BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance
2.1.1 Sejarah Good Corporate Governance
Konsep Corporate Governance yang komprehensif mulai berkembang sejak setelah kejadian The New York Stock Exchange Crash pada 19 Oktober 1987 dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek New York, mengalami kerugian finansial yang cukup besar. Saat itu untuk mengantisipasi permasalahan internal perusahaan, para eksekutif melakukan rekayasa keuangan yang intinya bagaimana menyembunyikan kerugian perusahaan atau memperindah penampilan kinerja manajemen dan laporan keuangan. Yang dilakukan tidak hanya window dressing tetapi juga financial engineering. Pada situasi kondisi bisnis kondusif, penyimpangan kelakuan baik oleh oknum maupun secara kolektif dalam perusahaan sangat kabur, namun pada saat kesulitan, mulailah terbuka segala macam sumber-sumber penyimpangan (irregularities) dan penyebab kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari kelakuan profiteering, commercial crime hingga economic crime.
diantaranya sistem hukum yang buruk, tidak konsistennya standar akuntansi dan audit, praktek-praktek perbankan yang lemah dan kurangnya perhatian Board of Directors (BOD) terhadap hak-hak pemegang saham minoritas.
Karena hal-hal tersebut diatas maka pada dasarwarsa 1990-an muncullah tuntutan-tuntutan agar GCG diterapkan secara konsisten dan komprehensif. Tuntutan ini datang secara beruntun. Tuntutan ini disuarakan oleh berbagai lembaga investasi baik domestik maupun mancanegara. Diantara lembaga-lembaga tersebut termasuk didalamnya ialah World Bank, IMF, OECD, dan APEC. Lembaga-lembaga ini berkesimpulan bahwa prinsip-prinsip dasar GCG seperti fairness, transparency, accountability, dan stakeholder concern dapat menolong perusahaan dan membantu perekonomian negara yang sedang tertimpa krisis agar dapat bangkit kearah yang lebih sehat dan mampu bersaing serta dikelola dengan dinamis dan profesional. Tujuannya adalah agar mempunyai daya saing yang tangguh dan untuk mengembalikan kepercayaan investor. GCG diyakini sebagai kunci sukses bagi suatu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta menguntungkan dalam jangka panjang (Ahmad, 2006)
korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
2.1.2 Definisi Good Corporate Governance
Pengertian Good Corporate Governance menurut PBI nomor 11/33/PBI/2009 pasal 1 angka 10, Good Corporate Governance yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness).
mengarahkan dan mengendalikan operasional perusahaan agar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Di Indonesia sendiri, Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya.
Menurut Komite Cadbury, Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya.
Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan: 1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya. 2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
1. Corporate Governance menitikberatkan pada metode (struktur) dari mana penentuan tujuan perusahaan dilakukan dan metode untuk mencapai tujuan tersebut diawasi secara periodik.
2. Corporate Governance mengarah pada penentuan peran, tanggung jawab dan pemisahaan kekuasaan dalam sistem yang kompleks.
2.1.3 Konsep Good Corporate Governance
IICG menjelaskan Internalisasi konsep Corporate Governance dan
membangun komitmen terhadap GCG bagi suatu perusahaan merupakan awal
membangun GCG sebagai sistem. Internalisasi Corporate Governance
menjadi sebuah sistem di perusahaan yang membutuhkan pendekatan dan
mekanisme yang disepakati oleh organ perusahaan dan menjadi pedoman
bersama bagi seluruh insan perusahaan. Dalam membangun komitmen
terhadap GCG di perusahaan juga memerlukan tingkat kesadaran dan
pemahaman terhadap praktik dan manfaat GCG dari seluruh organ dan
anggota perusahaan sehingga dapat menciptakan suasana kondusif dan tekad
bersama dalam menegakkan GCG.
Penerapan Corporate Governance di suatu perusahaan perlu
mendapatkan perhatian penuh dan selalu dilakukan upaya pemantauan dan
perbaikan kualitasnya. Salah satu upaya pemantauan praktik Corporate
Governance yaitu melalui evaluasi secara berkala baik dalam bentuk evaluasi
memastikan tingkat pemenuhan kualitas Corporate Governance secara
berkala dan berkesinambungan.
Penerapan prinsip Good Corporate Governance adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.
2.1.4 Prinsip-prinsip Good Corporate Gorvernance
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 menimbang bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance di dalam industri perbankan syariah harus memenuhi prinsip syariah (sharia compliance); bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 menjelaskan Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan syariah harus berlandaskan pada lima prinsip dasar, yaitu
a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.
c. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaianpengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
d. Profesional (professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah.
e. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholdersberdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.5 Unsur-unsur Good Corporate Governance
Menurut Sutedi (2011:43) terdapat dua unsur good corporate governance terdiri dari:
a. Unsur internal adalah unsur yang berasal dari dalam perusahaan seperti pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan dan komite audit.
b. Unsur Eksternal adalah unsur yang berasal dari luar perusahaan dan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, seperti undang-undang, perangkat hukum, investor, akuntan publik, institusi penyedia informasi dan pengesah legalitas.
Dalam Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 disebutkan bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance terdiri dari : a. Dewan Komisaris, wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG.
b. Direksi, bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah
2.1.6 Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar yang telah di atur oleh Bank Indonesia bahwa bank (dalam hal ini perbankan syariah) wajib berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pelaksanaan Good Corporate Governance.
Pelaksanaan Good Corporate Governance perbankan syariah tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh pengelolaan bank yang sesuai dengan lima prinsip dasar dan sesuai dengan prinsip syariah, akan tetapi juga ditujukan untuk kepentingan yang lebih luas. Kepentingan ini antara lain adalah untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah.
Menurut Sutojo dan Aldridge (2005:5-6), Good Corporate Governance mempunyai lima macam tujuan utama. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non-pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors (BOD) dan manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors (BOD) dengan manajemen senior perusahaan.
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders,
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value,
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
2.2 Manajemen Risiko
2.2.1 Definisi Manajemen Resiko
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 mendefinisikan Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa(events) tertentu. Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
Idroes (2008:5) mendefinisikan Manajemen Risiko adalah suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.
2.2.2 Jenis-jenis Risiko Perbankan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Pasal 5 Angka 1 menyebutkan beberapa jenis resiko perbankan sebagi berikut :
2. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
3. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
4. Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
5. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
7. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah.
9. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank. 10. Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut
menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.
2.2.3 Tujuan Penerapan Manajemen Risiko
Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank dimasa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan yang sistematis yang didasarkan atas ketersedian informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank dan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha bank yang relatif kompleks, serta menciptakan infrastruktur infrastruktur yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.
2.3 Laba Bank
2.3.1 Definisi Laba
Menurut Kamus Perbankan Laba adalah setiap keuntungan keuangan yang diambil manfaatnya. Selanjutnya Laba adalah kelebihan pendapatan atas biaya. Dalam Kasmir (2008:1) definisi dari laba adalah “Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas), Yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha lainnya”.
Perusahaan Jasa seperti perbankan dikatakan laba apabila pendapatan lebih besar dari beban-beban yang terjadi, sebaliknya dikatakan rugi apabila pendapatan lebih kecil daripada beban-beban yang terjadi.
Sebaliknya apabila total pendapatan lebih kecil dari nilai total biaya maka bank mengalami kerugian”.
Berdasarkan penjelasa berbagai pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan laba dalam penelitian ini merupakan laba bersih.
2.3.2 Unsur-unsur Laba 2.3.2.1 Unsur pendapatan.
Unsur-unsur pendapatan dalam bisnis perbankan biasanya meliputi: a. Bunga pinjaman yang diperoleh dari nasabah.
b. Kompensasi atas jasa (pelayanan) yang diberikan oleh bank, seperti konsultasi untuk menyusun kajian kelayakan
c. Laba atas investasi portepel (kumpulan sekuritas yang dimiliki atau atas nama investor;sekuritas).
2.3.2.2Unsur Biaya
Unsur-unsur biaya dalam bisnis perbankan biasanya meliputi: a. Bunga yang dibayar kepada penitipan (deposan).
b. Gaji dan upah personalia bank
2.4 Tinjauan Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu (skripsi) tentang penerapan Good Corporate Governance & Manajemen Risiko, yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
a. Ibnu Austrindanney (2010), dengan judul Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Penerapan Good Corporate Governance tidak memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas perusahaan (ROA);
b. Ristifani (2009); dengan judul Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dan Hubungannya terhadap Kinerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Hasil penelitian disimpulkan bahwa Implementasi Good Corporate Governance menunjukkan hubungan yang kuat terhadap kinerja perusahaan;
Tabel 2.1 Tinjauan terdahulu
No Nama Peneliti
dan Tahun Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1.
PERUSAHAAN GO PUBLIC
DI INDONESIA
Variabel Independen : Penerapan GCG Variabel Dependen : Profitabilitas
Perusahaan
Variabel Penerapan Good Corporate Governance tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
perusahaan dalam hal ini ROA
2.
Ristifani (2009)
Analisis Implementsi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance(GCG) Dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Variabel Independen: implementasi prinsip Good
Corporate
Governance (GCG)
dalam perusahaan Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan
Variabel Implementasi prinsip Good Corporate Governance
berpengaruh terhadap kinerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
3. Shofwatul Uyun (2011)
Pengaruh Manajemen Resiko, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel manajemen risiko berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap ROA, namun
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka yang dikemukakan, diketahui bahwa dengan penerapan Good Corporate Governance dan Manajemen Resiko dalam perusahaan akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan di ukur dengan laba perusahaan.Bagaimanakah pelaksanaan Good Corporate Governance dan Manajemen Resiko pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan pengaruhnya terhadap Laba perusahaan.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
PT. Bank Muamalat dalam mencapai visi misinya serta aktifitasnya dalam menghimpun dana, menyalurkan kredit (pembiayaan) dan menawarkan jasa-jasa keuangan harus memastikan bahwa pengelolaan aset dilakukan secara hati-hati serta perusahaan akan menjalankan bisnisnya sesuai dengan standar dan etika
PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk
MENGHIMPUN DANA
MENYALURKAN DANA
JASA-JASA KEUANGAN
TATA KELOLA PERUSAHAAN (GOOD CORPORATE
MANAJEMEN RISIKO (RISK MANAGEMENT)
yang berlaku. Oleh sebab itu, pentingnya melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik serta memiliki kebijakan manajemen resiko dalam mengelola berbagai jenis risiko dari aktifitas perbankan.