• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi-2014 melalui pengumpulan data terhadap 20 responden dari bulan April sampai dengan Mei 2014. Penyajian hasil penelitian ini meliputi data demografi dan kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU.

1.1. Data demografi responden

Pada tabel 1 dapat dilihat data hasil penelitian tentang data demografi responden terhadap 30 responden yang meliputi jenis kelamin, pendidikan, hubungan darah dengan pasien, lama menunggu pasien, umur, pekerjaan, suku dan agama. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (63%), jenjang pendidikan perguruan Tinggi (47%), hubungandengan pasien adalah ayah ibu (47%), lama menunggu pasien tiga hari (68%), umur 20-35 tahun (47%), pekerjaan pegawai swasta (33%), suku Minang (50%), agama Islam (97%).

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden(n=30)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Jenis kelamin Laki-laki 11 37 Perempuan 19 63 Pendidikan Tidak Sekolah 2 7 SD 5 17 SMP 3 10 SMU 6 20 Perguruan Tinggi 14 47

Hubungan darah dengan pasien

Ayah-Ibu 15 50

Suami-Istri 1 3

Paman-Tante 5 17

Saudara Kandung 4 13

Keluarga Dekat/Kerabat 5 17

Lama menunggu pasien

Duahari 3 10 Tigahari 20 67 Empathari 3 10 >Limahari 4 13 Umur 20-35 tahun 14 47 36-54 tahun 11 37 55-65 tahun 2 7 >65 tahun 3 10 Pekerjaan PNS/TNI/POLRI 5 17 Pegawai swasta 10 33 Buruh/Tani 10 33 Lain-lain 5 17

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden(n=30) Data Demografi Suku Aceh 1 3 Minang 15 50 Jawa 1 3 Lain-lain 13 44 Agama Islam 29 97 Kristen 1 3

Hasil penelitian ini menunjukkan kebutuhan keluarga pasien yang menunggukeluarganya di ruang rawat ICU.

1.2 Gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahSungai Penuh Jambi.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci sungai Penuh Jambi-2014.

1.2.1. Kebutuhan keluarga pasien secara biologi di ruang ICU

Dari data hasil penelitian pada tabel 2 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden mengemukakan tentang pandangan mereka terhadap kebutuhan secara biologi berupa Tersedia toilet dan kamar mandi yang layak dan bersih (87%), tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU/ICCU(87%) dan tersedia tempat untuk beristirahat (87%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secarabiologi di ruang rawat ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Biologi Yan(%) Tidakn(%)

Tersedianya ruang tunggu keluarga pasien 26(87%) 4(13%) Ruang tunggu dilengkapi dengan televisi 18(60%) 12(40%) Ruang tunggu dilengkapi dengan media cetak 15(50%) 15(50%) Ada toilet / kamar mandi layak dan bersih 26(87%) 4(13%)

Tersedia tempat mencuci pakaian kotor 19(63%) 11(37%)

Fasilitas area pengering / jemuran pakaian 16(53%) 14(47%) Tersedia kantin yang layak dan terjangkau 15(50%) 15(50%)

Ada area tempat untuk beristirahat 26(87%) 4(13%)

Tersedia wastafel di ruang tunggu 17(57%) 13(43%)

Tersedianya sabun untuk mencuci tangan 18(60%) 12(40%)

Fasilitas air minum yang dapat 16(53%) 14(47%)

dikonsumsi semua orang

Mengetahui makananpasienadalah 24(80%) 6(20%)

makanan yang terbaik

1.2.2 Kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU

Dari data penelitian pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari semua respondenmengatakan bahwa Keluarga menerima informasi yang akurat dari perawat ICU(97%), Keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang memperhatikan(100%).

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Psikologi Yan(%) Tidak n(%)

Keluarga menerima informasi yang akurat 29(97%) 1(3%) dari perawat ICU

Keluarga merasa nyaman bila ada perawat 30(100%) 0(0%) ICU yang memperhatikan

Keluarga berkonsultasi tentang kondisi pasien 27(90%) 3(10%) setiap hari dengan dokter/perawat yang merawat

Keluarga diizinkan untuk memberi dukungan 26(87%) 4(13%) kepada pasien di ruang ICU

Ada lingkungan yang aman dan nyaman 27(90%) 3(10%) bagi keluarga

1.2.3 Kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU

Dari data hasil penelitian pada tabel 4 dapat diketahui kebutuhan terhadap rasa nyaman didukung oleh pernyataan seluruh responden yang menunjukkan adanya keluarga mendapatkan informasi tentang penyakit pasien (90%), keluarga mengetahui perkembangan keadaan pasien setiap hari(87%), keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan (97%).

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Sosial Yan(%) Tidak n(%)

Keluarga mendapatkan informasi tentang 27(90%) 3(10%) penyakit pasien

Keluarga mengetahui perkembangan keadaan 26(87%) 4(13%) pasien setiap hari

Keluarga diberi informasi tentang komplikasi 27(90%) 3(10%) penyakit yang mungkin terjadi

Keluarga diberi penjelasan tentang rencana 25(83%) 5(17%) pengobatan lanjutan

Keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29(97%) 1(3%) Keluarga mengetahui kondisi pasien setelah 29(97%) 1(3%) dilakukan tindakan/pengobatan

Keluarga mendapat informasi tentang peraturan 29(97%) 1(3%) di ruang ICU

Keluarga diberitahu tentang rencana pindah/keluar 29(97%) 1(3%) dari ruang ICU

Keluarga dapat mengenal staf ICU yang melakukan 23(77%) 7(23%) perawatan pada pasien

Keluarga dapat berkonsultasi dengan perawat yang 25(83%) 5(17%) sama setiap hari

1.2.4 Kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruang ICU

Dari data hasil penelitian pada tabel 5 dapat diketahui bahwa responden mengatakan bahwa kebutuhan untuk keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa (87%), Tersedia tempat untuk beribadah/sholat (83%).

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruang ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Spiritual Yan(%) Tidak n(%)

Ada pelayanan rohani di ruang tunggu ICU 15(50%) 15(50%) bila diperlukan

Tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25(83%) 5(17%) Tempat ibadah di lengkapi dengan 23(77%) 7(23%) perlengkapan beribadah

Keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26(87%) 4(13%)

2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU diperoleh hasil bahwa 87% keluarga pasien mengemukakan tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU merupakan salah satu kebutuhan bagi keluarga. Hal ini sesuai dengan penjelasan Henneman and Cardin(dalam Urden & Stacy, 2000) yaitu salah satu kebutuhan anggota keluarga pasien kritis adalah kebutuhan akan informasi, dan jenis informasi yang dibutuhkan keluarga dari perawat berhubungan dengan perkembangan penyakit pasien. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien dan keluarga adalah dengan memberikan

penjelasan tentang perkembangan penyakit pasien (Pambudi 2008).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 87% keluarga pasien mengatakan kebutuhan informasi lain yang mereka butuhkan adalah kebutuhan secara biologis yaitu tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa kebutuhan Keluarga dapat mengenal staf ICU yang melakukan perawatan pada pasien 77%. Padahal Hudak & Gallo (1997) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan menjadi tumpuan bagi pasien dan keluarganya karena keberadaan perawat yang terus menerus selama duapuluh empat jam bersama pasien. Anjaryani (2009) juga mengemukakan bahwa perawat adalah ujung tombak pelayanan terhadap pasien dan keluarganya karena frekuensi pertemuannya yang paling sering dengan pasien. Namun dari sisi lain hal ini mungkin disebabkan karena perhatian keluarga hanya terfokus pada pasien yang sedang dalam kondisi kritis saja. Bagi keluarga kenyataan bahwa pasien sedang dalam kondisi kritis menyebabkan stress emosional yang tinggi (Azizahkh, 2010).

Menurut Pambudi (2008) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa keluarga pasien umumnya mengalami perubahan perilaku dan emosional terhadap kondisi pasien. Penyakit berat pasien yang mengancam kehidupan dapat ansietas, syok atau penolakan pada situasi nyata. Hal itu merupakan respon umum yang disebabkan oleh stress. Pada penelitian tentang kebutuhan psikologi terhadap keluarga dalam menerima informasi yang akurat dari perawat ICU100% bagi keluarga pasien di ruang ICU. Hal yang sama dijabarkan Motter & Leske (dalam Nursalam, 2003) bahwa salah satu kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU

dari staf perawat ICU. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa adanya pelayanan rohaniawan diruang ICU merupakan kebutuhan bagi keluarga pasien (50%). Walaupun tidak semua keluarga menyatakan ini, namun dapat dilihat bahwa keluarga pasien tetap harus dipandang sebagai makhluk yang holistik yang memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya sehingga pihak ICU dalam memberikan pelayanan keperawatan haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Hal ini sesuai pula dengan pernyataan Alimul (2009) yang menyatakan bahwa perawat sebagai pelaksana dalam memberi pelayanan keperawatan haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Selain itu banyak orang percaya bahwa do'a bisa membantu kesembuhan pasien. Sebuah survei yang dilakukan oleh Harvard Medical School

tahun 1998 memperkirakan 35 persen orang Amerika Serikat (AS) berdo’a bagi kesehatan mereka dan 69 persen di antaranya menyatakan do'a sangat menolong (Hidayat, 2011).

Pada aspek kebutuhan rasa nyaman berupa adanya pemberitahuan ke rumah bila terjadi perubahan kondisi secara mendadak pada pasien, hasil yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 90%. Hal ini berbeda dengan pernyataan Campbell (2009) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU adalah kebutuhan untuk dihubungi ke rumah bila terjadi perubahan pada kondisi pasien. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden dalam penelitian ini menunggu di

ruang tunggu Rumah Sakit selama pasien yang mereka tunggui dirawat di ruang ICU. Diana (2011) menyatakan keluarga ingin tetap ada dan melihat orang yang mereka cintai di depan mereka bahkan hingga mungkin meninggal dunia.

Selanjutnya kebutuhan rasa nyaman berupa tersedianya tempat untuk beribadah pada penelitian tentang gambaran kebutuhan keluarga pasien yang di rawat di ruang ICU ini diperoleh hasil sebesar 83%. Hal ini sesuai dengan penelitian Pambudi (2008) yang memperoleh hasil berdasarkan wawancara mendalam dengan keluarga pasien menyatakan bahwa sikap atau adaptasi yang sering dilakukan keluarga pasien di ruang intensif adalah berdo'a (bagi yang muslim dengan sholat dan berdo'a) dan pasrah tetapi tetap berdo'a.

Kebutuhan rasa nyaman yang lain dalam penelitian ini adalah tersedianya toilet/kamar mandi yang layak dan bersih. Untuk kebutuhan ini diperoleh hasil 85%. Nursalam (2008) menyatakan permasalahan yang sering terjadi dalam melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit salah satunya adalah kurangnya kebersihan toilet. Penyebabnya adalah evaluasi sistem pelayanan yang kurang, belum ada mekanisme pemantauan kualitas pelayanan, dan pemeliharaan fasilitas masih bersifat pasif. Sebuah penelitian di Jawa Tengah mengenai indikator kepuasan pasien di Rumah Sakit yang dilakukan UNDIP (Universitas Diponegero) tahun 2006 melaporkan bahwa dalam pengalaman sehari-hari ketidakpuasan pasien dan keluarga sering diungkapkan dalam kaitannya dengan ketertiban dan kebersihan Rumah Sakit, termasuk kebersihan toilet (Anjaryani, 2009). Di ruang tunggu keluarga pasien ICU RSUD Mayjend Ahmad Thalib

ditemukan bahwa keluarga pasien masih merasa kebutuhan akan toilet/kamar mandi yang layak dan bersih belum terpenuhi (87%).

Selanjutnya disampaikan tentang kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU bahwa keluarga diizinkan untuk memberi dukungan kepada pasien di ruang ICU (87%). Adanya kebijakan jam kunjungan di ICU menjadikan pasien merasa terpisah dengan keluarga yang mereka cintai. Pasien sering merasa kesepian dan kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Kurangnya perhatian dapat secara aktual menyebabkan efek yang merusak pada kesehatan dan penyembuhan pasien. Maka keluarga merupakan orang-orang yang paling mungkin dan mampu memberikan aspek perhatian ini. Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi adalah hal yang bermakna dan penting dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara, atau tidak mampu memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal karena intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang mungkin dilakukan dengan menggunakan sentuhan. Untuk itu perlu adanya kunjungan yang teratur dari keluarga (Hudak & Gallo, 1997).

Kebutuhan lain keluarga pasien di ruang ICU terkait dengan kebutuhan kedekatan dengan pasien adalah adanya jam kunjungan yang tepat waktu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Motter & Leske (1996 dalam Nursalam, 2003) yaitu salah satu kebutuhan kedekatan dengan pasien adalah adanya jam kunjungan yang tepat waktu, dimana kedekatan ini menunjukkan kebutuhan untuk berada di dekat anggota keluarga/orang yang di cintainya yang sedang sakit. Mundakir

(2006) juga menyatakan bahwa keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan dengan keluarga menjadi penting. Namun dalam pelaksanaannya hubungan ini sering mengalami hambatan, antara lain kesempatan kontak relatif terbatas. Untuk itu keluarga membutuhkan jam kunjungan yang tepat waktu Anjaryani (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa aspek jaminan adalah mencakup keamanan dan kemampuan menumbuhkan kepercayaan pasien. Dalam hal ini keluarga ingin merasakan adanya harapan bahwa pihak Rumah Sakit bisa memberikan semacam garansi ketika pasien sudah ditangani maka kesembuhanlah yang akan didapat. Pambudi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kebutuhan atau harapan keluarga selama pasien dalam perawatan di ruang intensif pada dasarnya mencakup kebutuhan kognitif, kebutuhan emosi, dan kebutuhan fisik. Keluarga mempunyai harapan pasien atau anggota keluarga yang sedang sakit bisa mendapatkan hasil yang baik yaitu kesembuhan. Dan semua pengobatan atau tindakan yang dilakukan bertujuan baik yaitu untuk kesembuhan pasien. Hasil penelitian tentang gambaran kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU ini pun sejalan dengan penelitian tersebut. Dimana penelitian tentang Keluarga diberi penjelasan tentang rencana pengobatan lanjutan 83%.

BAB 6

Dokumen terkait