• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Di Lingkungan Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Di Lingkungan Perusahaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara hukum dengan tegas membuat suatu peraturan demi terciptanya keadilan. Hukum sendiri mengatur segala tingkah laku manusia agar sejalan dengan rasa adil tersebut. Hukum menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah.

Pengertian hukum menurut pendapat beberapa ahli hukum adalah sebagai berikut:1

1. E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia:

“Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu.”

2. A. Ridwan Halim dalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia dalam Tanya

Jawab menguraikan:

“Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat.”

3. Sunaryati Hartono, dalam bukunya Capita Selecta Perbandingan Hukum,

mengatakan:

“Hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi seseorang, akan tetapi menyangkut dan mengatur berbagai aktivitas manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya, atau dengan perkataan lain, hukum mengatur pelbagai aktivitas manusia di dalam hidup bermasyarakat.”

4. E. Meyers, dalam bukunya De Algemene begrippen van het Burgerlijk Recht,

menulis:

(2)

“Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan tugasnya.”

5. Immanuel Kant, dalam bukunya Inleiding tot de Rechtswetnschap:

“Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.”

6. Leon Duguit, dalam bukunya Traite de Droit Constitutional:

“Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.”

7. J. Van Apeldoorn, dalam bukunya Inleiding tot de studie van het Nederlandse

recht:

“Tidak mungkin memberikan definisi kepada hukum karena begitu luas yang diaturnya. Hanya pada tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai.” Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Dengan berusaha mencari

keseimbangan antara memberi kebebasan kepada individu dan melindungi masyarakat terhadap kebebasan individu. Mengingat bahwa masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang menyebabkan terjadinya interaksi maka akan selalu terjadi konflik atau ketegangan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat. Hukum berusaha menampung ketegangan atau konflik ini sebaik-baiknya.2

Negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan

kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, dalam Dwi Winarno, 2006).3

Di Indonesia, konsep negara hukum tercantum di dalam UUD 1945, yang menjelaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rehtstaat) tidak berdasarkan atas

Dalam pelaksanaannya, negara hukum harus menjunjung keadilan sebagai tujuan dari hukum itu sendiri.

(3)

kekuasaan belaka (machstaat). Oleh karena itu negara tidak boleh melaksanakan aktivitasnya atas dasar kekuasaan belaka, tetapi harus berdasarkan pada hukum.4

Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi

Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah yang sangat berguna bagi masyarakat, tetapi tidak hanya untuk menikmati kekayaan alam semata, sebagai masyarakat kita juga wajib menjaga kelestariannya. Menjaga lingkungan apalagi

mengenai sumber daya alam patutlah dilaksanakan, begitupun dengan perusahaan yang menjalankan kegiatannya dibidang sumber daya alam.

5

dan distribusi6 guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan menggabungkan berbagai faktor produksi, yaitu manusia, alam dan modal7. kegiatan produksi dan distribusi umunya dilakukan untuk memperoleh laba8. Namun ada juga kegiatan produksi yang tujuannya bukan mencari laba. Seperti sosial, keagamaan, dll. Hasil suatu produksi dapat berupa barang dan jasa.9

Menurut Meijers, badan hukum adalah meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban. Ia menambahkan bahwa badan hukum itu merupakan suatu realitas, konkrit, riil, walaupun tidak bisa diraba, bukan khayal, atau merupakan suatu yuridische realiteit (kenyataan yuridis). Logemann, menyebut badan hukum sebagai suatu personifikasi atau perwujudan (bestendigheid) hak dan kewajiban. Sementara itu, E. Utrecht, menyatakan badan hukum adalah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa badan hukum itu adalah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau lebih tepat yang bukan manusia.

Suatu badan hukum sudah jelas memiliki aturan demi tercapainya kepastian hukum di dalamnya. Begitu pula dengan Perseroan Terbatas (PT) yang merupakan badan hukum sudahlah menjadi kewajiban Perseroan Terbatas (PT) tersebut untuk memperhatikan lingkungan.

10

4 http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-negara-hukum-dan-ciri-cirinya.html 5 Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.

6 Distribusi adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa yang dibuat dari produsen ke konsumen agar tersebar luas.

7 Modal adalah sesuatu yang digunakan untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha, modal bisa berupa uang dan tenaga (keahlian).

8 Laba adalah keuntungan yang merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

9 http://chalouiss.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-dan-bentuk-perusahaan-atau.html?m=1 10 Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 18. Dikutip dari Mulhadi, Diktat,

HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Medan, 2014, hal. 69-70.

(4)

merupakan suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi. Sri Soedewi Machsun Sofwan menjelaskan bahwa manusia adalah badan pribadi (manusia tunggal). Selain dari manusi tunggal, dapat juga oleh hukum diberikan kedudukan sebagai badan pribadi kepada wujud lain yang disebut badan hukum, yaitu kumpulan dari orang-orang yang secara bersama-sama mendirikan suatu badan (baik perhimpunan orang maupun perkumpulan harta kekayaan) untuk tujuan tertentu, seperti yayasan.11 Di samping itu, Wirjono Prodjodikoro juga mengemukakan pengertian suatu badan hukum yaitu badan, di samping manusia perseorangan yang dianggap dapat bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, juga kewajiban-kewajiban dan hubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.12

Perseroan Terbatas merupakan bentuk badan usaha yang paling sempurna diantara berbagai bentuk badan usaha lainnya seperti Maatschap, Firma maupun Persekutuan Komanditer (CV). Namun demikian, keberadaan PT tidak bisa dilepaskan dari bentuk-bentuk badan usaha yang lebih sederhana tersebut diatas, walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa PT (karena berkembang lebih maju) sudah bukan species dari bentuk-bentuk badan usaha sederhana di atas.13

H. Van der Tas, dalam Kamus Hukum menerjemahkan Maatschap sebagai perseroan,14 perikatan,15 persekutuan.16 Fockema Andreae, menerjemahkannya sebagai perseroan, perseroan perdata.17 R. subekti dalam terjemahan BW menyebut istilah Maatschap sebagai persekutuan. Penulis lain menerjemahkannya sebagai persekutuan perdata atau perserikatan perdata (burgelijke maatschap).18

11 Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 19. Dikutip dari Mulhadi,

HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hal.74.

12 Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 20. Dikutip dari Mulhadi,

HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hal. 74.

13 Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Medan, 2014, hal. 79.

14 Perseroan adalah badan hukum yang dapat memiliki harta kekayaan, menandatangani perjanjian, mengadakan utang-piutang dan hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi. 15 Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih di dalam lapangan harta kekayaan dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak yang lain mempunyai kewajiban atas suatu prestasi.

16 Persekutuan adalah perikatan antara dua orang atau lebih untuk menjalankan bisnis sebagai pemilik bersama dengan tujuan mendapatkan laba.

17 Perseroan perdata adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama bersama.

18 Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 35.

(5)

perusahaan. Namum persekutuan yang dimaksud adalah persekutuan perdata khusus.19 Menurut Soenawar Soekowati, Maatschap adalah suatu organisasi kerja sama dalam taraf permulaan dalam suatu usaha. Yang dimaksudkan dalam taraf permulaan disini adalah bahwa Maatschap merupakan suatu badan yang belum menjadi perkumpulan badan hukum. Ia merupakan bentuk badan yang paling sederhana, sebagai dasar dari bentuk-bentuk badan usaha yang telah mencapai taraf yang sempurna (berbelit-belit) pengaturannya. Jadi, Maatschap bentuknya belum sempurna, artinya belum memiliki pengaturan yang rumit atau belum memenuhi unsur-unsur sebagai badan hukum.20

Molengraaff memberikan pengertian Firma dengan menggabungkan pasal 16 dan pasal 18 WvK, yaitu suatu perkumpulan (vereniging) yang didirikan untuk menjalankan perusahaan di bawah nama bersama dan yang mana anggota-anggotanya tidak terbatas tanggung jawabnya terhadap perikatan Firma dengan pihak ketiga.

Menurut Pasal 16 KUHD, “Persekutuan Firma ialah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama”.

21

Schilgaarde mengatakan Persekutuan Firma sebagai persekutuan terbuka terang-terangan

(openbare vennotschap) yang menjalankan perusahaan dan tidak mempunyai persero komanditer.22 Menurut Slagter, Firma adalah suatu perjanjian (een overeenkomst) yang ditujukan ke arah kerja sama di antara dua orang atau lebih secara terus menerus untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah suatu nama bersama. Agar memperoleh keuntungan atas hak kebendaan bersama (gemeenschappleijk vermogensrechtelijk voordeel) serta guna mencapai tujuan pihak-pihak di antara mereka yang mengikatkan diri untuk memasukkan uang, barang, kerja, nama baik atau kombinasi dari padanya ke dalam perusahaan.23

Molengraaff melihat CV sebagai suatu perkumpulan (vereeniging) perjanjian kerja sama, dimana satu atau lebih sekutu mengikatkan diri untuk memasukkan modal tertentu

Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschap) dalam Pasal 19 KUHD, Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap), adalah persekutuan yang didirikan oleh satu orang atau lebih yang secara tangung menanggung bertanggung jawab seluruhnya (solider) pada pihak pertama (sekutu komplementer), dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (sekutu komanditer) pada pihak lain.

19 Ibid, hal. 36.

20 Mulhadi, op. Cit, hal. 36.

21 M. Natzir said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (Perorangan), (Bandung: Alumni, 1987), hal. 117. Dikutip dari buku Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 45.

22 M. Natzir said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (Perorangan), (Bandung: Alumni, 1987), hal. 117. Dikutip dari buku Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 45.

(6)

untuk perkiraan bersama oleh satu atau lebih sekutu lain menjalankan perusahaan niaga (handelsbedriif).24

“Manusia” (person) dalam dunia hukum adalah subjek hukum atau pendukung hak dan kewajiban. Setiap manusia adalah pembawa hak (subjek hukum) dan mampu melakukan perbuatan hukum atau mengadakan hubungan hukum yang harus diikuti dengan adanya kecakapan hukum (rechbekwaamheid) dan kewenangan hukum (rechtsbevoedgheid).25

Menurut Meijers, badan hukum meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban. Ia menambahkan bahwa badan hukum itu merupakan suatu realitas konkret, riil, walaupun tidak dapat diraba, bukan khayal, atau merupakan suatu juridische

realiteit (kenyataan yuridis). Logemann, menyebut badan hukum sebagai suatu personifikasi atau perwujudan (bestendigheid) hak dan kewajiban. Sementara itu, E. Utrecht, menyatakan badan hukum adalah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa badan hukum itu adalah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau yang lebih tepat bukan manusia.26

Dalam KUHD, tidak satu pasal pun yang menyatakan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum. Pernyataan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum baru ditemukan dalam rumusan pengertian Perseroan Terbatas yang diatur dalam Pasal 1 butir (1) UU PT 1995. Demikian juga, hal yang sama diatur dalam ketentuan Pasal 1 butir (1) UU PT 2007. Dengan demikian, sebagai badan hukum jelas bahwa Perseroan Terbatas merupakan pendukung hak dan kewajiban atau subjek hukum.27

24 M. Natzir said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (Perorangan), (Bandung: Alumni, 1987), hal. 188. Dikutip dari buku Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 57.

25 Mulhadi, op. Cit, hal. 73.

26 Chidir Ali, Badan hukum, (Bandung: alumni, 1991), hal. 18. Dikutip dari buku Mulhadi,

Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 73-74

27 Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, 2014, hal. 80.

Pasal 1 butir 1 UU PT 1995 berbunyi:

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peratuan pelaksananya”.

Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995 kemudian dirubah menjadi Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

Pasal 1 butir 1 UU PT 2007 berbunyi:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

(7)

Sebagai sebuah badan hukum, Perseroan Terbatas telah memenuhi unsur-unsur sebagai badan hukum sebagaimana telah diatur dalam UU PT. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:28

Menurut Pasal 10 UU PT 2007, permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan harus diajukan kepada Menteri paling lambat enam puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, yang dilengkapi dengan keterangan dokumen pendukung lainnya. Akta pendirian yang sudah ditandatangani tersebut menjadi batal jika para pendiri atau kuasanya (notaris) setelah lewat jangka waktu enam puluh hari tetap tidak mengajukan permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri. Dalam hal ini, Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum bubar karena hukum dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri sendiri.

a. Memiliki Pengurus dan organisasi teratur

b.Dapat melakukan perbuatan hukum (recht handeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechts betrekking), termasuk dalam hal ini dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan

c. Mempunyai harta kekayaan sendiri d. Mempunyai hak dan kewajiban e. Memiliki tujuan sendiri

Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan (Pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT). Dengan diperolehnya status badan hukum, maka tanggungjawab pendiri menjadi terbatas pada besarnya saham yang disetorkan.

29

Undang-Undang Republik Indonesia telah mengatur mengenai Corporate Social Responsibility yang selanjutnya dalam penulisan ini disebut sebagai CSR. Diantaranya yaitu didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Badan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. (Pasal 74 UU PT Tahun 2007).

28 Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, 2014, hal. 80.

(8)

Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Millik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.30

CSR lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang cenderung mengabaikan tanggung jawab sosialnya, seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, “ngemplang” pajak, menindas buruh, dan lain-lain. Kebanyakan perusahaan cenderung membuat jarak dengan masyarakat sekitar, program community development

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur mengenai CSR didalam Pasal 74 ayat 1 menyebutkan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.

31

biasanya bersifat charity32 seperti memberi sumbangan, santunan, sembako. Dengan konsep charity, kapasitas dan akses masyarakat tidak beranjak dari kondisi semula, tetap marginal, akibatnya tidak bisa memutus rantai kemiskinan dan benang kusut pendidikan.33

Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai CSR. Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi34 bukan lagi sebagai entitas35 yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga terelienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja. Korporasi sudah menjadi sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.36

Tanggung jawab sosial perusahaan dalam teori ekonomik klasik, sebuah perusahaan bertindak secara bertanggung jawab sosial jika perusahaan itu

menggunakan sumber-sumber daya seefisien mungkin untuk menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan oleh masyarakat pada harga yang para konsumen bersedia

membayar. Tujuan satu-satunya perusahaan ialah memaksimumkan profit37

sambil bertindak sesuai dengan undang-undang. Jika hal ini dilakukan, menurut para ekonom klasik, perusahaan telah melaksanakan tanggungjawab sosial utamanya. Akan tetapi, pendapat yang berasal dari buku adam Smith, The Wealth of Nations, ini tidak pernah

social-responsibility

31 Community Development (pengembangan masyarakat) dapat didefinisikan sebagai “Kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya).

32 Charity merupakan bagian dari CSR dan merupakan usaha peduli untuk membantu masyarakat berupa kegiatan sosial atau lingkungan yang pelaksanaannya tidak terprogram dan bersifat bantuan atau program amal.

33 Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Medan, 2014, hal. 98.

34 Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan atau kekayaan baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

35 Entitas adalah sebuah objek yang keberadaannya dapat dibedakan terhadap objek lain. 36 Adrian Sutedi, BUKU PINTAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS, Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), Jakarta, 2015, hal. 40.

(9)

diikuti tanpa syarat. Dunia usaha dan orang-orang bisnis telah melakukan modifikasi kepada prinsip pemaksimuman profit yang kaku itu untuk memberi perhatian kepada keprihatinan sosial.38

CSR yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan, berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produk dan pembayaran pajak kepada negara, seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut

perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat di sekitarnya, kegiatan opersional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan di sekitar operasional perusahaan.39 Dengan

dijalankannya CSR sesuai dengan aturan yang ada maka disini peran perusahaan sangat dibutuhkan. Keterlibatan bisnis dalam masalah sosial akan menghasilkan kondisi lingkungan yang baik (kondusif) bagi pengelolaan bisnis dalam jangka panjang.40 Masyarakat sekarang ini menuntut perusahaan, tidak hanya dari segi tanggung jawab terhadap kualitas produk barang atau jasa tapi juga menuntut tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan lain istilah perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial.41 Dengan dilaksanakannya CSR membuat masyarakat yakin bahwa perusahaan tersebut tidak hanya semata-mata mencari keuntungan saja, tetapi juga memperhatikan lingkungan perusahaan tersebut. Pembahasan bahwa perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial ini, sangat terasa penting dan tepat dengan berdasarkan Pancasila, yang menjadi dasar dalam segala bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Substansi dari Pancasila yaitu harus ada keselarasan, keharmonisan, keseimbangan diantara berbagai sektor kehidupan, sehingga dengan demikian

perusahaan-perusahaan yang ada di bumi Indonesia, mempunyai kewajiban, disamping mencari keuntungan ekonomis (tanggung jawab ekonomi), juga mempunyai tanggung jawab sosial, dengan memperhatikan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan diantara tanggung jawab tersebut.42

Kehadiran CSR dalam bisnis perusahaan menjadi lebih jelas dengan adanya perkembangan globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari adanya hal-hal berikut:43

38 Martono Anggusti, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, Books Terrace & Library, Bandung, 2010, hal. 1.

39 Ibid, hal. 3.

40 Martono anggusti, op. Cit, hal. 6.

41 Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, Mandar Maju, Surabaya, 2008, hal. 61.

42 Ibid., hal.66.

(10)

1. Pengelolaan risiko.

2. Perlindungan dan meningkatkan reputasi dan image perusahaan. 3. Membangun kepercayaan dan license to operate bagi perusahaan.

4.Meningkatkan efisiensi sumber daya yang ada dan meningkatkan akses terhadap modal.

5. Merespon atau mematuhi peraturan yang berlaku.

6. Membina hubungan baik dengan stakeholder seperti pekerja, konsumen, partner bisnis, investor yang mempunyai tanggungjawab secara sosial, regulator, dan komunitas dimana perusahaan itu beroperasi.

7. Mendorong pemikiran yang inovatif.

8. Membangun kesempatan untuk mengikuti pasar masa depan.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau lazim dikenal dengan nama CSR mendapatkan tempat khusus dalam hukum perseroan Indonesia yang diatur dalam UUPT, dan dengan adanya kewajiban penerapan CSR tersebut, perseroan terbatas di Indonesia dengan bidang usaha tertentu yang diatur dalam Pasal 74 UUPT tidak lagi semata-mata mencari keuntungan untuk kesejahteraan dan kemakmuran pemegang sahamnya, namun juga menyisihkan sejumlah dana (uang) untuk kegiatan (aktivitas) amal atau charity, sosial, dan pemeliharaan lingkungan (hidup).44

Agar pelaksanaan CSR juga mengakomodir kepentingan masyarakat, maka perlu diatur mekanisme transparansi dalam penggunaan dana CSR oleh perusahaan. Masyarakat sebagai beneficier

Kegiatan perusahaan dalam hal sosial dan pemeliharaan lingkungan di sekitar perusahaan tersebut memang sangat membantu masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Dengan dijalankannya CSR maka disini perusahaan telah memberikan peranan yang sangat besar, karena perusahaan tidak hanya saja mementingkan hasil dari kegiatannya untuk mendapatkan keuntungan.

45

yang menikmati CSR perlu mendapatkan akses yang memadai, khususnya terdapat informasi penggunaan dana CSR oleh perusahaan. Tujuannya agar perusahaan yang menjadikan CSR sebagai “kosmetik” dapat

mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat, dan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan dana CSR oleh perusahaan atau oknum-oknum yang memanfaatkan dana CSR untuk kepentingan yang bukan merupakan tujuan CSR itu sendiri. Paling tidak mekanisme transparansi ini dilakukan melalui ketersediaan publikasi khusus untuk memanfaatkan dana CSR.46 Oleh karena itu, meskipun tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan, tapi secara etis-moral, perusahaan harus mempunyai kepedulian sosial, karena sesuai dengan perkembangan zaman, perusahaan harus bertanggung jawab terhadap segala akibat yang dihasilkan perusahaan.47

44 Cornelius Simanjuntak dan Nataline Mulia, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 112.

45 Beneficier adalah penerima, dimana masyarakat sebagai penerima dari dana CSR. 46 Martono Anggusti, Ibid, hal. 65.

(11)

Terkait dengan penelitian yang Penulis lakukan di PT.Gergas Utama Kebun Gergas bahwasannya PT.Gergas Utama Kebun Gergas menjalankan kegiatannya di bidang perkebunan. Hal ini berarti PT.Gergas Utama Kebun Gergas memanfaatkan hasil sumber daya alam sebagai kegiatannya di dalam perseroan. Sebuah perseroan yang menjalankan kegiatannya dibidang sumber daya alam haruslah benar-benar menjaga kelestarian lingkungannya. Artinya bahwa PT.Gergas Utama Kebun Gergas tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus melaksanakan CSR sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai perseroan yang bergerak dibidang sumber daya alam.

Berdasarkah hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas CSR tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Di Lingkungan Perusahaan” (Studi PT.Gergas Utama Kebun Gergas Desa Gergas Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat).

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimankah pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama

Kebun Gergas ?

2. Bagaimanakah peran serta karyawan dan masyarakat dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas?

3. Bagaimanakah manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat dan lingkungan yang dilaksanakan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas.

2. Untuk mengetahui peran serta karyawan dan masyarakat dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas.

3. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat dan lingkungan yang dilaksanakan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat di dalam penulisan skripsi ini antara lain : 1. Dari segi teoritis

Penulisan ini diharapkan sebagai suatu bentuk literatur di bidang hukum khususnya untuk mengetahui secara konkrit pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas.

2. Dari segi praktis

(12)

pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas.

E.Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul : “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Di Lingkungan Perusahaan” pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas Desa Gergas Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat ini telah malalui proses

pemeriksaan pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU pada tanggal 14 Oktober 2016, sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini metode yang digunakan penulis ialah : 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif empiris, yaitu penelitian yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu. Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum itu sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang. Penelitian hukum normatif empiris ini terdapat 2 tahap. Tahap 1 kajian mengenai hukum normatif (undang-undang). Tahap 2 kajian mengenai hukum empiris berupa terapan

(implementasi) peristiwa hukum tersebut. Sehingga penelitian ini membutuhkan data sekunder dan data primer.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah sifat penelitian deskriptif, yang menyajikan, menggambarkan, dan memaparkan mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian ini didapatkan melalui bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dimana data penelitian didapat dari kepustakaan yang mencakup berbagai buku, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan kepustakaan lain serta internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta didukung oleh data yang diperoleh dari studi lapangan di PT.Gergas Utama Kebun Gergas.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu : a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari kaedah dasar, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. b. Bahan Hukum Sekunder

(13)

Serta dalam penelitian ini didukung oleh data sekunder yang didapat dari penelitian lapangan pada PT.Gergas Utama kebun Gergas.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui field research (penelitian lapangan) yang dilakukan melalui wawancara serta library research melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan.

5. Analisis Data

Didalam suatu penelitian analisis data merupakan suatu tahap yang penting, dan penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis, selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berasal dari studi kepustakaan dan didukung dengan studi lapangan sehingga diperoleh penelitian yang bersifat deskriptif.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai karya ilmiah, skripsi ini memiliki sistematika yang teratur dan terperinci didalam penulisannya agar dimengerti maksud dan tujuannya. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan ini menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) Dalam bab ini diuraikan sejarah perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR), pengertian Corporate Social Responsibility (CSR), pengaturan hukum mengenai Corporate Social Responsibility (CSR), dan bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility

BAB III : PERAN PERUSAHAAN DALAM PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Dalam bab ini diuraikan manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh Perusahaan, dan akibat hukum terhadap Perusahaan yang tidak melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).

BAB IV : ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI LINGKUNGAN PT.GERGAS UTAMA KEBUN GERGAS

(14)

dan masyarakat dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas, manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat dan lingkungan yang dilaksanakan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi dengan judul “Uji Efek Antelmintik Ekstrak Metanol Daun Inai (Lawsonia Inermis L.) terhadap Cacing Gelang Ayam (Ascaridia galli Schrank.)

Kekuasaan Eksekutif adalan lembaga/kekuasaan yang menjalankan peraturan dan perundang-undangan (termasuk lembaga yang mengadili terhadap pelanggaran

Hal tersebut menunjukan bahwa adanya perusahaan yang bereputasi di Indonesia berdasarkan majalah Media Bisnis Indonesia yang berjudul “100 Excellent Growth Company Ranks 2018”

Adsorpsi asam humat pada permukaan padatan merupakan proses yang kompleks yang tergantung pada sifat permukaan zeolit alam dan sifat larutan asam humat itu

Variasi capit pada Gambar 3 (b) sama dengan variasi pada Gambar 3 (a) dalam hal tidak menunjukkan adanya gigi (gape) pada dactil maupun pollex; bagian ujung dari

Besarnya kompensasi pegawai yang bekerja di lapangan berbeda dengan pekerjaan yang bekerja dalam ruangan, demikian juga kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan berbeda

KAST adalah suatu program kemitraan yang melibatkan usaha besar dan usaha menengah (inti), usaha kecil (petani plasma) dengan melibatkan bank syairah sebagai pemberi dana