• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712013062 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 712013062 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN PAK KATEGORIAL REMAJA TERHADAP

PELAKSANAAN IBADAH HARI MINGGU PERSEKUTUAN TERUNA

DI GPIB SOLA GRACIA MARANGKAYU KALIMANTAN TIMUR

Oleh:

RINDA MARGARETA 712013062

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

TINJAUAN PAK KATEGORIAL REMAJA TERHADAP

PELAKSANAAN IBADAH HARI MINGGU PERSEKUTUAN TERUNA

DI GPIB SOLA GRACIA MARANGKAYU KALIMANTAN TIMUR

oleh:

RINDA MARGARETA 712013062 TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Pdt. John A. Titaley Th.D Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Dekan

Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(3)

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RINDA MARGARETA

NIM : 712013062 Email: [email protected] Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir :

TINJAUAN PAK KATEGORIAL REMAJA TERHADAP

PELAKSANAAN IBADAH HARI MINGGU PERSEKUTUAN TERUNA

DI GPIB SOLA GRACIA MARANGKAYU KALIMANTAN TIMUR

Pembimbing : 1. Prof. Pdt. John A. Titaley. Th.D 2. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.

Salatiga, 19 Mei 2017

(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RINDA MARGARETA

DI GPIB SOLA GRACIA MARANGKAYU KALIMANTAN TIMUR

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas – Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA** * Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang

menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RINDA MARGARETA NIM : 712013062

Program Studi : Teologi Fakultas : Teologi Jenis Karya : Jurnal

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya berjudul:

TINJAUAN PAK KATEGORIAL REMAJA TERHADAP

PELAKSANAAN IBADAH HARI MINGGU PERSEKUTUAN TERUNA

DI GPIB SOLA GRACIA MARANGKAYU KALIMANTAN TIMUR

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga Pada tanggal : 19 Mei 2017 Yang menyatakan,

RINDA MARGARETA Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena kasih dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan perkuliahan selama ± 3 Tahun 6 Bulan masa perkuliahan di Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana. Tugas Akhir ini adalah hasil akhir mahasiswa di dalam menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana. Tugas Akhir ini di buat untuk persyaratan mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si. Teol).

Dengan demikian, adanya Tugas Akhir ini semoga dapat menjadi sebuah inspirasi baru bagi Gereja-gereja dimasa mendatang, khususnya GPIB dan juga penulis berharap agar Karya Tulis ini dapat berguna bagi pembaca. Oleh karena itu Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya Tugas Akhir ini dapat lebih sempurna. Kiranya, Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Yesus memberkati.

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Tidak Plagiat ... iii

Pernyataan Persetujuan Akses ... iv

Pernyataan Bebas Royalti dan Publikasi ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... vii

Ucapan Terimakasih ... viii

Motto ... xi

Abstrak ... xii

1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Gambaran Umum Gereja GPIB ... 4

1.3 Rumusan Masalah, Tujuan Dan Metode Penelitian ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 7

2. Landasan Teori ... 8

3. Hasil Peneltian ... 11

4. Analisa ... 15

5. Penutup ... 18

5.1 Kesimpulan ... 18

(8)

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yesus Kristus sang juruselamat, karena untuk kasih dan penyertaan-Nya memampukan saya untuk terus berjuang dalam proses penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.

2. Untuk papaku Daud T. Tangke dan mamaku Siti Jubaedah, tanteku Ester Endang Rahayu dan Maria Tangke, omku Yunus Tangke dan Martin Tangke, Sri Tutik,

Nenek’ku tercinta Martina sarah dan Piere Tangke berserta keluarga besar Toraja Fam

“Tangke” lainnya yang berada di Tana Toraja.

3. Prof. Pdt. John A. Titaley Th.D dan Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku dosen pembimbing yang terus menyemangati saya dan memberikan masukan dalam penyelesaian Tugas Akhir.

4. Dr. Ira D. Mangililo Ph.D dan Astrid B. Lusi M.Th selaku Wali studi yang terus menyemangati, memberi nasehat dan menginspirasi saya dalam melaksanakan studi di Fakultas Teologi ini, serta menjadi orang tua dan pendengar yang baik bagi saya. 5. Pdt. Dr. Retnowati M.Si selaku Dekan Fakultas Teologi yang juga turut membantu

dalam masa-masa perkuliahan dan juga dalam masa PPL X dan XI, Serta teman-teman PPL X dan XI GPIB, Abednego, Arin, Silvio, Etha, Putra, Andreas, Angelly, Asina, Giovana, Dorothea, Samuel, Yoshivina, Viska, Kristo.

6. Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D selaku KAPROGDI yang terus mendukung dan membantu saya dalam melakukan berbagai hal selama perkuliahan, PPL dan sebagainya.

7. Para dosen yang selalu sabar membimbing dan membagikan kami banyak ilmu sesuai bidang mereka maupun pengetahuan-pengetahuan lainnya diluar akademis dan juga para staff yang boleh selalu membantu dan menolong saya dalam berbagai hal baik dalam mengusrusi perkuliahan, administrasi dan sebagainya.

(9)

ix

Pdt. Ny. S Maak Latuputty S. Th sebagai supervisor Lapangan yang mengajarkan mengenai berbagai hal dalam berpelayanan dan cara BerGPIB yang baik.

9. Untuk Keluarga besar GPIB Jemaat “Sola Gracia” Marangkayu berserta Pospel Petra Perangat, tempat saya berpraktek PPL X dan XI. Pdt. Liat Sihotang S.Si (Teol) sebagai mentor yang baik dan selalu mendukung dan menodorong saya untuk mampu melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan selama berpraktek, berserta segenap Presbiter, yang telah menerima dan mendukung saya dalam melaksanakan PPL X dan XI selama kurang lebih 8 Bulan. Oktavianus sebagai Kostor dan Ibu Prily M. Sinaga sebagai pegawai kantor, an Boaz, an Keliyn, an Hadasa, an Kanaya yang selalu menjadi penyemangat saya dalam keseharian saya selama melaksanaan PPL (Praktek Pendidikan Lapangan) X dan XI.

10. Keluarga besar Ibu Roma Sinaga dan Ibu Reni Sinaga yang memberi tempat tinggal bagi saya selama berpraktek di gereja induk. Keluarga besar Bapak Andarias Manda sebagai keluarga yang memberi tempat tinggal di Pospel Petra Perangat. Keluarga Besar Bapak Yosep Tulak sebagai keluarga yang menjadi Orang Tua kedua saya di tanah rantau yang terus memberi nasehat, semangat, perhatian dan mimbingannya bagi saya. rekan-rekan Gerakan Pemuda Sdr Sentosa Tandidatu, Yonatan Bara, Milania Tappang, Yessi F Naten, Aldi Sondakh, Alfa L Nadia, Gabriel pangemanan Brayen Doludea dan Maycel Boro, Alfianus, Maidy Baso dan lainnya.

11. Untuk para pelayan Pelkat khususnya Pelayanan Anak dan Persekutuan Teruna, Ibu

Belly (Ma’Salmon), Ibu Prily (Ma’Boaz), Ibu Serly (Ma’Reksi), Ibu Rini, Ibu

Marnatati (Ma’Ifan), Ibu Priska, Ibu Maidy (Ka’Me atau Ma’ Chiko), Ibu Lince (Ma’

Silver).

12. Sinode GPIB yang menerima saya sebagai Vikaris GPIB 2017 dan memberi kesempatan bagi saya untuk menjadi seorang pemimpin, bukan hanya untuk memimpin sakramen melainkan juga memimpin jemaat.

(10)

x

(11)

xi

MOTTO

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose

3:23

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Amsal 1:7

Untuk Martina dan Piere Tangke,

(12)

xii Abstrak

Pembinaan PAK Kategorial Remaja, merupakan hal yang harus dilakukan secara menyeluruh di dalam setiap pembinaan kaum remaja di GPIB Sola Gracia Marang Kayu. Di dalam penulisan ini teori yang digunakan adalah pandangan Robert R. Boehlke yang menjelaskan bahwa inti dari PAK (Pendidikan Agama Kristen) ialah usaha gereja untuk

“menolong”, setiap warga jemaat disetiap kategori usia. Dengan menggunakan metode

kualitatif deskriptif penulis ingin melihat pembinaan yang dilakukan oleh gereja.

(13)

1

I. Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Pada perkembangan Gereja masa kini, Gereja bukan hanya sebagai rumah ibadah melainkan juga sebagai tempat untuk belajar. Di dalam Gereja, warga jemaat dibina melalui berbagai kegiatan gereja. Kegiatan-kegiatan gereja tersebut merupakan sebuah poroses pengajaran, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus yakni seperti pengajaran PAK Kategorial yaitu PAK Kategorial Remaja. Di dalam kehidupan bergereja, pembinaan terhadap remaja merupakan salah satu sentral pembinaan yang sangat penting, karena remaja merupakan generasi yang akan meneruskan perjuangan gereja dimasa mendatang.1

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata remaja merujuk pada seseorang yang mulai dewasa. Pada pengertiaannya remaja juga sering diungkapkan sebagai teruna yaitu menurut KBBI adalah pemuda; anak muda.2Remaja ialah bagian dari masyarakat yang jumlahnya saat ini masih sangat mendominasi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan menjadikannya sebagai gererasi baru yang lebih kuat dan kaum tua semakin berkurang kekuatannya.3Kehadiran juga remaja selalu identik dengan slogan “generasi penerus bangsa”.4Dari keterangan tersebut memberikan pemahaman bahwa remaja adalah generasi yang akan mewarisi masa depan peradaban selanjutnya, karena hal tersebut remaja memikul tanggung jawab yang berat dan oleh sebab itu remaja haruslah dipersiapkan sejak dini, yakni untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan pada zaman yang akan datang. Tantangan yang akan mereka hadapi bukanlah persoalan yang mudah, karena kaum remaja saat ini akan mewarisi serta memperbaiki sistem-sistem perekonomian dan juga memperbaiki tatanan struktural yang lebih baik dari pada generasi sebelumnya, dengan demikian generasi penerus bangsa khususnya bagi kaum remajaharuslah benar-benar dipersiapkan sebaik mungkin dari segi mental maupun spiritualnya.5

Masa remaja adalah masa yang penuh perubahan, yakni munculnya perubahan baru baik secara fisik maupun mental dan adanya perkembangan psikoseksualitas dan

1

Hendri Christiano. “PAK Bagi Remaja Tumbang Apat”. http://hendrycr.blogspot.co.id/2012/09/pak-bagi-remaja-tumbang-apat.html diakses 03-03-2017.

2

Indonesia, Depertement pendidikan nasional, Pusat bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi 3(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008), http://kbbi.web.id/ diakses 13-03-2017.

3

Wilson Nadeak. Memahami Anak Remaja. (Yogyakarta: Kanisius. 1991), 5.

4

Ibid., 6

5

(14)

2

emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja.6 Hal ini dialami karena remaja pada masa kecilnya tidak mengalami perubahan baru tersebut, sehingga membuat masa remaja penuh dengan kegelisahan, canggung, penuh perasaan, selalu bertanya-tanya pada dirinya, serta mereka cenderung berusaha untuk mengatasi masalahnya sendiri. Masa remaja juga sering dikatakan sebagai masa“krisis”,7 maksud dari masa krisis ini ialah masa dimana seorang anak mengalami transisi atau perpindahan gejolak karena adanya perubahan pada diri mereka, sehingga mereka perlu menyesuaikan diri untuk mengantisipasi perubahan tersebut.8Remaja juga selalumenjadi sorotan masyarakat terutama mengenai penyimpangan tingkah lakunya seperti perkelahian, penyalahgunaan obat dan narkotika, merosotnya moral dan pelanggaran hukum, seks bebas serta hamil di luar nikah. Pada kenyataannya saat ini,walaupun semua remaja mengalami perubahan, namun tidak semua remaja mengalami penyimpangan tingkahlaku. Terjadinya penyimpangan tingkahlaku juga tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi,salah satunya adalah faktor didikan kepribadian dari orang tua dan lingkungannya karena kepribadian yang masak dan lingkungan yang baik akan memberikan kemungkinan remaja dapat menjauhi prilaku yang buruk, bahkan mau mengembangkan dirinya kepada hal-hal yang bersifat positif secara optimal.9

Remaja juga disebut Adolesence yang artinya tumbuh ke arah dewasa. Hal ini memberi arti bahwa remaja berada di dalam posisi peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Secara fisik remaja dapat disamakan dengan orang dewasa, namun secara psikologis, sosial, dan ekonomi remaja masih jauh berbeda di bawah seorang yang dewasa. Keadaan seperti inilah yang sering kali menimbulkan perasaan ketidakseimbangan antara sikap yang harus diberikan kepada anak remaja yakni ingin diperlakukan sebagai anak-anak dan ingin juga diperlakukan sebagai orang dewasa.10Dalam membantu remaja mengatasi dan menerima perubahan-perubahan tersebut, maka diperlukan adanya pengertian mengenai masalah-masalah yang dihadapi remaja baik pada remaja itu sendiri maupun orang tua, guru dan masyarakat sekitarnya bahkan gereja.11

Peranan orang tua, masyarakat dan gerejajuga haruslahhadir didalam proses pendidikan kaum remaja atau teruna. Di dalam sekolah, remaja akan dibimbing dan dibina

6. P.Y. Kusuma. T dan A. Marlinata (Editor).

Materi Penyuluhan Remaja. (Surabaya: Biro Penyuluhan Remaja :Komisi Keluarga Keuskupan Surabaya .2000), 20.

7

Hardi Budiayana. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen. (Solo: Berita Hidup Seminary. 2011), 151.

(15)

3

oleh guru untuk belajar menyaring segala informasi yang bersifat materi, yaitu mengenai berbagaimacam ilmu-ilmu dibidang eksakta. Di lingkungan tempat tinggalnya pun, seorang remaja akan dibimbing oleh masyarakat untuk menaati nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di dalam lingkup tempat tinggalnya.Dalam Gerejaanak-anak remaja dibina dan dibimbing dalam ranah iman dan spiritualnya, akan tetapi pembinaan-pembinaan tersebut tidaklah menjadi pembinaan yang baik jika masyarakat yang membimbing tidaklah memiliki pengetahuan yang cukup luas sehingga proses pembinaan pada remaja belum memperoleh cara yang lebih efektif untuk memberikan sebuah pola pemikiran yang baik dan benar serta dapat memperkecil angka kenakalan remaja saat ini, walaupun seringkali orang tua dan guru sering dibuat tak berdaya dengan ulah remaja yang terkadang selalu melampaui batas norma sopan santun dan juga tidak semua remaja bertindak demikian, karena masih banyak juga remaja yang bertingkah laku baik dan terpuji.12

Di dalam proses perkembangan seorang remaja juga tidak luput dari istilah-istilah asing yang diberikan kepada remaja seperti Puberteit, Adolescentia dan Youth. Dari perkembangan istilah-istilah ini dapat disimpulkan bahwa di dalam penempatan sebutanbagi anak-anak remaja juga di pengaruhi oleh faktor usia. Masa Puberteit adalah masa antara usia 12 hingga 16 tahun dan Adolescentiaadalah masa sesudah pubertas yaitu antara 17 hingga 22 tahun, sehingga pada masa-masa ini, merupakan masa dimana seorang remaja mempelajari lingkungan hidupnya sebagai bagian dari identitas dirinya. Di Indonesia sendiri masa remaja kerap kali menjadi sorotan, karena ditinjau dari sudut hukum kedewasaan ditetukan oleh umur dan status pernikahan sehingga ketika seorang anak mencapai usia 17 tahun maka ia akan dianggap dewasa, akan tetapi ketika seorang anak sudah menikah dan usianya kurang dari 17 tahun sudah dianggap dewasa.13Dari pemamparan diatas, mencerminkan bahwa hukum di Indonesia mengenai status kedewasaan seorang anak masih sangat bias.Di dalam proses pembimbingan juga khususnya secara kristiani juga diperlukan, untuk mendidik remaja memahami arti iman dan spiritualitas mereka, sehingga remaja dapat menyadari dan menilai bahwa pengajaran yang mereka dapatkan baik di rumah, di sekolah maupun di gereja sangatlah penting untuk diterapkan oleh mereka di dalam melakukan aktivitas kesehariannya, sehingga mereka menjadi pribadi yang dapat bertanggung jawab di dalam setiap tindakan yang mereka ambil.

12

Ibid.,154.

13

(16)

4 1.2Gambaran Umum Gereja GPIB

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat atau di singkat GPIB, memiliki beberapa PelKat atau Pelayanan Kategorial yang merupakan unit misioner sebagai wadah pembinaan warga gereja dalam keluarga dan masyarakat sesuai kategori agar para anggotanya berperan aktif dalam pengembangan panggilan dan pengutusan gereja secara utuh dan berkesinambungan. Pelayanan Kategorial adalah pelaksanaan misi gereja, kepada anak-anak di sebut Pelayanan Anak (PA), Teruna disebut Persekutuan Teruna (PT), pemuda di sebut Gerakan Pemuda (GP), kaum Ibu di sebut Persekutuan Kaum Perempuan (PKP), kaum Bapak di sebut Persekutuan Kaum Bapak (PKB), Kaum Lanjut Usia disebut Persekutuan Kaum Lanjut Usia (PKLU). Pada Ibadah yang dilakukan untuk PA (Pelayanan Anak) dan PT (Persekutuan Teruna) di sebut IHM (Ibadah Hari Minggu), sehingga penyebutan bagi ibadah pelayanan kategorial ini sering disebut dengan IHMPA (Ibadah Hari Minggu Pelayanan Anak) dan IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna).14

Dari setiap Pelayanan Kategorial ini diikuti oleh semua warga GPIB yang juga memiliki jenjang usia, yakni untuk PA (Pelayanan Anak) diikuti oleh semua anak warga GPIB sampai batas usia 12 tahun. PT (Persekutuan Teruna) diikuti oleh semua anak yang berusia sekitar 13 sampai dengan 17 tahun. Kelas Eka sekitar usia 13-15 tahun dan untuk kelas Dwi sekitar usia 15-17 tahun. GP (Gerakan Pemuda) diikuti semua pemuda berusia 18 sampai dengan maksimal 35 Tahun tapi jika belum menikah dengan catatan belum melebihi 45 tahun. Diatas 45 tahun dianjurkan untuk mengikuti PKP atau PKB. Pelayanan Kategorial PKP (Persekutuan Kaum Perempuan) diikuti oleh semua kaum perempuan warga GPIB berusia 35 tahun keatas atau belum berusia 35 tahun tetapi sudah menikah. Pelayanan Kategorial PKB (Persekutuan Kaum Bapak) diikuti oleh semua laki-laki warga GPIB berusia 35 tahun keatas atau belum berusia 35 tahun tetapi sudah menikah atau atas kemauannya sendiri. Pelayanan Kategorial PKLU (Persekutuan Kaum Lanjut Usia) diikuti oleh semua warga GPIB diatas usia 60 tahun atau atas kemauannya.15Dari pemamparan diatas penulis memahami bahwa setiap bagian PelKat (Pelayanan Kategorial) memiliki sebuah andil yang cukup besardalam menunjang pertumbuhan dalam ranah spiritualitas warga jemaat di setiap kategori. Walaupun di dalam strata pendidikan setiap warga jemaat berbeda, namun di dalam pengembangan spiritualitas mereka dapat terkontekstualisasi,sehingga pendalaman iman yang dilakukan dalam ibadah Kategorial tersebut dapat tepat sasaran danjuga warga jemaat dapat

14

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat. Buku IV: Tata Gereja, 265

15

(17)

5

mengerti dan memahami tugas panggilannya berserta tanggungjawabnya sebagai seorang Anak, Remaja, Pemuda, Bapak, Ibu (Perempuan), serta Kakek dan Nenek (Lansia).

Peranan gereja khususnya GPIB (Gereja Protestan Indonesia bagian Barat), juga memberikan sebuah perhatian khusus terhadap kaum remaja yaitu melalui pembinaan rohani yang selalu diadakan setiap minggunya dalam bentuk pelayanan IHMPT (Ibadah Hari Minggu PersekutuanTeruna). Di dalam pelaksanaan IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) ini, selain diberikan bimbingan kearah pemahaman iman dan pengembangan spiritualnya, teruna juga diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi diri mereka sesuai dengan jenjang usia mereka yang sangat produktif untuk menerima berbagai informasi disekitar mereka, mengkontekstualisasikannya serta mentransformasikannya ke dalam sikap dan perilaku mereka yang tentunya mengikuti arus perkembangan zaman. Didalam pelayanan IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna), para kakak layan membimbing, mengayomi teruna untuk dapat memahami makna firman Tuhan yang mereka dengar dan mengkontekstualisasikannya pada masa kini serta menyikapi segala fenomena yang terjadi disekitar mereka akibat perkembangan zaman tersebut, sehingga teruna dapat mengerti dan memahami bahwa mereka juga adalah bagian dari perkembangan zaman dan mereka harus melakukan sebuah penyikapan yang positif di dalam membangun karakter dan kepribadiannyahinggateruna siap menjadi seorang yang beranjak dewasadan mewarisi masa depan peradaban selanjutnya. Melalui pelaksanaan IHMPT(Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna),kakak layan atau pengurus pelkat memiliki tugas dan tanggungjawab yang cukup besar untuk menjalankan misi gereja yaitu mengajar, membimbing warga gereja khususnya teruna dalam membantu menumbuhkembangkan iman dan spiritualitas mereka sejak dini, sehingga mereka siap untuk menjadi pemuda atau pemudi yang berkarakter dan mencontoh sikap Kristus di dalam kesehariannya.

(18)

6

hematpenulis juga, Masa remaja bagi Pelayanan kategorial di GPIB adalah masa transisi yang cukup kritis karena ketika seorang anak berpindah dari PA (Pelayanan Anak) ke PT (Pelayanan Teruna) mereka tidak hanya akan dibina untuk mendengarkan saja melainkan juga untuk lebih kritis menanggapi konteks permasalahan di sekitar mereka melalui khotbah atau renungan dari kakak layan dan ketika teruna berusia usia 17 tahun, mereka akan melakukan pembinaan lanjutan yaitu proses katekisasi, yang mengantarkan teruna kepada pernyataan kedewasaan dan kepercayaannya kepada Allah tritunggal dengan imannya, sehingga pelaksanaan pembinaan terhadap Pelkat PT (Persekutuan Teruna) haruslah ditingkatkan.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemamparan di atas, maka melalui penelitian ini penulis akan menggunakan pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan IHMPT di GPIB Sola Gracia Marang Kayu di Kalimantan Timur?

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan IHMPT GPIB Sola Gracia Marang Kayu di Kalimantan Timur.

3. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian kualitatifyaitu penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah informasi dari sejumlah pihak dan hasil temuan peneliti dengan mendiskripsikan, mencatat, analisa, dan menginterpretasikan kondisi yang saat ini terjadi.16. Sebagaimana pada penulisan ini penulis berupaya melihat kondisi penelitian dengan meninjau praktek pelaksanaan Ibadah Hari Minggu Pelayanan Teruna di GPIB Sola Gracia Marangkayu dengan meninjau kembali PAK Kategorial Remaja. Apakah dari pelaksanaan tersebut dapat menolong teruna untuk memahami imannya dan bertumbuh serta berkembang khususnya dari dalam sisi spiritualnya dan juga mengeksplor diri mereka dengan baik, yang tentunya teruna mau menerapkan pesan-pesan dari renungan atau khotbah yang disampaikan oleh kakak layan.

Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam melakukan pengambilan data adalah dengan menggunakan dua teknik yaitu: Pertama, dengan metode wawancara ialah

16

(19)

7

proses pengumpulan datamelalui proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dan responden. Kedua, dengan menggunakan metode observasi ialah proses pengumpulan data, dimana data yang dikumpulkan menggunakan indra penglihatan (mata). Manfaat dari teknik ini ialah dapat mengurangi jumlah pertanyaan, dapat mengukur kebenaran jawaban pada wawancara, untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara.17

Penulis juga berusaha melakukan pembatasan masalah untuk menetapkan batasan-batasan dari masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis membataskan penelitian kepada adik-adik teruna, pelayan PT (Persekutuan Teruna) dan kepada jemaat serta presbiter yang dahulu pernah mengajar atau menjadi Kakak Layan di IHMPT (Ibadah hari Minggu pelayanan Teruna). Sehingga dalam penelitian ini penulis dapat fokus terhadap masalah-masalah yang terjadi selama observasi peneliti.

Pada penelitian ini, Penulis ingin memberi sumbangsih bagi gereja, untuk dapat terus memperhatikan kebutuhan Teruna di dalam Ibadah Kategorial, sehingga teruna dapat mengeksplor diri mereka baik dalam ranah intekektualnya maupun dalam ranah spiritualnya, yakni melalui pertumbuhan imannya teruna dibentuk menjadi pribadi yang dapat mempraktekan firman Tuhan di dalam keseharian mereka dan juga diharapkan teruna dapat menilai dan menyikapi segala fenomena yang terjadi disekitarnya dengan positif. Melalui penelitian ini, dapat juga memberikan langkah lanjutan pelayanan kategorial bagi teruna, agar pelayanan tersebut dapat secara maksimal menolong teruna membangun karakter dan kepribadiannya dalam perspektif iman mereka, sehingga adanya penelitian ini juga dapat membantu gereja untuk dapat terus mengembangkan pelayanan misionernya di tengah jemaat maupun masyarakat sekitar dengan membina teruna sebagai harapan masa depan gereja.

1.3Sistematika Penulisan

Penulis membagi beberapa tulisan ini dalam beberapa bagian yaitu: Pada bagian pertama Pendahuluan (Berisikan latar belakang, rumusan masalah, metode penelitian), bagian kedua berisikan Landasan Teori yang berisikan Teori PAK Kategorial remaja, Bagian ketiga ialah Hasil Penelitian yaitu Hasil temuan penulis yang ada di lapangan, bagian keempat merupakan Analisaterhadap temuan dan teori, bagian kelima ialah Penutup yakni berisi kesimpulan akhir dari hasil penelitian dan analisa serta Saran.

17

(20)

8 II. LANDASAN TEORI

Pada masa kini, kehadiran remaja di dalam gereja bukanlah hal yang baru. Kehadiran remaja bagi gereja juga bukanlah hal yang bisa disepelekan karena remaja juga merupakan bagian pelayanan misioner gereja untuk bertumbuh serta berkembang khususnya dari dalam sisi spiritualnya. Oleh sebab itu sudah selayaknya perhatian terhadap remaja terus dikembangkan karena masa remaja ialah masa transisi sehingga setiap remaja pasti akan terus berkembang baik dalam segi fisik maupun spiritualnya danbahkan di dalam lingkungan masyarakatpunpastinya akan mengalami berbagaimacam perubahan seiring dengan perkembangan zaman yang kian hari makin mengunggulkan kecanggihan teknologi dengan demikian, pembimbingan terhadap remaja sangatlah penting, bukan hanya itu saja baik keluarga maupun gereja juga harus dapat terus memperbaharui diri menyikapi segala fenomena yang terjadi pada masa kini dengan meninjau kembali pemahaman PAK (Pendidikan Agama Kristen).

PAK (Pendidikan Agama Kristen) ialah merupakan sebuah usaha yang diberisi ajaran tentang iman Kristen yang menekankan tiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan (kognitif), Sikap dan nilai-nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) yang berlandaskan iman Kristen. Pengajaran mengenai Agama Kristen adalah bagian dari pendidikan Agama Kisten yang berisi penyampaian ajaran-ajaran Pendidikan Agama Kristen yang sampai pada merubah dan membentuk sikap atau karakter naradidik dalam kehidupannya sehari-hari. PAK (Pendidikan Agama Kristen) pada dasarnya lebih ke arah wawasan pengetahuan, ajaran-ajaran yang berlandaskan kekeristenan (Alkitab), sehingga dapat dipahami bahwa PAK (Pendidikan Agama Kristen) bukan hanya sekedar Pendidikan Kristen melainkan juga memberikan pengajaran dan pengetahuan serta keterampilan pada nilai-nilai kekeristenan yang berlandaskan pada firman Tuhan.18

Menurut hemat penulis, ketiga aspek ini berkaitan dengan bagaimana seorang anak belajar dari hal yang ia lihat, dengar, rasa mengenai hal-hal di sekitarnya. Dari ketiga aspek yaitu Afektif, Psikomotorik dan Kognitif akan membentuk anak baik dalam kepribadiannya maupun dalam sikap dan perilakunya. Tanpa adanya ketiga sikap tersebut seoranganak akan merasakan kebingungan didalam diri mereka baik di dalam mengambil sikap maupun dalam melakukan segala hal yang berhubungan dengan dirinya dan masyarakat sekitar. Adanya

18

(21)

9

PAK Remaja, menjadikan seorang anak dapat menyikapi secara penuh apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri sesuai dengan ajaran yang mereka terima baik dari orang tua, guru, ataupun kakak layan di gereja.

Remaja atau Pemuda adalah masa yang penuh dengan perubahan yakni dalam bentuk fisik ataupun mental juga dalam hal-hal mengetahui sesuatu yang baru, sehingga remaja perlu adanya penyesuaian diri akan perubahan tersebut. Tujuan PAK remaja adalah untuk membantu remaja agar dapat mengatasi dan menerima perubahan-perubahan itu melalui peranan orang tua, guru, dan masyarakat sekitarnya, sehingga remaja dapat memahami bahwa walaupun tidak semua remaja juga mengalami penyimpangan tingkah laku dansemua remaja dapat mengembangkan diri mereka ke arah yang lebih baik.19

Menurut E.G Homrighousen, Pendidikan Agama Kristen adalah usaha sadar gereja dalam mendidik anak didiknya dalam rangka pewarisan iman Kristen dengan segala kebenarannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab dan melatih mereka untuk hidup harmonis sesuai dengan iman Kristen dan juga seseorang tersebut dapat menjadi anggota gereja yang dewasa yakni menyadari dan meyakini imannya dalam mempraktekannya ke dalam kehidupannya sehari-hari.20 Adapun pemikir lain yaitu Robert R. Boehlke, yang menurutnya Pendidikan Agama Kristen ialah sebuah usaha gereja untuk menolong seseorang di setiap usia untuk menjawab penyertaan Allah dalam Yesus Kristus, Aklitab dan kehidupan gereja di bawah pimpinan Roh Kudus. Supaya mereka dapat diperlengkapi untuk melayani ditengah lembaga gereja, masyarakat dan dunia (Alam).21 Pandangan Boehlke juga tidak jauh berbeda dengan pandangan Werner C. Graendrof, menurutnya PAK (Pendidikan Agama Kristen) adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus yang membimbing pada setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana-rencana dan kehendak Allah melalui Yesus Kristus dalam setiap aspek kehidupan dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan murid.Daniel Nuhamara dalam bukunya pembimbing PAK (Pendidikan Agama Kristen) mengatakan bahwa komisi PAK dari dewan gereja-gereja di indonesia pernah merumuskan tujuan akhir PAK, yaitu

“mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam

(22)

10

Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan roh kudus Ia datang ke dalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah dan sesamanya manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus yang hidup”.22Di dalam aspek fungsionalnya juga PAK berusaha membimbing setiap pribadi ke pada tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman mengenai rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam segala aspek kehidupannya, sehingga nara didik dapat memperlengkapi diri mereka bagi pelayanan yang efektif. Yohanes 1:43 menekankan bahwa Kristuslah sebagai penyedia dan pendorong serta sang fasilitator dalam bimbingan.23

Dari serangkaian pemamparan para ahli PAK (Pendidikan Agama Kristen), penulis menggunakan pemikiran Robert R. Boehlke sebagaimana di dalam penjelasannya menjelaskan bahwa inti dari PAK (Pendidikan Agama Kristen) ialah usaha gereja untuk

“menolong” dalam Pembelajaran dan pengajaran yang berlandaskan pada Alkitab yakni melalui pengajaran dari Kristus dan di bantu oleh kuasa Roh kudus, kepada pengenalan akan Allah di setiap kategori usia, sehingga menurut hemat penulis PAK (Pendidikan agama Kristen) sangatlah penting untuk dikembangkan secara terus menerus seiring dengan perkembangan zaman dan diajarkan kepada anak didik agar mereka dapat memahami dirinya sebagai bagian dari rancangan dan kehendak Allah dan mereka dapat memperlengkapi diri mereka dalam menjadi pelaku firman yang baik, khususnya di dalam beribadah karena membimbing warga jemaat denganPAK (Pendidikan agama Kristen) adalah tugas utama gereja dalam mewujudnyatakan Visi dan Misi Gereja Khususnya GPIB.

PAK (Pendidikan agama Kristen) dalam gereja juga haruslah menjadi dasar yang kuat di dalam pembinaan warga gereja sehingga dengan adanya PAK (Pendidikan agama Kristen) dapat menjadikan warga gereja kian sadar akan iman dan spiritualitasnya, khususnya bagi kaum remaja. Oleh sebab itu pembinaan bagi remaja atau teruna GPIB sangatlah penting di dalam ibadah persekutuan mereka. karena bagaimanapun juga teruna adalah masa-masa yang sangat labil bagi gereja karena mereka ada dalam kategorial pertengahan antara anak-anak dan Pemuda. Setelah berpindah kelas dari pelayanan kategorial anak ke Pelayanan Kategorial Persekutuan Teruna, adik-adik dibina dalam persekutuan tersebut sehingga pada masanya yaitu usia 17 tahun, mereka akan menghadapi proses katekisasi dan peneguhan sidi, dan

22

Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK: Pendidikan Agama Kristen. (Bandung: Jurnal Info Media 2007),31.

23

(23)

11

menyatakan diri di hadapan Allah bahwa mereka telah dewasa secara imannya.Setelah itu, barulah mereka akan masuk ke dalam Pelayanan Kategorial Gerakan pemuda. Menurut hemat penulis, dalam hal ini Pembinaan bagi kaum remaja atau teruna merupakan bagian terpenting dan terberat dari pembinaan Kategorial yang ada.

Pembinaan dan bimbingan yang dilakukan dalam ibadah IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) merupakan sebuah usaha sadar gereja khususnya GPIB untuk membimbing dan membina teruna untuk menyikapi fenomena yang saat ini terjadi di sekitar mereka dan dari pengajaran tersebut teruna bukan saja mengenal akan apa yang baik atau yang buruk bagi mereka tetapi juga, teruna dapat mengkritisi dengan positif setiap hal yang dihadapinya dalam lingkungan sekitarnya baik di rumah, sekolah, gereja maupun di dalam masyarakat sekitarnya.Adanya sikap itu, diharapkan teruna di dalam masa perubahan yang mereka hadapi saat ini dapat menyikapi dan menyadari bahwa merekalah yang akan menjadi generasi penerus perjuangan gereja. Dengan demikian, adanya pemahamangereja khususnya bagi GPIB dapat memberikan solusi terbaik untuk menolong dan memperlengkapi teruna di dalam pelaksaaan IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) baik dalam segi psikomotorik, afektif dan kognitifnya sehingga dapat menjadikan teruna yang mandiri, bertanggungjawab dan terus mengandalkan Tuhan di dalam segala aktivitas kesehariannya.

III. HASIL PENELITIAN

(24)

12

pengajaran yang selalu sama, sehingga menyebabkan kejenuhan bagi teruna itu sendiri. Oleh sebab itu diperlukan adanya sebuah tinjauan mengenai pelaksanaan PAK (Pendidikan Agama Kristen) Kategorial Remaja.

Dari pemamparan diatas, menyikapi kondisi PelKat Persekutuan Teruna di GPIB Sola Gracia Marangkayu, penulis telah melakukan serangkaian wawancara baik terhadap pelayan PT (Persekutuan Teruna) atau kakak layan, maupun terhadap adik layan atau teruna itu sendiri. Penulis juga mewawancarai beberapa nara sumber pendukung seperti presbiter dan juga warga jemaat yang dahulu pernah terlibat langsung dalam Ibadah PT (Persekutuan Teruna) untuk menilai dan meninjau apakah ibadah IHMPT menurut pandangan mereka.

Dari hasil wawancara dengan beberapa orang teruna yang meminta untuk dirahasiakan namanya. Menurut mereka, Bagian Ibadah yang mereka sukai adalah bagian khotbah tetapi ada juga yang menyukai lagu-lagunya karena menyentuh hati.24Dalam menanggapi wawancara ada juga teruna yang hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan.25Mengenai peribadahan mereka berpendapat bahwa banyak kendala yang sering dirasakan oleh mereka adalah sebagaimana keadaan tempat mereka beribadah itu berisik,sehingga membuat mereka sulit untuk dapat berkonsentrasi dan juga sering kali lagu yang dinyanyikan dalam ibadah mereka tidak tahu.26

Adapun pendapat sebagian besar teruna megungkapkan bahwa IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) yang setiap minggunya mereka lakukan sudah cukup baik, walaupun sebagian kecil dari mereka belum memahami benar-benar pesan atau nasehat kakak layanketika berkhotbah atau memberikan renungan. Dalam penyampaian khotbah teruna berpendapat bahwa kakak layan menyampaikannya dengan cepat dan juga terkadang dalam penyampaian renunganmenurut teruna terasa monoton dan membosankan, karena penyampaian kakak layan kurang menarik dan membuat teruna menjadi kurang fokus untuk berpikir dan merenungkan inti pesan yang didapat.Mereka jugaberpendapat bahwa sebenarnya renungan atau khotbah yang disampaikan kakak layan menolong mereka untuk menjadi seorang remaja atau teruna yang baik dan menjauhi tindakan atau prilaku yang tidak baik seperti bergaul dengan anak-anak nakal dan kebiasaan ikut-ikutan teman serta menjauhi narkoba, dan lain sebagainya.27Harapan mereka untuk pelaksanaan IHMPT agar dapat lebih

24

Hasil wawancara BI Minggu 09 April 2017 , Pukul 08:30 WITA

25

Hasil wawancara SR Minggu 09 April 2017 , Pukul 12:00 WITA

26

Hasil wawancara BI Minggu 09 April 2017 , Pukul 08:30 WITA

27

(25)

13

lama lagi dilakukan atau setidaknya di mulai tepat waktu sehingga di dalam ibadah tidak terkesan terburu-buru dan mereka dapat menangkap pesan khotbah yang disampaikan.28

Tanggapan teruna juga mengenai khotbah atau renungan, mereka ingin agar penerapannya juga diselingi dengan berbagai metode yang bervariatif seperti diskusi dan games yangbaru dan lebih sering dilakukan, karena menurut mereka dengan adanya metode

tersebut menolong mereka untuk lebih cepat memahami pesan atau inti dari renungan yang disampaikan oleh kakak layan serta dapat membuat teruna lebih bersemangat dan tidak cepat bosan.29Menurut pendapat teruna sendiri, mereka lebih memilih untuk melakukan IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) yang cenderung cukup lama asalkan diskusi tersebut dibuat senyaman dan seasik mungkin.30 Dari hasil temuan penulis, hasil pembinaan yang terjadi selama Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna, dapat juga memberikan implus lain yang sangat positif yaitu seperti pengurangan rasa stres yang mereka terima di sekolah selama sepekan, tidak hanya itu saja dari pembinaan tersebut teruna dapat terbekali oleh pengetahuan firman Tuhan yang baru dan tentunya dapat menginspirasi mereka melalui sikap dan tindakan tokoh-tokoh Alkitab yang menjadi panutan atau teladan dari setiap khotbah atau renungan yang disampaikan oleh kakak layan, sehingga pengetahuan mereka tidak hanya berkembang dari segala pelajaran yang mereka terima di sekolah melainkan juga ikut berkembang dari pengajaran yang mereka terima di dalam gereja khususnya dalam mengembangkan iman dan spiritualitas mereka.Harapan mereka kedepannya adalah agar IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) terus berjalan dengan lebih baik lagi dari saat ini.

Hasil wawancara terhadap kakak layan teruna, didalam pelayanannya mereka ada yang telah 18 tahun31, 10 tahun32, ada juga yang baru sekitar 3 tahun33 dan 2 tahun menjadi pelayan PelKat Persekutuan Teruna.34 Menurut pandangan kakak layan teruna, Mereka saat ini telah semaksimal mungkin melakukan pelayanan atau memberikan pembinaan yang terbaik untuk teruna, dari semua pengajaran dan nasihat yang disampaikan oleh kakak layan tentunya tidak terlepas dari semua ilmu yang mereka dapat di pembinaan-pembinaan yang mereka ikuti dilingkup Mupel Kaltim II dan juga adanya persiapan yang selalu kakak layan

28Hasil wawancara KE Minggu 09 April 2017 , Pukul 08:30 WITA 29

Hasil wawancara DE Minggu 09 April 2017 , Pukul 08:30 WITA

30

Hasil wawancara KE Minggu 09 April 2017 , Pukul 08:30 WITA

31

Hasil wawancara Ibu Serli Senin 04 April 2017, Pukul 10:00 WITA

32

Hasil wawancara Ibu Martatati Senin 04 April 2017, Pukul 10:00 WITA

33

Hasil wawancara Ibu Prily Senin 04 April 2017 , Pukul 10:00 WITA

34

(26)

14

lakukan setiap minggunya bersama dengan Pendeta dengan panduan buku Sabda Bina Teruna dan dari persiapan tersebut selalu memperhatikan sisi Afektif, Psikomotorik dan Kognitif teruna. Menurut pandangan seluruh kakak layan, mereka telah memberikan nasihat-nasihat yang bersifat membangun dan mendorong atau merangsang adik-adik untuk dapat aktif di dalam IHMPT baik dalam diskusi maupun dalam menanggapi khotbah yang telah disampaikan, hanya saja semua kembali kepada diri teruna apakah mereka mau berubah atau tidak. Menurut kakak layan, secara penyampaian khotbah seharusnya sudah sampai dan menolong teruna untuk mau mengeksplor diri mereka, hanya saja itu membutuhkan tenaga ekstra dan tindakan pertolongan yang tepat agar teruna mau berbicara, yang saat ini masih menjadi pergumulan para pelayan dan belum memiliki jalan keluar yang terbaik.Melihat keaadaan teruna saat ini yang cenderung pasif dan hanya diam mendengarkan di dalam ibadah, akan tetapi masih ada juga teruna yang mau menjawab atau menanggapi pertanyaan yang kakak layan sampaikan. Kepasifan ini juga menurut mereka dikarenakan, teruna kurang fokus ketika mendengarkan renungan atau khotbah sehingga khotbah yang disampaikan tidak dapat diserap dengan baik dan hanya sekedar mendengarkan.35

Kendala saat melayani bagi pelayan adalah ketika mereka hanya diam mendengarkan, menurut tanggapan semua kakak layan diam itu memiliki 2 arti: pertama, mereka memahami atau diam karena mereka tidak memahami, sehingga kakak layan terkadang bingung ketika mereka bertanya kepada teruna dan respon mereka hanya diam.36Dari sejumlah pembinaan-pembinaan Tingkat dasar dan lanjutan yang diadakan oleh Mupel Kaltim II, telah kakak layan lakukan dan terapkan di IHMPT (Ibadah Hari Minggu Pesekutuan Teruna), hanya saja saat ini baru terealisasi karena teruna seakan-akan masih kaget mengenai hal baru yang diterapkan kakak layan.37Harapan kakak layan untuk Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna kedepannya adalah agar teruna dapat tumbuh dan berkembang dengan mau mengeksplor diri mereka dan tidak menjadi generasi pemalu dan juga agar teruna kedepannya dapat mau menyadari bahwa bimbingan atau nasihat kakak layan adalah baik untuk mereka sehingga mereka mau menjadi anak yang saling dengar-dengaran.38 Kendala lainnya adalah sebagaimana adanya kekurangan tenaga pengajar atau kakak layan untuk mengajar dan membina di Ibadah Minggu Persekutuan Teruna dan terkadang dalam melakukan Ibadah Hari Minggu, kakak layan Pelkat Anak sering sekali tidak dapat melayani di Ibadah Hari Minggu

35

Hasil wawancara Ibu Rini Senin 04 April 2017 , Pukul 10:00 WITA

36

Hasil wawancara Ibu Sherli Senin 04 April 2017 , Pukul 10:00 WITA

37

Hasil wawancara Ibu Prily Senin 04 April 2017 , Pukul 10:00 WITA

38

(27)

15

Persekutian Teruna serta hal ini masih menjadi kerinduan jemaat di GPIB Sola Gracia Marangkayu.39

Menurut pandangan Presbiter dan jemaat yang dahulu pernah menjadi pelayan PT (Persekutuan Teruna).Mereka berpendapat bahwa perkembangan Pelkat Persekutuan Teruna saat ini telah berkembang lebih baik dan pesat daripada yang lalu. Perbedaannya sangat jelas, dan terasa oleh mereka karena dahulu persiapan hanya di lakukan oleh pendeta tanpa adanya buku pedoman yaitu SBT (Sabda Bina Teruna), dan saat ini pembelajarannya lebih menarik dan berfariatif daripada pengajaran pada masa mereka menjadi kakak layan.40 Perbedaan lainnya yang dirasakan bahwa dahulumateri yang dibawakan hanya menyesuaikan kalender gerejawi saja.41 Saat ini Ibadah Pelkat PT (Persekutuan Teruna) sudah menggunakan banyak aplikasi atau aktifitas untuk menunjang keterampilan Teruna dengan metode yang baru dengan memanfaaatkan teknologi seperti smartphone dan anak-anak layan disetiap angkatan atau kelas berbeda-beda keaktifannya.42

39

Hasil wawancara Ibu Martatati Senin 04 April 2017 , Pukul 10:00 WITA

40

Hasil wawancara Bapak Welly Minggu 26 Maret 2017 , Pukul 11:00 WITA

41

Hasil wawancara Ibu Debby Minggu 26 Maret 2017 , Pukul 11:00 WITA

42

(28)

16 IV. Analisa

Dari hasil penelitian Penulis, berdasarkan wawancara bahwa IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) yang saat ini dilaksanakan telah terlaksana dengan baik. Di dalam ibadah tersebut khususnya pada penyampaian khotbah sangat menolong Teruna dalam memberi arahan dan bimbingan yang baik untuk memperkuat kualitas iman dan spiritualnya, walaupun masih ada sebagian kecil teruna yang masih belum memahami. Hal yang terpenting dari IHMPT ialah sebagaimana teruna memahami bahwa iman merekalah yang membentuk karakter dan kepribadiannya sehingga, teruna memahami bagaimana nilai-nilai kristiani yang ditanamkan pada diri mereka semenjak kecil dan merupakan pondasi dasar mereka untuk dapat mencapai sebuah tindakan dan prilaku mereka sehari-hari yang berlandaskan firman Tuhan.

Dalam memahami iman kristiani mereka, teruna merasakan bahwa adanya nasihat dan bimbingan yang baik dari kakak layan. Bimbingan tersebut mencangkup tiga pencapaian dasar yakni Afektif (sikap, prilaku dan nilai), Psikomotorik (Keterampilam) dan Kognitif (pengetahuan).Menurut hemat penulis, keberhasilan tersebut dihasilkan karena KMJ (Ketua Majelis Jemaat) turut mengambil bagian di setiap persiapan pengajar atau pelayan, karena sebagai seorang pendeta sudah kewajibannya untuk membina setiap pelayan dalam persiapan. Dari hasil pengamatan penulis, dalam persiapan tersebut lebih menekankan ketiga ranah dasar tersebut, hal ini merupakan bagian dari sebuah inti dari ragkaian khotbah atau renungan yang akan disampaikan ke pada adik layan atau teruna.Inti dalam khotbah itu tentunya menambahpencapaian kopetensi dari buku pedoman teruna yaitu SBT (Sabda Bina Teruna). Adanya SBT memberikan arahan kepada pendeta ataupun pelayan dalam mengarahkan kepada pencapaian yang ingin dicapai dari setiap pembahasan materi. Pembahasan materi tersebut, menghasilkan kesimpulan cerita atau inti cerita yang harus disampaikan kepada adik layan atau teruna.Melalui cerita itulah ketiga ranah dasar yaitu afektif, psikomotorik dan juga kognitif diterapkan, sehingga adik-adik layan atau teruna dapat memahami dan mengerti apa yang harus mereka lakukan di dalam keseharian mereka, yakni teruna mampu mengaplikasikan segala pemahamannya akan iman kristen mereka di kehidupan mereka, keseharian mereka serta dalam sekolah, gereja dan masyarakat dimanapun mereka berada.

(29)

17

(30)

18

PENUTUP KESIMPULAN

Dari kesimpulan penulis, bahwa Pelaksanaan IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) sangatlah menolong teruna dalam mengembangkan kualitas iman dan spiritual mereka, khususnya sebagaimana teruna memahami dan melaksanakan apa yang menjadi refleksi mereka dalam IHMPT (Ibadah Hari Minggu Persekutuan Teruna) yang selama ini mereka ikuti,sertateruna untuk dapat berpikir secara kritis dan dengan adanya metode yang bervariatif dengan menekankan tiga unsur dalam renungan yang diberikan seperti dalam ranah afektif yakni hal yang berkaitan dengan sikap, prilaku dan nilai, minat, motivasi dan dalam ranah psikomotorik ialah berkaitan dengan keterampilan serta kognitif berkaitan dengan pengetahuan dari teruna itu sendri.43Adanya ketiga aspek dasar ini, menjadikan kakak layan atau pengajar lebih terbekali dengan pengetahuan yang cukup untuk membina teruna agardapat mengembangkan bakat minatnya dan juga teruna turut bertumbuh bersama iman mereka dalam pengenalannya terhadap Allah yang ditinjau melalui PAK (Pendidikan Agama Kristen) kategorial remaja, karena di dalam PAK Kategorial ini merupakan sarana dan prasarana agar teruna dapat mencapai sebuah kedewasaan yang benar dan terarah kepada pemahaman dirinya sebagai bagian dan rancangan dari kehendak Allah, sehingga mereka diharapkan dapat menjadi pelaku firman yang baik di tengah keluarga, gereja dan masyarakat sekitarnya.

Dalam mencapai kata “menolong” bagi teruna, kakak layan haruslah lebih aktif dalam memberikan kata kunci dan semangat baru bagi teruna. Tidak hanya itu saja, Teruna seharusnya tidak bergantung pada kakak layan saja melainkan juga harus mau berjuang sendiri atau mandiri dalam mengekspresikan diri mereka di dalam diskusi pada IHMPT (Ibadah Minggu Persekutuan Teruna), selain itu sebagaimana teruna juga harus dapat menyikapi bagaimana menanggapi firman Tuhan yang telah mereka dengar dengan mau saling terbuka dengan kakak layan, sehingga diharapkan dengan adanya hal tersebut, dapat menolong teruna untuk benar-benar memahami dan mengembangkan iman dan spiritualitasnya. Menurut hemat penulis, sebagaimana gereja juga harus menyuarakan kepada jemaat yang tergerak hatinya untuk melayani di dalam IHMPT (Ibadah Minggu Persekutuan Teruna) untuk memberikan pengajaran yang lebih berkualitas dalam mengaplikasikan dan

43

(31)

19

(32)

20 Daftar Pustaka

Budiayana, Hardi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen. Solo: Berita Hidup Seminary. 2011.

Eko Budiarto dan Dewi Anggraeni. Pengantar Episemologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001.

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat. Buku IV: Tata Gereja

Harianto, G.P.Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab dan Dunia Pendidikan Masa Kini: Pembahasan Lengkap Tentang Dasar, Implementasi, dan Penerapan Pendidikan Agama Kristen Dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Kehidupan Saat Ini. Yogyakarta: Andi. 2012.

Homrighausen dan Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1991. Ismail, Andar. Ajarlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama

Kristen. Jakarta: Bpk Gunung Mulia. 2003.

Joyce, Bruce Et All. Model Of Teaching. Jakarta: Pustaka Pelajar. 2016.

Kusuma, P. Y dan A. Marlinata. Materi Penyuluhan Remaja. Surabaya: Biro Penyuluhan Remaja Komisi Keuskupan Surabaya. 2000.

Mardalis. Metode Penelitian suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:Bumi Aksara, 2004. Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Data Sekunder .Jakarta:Rajawali

Pers. 2012.

Nadeak, Wilson. Memahami Anak Remaja. Yogyakarta: Kanisius. 1991.

Nuhamara, Daniel, Pembimbing Pak: Pendidikan Agama Kristen. Bandung: Jurnal Info Media. 2007.

Shelton, Charles M. Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya.Yogyakarta: Kanisius. 1987.

(33)

21 SUMBER INTERNET:

Christiano, Hendri. “PAK Bagi Remaja Tumbang Apat”.

http://hendrycr.blogspot.co.id/2012/09/pak-bagi-remaja-tumbang-apat.html diakses 03-03-2017.

Espeland, Pamela. Buku Pintar Remaja Gaul: Penuntun Agar Sukses Belajar, Bergaul, dan

Tetap Fun. Bandung: Kaifa. 2005.

https://books.google.co.id/books?id=I6dOIfqUn8YC&pg=PA42&dq=pertolongan+pada+rem aja&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pertolongan%20pada%20remaja&f=false

diakses 18-04-2017.

Gunarsa, Singgih D. dan Yulia Singgih Gunarsa. Psikologis Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

2004.https://books.google.co.id/books?id=fe1ELNdtTowC&pg=PA282&dq=psikologi+remaj a&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=psikologi%20remaja&f=false diakses 18-04-2017.

Indonesia, Depertement pendidikan nasional, Pusat bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi 3 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008),

http://kbbi.web.id/ diakses 13-03-2017.

Jurnal Provitae: Volume 1. Yayasan obor Indonesia. 2004

https://books.google.co.id/books?id=d_XrSz7l4NIC&pg=PA92&dq=psikologi+remaja&hl=i d&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=psikologi%20remaja&f=false diakses 18-04-2017 Pailang, Herianto Sande. Membangun spiritual remaja masa kini berdasarkan Amsal 22:6. https://www.academia.edu/7737388/Jurnal_Herianto_4 diakses 03-03-2017.

Sukiat, Titi Julasih. Gejolak kawula muda: Psikologi Remaja.Jakarta: Pustaka sinar Harapan. 1991.

Referensi

Dokumen terkait

 Pada Soft Keying, sinyal informasi memiliki transisi yang lambat dari bit 1 ke 0 atau sebaliknya, sehingga pada gelombang output terjaadi pergantian frekuensi f1 dan f2 yang

Abstrak Pada kasus-kasus aktual di lapangan, penelitian mengenai kondisi air tanah adalah sulit untuk dilakukan, sehingga untuk mempelajari lebih lanjut mengenai tinggi muka air

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 huruf b Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan NasionaljKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran penerimaan orang tua terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah, dapat disimpulkan bahwa penerimaan

Dalam rangka peningkatan efektifitas dan efisiensi pelayanan penelusuran pustaka pada SIRREF JTETI UGM, diharapkan pada penelitian selanjutnya dengan penerapan ontologi

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan kebudayaan kota Yogyakarta dalam membangun pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism) antara lain adalah

Pembangunan PLTA Salu Uro Luwu Utara adalah salah satu diantara beberapa perencanaan bangunan air, sehubung dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian

Maka mukallaf bertasbih kepada Allah dengan menggunakan  Lisanul  Maqal.  Yang mencakup dzikir kepada Allah dalam setiap keadaan dengan asmaul husna, sifat-sifat yang tinggi,