi di temanggung sudah
lama menyita perhatian dari Polres Temanggung. Untuk itu
saat ini mulai disiapkan upaya nyata dari Polres yang
berkerja sama dengan orang terkait supaya pungutan liar
dapat diatasi atau diberantas.
B. Saran
1. Pungutan Liar (pungli) adalah fakta yang praktiknya dapat
dilakukan oleh mereka yang memiliki kewenangan atau
kekuasaan atas kepentingan publik, dan masyarakat sangat
bergantung pada mereka.Masyarakat ada dalam posisi
membutuhkan dan merasa dirinya ada dalam posisi
”memohon” yang harus tunduk pada ”syarat-syarat” yang
55
pemberantasan pungli sebagai bagian reformasi hukum bisa
dibenarkan. Masyarakat harus mulai berani melaporkan
praktik- praktik pungli.Masyarakat tidak perlu merasa dirinya
sebagai objek yang dapat diperlakukan sewenangwenang
melalui praktik pungli karena secara yuridis justru
masyarakat berhak mendapatkan pelayanan baik dari negara
sesuai denan peraturan hukum yang berlaku.
2. Namun upaya pemerintah untuk memberantas pungli yang
sangat masif itu bukan hal yang mudah dilaksanakan di
tingkat lapangan.Jadi pungli menjadi semakin masif karena
ada sinergi kepentingan pemegang kewenangan publik
dengan masyarakat (publik) selaku pihak yang
membutuhkan. Praktik pungli dengan demikian, harus
ditindak tegas oleh negara. Oleh karena itu langkah
pemberantasan praktik pungli, melalui Perpres Nomor 87
Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungli harus
dibuktikan di lapangan, dan masyarakat pun harus berani ikut
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2011. dalam repository.usu.ac.id
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012
Andizaenal.2005. Asas-Asas Hukum Pidana (BagianPertama), Bandung
Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007)
Koencaraningrat, Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan Jakarta, PT. Gramedia, 1974,
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2008
Momo Kelana dalam www. hukumonline.co.id
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidan
Soedjono D. SH., Pungli analisa hukum & Kriminologi, Penerbit Sinar Baru Bandung, Cet.II, Maret 1983
Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana:Raja Grafindo Persada
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia
Peraturan
Undang-Undang No. 3 Tahun 1971
Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011
Pasal 368 KUHP
Pasal 415 KUHP
Pasal 418 KUHP
Pasal 421 KUHP
UU No. 2 tahun 2002