KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN SELAMA PERAWATAN DI RUANGAN ICU/ICCU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
AHMAD THALIBKERINCI SUNGAI PENUH JAMBI
SKRIPSI
Oleh :
Aditya Pradana
101101009
Prakata
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
penyertaanNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICCU Rumah
Sakit Umum Daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi”.
Ucapan terimah kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian
proposal ini, sebagai berikut :
1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu dekan I Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota S.Kp MNSsebagai Pembantu dekan II Fakultas Keperawatan
USU dan sekaligus juga sebagai dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat
berharga dalam penulisan skripsi ini.
4. Ikhsanudin Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas
Keperawatan USU
5. Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns. M.Kep sebagai Penguji 1 dan sekaligus juga
sebagai dosen Pembimbing Akademik selama Perkuliahan.
6. Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNs yang telah menempatkan kesediaan
waktunya sebagai Penguji 2
7. Dr. Arman Sp.M selaku Direktur RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci yang telah memberikan izin dalam proses
pengambilan data pada saat survey awal.
8. Ayahanda Bustomi dan Ibunda Yefni Tetti yang selalu mendoakan,
9. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah
mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada
semua pihak yang membantu dan mendukung penulis. Penulis menerima saran
dan kritik yang barsifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan,8 Juli 2014
DAFTAR ISI
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6
2.1.Konsep ICU ... 6
2.1.1.Defenisi ICU... 6
2.1.2.Pembagian ICU berdasarkan kelengkapan... 7
2.1.3.Sistem pelayanan ruang ICU... 8
2.1.4.Perawat ICU... 12
2.2.Konsep Keluarga ... 13
2.2.1.Defenisi Keluarga... 13
2.2.2.Peran Keluarga... 14
2.2.3.Dukungan Sosial Keluarga... 15
2.2.4.Dukungan keluarga pada pasien dengan perawatan ICU... 17
2.3.Konsep Kebutuhan Keluarga Pasien ... 18
2.3.1.Defenisi Kebutuhan Keluarga... 18
2.3.2.Faktor yang mempengaruhi kebutuhan keluarga... 19
2.3.3.Kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU... 20
Bab 3. Kerangka Konseptual ... 25
3.1.Kerangka Penelitian ... 25
3.2.Defenisi Operasional ... 27
3.2.1.Kebutuhan Biologi... 27
3.2.2.Kebutuhan Psikolososial... 28
3.2.3.Kebutuhan Sosial... 28
3.2.4.Kebutuhan Spiritual... 28
Bab 4. Metodologi Penelitian ... 29
4.1.Desain Penelitian ... 29
4.2.Populasi dan sampel... ... 29
4.3.Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
4.7.Prosedur Pengumpulan Data ... 33
4.8.Analisa Data ... 34
Bab 5. Hasil Dan Pembahasan... 35
5.1.Hasil Penelitian... 35
5.1.1.Data demografi responden... 35
5.1.2.Gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahSungai Penuh Jambi... 37
5.2.Pembahasan... 41
Bab 6. Kesimpulan Dan Saran... 47
6.1.Kesimpulan... 47
6.2.Saran... 48
6.2.1.Bagi Praktek Keperawatan... 48
6.2.2.Bagi rumah sakit... 48
6.2.3.Bagi Pendidikan keperawanan... 48
6.2.4.Bagi penelitian selanjutnya... 48
Lampiran-Lampiran
1. Lembar Persetujuan responden 2. Kueioner Penelitian
3. Jadwal Penelitian 4. Taksasi Dana
5. Daftar Riwayat Hidup 6. Lembar bukti bimbingan
7. Tabel Kerja Uji Reliabilitas dengan rumus KR 20 8. Tabulasi Data Penelitian
9. Data SPSS
10. Surat Survei awal dari FKep USU
11. Surat Balasan Survei awal dari Rsud Mayjend Ahmad Thalib Kerinci 12. Surat Pengambilan Data Penelitian dari Fkep USU
13. Surat Balasan Pengambilan Data dari Rsud Mayjend Ahmad Thalib Kerinci 14. Surat Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari Fkep USU
15. Surat Balasan Pengambilan Data Penelitian uji Reliabilitas dari Rsud Mayjend Ahmad Thalib Kerinci
16. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Fakultas Keperawatan USU
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden {n=30}... 36
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara biologi di ruang rawat ICU (n=30)... 38
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU (n=30)... 39
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU (n=30)... 40
Judul : Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi
Penulis : Aditya Pradana
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik : 2013/2014
Abstrak
Kebutuhan keluarga adalah unsur yang dibutuhkan oleh anggota keluarga dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis individu-individu dalam keluarga tersebut yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat Di RuanganICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi dengan menggunakan desain deskripsi eksploratif. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU adalah berupa terpenuhinya kebutuhan biologi yaitu tersedia ruang tunggu keluarga pasien 26 (87%), ada area untuk tempat beristirahat 26 (87%).Kebutuhan secara psikososial yaitu keluarga menerima informasi yang akurat dari perawat ICU 29 (97%), keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang memperhatikan 30 (100%).Kebutuhan secara sosial itu yaitu keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29 (97%), keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan 29 (97%),dan yang terakhir kebutuhan secara spiritual yaitu tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25 (83%), keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26 (87%).Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak managemen di Rumah Sakit untuk memfasilitasi pemenuhan Kebutuhan keluarga pasien selama perawatan di ruangan ICU dirumah sakit umum daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi
Title : The picture of the needs of the patients' family during Treatment at ICU Room at RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi
Writer : Aditya Pradana
Faculty : Faculty of Nursing
Academic Year : 2013/2014
Abstract
Family's needs is an element needed by family members in maintaining either physiologic or psychological balance of individuals in the family that aim to lead a life and maintain health. This research aimed to identify the overview of the needs of the patients' families waiting for their family being treated in the treatment room of ICU Room in RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi by using descriptive explorative design. Sample of this research were 30 people in total with total sampling for the sample collecting technique . The research brought to light results that the needs of the patients' family in the ICU room was the fulfillment of biological needs namely the availability of waiting rooms for patients' family 26 (87%), the availability of areas for resting 26 (87%). Psychosocial needs was that families receive accurate information from nurses in the ICU 29 (97%), families feeling comfortable if nurses in ICU pay attention and care for them 30 (100%). Social needs was that families were given explanation concerning the patients' progress 29 ( 97%), families were informed about the patients' conditions after a measure/medication was conducted 29 (97%), and the last one was spiritual needs which was the availability of places of praying/worship 26 (87%). The result of this research is expected to give inputs to the management personnels in the Hospital in order to facilitate the fulfillment of the needs of the patients' families during treatment in the ICU room of RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi.
Judul : Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi
Penulis : Aditya Pradana
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik : 2013/2014
Abstrak
Kebutuhan keluarga adalah unsur yang dibutuhkan oleh anggota keluarga dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis individu-individu dalam keluarga tersebut yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat Di RuanganICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi dengan menggunakan desain deskripsi eksploratif. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU adalah berupa terpenuhinya kebutuhan biologi yaitu tersedia ruang tunggu keluarga pasien 26 (87%), ada area untuk tempat beristirahat 26 (87%).Kebutuhan secara psikososial yaitu keluarga menerima informasi yang akurat dari perawat ICU 29 (97%), keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang memperhatikan 30 (100%).Kebutuhan secara sosial itu yaitu keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29 (97%), keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan 29 (97%),dan yang terakhir kebutuhan secara spiritual yaitu tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25 (83%), keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26 (87%).Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak managemen di Rumah Sakit untuk memfasilitasi pemenuhan Kebutuhan keluarga pasien selama perawatan di ruangan ICU dirumah sakit umum daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi
Title : The picture of the needs of the patients' family during Treatment at ICU Room at RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi
Writer : Aditya Pradana
Faculty : Faculty of Nursing
Academic Year : 2013/2014
Abstract
Family's needs is an element needed by family members in maintaining either physiologic or psychological balance of individuals in the family that aim to lead a life and maintain health. This research aimed to identify the overview of the needs of the patients' families waiting for their family being treated in the treatment room of ICU Room in RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi by using descriptive explorative design. Sample of this research were 30 people in total with total sampling for the sample collecting technique . The research brought to light results that the needs of the patients' family in the ICU room was the fulfillment of biological needs namely the availability of waiting rooms for patients' family 26 (87%), the availability of areas for resting 26 (87%). Psychosocial needs was that families receive accurate information from nurses in the ICU 29 (97%), families feeling comfortable if nurses in ICU pay attention and care for them 30 (100%). Social needs was that families were given explanation concerning the patients' progress 29 ( 97%), families were informed about the patients' conditions after a measure/medication was conducted 29 (97%), and the last one was spiritual needs which was the availability of places of praying/worship 26 (87%). The result of this research is expected to give inputs to the management personnels in the Hospital in order to facilitate the fulfillment of the needs of the patients' families during treatment in the ICU room of RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga adalah supporting system yang sangat penting dalam proses
penyembuhan pasien.Suatu kontribusi, keluarga memiliki peran dan fungsi, antara
lain mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan
kepada anggota keluarganya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal
balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada (Friedman. 1998).Supporting keluarga sangat
penting bagi pasien yaitu saat kondisi sehat maupun sakit klien. Secara konsep
kondisi sehat biasanya pasien membutuhkan pemenuhan kebutuhan akan
psikososial yang merupakan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan
sosialisasi yang akan menjadi sumber energi kebahagiaan keluarga. Sementara
dari kondisi sakitnya pasien lebih membutuhkan rasa aman nyaman ketika
keluarga berada didekat pasien sehingga terpenuhi hubungan terapeutik antar
keluarga (Friedman, 1998).
Jika ada anggota keluarga yang sakit maka salah satu respon anggota
keluarga yang lain adalah membawanya ke pelayanan kesehatan. Pasien
yangmerupakan tempat untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Keluarga juga dapat menjadi kontrol bagi kehidupan (Potter, 2005).
Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah pusat layanan krisis
memberikan layanan gawat darurat bagi klien yang mengalami krisis kehidupan.
Pusat layanan ini dapat beroperasi diluar rumah sakit atau di komunitas dan
sebagian besar menyediakan layanan telepon 24-jam. Beberapa juga menyediakan
konseling langsung bagi klien di pusat layanan tersebut atau dirumah. Tujuan
utama pusat layanan krisis adalah membantu individu menghadapi krisis yang saat
ini sedang terjadi dan memberikan panduan dan dukungan terapi jangka panjang.
Perawat yang bekerja dipusat layanan krisis harus memiliki keterampilan
komunikasi dan konseling yang baik. Perawat harus segera mengidentifikasi
masalah klien, menawarkan bantuan untuk membantu klien tersebut menghadapi
masalah, dan mungkin mengarahkan klien ke berbagai sumber untuk dukungan
jangka panjang. (Kozier, 2010).
Secara khusus bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis
(critical care patiens) dalam kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi
(high levels of emotional distress).Para peneliti mendapatkan data peningkatan
kejadian stress (elevated levels of distress) yang dialami oleh keluarga pasien
adalah segera setelah pasien berada di ICU (just after the patients admission to the
ICU) (Azizahkh, 2010). Disamping itu perawatan pasien di ruang ICU
menimbulkan stres bagi keluarga pasien juga karena lingkungan rumah sakit,
tingkat stres keluarga karena kurang terpenuhinya kebutuhan keluarga pada saat
menunggu klien di ruagan ICU.
Karakter khusus di Indonesia, khususnya di Jambi bahwa salah satu bentuk
supporting keluarga terhadap aggota keluarga yang sakit dengan menunggu
anggota keluarganya di rumah sakit.Mengingat pentingnya peran/support keluarga
inilah maka perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan keluarga pasien yang
menunggu keluarganya yang dirawat di ruang ICU dimana hal yang diketahui
adalah kenyataan bahwa pelayanan kesehatan dan fasilitas rumah sakit lebih
difokuskan kepada pasien saja. Padahal dengan memperhatikan kebutuhan pasien
dan keluarga, rumah sakit dapat menciptakan lingkungan yang saling mendukung
untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien.
Kebutuhan yang dimiliki setiap individu bersifat heterogen. Setiap orang
pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena alasan faktor
budaya. Berbagai kebutuhan keluarga ketika menunggu anggota keluarga saat di
rumah sakit baik kebutuhan fisik maupun fasilitas, maka kebutuhan tersebutpun
ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan
prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan
berpikir lebih keras dan bergera untuk berusaha mendapatkannya. Kebutuhan
dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penyakit, hubungan
keluarga, aktualisasi diri, kebutuhan rasa aman nyaman.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai kebutuhan kelurga pasien selama perawatan di ruangan
1.2.Pertanyaan Penelitian
Apakah kebutuhan keluarga pasien ketika menunggu keluarganya yang
sedang sakit di ruang rawat ICU RSU Mayjend Ahmad Thalib Kerinci?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan keluarga klien ketika
menunggu keluarganya yang sedang sakit di ruang rawat ICU RSU Mayjend
Ahmad Thalib Kerinci Jambi
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat masukan bagi perawat menjadi acuan dalam
upaya peningkatan pelayanan keperawatan mengenai kebutuhan fasilitas
penunjang untuk kenyamanan keluarga pasien ketika menunggu
keluarganya yang sedang sakit di ruang rawat ICU.
1.4.2 Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen rumah sakit
agar sebagai pertimbangan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan
lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang memadai bagi kepada
1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi evidence based practice
untuk menambah wawasan dan pengetahuan keperawatan tentang
kebutuhan keluarga yang sedang menunggu pasein di ruang rawat ICU.
1.4.4 Bagi Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar data awal untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep ICU
1.1 Definisi ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien
dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas
defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga
merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis
erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan
medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau
perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ
tubuh lainnya (Rab,2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang
khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
1.2 Pembagian ICU berdasarkan kelengkapan
Berdasarkan kelengkapan penyelenggaraan maka ICU dapat dibagi atas
tiga tingkatan. Yang pertama ICU tingkat I yang terdapat di rumah sakit kecil
yang dilengkapi dengan perawat, ruangan observasi, monitor, resusitasi dan
ventilator jangka pendek yang tidak lebih dari 24 jam. ICU ini sangat bergantung
kepada ICU yang lebih besar. Kedua, ICU tingkat II yang terdapat pada rumah
sakit umum yang lebih besar di mana dapat dilakukan ventilator yang lebih lama
yang dilengkapi dengan dokter tetap, alat diagnosa yang lebih lengkap,
laboratorium patologi dan fisioterapi. Yang ketiga, ICU tingkat III yang
merupakan ICU yang terdapat di rumah sakit rujukan dimana terdapat alat yang
lebih lengkap antara lain hemofiltrasi, monitor invasif termasuk kateterisasi dan
monitor intrakranial. ICU ini dilengkapi oleh dokter spesialis dan perawat yang
lebih terlatih dan konsultan dengan berbagai latar belakang keahlian ( Rab, 2007).
Terdapat tiga kategori pasien yang termasuk pasien kritis yaitu : kategori
pertama, pasien yang di rawat oleh karena penyakit kritis meliputi penyakit
jantung koroner, respirasi akut, kegagalan ginjal, infeksi, koma non traumatik dan
kegagalan multi organ. Kategori kedua, pasien yang di rawat yang memerlukan
propilaksi monitoring oleh karena perubahan patofisiologi yang cepat seperti
koma. Kategori ketiga, pasien post operasi mayor.
Apapun kategori dan penyakit yang mendasarinya, tanda-tanda klinis
penyakit kritis biasanya serupa karena tanda-tanda ini mencerminkan gangguan
pada fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan neurologi (Nolan et al. 2005).
kesadaran (misalnya letargi, konfusi / bingung, agitasi atau penurunan tingkat
kesadaran) (Jevons dan Ewens, 2009).
1.3 Sistem pelayanan ruang ICU
Penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit harus berpedoman pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di rumah sakit. Pelayanan ICU di rumah sakit meliputi beberapa hal, yang
pertama etika kedokteran dimana etika
Pelayanan di ruang ICU harus berdasarkan falsafah dasar "saya akan
senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dan berorientasi untuk dapat secara
optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Kedua, indikasi yang benar
dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien yang memerlukan intervensi
medis segera oleh tim intensive care, pasien yangmemerlukan pengelolaan fungsi
sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat
dilakukan pengawasan yang konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit
kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk
mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. Ketiga, kerjasama multidisipliner
dalam masalah medis kompleks dimana dasar pengelolaan pasien ICU adalah
pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang
memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di
dalam tim yang di pimpin oleh seorang dokter intensivis sebagai ketua tim.
seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation
(fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan
diagnosis dan terapi definitif. Kelima, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja
sama tim dimana setiap tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi
pasien misalnya sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan
evaluasi pasien sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi
kemudian kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,
memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota tim lainnya serta berkonsultasi dengan konsultan lain dan
mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim. Keenam, asas prioritas yang
mengharuskan setiap pasien yang dimasukkan ke ruang ICU harus dengan
indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena keterbatasan jumlah tempat
tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk. Ketujuh, sistem
manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainya koordinasi dan
peningkatan mutu pelayanan di ruang ICU yang memerlukan tim kendali mutu
yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya
memberi masukan dan bekerja sama dengan staf struktural ICU untuk selalu
meningkatkan mutu pelayanan ICU. Kedelapan, kemitraan profesi dimana
kegiatan pelayanan pasien di ruang ICU di samping multi disiplin juga antar
profesi seperti profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil
optimal maka perlu peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia) secara
berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua profesi. Kesembilan, efektifitas,
dan teknologi yang tinggi, multi disiplin dan multi profesi, jadi harus berdasarkan
asas efektifitas, keselamatan dan ekonomis. Kesepuluh, kontuinitas pelayanan
yang ditujukan untuk efektifitas, keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU.
Untuk itu perlu di kembangkan unit pelayanan tingkat tinggi (High Care Unit
=HCU). Fungsi utama. HCU adalah menjadi unit perawatan antara dari bangsal
rawat dan ruang ICU. Di HCU, tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU
tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan dan pemantauan yang lebih tinggi.
Unit perawatan kritis atau unit perawatan intensif (ICU) merupakan unit
rumah sakit di mana klien menerima perawatan medis intensif dan mendapat
monitoring yang ketat. ICU memilki teknologi yang canggih seperti monitor
jantung terkomputerisasi dan ventilator mekanis. Walaupun peralatan tersebut
juga tersedia pada unit perawatan biasa, klien pada ICU dimonitor dan
dipertahankan dengan menggunakan peralatan lebih dari satu. Staf keperawatan
dan medis pada ICU memiliki pengetahuan khusus tentang prinsip dan teknik
perawatan kritis. ICU merupakan tempat pelayanan medis yang paling mahal
karena setiap perawat hanya melayani satu atau dua orang klien dalam satu waktu
dan dikarenakan banyaknya terapi dan prosedur yang dibutuhkan seorang klien
dalam ICU ( Potter & Perry, 2009).
Pada permulaannya perawatan di ICU diperuntukkan untuk pasien post
operatif. Akan tetapi setelah ditemukannya berbagai alat perekam (monitor) dan
penggunaan ventilator untuk mengatasi pernafasan maka ICU dilengkap pula
racun pada serum termasuk kadar ureum yang tinggi maka ICU dilengkapi pula
dengan hemodialisa.
Pada prinsipnya alat dalam perawatan intensif dapat di bagi atas dua yaitu
alat-alat pemantau dan alat-alat pembantu termasuk alat ventilator, hemodialisa
dan berbagai alat lainnya termasuk defebrilator. Alat-alat monitor meliputi
bedside dan monitor sentral, ECG, monitor tekanan intravaskuler dan intrakranial,
komputer cardiac output, oksimeter nadi, monitor faal paru, analiser
karbondioksida, fungsi serebral/monitor EEG, monitor temperatur, analisa kimia
darah, analisa gas dan elektrolit, radiologi (X-ray viewers, portable X-ray
machine, Image intensifier), alat-alat respirasi (ventilator, humidifiers, terapi
oksigen, alat intubasi (airway control equipment), resusitator otomatik, fiberoptik
bronkoskop, dan mesin anastesi (Rab, 2007).
Peralatan unit kerja di ICU/ICCU yang begitu beragam dan kompleks serta
ketergantungan pasien yang tinggi terhadap perawat dan dokter karena setiap
perubahan yang terjadi pada pasien harus di analisa secara cermat untuk mendapat
tindakan yang cepat dan tepat membuat adanya keterbatasan ruang gerak
pelayanan dan kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga biasanya dibatasi dalam
hal waktu kunjungan (biasanya dua kali sehari), lama kunjungan (berbeda-beda
pada setiap rumah sakit) dan jumlah pengunjung (biasanya dua orang secara
bergantian).
Selain itu ICU juga merupakan tempat yang sering memberikan respon
kekhawatiran dan kecemasan pasien dan keluarga mereka karena kritisasi kondisi
pasien maupun keluarga, rumah sakit dapat menciptakan lingkungan yang saling
percaya dan mendukung dimana keluarga sebagai bagian integral dari perawatan
pasien dan pemulihan pasien secara utuh. (Kvale, 2011).
1.4 Perawat ICU
Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan tiga tugas utama
yaitu, life support, memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat
pengobatan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu
diperlukan satu perawat untuk setiap pasien dengan pipa endotrakeal baik dengan
menggunakan ventilator maupun yang tidak. Di Australia diklasifikasikan empat
kriteria perawat ICU yaitu, perawat ICU yang telah mendapat pelatihan lebih dari
duabelas bulan ditambah dengan pengalaman, perawat yang telah mendapat
latihan sampai duabelas bulan, perawat yang telah mendapat sertifikat pengobatan
kritis (critical care certificate), dan perawat sebagai pelatih (trainer) (Rab, 2007).
Di Indonesia, ketenagaan perawat di ruang ICU di atur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk
ICU level I maka perawatnya adalah perawat terlatih yang bersertifikat bantuan
hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk ICU level II diperlukan minimal 50% dari
jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU,
dan untuk ICU level III diperlukan minimal 75% dari jumlah seluruh perawat di
2. Konsep keluarga
2.1 Definisi keluarga
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan
anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Bagi lainnya, istilah
ini memiliki arti yang berlawanan. Keluarga bukan sekedar gabungan dari
beberapa individu (Astedt Kurki, et al.,2001). Keluarga memiliki keragaman
seperti anggota individunya dan seorang pasien memiliki nilai-nilai tersendiri
mengenai keluarganya (Potter & Perry, 2009)
Banyak ahli mendefenisikan tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang
digunakan dan orang yang mendefenisikannya. Friedman (1998) mendefenisikan
bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari
Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu
ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau anak
adopsi, dan tingggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No. 10 tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami- istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut
hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran
masing-masing serta keterikatan emosional (suprajitno, 2004).
2.2 Peran keluarga
Peran adalah sesuatu yang di harapkan secara normatif dari seorang dalam
situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga
adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks
keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan " Setiap
orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan". Dari pasal di atas jelas bahwa
keluarga berkewajiban meningkatkan dan memelihara kesehatan dalam upaya
meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain
ayah, dimana ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung / penganyom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
Kemudian ada ibu yang berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan
pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
Lalu ada anak yang berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).
2.3 Dukungan sosial keluarga
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu
yang di peroleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan
tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya
(Cohen & Syme, 1996).
Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman, 1998).
Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi
dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat
eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan keluarga
eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar,
kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan
sosial keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara
kandung, atau dukungan dari anak (Friedman, 1998).
Jenis dukungan keluarga ada terdiri dari empat dukungan yaitu, dukungan
instrumental, dukungan informasional, dukungan apprasial, dan dukungan
emosional. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber
berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi).
Dukungan penilaian (apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan
balik membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan
validator identitas keluarga. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah
tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. (Friedman, 1998)
Menurut House (Smet, 1994) setiap bentuk dukungan sosial keluarga
mempunyai ciri-ciri antara lain, informatif, perhatian emosional, bantuan
instrumental, dan bantuan penilaian. Informatif, yaitu bantuan informasi yang
disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi
persoalan-persoalan yang di hadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide, atau
informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini disampaikan kepada orang
lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. Perhatian
emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain,
dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan
penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa
dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang
memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati
terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan
masalah yang dihadapinya. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan
untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan
bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain. Bantuan
penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak
lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan
negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan
dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian
yang positif.
Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan yang adekuat terbukti
berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit,
fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari
dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam
kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008).
2.4 Dukungan keluarga pada pasien dengan perawatan ICU
Keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan
dari peran keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan
kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat
hubungan dengan keluarga menjadi penting. Namun dalam pelaksanaannya
hubungan ini sering mengalami hambatan, antara lain kesempatan kontak relatif
terbatas (Mundakir, 2006).
Adanya kebijakan jam kunjungan di ICU menjadikan pasien merasa
terpisah dengan keluarga yang mereka cintai. Pasien sering merasa kesepian dan
kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Kurangnya perhatian dapat secara
Maka keluarga merupakan orang-orang yang paling mungkin dan mampu
memberikan aspek perhatian ini. Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian
dan komunikasi adalah hal yang bermakna dan penting dalam memenuhi
kebutuhan psikososial pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara,
atau tidak mampu memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal
karena intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk
memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang mungkin
dilakukan dengan menggunakan sentuhan (Hudak & Gallo, 1997).
3. Konsep kebutuhan keluarga pasien
3.1 Defenisi kebutuhan keluarga
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk
hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) untuk berusaha.
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada
dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan
budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi
kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika
gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak
untuk berusaha mendapatkannya.
Kebutuhan keluarga merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
keluarga dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis
3.2 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan keluarga
Keluarga terdiri dari satu atau lebih individu dimana individu-individu ini
adalah manusia yang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama. Kebutuhan
dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain penyakit, hubungan
keluarga, konsep diri dan tahap perkembangan. Adanya penyakit dalam tubuh
dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis
maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan
kebutuhan lebih besar dari biasanya. Selain penyakit, hubungan keluarga yang
baik juga dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling
percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain. Faktor
lain yang juga berpengaruh adalah konsep diri dimana konsep diri yang positif
dapat memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri
yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif
tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan
mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan
dasarnya. Terakhir, faktor tahap perkembangan dimana sejalan dengan
meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap
perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ
tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktifitas yang berbeda (Alimul,
3.3 Kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU
Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau
paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Sebagai makhluk
biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk
mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga meninggal.
Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah
laku sebagai manifestasi kejiwaan, dan kemampuan berpikir serta kecerdasan.
Sebagai makhluk sosial, manusia perlu hidup bersama orang lain, saling
bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi
kebudayaan, serta dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan
norma yang ada. Sebagai makhluk spiritual, manusia memiliki keyakinan,
pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang
dianutnya. Perawat sebagai pelaksana dalam memberi pelayanan keperawatan
haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh dengan
kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Alimul, 2009).
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1984)
tentang kebutuhan kebutuhan secara holistik. Ada beberapa hal penting yang
menjadi kebutuhan keluarga pasien saat menunggu pasien di rumah sakit, yaitu
sebagai berikut :
1. Kebutuhan dasar satu (Kebutuhan Fisiologis)
Kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha untuk menjaga
2. Kebutuhan dasar dua (Kebutuhan Keamanan/Safety)
Kebutuhan fisiologis sifatnya adalah untuk mempertahankan hidup
jangka pendek, sedangkan keamanan adalah pemahaman hidup jangka
panjang. Kebutuhan keamanan keluarga saat dirumah sakit misalnya :
adanya jaminan pelayanan kebutuhan informasi, adanya dukungan mental.
3. Kebutuhan dasar tiga kebutuhan dimiliki dan dicintai
Setelah kebutuhan fisiologis keamanan dipenuhi, kebutuhan
selanjutnya yang menjadi tujuan dominan adalah kebutuhan dimiliki atau
menjadi bagian dari kelompok sosial. Kebutuhan keluarga saat dirumah
sakit contohnya adanya kedekatan keluarga dengan pasien, tersedianya
kesempatan untuk memberi perhatian pada klien/pasien.
4. Kebutuhan dasar empat kebutuhan harga diri
Ketika kebutuhan dimiliki dan dicintai sudah terpenuhi, selanjutnya
yang menjadi tujuan dominan adalah kebutuhan harga diri sendiri/orang
lain misalnya untuk kebutuhan keluarga adalah ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan dalam setiap pengobatan untuk pasien.
The American College of Medicine Critical Care (ACCM) dan The Society
of Medicine Critical Care (SMCC) merekomendasikan kebutuhan keluarga yang
menunggu keluarganya dengan perawatan ICU meliputi kebutuhan untuk
mengambil keputusan bersama, bukan keputusan sepihak oleh dokter, kebutuhan
meningkatkan komunikasi dan menggunakan istilah-istilah yang keluarga bisa
mengerti pada saat berkomunikasi, kebutuhan dukungan spiritual, mendorong dan
pasien dan keluarga untuk mengatasi penyakit dan kematian, kebutuhan akan
hadirnya keluarga pada saat resusitasi yang mungkin membantu keluarga untuk
mengatasi stress akibat kematian orang yang di cintai, kebutuhan akan waktu
kunjungan yang fleksibel, kebutuhan tersedianya ruangan menunggu untuk
keluarga yang dekat dengan ruangan pasien, dan kebutuhan keluarga agar
dilibatkan dalam proses perawatan paliatif (Barclay & Lie, 2007).
Menurut Henneman and Cardin kebutuhan anggota keluarga pasien kritis
adalah kebutuhan akan informasi, kebutuhan untuk kepastian dan dukungan serta
kebutuhan untuk berada di dekat pasien. Jenis informasi yang keluarga butuhkan
dari perawat berhubungan dengan keadaan pasien secara umum. Keluarga ingin
mendapat informasi tentang tanda-tanda vital (stabil vs tidak stabil), tingkat
kenyamanan pasien, dan pola tidur. Keluarga tidak mengharapkan perawat untuk
memberikan informasi tentang prognosis, diagnosis, atau rencana pengobatan
(informasi ini mereka butuhkan dari dokter yang merawat pasien). Pernyataan ini
juga berarti bahwa perawat tidak dapat dan tidak boleh memberikan jenis
informasi ini. Kebutuhan untuk kepastian dan dukungan dimana keluarga perlu
tahu bahwa salah satu orang yang mereka cintai sedang di rawat dengan cara
terbaik dan bahwa segala sesuatu yang dapat dilakukan sedang dilakukan.
Kebutuhan untuk meyakinkan dan memberi dukungan tidak berarti bahwa
keluarga butuh harapan palsu untuk pemulihan yang tidak akan terjadi. Cara yang
paling efektif untuk memberikan jaminan dan dukungan sering tak ada
Kebutuhan untuk berada di dekat pasien yaitu berada di dekat orang yang mereka
cintai yang sedang sakit. Mereka tidak hanya ingin memberikan dukungan dengan
berada dekat dengan pasien, tetapi juga kehadiran fisik memungkinkan mereka
untuk menyaksikan bagaimana anggota keluarga mereka sedang di rawat. Dengan
memberikan waktu kunjungan yang fleksibel tidak hanya memungkinkan pasien
dan keluarganya bersama namun juga memfasilitasi keluarga untuk memberikan
dukungan pada pasien. Henneman et al mengatakan kebutuhan keluarga pasien
yang keluarganya dalam perawatan kritis adalah kebutuhan akan informasi dan
waktu kunjungan yang fleksibel. Informasi yang spesifik dan penting untuk
keluarga pasien di identifikasi oleh Mirackle and Hovenkamp berupa kebutuhan
untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan keluarga,
kebutuhan untuk mengetahui fakta tentang prognosa pasien, kebutuhan untuk
mengetahui hasil suatu prosedur yang telah dilakukan sesegera mungkin,
kebutuhan untuk mendapat informasi dari staf mengenai status pasien, kebutuhan
untuk mengetahui mengapa sesuatu dapat terjadi, kebutuhan untuk mengetahui
komplikasi yang mungkin terjadi, kebutuhan untuk mendapat penjelasan atau
keterangan yang bisa di mengerti, kebutuhan untuk mengetahui dengan jelas apa
yang sedang terjadi, kebutuhan untuk mengetahui tentang staf yang memberikan
perawatan, kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk tentang
bagaimana suatu prosedur dilakukan ( Urden & Stacy, 2000 ).
Dalam sebuah studi tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu
keluarganya dengan perawatan ICU ada beberapa hal penting yang dibutuhkan
pasien, kebutuhan untuk mengetahui prognosa penyakit, kebutuhan untuk
mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk
menerima informasi tentang pasien sekali sehari, kebutuhan untuk mendapat
penjelasan terhadap sesuatu yang tidak dimengerti, dan kebutuhan untuk
mendapat jaminan bahwa pasien mendapatkan kenyamanan. (Campbell, 2009).
Meskipun kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya dengan
perawatan ICU tampak mudah, namun adalah kesalahan bila menganggap bahwa
semua staf yang bekerja di unit ICU mengetahui dan mencoba memenuhi apa
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
1. Kerangka penelitian
Pada dasarnya peran keluarga terhadap dukungan anggota keluarga atau
pasien yang mendapat perawatan di ICU sangat besar. Keluarga sebagai
supporting system berkontribusi bagi upaya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan pasien perlu mendapat perhatian dari pihak rumah sakit. Penelitian ini
mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang
rawat ICU.
Sedangkan menurut Kozier (dalam Dwi Widiarti, 2010) beberapa hal lain
yang juga penting untuk diperhatikan adalah pusat layanan krisis memberikan
layanan gawat darurat bagi klien yang mengalami krisis kehidupan. Pusat layanan
ini dapat beroperasi diluar rumah sakit atau di komunitas dan sebagian besar
menyediakan layanan telepon 24-jam. Beberapa juga menyediakan konseling
langsung bagi klien di pusat layanan tersebut atau dirumah. Tujuan utama pusat
layanan krisis adalah membantu individu menghadapi krisis yang saat ini sedang
terjadi dan memberikan panduan dan dukungan terapi jangka panjang. Perawat
yang bekerja dipusat layanan krisis harus memiliki keterampilan komunikasi dan
konseling yang baik. Perawat harus segera mengidentifikasi masalah klien,
menawarkan bantuan untuk membantu klien tersebut menghadapi masalah, dan
Menurut Motter & Leske, (1996) bahwa ada beberapa kebutuhan keluarga
pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU yaitu, kebutuhan
informasi, dukungan mental, rasa nyaman, berdekatan dengan pasien, dan jaminan
pelayanan keperawatan.
Sedangkan menurut Henneman & Cardin (2002) menjabarkan bahwa
kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang ICU adalah
kebutuhan informasi, kepastian dan dukungan indikasi untuk berada di dekat
pasien. Sedangkan menurutMirackle and Hovenkamp Informasi yang spesifik dan
penting untuk keluarga pasien di identifikasi kebutuhan untuk mendapat jawaban
yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk mengetahui
fakta tentang prognosa pasien, kebutuhan untuk mengetahui hasil suatu prosedur
yang telah dilakukan sesegera mungkin, kebutuhan untuk mendapat informasi dari
staf mengenai status pasien, kebutuhan untuk mengetahui mengapa sesuatu dapat
terjadi, kebutuhan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi, kebutuhan
untuk mendapat penjelasan atau keterangan yang bisa di mengerti, kebutuhan
untuk mengetahui dengan jelas apa yang sedang terjadi, kebutuhan untuk
mengetahui tentang staf yang memberikan perawatan, kebutuhan untuk
mendapatkan bimbingan atau petunjuk tentang bagaimana suatu prosedur
dilakukan.
Kerangka konsep penelitian tentang kebutuhan keluarga pasien yang
Skema 1.1 Kerangka konsep penelitian tentang kebutuhan keluarga pasien yang
menunggu keluarganya di ruang rawat ICU
2. Definisi Operasional
2.1Kebutuhan Biologi
Kebutuhan Biologi adalah kebutuhan yang perlu atau penting terhadap
manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan
biologis seperti oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat,dan seks. Kebutuhan biologis dapat dicontohkan seperti kebutuhan
makan dan minum, BAB dan BAK, dan personal hygiene. Keluarga pasien yang
menunggu keluarganya
di ruang rawat ICU
Kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU meliputi:
1. Kebutuhan Biologis
• Kebutuhan Makan dan Minum
• BAB dan BAK
• Personal Hygiene 2. Kebutuhan Psikologis
• Dukungan mental
• Rasa nyaman
• Jaminan pelayanan 3. Kebutuhan Sosial
• Kebutuhan Informasi
• Kedekatan dengan pasien 4. Kebutuhan Spiritual
• Tersedianya waktu dan tempat untuk beribadah
2.2Kebutuhan Psikologi
Kebutuhan Psikologi adalah kebutuhan yang mencakup tingkah laku,
proses mental, pengalaman, dan emosi seseorang. Kebutuhan psikologis dapat
dicontohkan dengan dukungan mental, rasa nyaman, dan jaminan pelayanan.
2.3Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Sosial adalah kebutuhan yang mengutamakan pentingnya
individu dan kelompok dalam penempatan hubungan dengan seseorang.
Kebutuhan Sosial dapat dicontohkan seperti kebutuhan informasi dan kedekatan
dengan pasien.
2.4Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan Spiritual adalah kebutuhan atau suatu aspek yang terintegrasi
dari manusia secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan serta
memberi dimensi luas pada pandangan holistik manusia kebutuhan. Kebutuhhan
Spiritual dapat dicontohkan seperti tersedianya tempat waktu dan ibadah, dan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
eksporatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien yang
menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahMayjend
A.H. Thalib Kabupaten Kerinci Jambi.
2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien yang menunggu
keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib
Kabupaten Kerinci Jambi 30 orang.
4.2.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling kritera yang
ditentukan untuk subjek penelitian adalah keluarga pasien yang telah menunggu
perawatan keluarganya yang di ruang rawat ICU dalam waktu 2 hari subjek
merupakan keluarga, kerabat atau anggota keluarga lain yang mempunyai
keterikatan sosial dengan pasien yang dirawat diruang ICU yang sudah menunggu
Menurut data yang peneliti peroleh, dari bulan Januari sampai dengan
April 2014 jumlah pasien yang dirawat di ruang ICU sebanyak 30 orang yang
terdistribusi dari ketiga ruangan tersebut. Penetapan jumlah sampel yaitu dengan
menggunakan teknik total sampling. Dengan demikian jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 30 orang.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang tunggu keluarga pasien ICU dan Rumah
Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib Kabupaten Kerinci Jambi karena
berdasarakan observasi atau pengamatan peneliti ada hal yang perlu diteliti lebih
lanjut terhadap Kebutuhan Keluarga selama Mendapingi Pasien Diruangan ICU.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April tahun 2014.
4. Pertimbangan Etik
Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian dan responden
bebas menentukan keterlibatannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari rasa
ketidaknyamanan responden baik secara fisik maupun psikologis, bebas dari
eksploitasi dan memberi pemahaman pada responden tentang manfaat dari
penelitian ini, sesuai prinsip beneficence.
Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Keperawatan USU.
mencantumkan nomor kode pada format kuesioner yang diberikan pada
responden. Hal ini sesuai dengan etika penelitian yaitu aspek anonymity dan
confidentiality.
Selanjutnya peneliti telah meminta kesediaan responden menjadi subjek
penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent) sebagai
subjek penelitian. Peneliti menghargai hak responden untuk memutuskan secara
sukarela untuk terlibat dalam penelitian atau tidak.
5. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen terdiri dari dua bagian yaitu, pada bagian
pertama berupa tentang Kuesioner Data Demografi (KDD) dan bagian kedua
berupa Kuesioner Kebutuhan Keluarga (KKK). KDD meliputi umur, jenis
kelamin, pekerjaan, lama menunggui pasien, hubungan darah dengan pasien,
pendidikan, suku dan agama responden. KKK terdiri dari lima komponen yang
berisi pernyataan tentang kebutuhan informasi, dukungan mental, rasa nyaman,
kedekatan dengan pasien, dan jaminan pelayanan. KKK merupakan kuesioner
dalam bentuk pertanyaan tertutup meliputi aspek10 pertanyaan Biologis, 5
pertanyaan Psikologis, 10 pertanyaan Sosial dan 5 pertanyaan Spiritual yang
terdiri dari tiga puluh pertanyaan dengan dua jawaban "Ya" dan "Tidak". Pada
setiap akhir pertanyaan dalam KKK, dibuat pertanyaan terbuka sesuai dengan
6. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang digunakan layak dan
dapat dipercaya, maka perlu dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah
kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup
diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2003).
Secara garis besar reliabilitas ada dua jenis yaitu reliabilitas eksternal dan
reabilitas internal. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji reliabilitas
internal menggunakan teknik K-R 20 dengan komputer.Uji reliabilitas dalam
penelitian ini akan dilakukan di RSU DR. Pirngadi Medan dengan nilai 0,87. Uji
reliabilitas internal dalam penelitian ini dilakukan pada sepuluh orang keluarga
pasien yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel dan diperoleh hasil
1,00. Danim (2003) mengemukakan ukuran indeks reliabilitas 0,90-1,00 sebagai
reliabilitas tinggi. Maka instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah
reliabel.
7. Prosedur Pengumpulan Data
Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur
administrasi dengan cara mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan
USU dan izin dari Direktur Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib
Kabupaten Kerinci Jambi, melalui bidang litbang (penelitian dan pengembangan)
yang kemudian diberikan kepada Kepala Ruang ICU dan disebarkan kepada
Setelah mendapatkan izin dari kepala ruang ICU, peneliti langsung
menemui responden dan melakukan pengumpulan data. Pada tahap awal peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesediaan
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti
membagi kuesioner penelitian dan menjelaskan tata cara pengisian kuesioner
sampai responden mengerti, kemudian responden dipersilahkan untuk mengisi
kuesioner tersebut. Selama pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden
selama kurang lebih 25-30 menit agar bila ada pernyataan yang tidak jelas dapat
langsung dijelaskan kepada responden tanpa bermaksud mengarahkan jawaban
responden.
Setelah kuesioner penelitian selesai diisi, maka sebelum dikumpulkan oleh
perawat dan kelengkapan jawaban responden diteliti kembali. Kuesioner yang
belum lengkap diisi langsung peneliti dengan meminta responden untuk
melengkapinya saat itu juga. Kemudian peneliti melakukan terminasi dengan
responden dan setelah data terkumpul peneliti melapor kembali ke bidang litbang
Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib Kabupaten Kerinci Jambi.
8. Analisa Data
Setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya peneliti
melakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan memeriksa kembali semua
lembar kuesioner dan kelengkapan jawaban beserta kelengkapan identitas yang
telah diisi oleh responden. Kemudian peneliti memberikan kode tertentu untuk
data identitas responden dipisahkan dari lembar jawaban untuk menjaga
kerahasiaan responden.
Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan bantuan
komputer. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran kebutuhan
keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU RSUD Mayjend
Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi-2014 melalui pengumpulan data
terhadap 20 responden dari bulan April sampai dengan Mei 2014. Penyajian hasil
penelitian ini meliputi data demografi dan kebutuhan keluarga pasien yang
menunggu keluarganya di ruang rawat ICU.
1.1. Data demografi responden
Pada tabel 1 dapat dilihat data hasil penelitian tentang data demografi
responden terhadap 30 responden yang meliputi jenis kelamin, pendidikan,
hubungan darah dengan pasien, lama menunggu pasien, umur, pekerjaan, suku
dan agama. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden
berjenis kelamin perempuan (63%), jenjang pendidikan perguruan Tinggi (47%),
hubungandengan pasien adalah ayah ibu (47%), lama menunggu pasien tiga hari
(68%), umur 20-35 tahun (47%), pekerjaan pegawai swasta (33%), suku Minang
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden(n=30)
Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
Jenis kelamin
Hubungan darah dengan pasien
Ayah-Ibu 15 50
Suami-Istri 1 3
Paman-Tante 5 17
Saudara Kandung 4 13
Keluarga Dekat/Kerabat 5 17
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden(n=30)
Data Demografi
Suku
Aceh 1 3
Minang 15 50
Jawa 1 3
Lain-lain 13 44
Agama
Islam 29 97
Kristen 1 3
Hasil penelitian ini menunjukkan kebutuhan keluarga pasien yang
menunggukeluarganya di ruang rawat ICU.
1.2 Gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang
rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahSungai Penuh Jambi.
Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran tentang kebutuhan keluarga
pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum
Daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci sungai Penuh Jambi-2014.
1.2.1. Kebutuhan keluarga pasien secara biologi di ruang ICU
Dari data hasil penelitian pada tabel 2 dapat diketahui bahwa keseluruhan
responden mengemukakan tentang pandangan mereka terhadap kebutuhan secara
biologi berupa Tersedia toilet dan kamar mandi yang layak dan bersih (87%),
tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU/ICCU(87%) dan tersedia tempat
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secarabiologi di ruang rawat ICU (n=30).
Ketersediaan Kebutuhan Biologi Yan(%) Tidakn(%)
Tersedianya ruang tunggu keluarga pasien 26(87%) 4(13%)
Ruang tunggu dilengkapi dengan televisi 18(60%) 12(40%)
Ruang tunggu dilengkapi dengan media cetak 15(50%) 15(50%)
Ada toilet / kamar mandi layak dan bersih 26(87%) 4(13%)
Tersedia tempat mencuci pakaian kotor 19(63%) 11(37%)
Fasilitas area pengering / jemuran pakaian 16(53%) 14(47%)
Tersedia kantin yang layak dan terjangkau 15(50%) 15(50%)
Ada area tempat untuk beristirahat 26(87%) 4(13%)
Tersedia wastafel di ruang tunggu 17(57%) 13(43%)
Tersedianya sabun untuk mencuci tangan 18(60%) 12(40%)
Fasilitas air minum yang dapat 16(53%) 14(47%)
dikonsumsi semua orang
Mengetahui makananpasienadalah 24(80%) 6(20%)
makanan yang terbaik
1.2.2 Kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU
Dari data penelitian pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari semua
respondenmengatakan bahwa Keluarga menerima informasi yang akurat dari
perawat ICU(97%), Keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU (n=30).
Ketersediaan Kebutuhan Psikologi Yan(%) Tidak n(%)
Keluarga menerima informasi yang akurat 29(97%) 1(3%) dari perawat ICU
Keluarga merasa nyaman bila ada perawat 30(100%) 0(0%) ICU yang memperhatikan
Keluarga berkonsultasi tentang kondisi pasien 27(90%) 3(10%) setiap hari dengan dokter/perawat yang merawat
Keluarga diizinkan untuk memberi dukungan 26(87%) 4(13%) kepada pasien di ruang ICU
Ada lingkungan yang aman dan nyaman 27(90%) 3(10%) bagi keluarga
1.2.3 Kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU
Dari data hasil penelitian pada tabel 4 dapat diketahui kebutuhan terhadap
rasa nyaman didukung oleh pernyataan seluruh responden yang menunjukkan
adanya keluarga mendapatkan informasi tentang penyakit pasien (90%), keluarga
mengetahui perkembangan keadaan pasien setiap hari(87%), keluarga mengetahui
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU (n=30).
Ketersediaan Kebutuhan Sosial Yan(%) Tidak n(%)
Keluarga mendapatkan informasi tentang 27(90%) 3(10%) penyakit pasien
Keluarga mengetahui perkembangan keadaan 26(87%) 4(13%) pasien setiap hari
Keluarga diberi informasi tentang komplikasi 27(90%) 3(10%) penyakit yang mungkin terjadi
Keluarga diberi penjelasan tentang rencana 25(83%) 5(17%) pengobatan lanjutan
Keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29(97%) 1(3%)
Keluarga mengetahui kondisi pasien setelah 29(97%) 1(3%) dilakukan tindakan/pengobatan
Keluarga mendapat informasi tentang peraturan 29(97%) 1(3%) di ruang ICU
Keluarga diberitahu tentang rencana pindah/keluar 29(97%) 1(3%) dari ruang ICU
Keluarga dapat mengenal staf ICU yang melakukan 23(77%) 7(23%) perawatan pada pasien
1.2.4 Kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruang ICU
Dari data hasil penelitian pada tabel 5 dapat diketahui bahwa responden
mengatakan bahwa kebutuhan untuk keamanan dan kenyamanan ketika sedang
berdoa (87%), Tersedia tempat untuk beribadah/sholat (83%).
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruang ICU (n=30).
Ketersediaan Kebutuhan Spiritual Yan(%) Tidak n(%)
Ada pelayanan rohani di ruang tunggu ICU 15(50%) 15(50%) bila diperlukan
Tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25(83%) 5(17%)
Tempat ibadah di lengkapi dengan 23(77%) 7(23%) perlengkapan beribadah
Keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26(87%) 4(13%)
2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang kebutuhan keluarga pasien
yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU diperoleh hasil bahwa 87%
keluarga pasien mengemukakan tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU
merupakan salah satu kebutuhan bagi keluarga. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Henneman and Cardin(dalam Urden & Stacy, 2000) yaitu salah satu kebutuhan
anggota keluarga pasien kritis adalah kebutuhan akan informasi, dan jenis
informasi yang dibutuhkan keluarga dari perawat berhubungan dengan
perkembangan penyakit pasien. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu
penjelasan tentang perkembangan penyakit pasien (Pambudi 2008).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 87% keluarga pasien mengatakan
kebutuhan informasi lain yang mereka butuhkan adalah kebutuhan secara biologis
yaitu tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU. Penelitian ini diperoleh hasil
bahwa kebutuhan Keluarga dapat mengenal staf ICU yang melakukan perawatan
pada pasien 77%. Padahal Hudak & Gallo (1997) menyatakan bahwa pelayanan
keperawatan menjadi tumpuan bagi pasien dan keluarganya karena keberadaan
perawat yang terus menerus selama duapuluh empat jam bersama pasien.
Anjaryani (2009) juga mengemukakan bahwa perawat adalah ujung tombak
pelayanan terhadap pasien dan keluarganya karena frekuensi pertemuannya yang
paling sering dengan pasien. Namun dari sisi lain hal ini mungkin disebabkan
karena perhatian keluarga hanya terfokus pada pasien yang sedang dalam kondisi
kritis saja. Bagi keluarga kenyataan bahwa pasien sedang dalam kondisi kritis
menyebabkan stress emosional yang tinggi (Azizahkh, 2010).
Menurut Pambudi (2008) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa
keluarga pasien umumnya mengalami perubahan perilaku dan emosional terhadap
kondisi pasien. Penyakit berat pasien yang mengancam kehidupan dapat ansietas,
syok atau penolakan pada situasi nyata. Hal itu merupakan respon umum yang
disebabkan oleh stress. Pada penelitian tentang kebutuhan psikologi terhadap
keluarga dalam menerima informasi yang akurat dari perawat ICU100% bagi
keluarga pasien di ruang ICU. Hal yang sama dijabarkan Motter & Leske (dalam
dari staf perawat ICU. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa adanya
pelayanan rohaniawan diruang ICU merupakan kebutuhan bagi keluarga pasien
(50%). Walaupun tidak semua keluarga menyatakan ini, namun dapat dilihat
bahwa keluarga pasien tetap harus dipandang sebagai makhluk yang holistik yang
memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan
keyakinan yang dianutnya sehingga pihak ICU dalam memberikan pelayanan
keperawatan haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh
dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Hal ini sesuai pula
dengan pernyataan Alimul (2009) yang menyatakan bahwa perawat sebagai
pelaksana dalam memberi pelayanan keperawatan haruslah memandang keluarga
pasien sebagai makhluk yang utuh dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Selain itu banyak orang percaya bahwa do'a bisa membantu
kesembuhan pasien. Sebuah survei yang dilakukan oleh Harvard Medical School
tahun 1998 memperkirakan 35 persen orang Amerika Serikat (AS) berdo’a bagi
kesehatan mereka dan 69 persen di antaranya menyatakan do'a sangat menolong
(Hidayat, 2011).
Pada aspek kebutuhan rasa nyaman berupa adanya pemberitahuan ke
rumah bila terjadi perubahan kondisi secara mendadak pada pasien, hasil yang
diperoleh pada penelitian ini sebanyak 90%. Hal ini berbeda dengan pernyataan
Campbell (2009) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan keluarga pasien
yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU adalah kebutuhan untuk
dihubungi ke rumah bila terjadi perubahan pada kondisi pasien. Hal ini