• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PEDAGOGIK IMPLEMENTASI TRANSLATOR NOTASI ALGORITMIK BERBASIS PARSING LL(*) DAN STRING TEMPLATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK PEDAGOGIK IMPLEMENTASI TRANSLATOR NOTASI ALGORITMIK BERBASIS PARSING LL(*) DAN STRING TEMPLATE"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

1

ASPEK PEDAGOGIK IMPLEMENTASI TRANSLATOR NOTASI

ALGORITMIK BERBASIS PARSING LL(*) DAN STRING

TEMPLATE

Wijanarto1, Ajib Susanto2 1,2

Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula 5 - 11, Semarang, 50131, 024-3517261

E-mail : [email protected], [email protected]

Abstrak

Pengajaran pemrograman dasar pada tahun pertama, merupakan matakuliah dasar wajib bagi mahasiswa ilmu komputer. Algoritma merupakan model untuk memecahkan masalah di bidang pemrograman yang di implementasikan dalam bahasa pemrograman. Tidak mudah bagi seseorang dalam membuat solusi dalam bentuk bahasa formal, selain pemilihan alat atau aplikasi yang tepat untuk membantunya. Paper ini hasil penelitian yang melihat aspek pedagogik dari pengajaran pemrograman dengan model notasi algoritmik yang akan menghasilkan Domain Specific Language (DSL) untuk pengajaran pemrograman dasar. Implementasi model pengajaran di wujudkan dengan metode parsing LL(*) dan string template, yang otomatis akan mentranslasikan notasi algoritmik menjadi bahasa c standar. Model notasi algoritmik yang di pilih sudah pernah diterapkan dan diajarkan di perguruan tinggi. Grammar dihasilkan dengan bantuan ANTLR dan string template, yang di sesuaikan dengan model yang di pilih. Metode eksperimen di pakai untuk mengukur apakah terdapat perbedaan mahasiswa yang menggunakan translator dengan yang tidak menggunakan translator. Hasil dari penelitian ini berupa translator yang dapat di jalankan dalam command prompt serta editor gui yang di sebut ETNA (Editor Translator Notasi Algoritmik) serta rekomendasi penggunaan alat yang tepat dalam pengajaran pemrograman dasar. Alat ini diharapkan membantu seseorang atau mahasiswa mendisain solusi dalam bentuk notasi algoritmik, tanpa memikirkan kerumitan dalam bahasa yang pakai.

Kata Kunci: parsing LL(*), aspek pedagogik, translator,algoritmik, experimental method Abstract

Teaching basic programming in the first year , a compulsory basic course for computer science students. Algorithm is a model for solving problems in the field of programming is implemented in a programming language . Not easy for someone to create a solution in the formal language form , in addition to the selection of the right tool or application for help. This paper studies looking at the results of the pedagogical aspects of teaching programming model algorithmic notation which will result in Domain Specific Language (DSL) for teaching basic programming. Implementation of the teaching model embodied by the method of parsing LL (*) and string template, which automatically translates an algorithmic notation became a standard C language. Notation algorithmic models have been implemented in select and taught in college . Generated with the help of ANTLR grammar and string templates, which are customized to the selected models . Experimental methods in use to gauge whether there are differences in the use of students who did not use a translator to translator. Results

(2)

from this research is a translator that can be run in a command prompt and gui editor that called ETNA (Algorithmic Notation Editor Translator) as well as recommendations appropriate use of tools in the teaching of basic programming . This tool is expected to help a person or a student design algorithmic solutions in the form of notation , without thinking about the complexity of the language used.

.Keywords: LL (*), aspects pedagogy, translator, Algorithmics, experimental method

1. PENDAHULUAN

Studi yang pernah dilakukan di Afrika

Selatan menunjukan bahwa

keberhasilan suatu pembelajaran pemrograman dasar di pengaruhi oleh 3 aspek, pertama, lingkungan belajar (alat atau aplikasi) yang mendukung notasi yang sederhana, yang dapat mengkonstruksi notasi umum untuk bahasa pemrograman.

Kedua, penampilan visual dari struktur program harus memungkinkan mahasiswa pemrograman dasar dapat memahami semantik konstruksi program dan ketiga, lingkungan kerja aplikasi harus melindungi mahasiswa untuk tidak melakukan interpretasi dan pemahaman yang salah. Sesederhana apapun, suatu masalah pemrograman yang harus di pecahkan tetap dilakukan secara terstruktur dan ilmiah. Di bidang ilmu komputer atau teknik informatika, langkah atau urutan langkah pemecahan masalah atau metode yang logis, terstruktur dan berhingga di sebut sebagai algoritma [1][2]. Algoritma merupakan metode penyelesaian masalah yang umum dan banyak di lakukan hampir di seluruh bidang ilmu[3].

Di lain pihak pemahaman mahasiswa atau orang yang tertarik mempelajari pemrograman sering terkendala oleh bagaimana menggunakan bahasa itu sendiri. Di Indonesia studi mengenai pembelajaran pemrograman dasar sangat sedikit, apalagi yang

menyangkut alat penunjang atau ketepatan penggunaan aplikasinya. Dalam penelitian yang di lakukan Hidayanti [4], lebih menyoroti metode pembelajaran dari aspek pedagogik, di mana capaian mahasiswa dalam belajar pemrograman dasar sangat rendah di karenakan rendahnya partisipasi, keaktifan dalam berdiskusi dan bertanya serta menjawab pertanyaan dalam kuliah. Sedangkan peneliti lain [5], dalam matakuliah sejenis yaitu komputer dasar, menyimpulkan (masih dari aspek pedagogik) bahwa metode belajar berbasis pada masalah dapat meningkatkan pemahaman materi dan prestasi mahasiswa, namun hanya efektif di lakukan dalam satu siklus saja.

Dengan demikian menurut hemat kami, dalam rangka mempermudah proses

pembelajaran siswa dalam

pemrograman dasar diperlukan model yang dapat menyederhanakan struktur dan semantik instruksi [6], sehingga dapat mempermudah pemahanan serta mengurangi interpretasi yang salah dalam rangka menyelesaikan masalah dalam bidang pemrograman.

Model sederhana yang

diimplementasikan merupakan suatu translator notasi algoritmik yang secara otomatis dapat menghasilkan suatu bahasa pemrograman tingkat tinggi yang umum [7]. Sementara notasi algoritmik yang standar yang diberikan merupakan notasi yang sudah di ajarkan di perguruan tinggi [8]. Paper ini akan

(3)

mengimplementasikan model yang di pilih untuk menghasilkan suatu translator notasi algoritmik ke dalam bahasa C standard dan mengukur tingkat perbedaan yang terjadi dalam pengajaran pemrograman dasar dari aspek pedagogik.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Parsing LL(*)

Parsing LL(*) merupakan perbaikan dar LL(k) untuk k>1, lookahead pada LL(k) terbatas pada k saja, sedangkan dalam LL(*) dapat mengestimasikan berapa kedalaman lookahead. Gambar 1 berikut selengkapnya mengenai notasi predikat grammar pada LL (*).

Gambar 1. Notasi Predikat Grammar LL(*) Definisi formal dari LL(*) [9], sebagai berikut grammar G=(N,T,P,S,,), dimana N adalah himpunan non terminal simbol atau rule, T adalah himpunan terminal simbol atau token, P adalah himpunan produksi, SN merupakan start simbol,  himpunan side effect free predikat semantik, dan

 adalah himpunan aksi (mutator). 2.2 String Template

String Template (ST) [10][11] merupakan engine template dan file template yang di pakai bersama-sama sebagai controller untuk melakukan translasi. ST merupakan DSL untuk

mengenerate teks terstruktur dari internal data struktur untuk output suatu grammar. ST program dapat di tulis dalam java yang merupakan controller dalam finite state automata. Struktur ST dapat terdiri sebagai berikut pada gambar 5,

Gambar 2. Struktur Group Template Template berisi kumpulan referensial mutual pada output yang menyediakan pustaka untuk mengkonstruksi output bagi kontroler. Template di kompilasi menjadi instance bertipe string template yang bertindak sebagai prototype instance selanjutnya.

2.3 Arsitektur Aplikasi

Suatu sistem aplikasi di kembangkan dengan suatu metode atau cara yang beragam, paper ini akan menggunakan pendekatan Model View Contrller (MVC) [12][13][14]. Arsitektur Aplikasi adalah seperti gambar 3 sebagai berikut,

Gambar 3. Arsitektur Translator Notasi Algoritmik berbasis MVC

Input yang berupa file text dalam bentuk notasi standar algoritma akan di baca oleh scanner yang sesuai dengan grammar yang di generate oleh

(4)

ANTLR. String Template merupakan translator (hand coded) notasi ke bahasa yang di spesifikasikan secara simultan saat membuat grammar. Generator notasi, yang menjadi test rig dalam bentuk class akan menghasilkan output bahasa yang valid. Sementara implementasi arsitektur dapat di lihat pada gambar 4 berikut,

Gambar 4. Diagram Block Aplikasi Translator (kernel ETNA) ditandai dengan lingkaran 1, saling berkomunikasi dengan ANTLR, lingkaran 2, String Template dan grammar di tandai lingkaran 3 dan 4, sebagai paket dan kelas yang di pakai kernel. Parser dan Lexer dari grammar yang di hasilkan ANTLR, serta string template yang di tulis khusus untuk bahasa c, dipakai oleh kernel selama ETNA berjalan. GUI sebagai interface ETNA dan user memakai kernel saat diperlukan. Console, lingkaran 5 merupakan translator dalam versi command line yang memakai kernel serta kompiler c, lingkaran 6, sebagai tool luar untuk menghasilkan file eksekusi juga di pakai oleh kernel. Interaksi kernel dan GUI (ETNA) melalui NCEditor, ditandai lingkaran 7. Saat aplikasi dimulai kernel akan di inisialisasikan oleh NCEditor bersama-sama GUI sekaligus sebagai viewer ditandai lingkaran 8, model Translator (kernel ETNA) ditandai dengan lingkaran 9 serta source controller di tandai lingkaran 10, sebagai implementasi model MVC. Sementara tool dari luar Clapham lingkaran 11,

menggenerate image syntax tree yang saat ini di pakai untuk membantu user memahami notasi agoritmik (ke depan akan di manfaatkan untuk error trace secara visual).

2.4. Kerangka Pikir Dan Paradigma Eksperimen [15]

Belajar pemrograman mahasiswa di harapkan tidak terjebak menggunakan bahasa pemrograman (program) yang cenderung rumit dan sukar di pahami, dan alat untuk membantu mahasiswa dalam belajar pemrograman adalah suatu bahasa natural (Notasi Algoritmik) yang mudah di mengerti dan mudah di terjemahkan oleh komputer dalam rangka menyelesaikan masalah di bidang pemrograman. Translator notasi algoritmik dapat membantu mahasiswa memecahkan masalah di bidang pemrograman dasar tanpa belajar bahasa program yang rumit, seperti kerangka pikir yang di jelaskan pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Kerangka Pikir

Paradigma penelitian yang di pakai dalam metode eksperimen adalah seperti pada gambar 6 a dan b berikut,

(a)

(b)

Gambar 6. Paradigma Penelitian Dari gambar paradigma penelitian di atas, variabel penelitian yang telah ditetapkan dikenal posttest dengan

(5)

pengukuran penggunaan tanpa prates. Pembelajaran tanpa menggunakan translator notasi pada kelompok eksperimen dan pembelajaran dengan menggunakan translator notasi algoritmik untuk kelompok kontrol. Setelah itu, kedua kelompok tersebut

dikenai pengukuran dengan

menggunakan pascates. Sedang hipotesa yang di ujian adalah sebagai berikut :

a. Hipotesa Nol (Ho)

1) Tidak ada perbedaan penggunaan translator notasi algoritmik yang signifikan antara kelompok yang menyelesaikan masalah pemrograman dengan menggunakan translator notasi algoritmik dan kelompok yang tanpa menggunakan translator notasi algoritmik.

2) Penggunaan translator notasi algoritmik tidak lebih cepat memecahkan masalah pemrograman dibandingkan dengan tanpa menggunakan translator notasi.

b. Hipotesa Alternatif (Ha)

1) Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaiakan masalah pemrograman antara kelompok yang menggunakan translator notasi algoritmik dan kelompok yang tanpa menggunakan translator notasi algoritmik.

2) Penggunaan translator notasi algoritmik lebih cepat memecahkan masalah pemrograman dibandingkan tanpa menggunakan translator notasi algoritmik dalam menyelesaikan masalah pemrograman dasar.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 ETNA (Editor Translator Notasi Algoritmik)

ETNA atau editor translator notasi algoritmik merupakan hasil

implementasi denga menggunakan metode parsing LL(*) dan string template dalam bentuk GUI. Potongan grammar yang di hasilkan dengan metode parsing LL(*) dan string template di sajikan dalam gambar 6 dan 7 berikut.

Gambar 6. Grammar notasi algoritmik Sementara potongan string tempplate yang di hasilkan adalah sebagai berikut.

Gambar 7. String Template Algoritmik Berikut tampilan ETNA saat sedang mengolah file source notasi algoritmik pada gambar 8. Gambar 8. ETNA grammar Algoritmik; ... Program ... : declaration+ -> program( libs={$program::libs}, globals={$program::global), functions={$program::functions}, mainfunctions={$program::mainfunctio ns} ); .... LINE_COMMENT :'//'~('\n'|'\r')*'\r'?'\n' {$channel=HIDDEN;} ; group Algoritmik; program (libs,globals,functions,mainfunctions ) ::=<< <libs; separator="\n"> <globals; separator="\n"> <functions; separator="\n"> <mainfunctions; separator="\n"> >> ...

(6)

ETNA yang di kembangkan telah berhasil mentranslasikan notasi algoritmik, melakukan kompilai dan menjalankan file hasil kompilasi seperti terlihat pada gambar 9 berikut.

(a) (b)

(c)

Gambar 9. (a) Hasil translasi, (b) Hasil kompilasi, (c) Hasil eksekusi 3.2 Aspek Pedagogik

Hail uji normalitas sebaran data yang diperoleh dari pascates kemampuan dan kecepatan memecahkan masalah pemrograman dasar baik dari kelompok eksperimen maupun kontrol seperti pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Pascates Kemampuan Menyelesaikan Masalah Pemrograman Dasar [Sumber : data primer]

Data Sig. Keterangan

Pascates Kelompok Kontrol 0.140 Sig. (2-tailed) > 0, 050 = normal Pascates Kelompok Eksperimen 0.690 Sig. (2-tailed) > 0, 050 = normal

Kecepatan juga memperoleh hasil yang signifikan sebagai berikut,

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Pascates Kecepatan Menyelesaikan Masalah Pemrograman Dasar [Sumber : data primer]

Data Sig. Keterangan

Pascates KK 0. 398 Sig. (2-tailed) > 0, 050 = normal

Pascates KE 0. 293 Sig. (2-tailed) > 0, 050 =

normal

3.2.1 Perbandingan Data Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Berikut ini disajikan tabel perbandingan data pascatest skor tertinggi, skor terendah, mean, median, dan mode dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tabel ini di buat untuk memberi kejelasan gambaran hasil penelitian yang di peroleh sedemikian rupa sehingga kita dapat memperbandingan dengan mudah. Tabel 3. Perbandingan Data Statistik Pascates Kemampuan dan Kecepatan Menyelesaikan Masaah Pemrograman [Sumber : data primer].

N Min Max Mean Median Mode

A B A B A B A B A B X 3 8 2 9 6 0 8 5 2 1 64. 68 44. 58 64. 00 46. 33 6 1 5 6 Y 3 8 6 0 5 7 9 3 1 7 76. 89 32. 03 79. 50 29. 00 6 1 1 7 Keterangan : A: Kemampuan ; B:Kecepatan X : Pascatest Kelompok Kontrol Y : Pascatest Kelompok Eksperimen

Sementara itu, hasil uji beda kelompok eksperimen dan control pada

kemampuan dan kecepatan

menyelesaikan masalah pemrograman dasar di sajikan dalam table 3 dan 4 berikut

Tabel 4. Hasil Uji-t Data Pascates Kemampuan Memecahkan Masalah Pemrograman Dasar Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen [Sumber : data primer]

Data T Hitung df P Keterangan

A 4.638 74 .000 p < 0,05 =

signifikan Keterangan

A : Pascates kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

Dari tabel di atas maka uji beda signifikan terdapat perbedaan kemampuan kelompok yang di uji. Pada hasil uji beda kecepatan menyelesaikan masalah pemrograman dasar juga member hasil yang signifian seperti di sajikan sebagai berikut

(7)

Tabel 5. Hasil Uji-t Data Skor Kecepatan Memecahkan Masalah Pemrograman Dasar Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen. [Sumber : data primer]

Data T Hitung df P Keterangan

A -4.718 74 .000 p > 0,05 =

signifikan Keterangan

A : Pascates kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari paparan di atas maka penulis menyimpulkan sementara bahwa implementasi model notasi algoritmik dengan LL(*) parsing dan string template berhasil di kembangkan menjadi suatu alat pembelajaran pemrograman dasar ETNA. Hasil uji beda terhadap ETNA dalam pemakaian pengajaran juga memberi hasil yang signifikan, sehingga dapat menerima hipotesa, bahwa terdapat perbedaan kemampuan dan kecepatan pemecahan masalah pemrograman dasar dengan ETNA pada kelompok eksperimen dan control. Kedepan perlu studi lebih lanjut mengenai pelacakan kesalahan pada

ETNA dengan memanfaatkan

kemampuan syntax tree, juga perlu di teliti lebih lanjut reaksi ETNA terhadap user dari aspek dimensi kognitif [2] maupun framework Nelson.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Blass, Andreas; Gurevich, Yuri., 2003, Algorithms: A Quest for Absolute Definitions, Bulletin of European Association for Theoretical Computer Science. [2] David Harel, Yishai A. Feldman,

2004 , Algorithmics: the spirit of computing, Edition 3, Pearson Education, ISBN 0-321784-0. [3] Chen Shyi-Ming, Lin Chung-Hui,

Chen Shi-Jay, 2005, Multiple DNA Sequence Alignment Based on

Genetic Algorithms and Divide-and-Conquer Techniques, International Journal of Applied Science and Engineering. 3, 2: 89-100.

[4] Hindayati Mustafidah, 2007, Prestasi Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Pemrograman Dasar Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, Paedagogia, Agustus jilid 10 No 2, hal. 126 – 131.

[5] Yuwono Indro Hatmojo, Sigit Yatmono, 2009, Peningkatan Prestasi Mata Kuliah Komputer Dasar Mahasiswa D3 Teknik Elektro FT UNY Menggunakan Metode Belajar Berbasis Masalah, Jurnal edukasi@Elektro Vol. 5, No.1, Maret, hal. 67 – 78.

[6] Chairmain Cilliers, Andre Calitz, Jean Greyling, 2005, The Application of The Cognitive Dimension Framework for Notations as an Instrument for the Usability analysis of an Introductory Programming tool, Alternation Journal, 12.1b, p 543-576 ISSN 1023-1757.

[7] Wijanarto, Achmad Wahid

Kurniawan, 2012, Model

Translator Algoritmik ke Bahasa C, Prosiding Kommit, Komputer dan Sistem Intelijen, Vol 7, 464-472 ISSN 2302-3740.

[8] Liem, Inggriani, 2007, Draft Diktat Dasar Pemrograman (Bagian Prosedural), ITB , Bandung, unpublished.

[9] Parr, Terrence, Fischer, Kathleen S, 2011, LL(*) : The Foundation of the ANTLR Parser Generator, PLDI ’11, Proceedings of the 32nd ACM SIGPLAN conference on Programming language design and implementation, ACM New York, NY USA, ISBN: 978-1-4503-0663-8

(8)

[10] Parr, Terrence, 2006, A Functional Language For Generating Structured Text, di akses 10-10-2013, 2006, http://www. cs. usfca. edu/parrt/papers/ST. pdf

[11] Parr, Terrance, Fischer, Kathleen S, 2004, Enforcing Strict Model-View Separation in Template Engines, New York, New York, USA. ACM 1-58113-844-X/04/0005. [12] Reenskaug, Trygve M.H., 1979, MODELS - VIEWS - CONTROLLERS. , XEROX PARC. [13] Reenskaug, Trygve M.H., 1979, THING-MODEL-VIEW-EDITOR an Example from a planningsystem. , Xerox PARC technical note May 1979.

[14] Stanchfield, Scott. Applying MVC in VisualAge for Java. JavaDude. [Online] 1996 - 2009. diakses: 10-10-2012.

http://javadude.com/articles/vaddm vc2/mvc2.html.

[15] Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &F, Bandung, Alfabeta.

(9)

9

SISTEM PENGENDALI DAN PENGAWASAN REGULASI BAHAN

BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DENGAN TEKNOLOGI RFID

PADA SURAT IJIN MENGEMUDI

De Rosal Ignatius Moses Setiadi1, Hanny Haryanto2, Rindra Yusianto3 1,2

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 3

Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang

E-mail : [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menyebabkan Anggaran Belanja Negara semakin membengkak. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini, antara lain dengan memberi stiker pada kendaraan-kendaraan tertentu yang tidak berhak menggunakan BBM bersubsidi, tetapi karena kurangnya pengawasan menyebabkan cara ini kurang efektif. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah ini adalah penggunaan teknologi Radio Frequency Identification (RFID). Penelitian ini membahas tentang sistem pengendali dan pengawasan regulasi BBM bersubsidi menggunakan teknologi RFID yang menggunakan Surat Ijin Mengemudi sebagai medianya. Teknologi RFID akan berperan dalam mengendalikan kuota BBM bersubsidi dan penerapannya dalam Surat Ijin Mengemudi bertujuan supaya hanya pengemudi yang memiliki SIM mendapatkan jatah yang sama sesuai dengan jenis kendaraan dan SIM yang digunakan. Penggunaan SIM sebagai token juga dimanfaatkan untuk mengurangi penimbunan dan pembelian BBM bersubsidi dalam jumlah yang tidak wajar karena setiap pembelian BBM bersubsidi akan dibatasi dengan jumlah tertentu. SIM akan digunakan sebagai RFID tags atau token yang wajib digunakan sebelum membeli BBM bersubsidi di SPBU. RFID tags di dalam SIM akan berisi data identitas pemilik, jenis SIM dan kendaraan, berapa liter BBM yang boleh dibeli dalam sehari, dan tanggal terakhir pembelian BBM bersubsidi. Penggunaan SIM sebagai token juga dimanfaatkan untuk mengurangi penimbunan dan pembelian BBM bersubsidi dalam jumlah yang tidak wajar karena setiap pembelian BBM bersubsidi akan dibatasi dengan jumlah tertentu.

Kata kunci : Bahan Bakar Minyak, subsidi, Radio Frequency Identification, Surat Ijin Mengemudi.

Abstract

Growth in the number of motor vehicles in Indonesia that use fuel oil ( BBM ) subsidy causes the bloated State Budget . Various attempts have been made by the government to address this issue, among others, by giving stickers on certain vehicles that are not eligible to use subsidized fuel, but because of the lack of oversight led to less effective result. One way that can be used in solving this problem is the use of Radio Frequency Identification technology (RFID). This study discusses the system control and regulatory supervision of subsidized fuel using RFID technology which uses a driver's license as a medium. RFID technology will play a role in controlling the quota of subsidized fuel and a driver's license application in order aims only drivers who have a license to get the same ration according to the type of vehicle and driver's license is used. The use SIM as well be used to reduce the token hoarding and buying subsidized fuel in an amount that is not fair because every purchase of subsidized fuel would be restricted to a certain amount. SIM will be used as RFID tags or token that must be used before buying subsidized fuel at the pump station. RFID tags on the SIM will

(10)

contain the identity of the data owner, driver's license and vehicle type, how many liters of fuel which may be bought in a day, and the last date of purchase subsidized fuel . The use SIM as well be used to reduce the token hoarding and buying subsidized fuel in an amount that is not fair because every purchase of subsidized fuel would be restricted to a certain amount.

Keywords: Fuel Oil, subsidies, Radio Frequency Identification, driver license.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Defisit Anggaran Belanja Negara Indonesia saat ini sudah dalam tahap yang cukup mengkhawatirkan, banyak media elektronik, surat kabar, maupun online yang telah memberitakan masalah tersebut. Hal tersebut diakibatkan karena semakin tingginya anggaran untuk memeberikan subsidi BBM. Semakin tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor membuat konsumsi BBM bersubsidi semakin tinggi pula. Deputi Pengendalian Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Gede Pradyana mengatakan konsumsi BBM saat itu mencapai 1,4 juta barel per hari [1]. Semantara itu hal yang sama juga dikatakan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini, produksi minyak mentah Indonesia hanya mencapai 830 ribu barel dan dari jumlah tersebut dapat memproduksi BBM sebesar 560 ribu barel per hari, sehingga Indonesia harus impor BBM yang dilakukan oleh Indonesia dapat mencapai 900 ribu barel atau 143 juta liter per hari [1]. Apabila hal ini terus terjadi maka pemerintah terpaksa harus menaikan harga BBM subsidi, padahal bila harga BBM subsidi dinaikan akan berakibat dengan naiknya harga barang yang lain yang berimbas pada semakin menderitanya rakyat kecil.

Ada berbagai langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi konsumsi BBM bersubsidi, salah satunya adalah penempelan stiker Anti BBM subsidi pada mobil pemerintah, TNI/Polri, dan mobil dinas pemerintah agar tidak diperbolehkan mengisi BBM bersubsidi. Akan tetapi peangawasan masih dilakukan secara manual oleh petugas SPBU dan masih banyak pelanggaran, bahkan banyak stiker Anti BBM subsidi tersebut dicopot dari mobil dinas [2]. Langkah lain yang sedang digodok pemerintah untuk mengatasi hal tersebut, yaitu peraturan regulasi BBM bersubsidi untuk menaikan harga BBM bersubsidi untuk pengendara mobil pribadi yang pengawasan regulasinya menggunakan teknologi RFID.

RFID merupakan teknologi identifikasi yang menggantikan barkode karena lebih aman, dan dapat didentifikasi dengan jarak yang lebih jauh, dan tidak terlalu terpaku pada arah pembacaan seperti barkode. Teknologi RFID memanfaatkan signal radio untuk saling bertukar data. Sistem pengawasan dan pengendalian regulai BBM subsidi ini sebetulnya masih dalam uji coba[3] dan dilakukan dengan metempelkan RFID tags pada mulut tangki mobil dan RFID reader pada nozzle SPBU [4]. Perlu diketahui bahwa RFID merupakan teknologi identifikasi pengganti barkode yang menggunakan signal radio frekuensi untuk mengirimkan atau membaca datanya. Dengan teknik

(11)

menempelkan RFID tags pada mulut tangki maka akan kurang efektif dan kurang tetap sasaran, karena pembatasan pembelian BBM dilakukan per mobil bukan per orang. Padahal satu orang dapat memiliki dan mengendarai lebih dari satu mobil dalam sehari, yang artinya orang itu seharusnya dianggap mampu untuk membeli BBM non subsidi.

Ada tiga macam RFID tags menurut kemampuan dibaca dan ditulisnya, yaitu read only, read/write, dan kombinasi keduanya [5]. Untuk model read only biasanya RFID sudah berisi kode unik dan hanya dapat dibaca saja, sedangkan untuk RFID read/write datanya bisa ditulis dan dibaca berkali-kali, dan untuk kombinasi keduanya data dalam RFID tags dibagi dua macam yaitu yang permanen dan yang dapat dibaca dan ditulis ulang. RFID tags read/write. 1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah pengembangan model sistem pengendali dan pengawasan regulasi BBM bersubsidi yang efektif, efisien, dan praktis sehingga menghemat

konsumsi BBM bersubsidi

menggunakan teknologi RFID pada SIM secara offline. Dengan memanfaatkan RFID read/write tags dan RFID reader/writer memungkinkan penyimpanan data tanpa harus menggunakan konektifitas internet, karena seluruh data disimpan pada RFID tags yang tertanam pada SIM. Data yang disimpan dalam RFID tags juga sangat kecil, hanya identitas pemilik SIM, jenis SIM, banyak BBM subsidi yang boleh dibeli, dan tanggal pembelian terakhir. Tanggal pembelian terakhir digunakan sebagai kunci untuk menetukan boleh tidaknya BBM bersubsidi boleh dibeli.

SIM lebih dipilih sebagai media penanaman RFID tags, dengan alasan: 1. Dapat dimanfaatkan identifikasi

jenis kendaraan yang digunakan,

dimana jenis kendaraan

menentukan jumlah BBM

bersubsidi yang dapat dibeli. 2. SIM lebih dipilih daripada mulut

tangki kendaraan karena di Indonesia satu orang dapat memiliki lebih dari satu mobil dan seharusnya orang tersebut mampu membeli BBM non subsidi. Apabila seseorang memiliki lebih dari satu kendaraan dan digunakan dalam hari yang sama dan mengisi pada hari yang sama pula akan mengakibatkan seseorang memiliki jatah pembelian BBM bersubsidi yang lebih besar. Jadi dengan SIM sebagai media diharapkan masing-masing orang memiliki hak yang sama dalam membeli BBM bersubsidi, sehingga lebih efektif untuk menekan regulasi BBM bersubsidi.

3. SIM dapat digunakan untuk identifikasi pengemudi kendaraan bermotor yang sah, sehingga secara tidak langsung menegakkan peraturan lalu lintas bahwa masing-masing pengendara kendaraan bermotor harus memiliki SIM sesuai jenis kendaraannya dan dapat mengurangi konsumsi BBM bersubsidi bagi orang yang belum berhak, Contoh: orang yang belum memiliki SIM, anak dibawah umur yang mengendarai kendaraan bermotor, dan lain-lain.

1.3 Radio Frequency Indentification (RFID)

Sistem identifikasi otomatis (Auto-ID) merupakan teknologi identifikasi yang sangat populer saat ini. Sistem ini

umumnya berfungsi untuk

(12)

memberi informasi terkait dengan objek tersebut. Kepopuleran teknologi tersebut dimulai dengan penggunaan barcode pada berbagai produk industri. Teknologi barcode adalah salah satu contoh teknologi berbasis Auto-ID yang sangat populer. Dengan menempelkan barcode pada suatu objek dan mengarahkan sebuah alat khusus untuk membaca label barcode tersebut maka objek tersebut akan dapat terindentifikasi. Meskipun murah dan mudah pengaplikasiannya namun barcode memiliki kelemahan pada rendahnya kapasitas penyimpanan dan tidak dapat diprogram ulang [6]. Masalah penyimpanan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan sistem identifikasi yang lain, yaitu smart card, dimana data disimpan di suatu chip silikon. Contoh dari smart card misalnya adalah kartu ATM. Namun smart card ini penggunaannya memerlukan kontak antara kartu dan alat sehingga tidak praktis dan kurang fleksibel dibandingkan sistem identifikasi yang tidak memerlukan kontak (contactless). Dilihat dari cara kerjanya, sistem identifikasi yang dapat melakukan transfer data tanpa memerlukan kontak disebut dengan Radio-Frequency Identification System, disingkat RFID [6]. Sistem RFID berhubungan erat dengan sistem smart card, dimana penyimpanan data disimpan di transponder. Perbedaannya adalah transfer data pada sistem RFID tidak memerlukan kontak seperti pada smart card. Disebabkan karena kelebihannya ini, RFID mulai banyak digunakan di seluruh dunia.

Ada dua komponen dari sistem RFID, sebagai berikut [6] :

1. Transponder, yang terletak di objek yang akan diidentifikasi.

2. Reader, peralatan untuk membaca data.

Seperti barcode, RFID mengidentifikasi objek dengan mengenali label yang ditempel pada objek tersebut. Perbedaan dengan barcode adalah label tersebut tidak harus terlihat oleh reader. Cara kerja dari sistem RFID adalah sebagai berikut. Reader mengirimkan sinyal radio jarak pendek, yang diterima oleh transponder yang berada di tag RFID pada objek. Kemudian tag RFID akan mengirim balik suatu data ke Reader [7].

Ada dua jenis sistem RFID, yaitu aktif dan pasif. Pada sistem RFID aktif, tanda / tag yang menempel di objek mempunyai sumber energinya sendiri dan transceiver radio. Sistem aktif dapat mengirim sinyal sebagai respon dari pesan yang dikirim oleh reader. Area pengiriman dan penerimaan sinyal dari sistem RFID aktif ini lebih jauh daripada pasif, lebih sedikit kesalahan dan lebih mahal. Tanda / tag pada sistem RFID pasif terdiri dari komponen yang mempunyai transceiver radio dan sedikit memori nonvolatile. Tanda ini mendapatkan energi dari sinyal reader yang masuk ke antenanya. Energi tersebut hanya cukup untuk satu kali pengiriman data dan sinyalnya relatif lemah, jaraknya pun tidak terlalu jauh. Meskipun RFID berbasis sinyal radio, namun tidak didesain untuk mengetahui kekuatan sinyal yang diterimanya, sehingga RFID tidak dapat untuk menentukan lokasi atau jarak [7]. 1.4 Kebijakan Tentang Kendaraan Bermotor dan Penggunaan Bahan Bakar Minyak di Indonesia

Pemerintah melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, pada

(13)

pasal 8(1) menyebutkan tentang APBN yang digunakan sebagai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis tertentu dan bahan bakar gas cair sebesar Rp 193.805.213.000.000,00 (seratus sembilan puluh tiga triliun delapan ratus lima miliar dua ratus tiga belas juta rupiah). Terkait dengan tujuan adanya subsidi adalah sebagai pelaksanaan dari alinea ke-IV pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang mengemukakan tentang memajukan kesejahteraan umum dan kaitannya dengan pasal 33 ayat 2 dan 3 dari UUD 1945 yang mengatur tentang monopoli negara terhadap Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah sumber daya alam berupa minyak bumi yang diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) [8]. Kesimpulan dari keterkaitan tersebut adalah pemerintah sebagai pengelola tunggal dari sumber daya alam di Indonesia wajib memperhatikan dan memajukan kesejahteraan umum, dalam hal ini salah satunya adalah dengan memberikan subsidi BBM yang ditujukan kepada masyarakat kurang mampu.

Masalah yang terjadi berkaitan dengan subsidi yang tidak tepat sasaran dan semakin menipisnya jumlah produksi minyak di Indonesia membuat adanya kebijakan untuk pembatasan BBM, terutama untuk pembatasan pembelian BBM bersubsidi. Menurut Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) Andy Noorsaman Sommeng, masih banyak pemilik kendaraan pribadi di atas 1.500cc, yang artinya termasuk konsumen berpendapatan menengah atas masih

membeli BBM bersubsidi.

Permasalahan lain yang terjadi adalah tingkat produksi minyak bumi yang menurun sehingga hanya mencapai 700-800 ribu barel per hari yang harus

mencukupi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 1,3 juta barel minyak per hari, yang artinya kekurangannya harus ditutup dengan impor minyak [9]. Kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah terkait dengan masalah tersebut salah satunya adalah melarang mobil dinas untuk membeli BBM bersubsidi. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 pada Pasal 4 menyebutkan bahwa kendaraan dinas dilarang membeli BBM dengan jenis tertentu (bersubsidi), yaitu bensin dengan nilai oktan 88 (Premium) dan Minyak Solar. Pembatasan ini mulai diberlakukan pada Februari 2013 untuk daerah Jawa dan Bali, dan pada pertengahan 2013 untuk propinsi yang lain. Untuk kendaraan milik pribadi, belum ada kebijakan atau undang-undang yang mengatur tentang pembatasan pembelian BBM, namun pemerintah sudah mempersiapkan sistem untuk pengendalian kuota pembelian BBM. Salah satu yang akan diterapkan adalah teknologi Radio-Frequency Identification (RFID) untuk mengidentifikasi pemakaian BBM subsidi pada tiap kendaraan [10]. 1.5 Bahan Bakar Minyak

Ada tiga jenis bahan bakar yang umum digunakan, yaitu bahan bakar padat, bahan bakar minyak dan bahan bakar gas. Bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang berbentuk cair dan merupakan bahan bakar yang paling banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Bahan dasar dari bahan bakar minyak umumnya adalah minyak bumi. Minyak bumi disebut juga bahan bakar fosil, karena dihasilkan dari organisme purba yang sudah mati dan terkubur di lapisan batu sedimen yang telah melalui panas dan tekanan yang tinggi. Karena itu di dalam Bahasa Inggris, minyak

(14)

bumi disebut dengan petroleum yang berasal bahasa Yunani petro yang berarti batu dan oleum yang berarti minyak. Dalam pengertian khususnya, minyak bumi hanyalah mencakup minyak mentah. Namun dalam penggunaannya, minyak bumi tidak hanya mencakup minyak mentah, tapi juga gas alam [11]. Melihat asal dari minyak bumi tersebut, maka minyak bumi merupakan sumber daya yang tidak terbarukan. Kandungan dari minyak bumi adalah karbon, hidrogen, sulfur, nitrogen, dan oksigen. Diantara kandungan tersebut yang paling penting adalah karbon dan hidrogen, karena itulah minyak mentah dan gas alam juga disebut dengan hidrokarbon [11]. Dari kandungan tersebut, dapat dilihat bahwa minyak bumi adalah bahan yang sangat mudah terbakar.2.4 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). SPBU merupakan tempat dimana kendaraan bermotor dapat mengisi bahan bakarnya. Di beberapa daerah di Indonesia memberikan beberapa istilah yaitu Pom Bensin. Ada beberapa jenis bahan bakar yang disediakan di SPBU seperti premium atau bensin, pertamax, pertamax plus, solar, pertamina dex, LPG dan minyak tanah. Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan pemerintah yang mengelola SPBU di Indonesia hingga pertengahan Oktober 2005. Sejak oktober 2005, perusahaan swasta Shell dari Singapura membuka SPBU swasta pertama di Indonesia. Samapai saat ini terdapat empat perusahaan pengelola SPBU di Indonesia yaitu Pertamina, Shell, Petronas, dan Total.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan ada dua macam:

1. Data primer: pada penelitian ini data primer yang digunakan adalah dari kuisioner yang disebar kepada beberapa sampel responden. Data tersebut berupa data identitas reponsen, golongan kendaraan, dan rata-rata konsumsi BBM kendaraan bermotor sesuai dengan kondisi riil serta beberapa variabel yang menentukan Optimalisasi Pengawasan Regulasi BBM(Y). Variale tersebut adalah Sosialisasi BBM Bersubsidi (X1), Implementasi Teknologi (X2), Konsumen dan Operator SPBU (X3)

2. Data sekunder: dalam penelitian ini diambil dari studi pustaka, literatur, maupun diskusi kelompok tentang teknologi RFID yang paling cocok untuk sistem ini.

Untuk mendapatkan data yang relavan dan akurat, maka pengumpulan data dilakukan dengan metode:

1. Survei

Melakukan survei terhadap beberapa orang dengan latar belakang dan pekerjaan yang berbeda untuk menjdapatkan rata-rata jumlah bahan bakar yang digunakan dan rata-rata jarak yang ditempuh dalam keseharianya untuk menentukan jumlah BBM subsidi yang boleh dibeli di dalam program.

2. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan mencari data klaim pabrik terhadap konsumsi bahan bakar

pada kendaraan yang

dikonsumsinya, dan mempelajari jurnal atau artikel-artikel yang membahas tentang RFID khususnya untuk teknik penulisan dan pembacaan RFID

(15)

pada dengan cepat, efisien dan aman.

3. Observasi

Pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan terhadap berbagai data-data yang ada pada identitas dan jenis SIM, golongan kendaraan, algoritma-algoritma yang digunakan dalam teknik penulisan dan pembacaan yang aman pada RFID.

2.2 Tahapan Penelitian

Tahapan pada penelitian ini dibagi menjadi enam tahap sebagai berikut: Tahap 1: Identifikasi Masalah. Pada tahap ini akan dicari masalah dari kondisi atau sistem yang sudah ada, pada konteks ini permasalahan tersebut

adalah pembangunan sistem

pengendalian dan pengawasan regulasi BBM dengan teknologi RFID saat ini. Selain itu diadakan surver sentang penggunaan dan konsumsi BBM kepada beberapa orang dari latar belakang yang berbeda. Dengan target luaran mendapatkan permasalahan sistem yang ada saat ini, dan mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan untuk pengembangan dan integrasi sistem.

Tahap 2: Pencarian Alternatif Solusi. Pada tahap ini dicari solusi yang paling cocok dengan permasalahan yang ada. Metode yang digunakan untuk mencari solusi tersebut adalah penelitian kualitatif dengan melakukan studi pustaka tentang pengembangan sistem aplikasi RFID yang cepat, praktis dan efisien untuk diterapkan dalam sistem pengendali dan pengawasan BBM bersubsidi. Dari studi tersebut hasilnya akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu hasil analisis kebutuhan sistem, saran desain permodelan sistem, dan teknologi relevan yang akan digunakan.

Tahap 3: Implementasi dan Pengembangan Aplikasi. Pada tahap ini dirancang prototipe applikasi sistem mengiplementasikanya pada applikasi sistem pengawasan dan pengendalian BBM subsidi pada komputer yang dihubungkan dengan teknologi RFID yang paling cocok. Pada tahap ini akan didapatkan prototipe applikasi sistem pengedalian dan pengawasan BBM yang menggunakan teknologi RFID. Tahap 4: Studi Kasus dan Uji Coba Sistem. Pada tahap ini akan sitem akan dicoba dengan beberapa model kuantitatif baik untuk kecepatan baca tulis data pada RFID maupun range jarak baca tulis data pada RFID, dan mengetes keamanan data yang tersimpan pada RFID. Dalam pengujian ini beberapa mahasiswa juga dilibatkan. Hasil dari pengujian ini akan digunakan untuk evaluasi pada tahap berikutnya untuk memperbaiki sistem.

Tahap 5: Evaluasi dan Finishing. Pada tahap ini akan m emperbaiki applikasi sesuai dengan apa yang didapat dari hasil pengujian baik dengan cara penambahan maupun penyederhaan sistem, sehingga didapatkan prototipe applikasi sistem pengendalian dan pengawasan BBM subsidi versi final. Tahap 6: Pengambilan Kesimpulan dan Saran Topik Penelitian Berikutnya. Pada tahap ini pembuatan applikasi telah selesai Selanjutnya dijabarkan secara umum hasil dari applikasi dan potensi untuk menjadi topik penelitian berikutnya. Hal yang didapatkan pada tahap ini adalah pemaparan kesimpulan, saran dan kendala penelitian serta usulan untuk pengembangan penelitian berikutnya.

(16)

Sebelum melakukan rancangan penelitian maka harus dicari data untuk kebutuhan penelitian. Data yang akan digunakan ada dua macam:

1. Data primer: pada penelitian ini data primer yang digunakan adalah data-data identitas dan jenis sim, golongan kendaraan, rata-rata konsumsi BBM kendaraan bermotor (diambil sampling dari rata-rata konsumsi BBM klaim perusahaan, masing-masing 10 mobil dan 10 motor terlaris tahun 2013 dari berbagai tipe), dan rata-rata kebutuhan masyarakat pada kondisi riil.

2. Data sekunder: dalam penelitian ini diambil dari studi pustaka, literatur, maupun diskusi kelompok tentang teknologi RFID yang paling cocok untuk sistem ini.

Untuk mendapatkan data yang relavan dan akurat, maka pengumpulan data dilakukan dengan metode:

a. Observasi

Pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan terhadap berbagai data-data yang ada pada identitas dan jenis SIM, golongan kendaraan, algoritma-algoritma yang digunakan dalam teknik penulisan dan pembacaan yang aman pada RFID.

b. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan mencari data klaim pabrik terhadap konsumsi bahan bakar pada kendaraan yang dikonsumsinya, dan mempelajari jurnal atau artikel-artikel yang membahas tentang RFID khususnya untuk teknik penulisan dan pembacaan RFID pada dengan cepa, efisien dan aman.

c. Survei

Melakukan survey terhadap beberapa orang dengan latar belakang dan pekerjaan yang berbeda untuk

menjdapatkan rata-rata jumlah bahan bakar yang digunakan dan rata-rata jarak yang ditempuh dalam keseharianya untuk dibandingkan dengan sampling dari rata-rata konsumsi BBM dari masing-masing 10 mobil dan 10 motor terlaris tahun 2013 dari berbagai tipe agar didapat perbandingan antara realita dan klaim pabrik dari hasil studi pustaka. Dari hasil perbandingan tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan jumlah BBM subsidi yang boleh dibeli.

2.4 Metode Pengembangan Sistem Pada penelitian ini akan menggunakan model prototipe sebagai metode untuk mengembangkan sistem. Dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1. Model pengembangan Sistem Berikut ini penjelasan secara detail prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Pada langkah ini data yang telah didapatkan dianalisis dan dikelompokan untuk mendapatkan beberapa model teknologi yang cocok untuk membangun sistem dan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem. Selanjutnya dilakukan tabulasi data dan penentuan faktor yang paling

(17)

berpengaruh, serta dipilih teknologi yang paling cocok.

2. Merancang teknologi RFID untuk prototipe sistem aplikasi pengawasan dan pengendalian BBM subsidi dengan menggunakan DFD dan sequential diagram dengan urutan prioritas berdasarkan faktor yang paling berpengaruh.

3. Membuat prototipe software dan

hardware RFID dengan

memperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh. Proses ini dilakukan dengan penelitian dan praktikum di laboratorium

4. Pengujian dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas data dengan variabel efisiensi waktu, akurasi informasi, dan otomatisasi data. Selain itu dilakukan pengujian terhadap kecepatan pembacaan data, jarak pembacaan, dengan metode kuantitatif sehingga didapat sebuah tabel pengamatan.

5. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan analisis data ulang agar didapatkan rancangan sistem versi final

2.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

2.6 Eksperimen dan Pengujian Metode

Setelah data terkumpul, data akan diolah dengan beberapa pengujian, yaitu:

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data 2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

2.1 Uji Normalitas 2.2 Uji Multikolinieritas

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Hasil uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Vari abel Ko de (r hitung) Keputu san Koefisien Cronbac h Alpha Kepu tusan Sosia lisasi BB M Bers ubsid i (X1) X1 .1 0,809 Valid 0,801 Reliabel X1 .2 0,883 Valid X1 .3 0,882 Valid X1 .4 0,801 Valid Impl emen tasi Tekn ologi (X2) X2 .1 0.806 Valid 0,768 Reliabel X2 .2 0.701 Valid X2 .3 0.882 Valid X2 .4 0.883 Valid X2 .5 0.801 Valid X2 .6 0.849 Valid Kons ume n dan Oper ator SPB U (X3) X3 .1 0.499 Valid 0,883 Relia bel X3 .2 0,477 Valid X3 .3 0,494 Valid Opti malis asi Peng awas an Regu lasi BB M (Y) Y1 0,801 Valid 0,887 Relia bel Y2 0,883 Valid

(18)

Berdasarkan df = 28, dimana n = 30 dan df = n – 2 maka diperoleh r tabel sebesar 0,361. Dari hasil perhitungan pada Tabel 1 di atas, diperoleh angka Corrected Item Total Correlation (r hitung) untuk variabel Sosialisasi BBM Bersubsidi (X1), Implementasi Teknologi (X2), Konsumen dan Operator SPBU (X3) dan Optimalisasi Pengawasan Regulasi BBM (Y) lebih besar dari 0,361. Karena r hitung > r tabel maka variabel-variabel dalam penelitian ini dinyatakan valid.

Nilai Cronbach Alpha pada penelitian ini adalah 0.600 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0.600. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1 didapatkan nilai Cronbach Alpha untuk variabel Sosialisasi BBM Bersubsidi (X1), Implementasi Teknologi (X2), Konsumen dan Operator SPBU (X3) dan Optimalisasi Pengawasan Regulasi BBM (Y) lebih besar dari 0,600. Sehingga semua variabel dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel dan dapat dipakai sebagai alat ukur. 3.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap data yang akan diteliti. Model regresi yang baik adalah model yang dapat memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan. Adapun pengujian terhadap asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :

3.3 Uji Normalitas

Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji satu sampel kolmogorov-smirnov. Uji ini

merupakan uji untuk membandingkan tingkat kesesuaian sampel dengan suatu distribusi tertentu dalam hal ini distribusi normal.

a. Uji Normalitas Variabel Sosialisasi BBM Bersubsidi (X1)

Hasil uji normalitas variabel Sosialisasi BBM Bersubsidi (X1) dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Sosialisasi BBM Bersubsidi (X1)

Deskripsi Hasil Uji Variabel

Sosialisasi BBM Bersubsidi Koefisien

Jumlah Sampel (N) 30

Parameter Normal Rata-Rata 20,7033

Standar

Deviasi 2,79058

Signifikansi (p) 0,130

Berdasarkan Tabel 2 signifikansi (p) diperoleh sebesar 0,130. Dalam hal ini, nilai p > ( dimana 0,132 > 0,05 sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data variabel Sosialisasi BBM Bersubsidi data berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Variabel Implementasi Teknologi (X2)

Hasil uji normalitas variabel Implementasi Teknologi (X2) dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Implementasi Teknologi (X2)

Deskripsi Hasil Uji Variabel

Implementasi Teknologi Koefisien

Jumlah Sampel (N) 30

Parameter Normal Rata-Rata 8,4333

Standar

Deviasi 0,89763

Signifikansi (p) 0,054

Berdasarkan Tabel 3 signifikansi (p) diperoleh sebesar 0,054. Dalam hal ini, nilai p > ( dimana 0,054 > 0,05 sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan

(19)

bahwa data Implementasi Teknologi berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Variabel Konsumen dan Operator SPBU (X3)

Hasil uji normalitas variabel Konsumen dan Operator SPBU (X3) dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Konsumen dan Operator SPBU (X3)

Deskripsi Hasil Uji Variabel

Konsumen dan Operator SPBU Koefisien

Jumlah Sampel (N) 30

Parameter Normal Rata-Rata 8,1000

Standar

Deviasi 1,17877

Signifikansi (p) 0,078

Berdasarkan Tabel 4 signifikansi (p) diperoleh sebesar 0,078. Dalam hal ini, nilai p > ( dimana 0,076 > 0,05 sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data variabel Konsumen dan Operator SPBU berdistribusi normal. d. Uji Normalitas Variabel Optimalisasi Pengawasan Regulasi BBM (Y)

Hasil uji normalitas variabel Optimalisasi Pengawasan Regulasi BBM (Y) dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5di bawah ini:

Tabel 5: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Optimalisasi Pengawasan Regulasi BBM (Y)

Deskripsi Hasil Uji Variabel

Konsumen dan Operator SPBU Koefisien

Jumlah Sampel (N) 30

Parameter Normal Rata-Rata 8,1000

Standar

Deviasi 1,17877

Signifikansi (p) 0,078

Berdasarkan tabel 5.5 signifikansi (p) diperoleh sebesar 0,206. Dalam hal ini, nilai p > ( dimana 0,202 > 0,05 sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data Optimalisasi Pengawasan Regulasi BBM berdistribusi normal.

3.4 Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil perhitungan penelitian ini diperoleh nilai toleransi dan VIF sebagai berikut:

Tabel 6: Hasil Uji Multikolinearitas Berdasarkan Nilai Tolerance dan VIF

Variabel Terikat Variabel Bebas Statistik Kolinieritas Toleran si VIF Optimalis asi Pengawas an Regulasi BBM (Y) Sosialisasi BBM Bersubsidi (X1) 0,554 1,910 Implementasi Teknologi (X2) 0,788 1,272 Konsumen dan Operator SPBU (X3) 0,559 1,998

Terlihat untuk ketiga variabel bebas, tidak ada satu pun variabel bebas yang memilik besaran VIF lebih dari 10. Selain itu nilai toleransi untuk tiga variabel bebas juga semuanya mendekati angka 1. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi adanya multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian terhadap data diatas didapatkan bahwa pengembangan model ini valid, reliabel, normal, dan tidak terjadi multikolineritas sehingga model ini perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah prototipe sistem pengendali dan pengawasan BBM bersubsidi.

4.2 Saran

Karena keterbatasan waktu dan dana pengembangan model ini hanya dapat membatasi pembatasan dan pengawasan regulasi BBM subsidi pada SIM A dan

SIM C saja. Jika ingin

diimplementasikan lebih lanjut harus dilakukan penelitian lebih lanjut dan

(20)

pembuatan kebijakan untuk orang-orang yang profesinya menuntut pekerjaan yang mobile seperti sales, sopir, dll. Serta penggunaan token tambahan untuk peraturan pembelian BBM subsidi pada kendaraan umum.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dhany, R. R. (2012, Agustus 3). Ini Alasan Indonesia Masih Impor BBM 500.000 Barel/Hari. (Detik Finance) Retrieved April 30, 2013,

from finance.detik.com: http://finance.detik.com/read/2012/ 08 / 03 / 122329 /1982326 /1034 /ini-alasan- indonesia-masih-impor-bbm-500000-barel-hari [2] Dhany, R. R. (2013, Mei 4). Waduh, Banyak Mobil Dinas Cabut Stiker 'Anti BBM Subsidi' . Retrieved from oto.detik.com:

http://oto.detik.com/read/2013/04/0 5/182157/2212880/ 648 / waduh-banyak-mobil-dinas-cabut- stiker-anti-bbm-subsidi

[3] BUMN, K. (2011, Sepetember 19). Uji Coba RFID di SPBU Matraman, Jakarta. Retrieved from Kementrian BUMN Badan Usaha

Milik Negara:

http://www.bumn.go.id/pertamina/p ublikasi/uji-coba-rfid-di- spbu-matraman-jakarta/

[4] Pratama, A. F. (2013, April 17). Pertamina Uji Coba RFID Untuk Awasi Konsumsi BBM Bersubsidi. Retrieved from Tribunnews.com:

http://www.tribunnews.com/2013/0 4/17/pertamina-uji-coba-rfid-untuk-awasi-konsumsi-bbm-bersubsidi [5] Maryono. (2005). Dasar-dasar Radio Frequency Identification(RFID), Teknologi yang Berpengaruh di Perpustakaan. Media Informasi, pp. 18-29.

Retrieved from

http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pu sta/maryono1.pdf

[6] Finkenzeller, K. (2010). RFID Handbook. United Kingdom : John Wiley & Sons, Ltd.

[7] Igoe, T. (2012). Getting Started With RFID. Sebastopol, USA: O'Reilly Media, Inc.

[8] Lubis, M. S. (2011, Februari). Artikel Hukum - Program Subsidi vs Tujuan Negara . Retrieved Mei 6, 2013, from LHS & Partners - Advokat / Pengacara dan Konsultan Hukum : http://www.kantorhukum-lhs.com/1?id=program-subsidi- vs-tujuan-negara

[9] Sommeng, A. N. (2012). Ubah Paradigma, Saatnya Masyarakat Bangun Dari Mimpi . (M. H. Migas, Interviewer)

[10] detikfinance. (2013, April 7). Detik Finance : Rencana Pemasangan RFID di Mobil Pribadi, Pegawai SPBU Pertamina Tunggu Perintah. Retrieved Mei 6, 2013, from Detik Finance : Barometer Bisnis Anda :

http://finance.detik.com/ read/

2013/04/07/ 183033/ 2213637/

1034/ rencanapemasanganrfiddimobil pribadi pegawai spbu -pertamina-tunggu-perintah

[11] Norman J. Hyne, P. (2001). Petroleum Geology, Exploration, Drilling, and Production. Oklahoma: PennWell Corporation.

(21)

21

RANCANGAN SILABUS MATA KULIAH WEB BERFILOSOFI

WEB STANDARDS CURRICULUM W3C

(STUDI KASUS KURIKULUM PRODI SISTEM INFORMASI

UDINUS)

Lalang Erawan1, Suharnawi2 1,2

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No. 5-11, Semarang

E-mail : [email protected], [email protected]

Abstrak

Perubahan kurikulum program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Udinus menimbulkan konsekuensi perlunya mengkaji ulang materi perkuliahan beberapa mata kuliah yang diselenggarakan. Salah satu mata kuliah tersebut adalah mata kuliah web yang terdiri dari Pemrograman Web dan Pemrograman Web Lanjut. Kajian ini membuat usulan rancangan silabus yang baru dengan menggunakan pedoman penyusunan materi dari kurikulum standar web yang dikembangkan oleh organisasi web dunia W3C khususnya salah satu kelompok yang bernaung dibawahnya yaitu Web Education Group. Kajian menggunakan metode eksplorasi kualitatif yang mempelajari dan mengolah kurikulum standar web untuk digunakan sesuai kebutuhan mata kuliah web prodi Sistem Informasi Fasilkom Udinus.

Kata Kunci: kurikulum, sistem informasi, pemrograman web, standar web Abstract

Changes in Information Systems course curriculum of the Faculty of Computer Science Udinus results in need to review the course materials for several courses. One such course is the course which consists of web and Advanced Web Programming. This study makes the proposed design of the new syllabus using material from the curriculum guidelines, developed by the web standards organization W3C web site, especially one of the groups who take shelter under it, namely Web Education Group. Exploratory study using qualitative methods to study and cultivate a web standard curriculum to be used as required web courses in Information System Department of Faculty of Computer Science Dian Nuswantoro University .

Keywords: curriculum, information systems,web programming, web standards

1. PENDAHULUAN

1.1. Acuan Kurikulum Sistem Informasi

Kurikulum Informatika di Indonesia mengacu kepada Standar Kurikulum Informatika yang dikeluarkan oleh APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer). Kurikulum inti disusun dengan mengacu kepada hasil studi IEEE dan ACM yang disampaikan melalui dokumen publikasi Computing Curricula 2005. Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Dian Nuswantoro menggunakan Standar tersebut sebagai acuan dalam menyusun Kurikulumnya [1]. Kurikulum direvisi setiap empat tahun sekali. Perubahan terhadap materi kurikulum mengikuti perkembangan teknologi dan situasi dalam ranah ilmu terkait. Tuntutan dari para pemangku kepentingan seperti kelompok industri, pemerintah, dan masyarakat juga memberikan kontribusi dalam perubahan kurikulum.

(22)

1.2 Web Standards Curriculum W3C sebagai badan dunia yang

mengelola web telah

merekomendasikan suatu struktur kurikulum yang dinamakan Web Standards Curriculum. Kelahiran Kurikulum ini berawal dari inisiatif Satuan Tugas Pendidikan (Education Task Force) dari WaSP (Web Standards Project) yang mengeluarkan versi kurikulum awal pada tahun 2009 terdiri dari 11 pelatihan yang dibagi kedalam 6

jalur pembelajaran. Dalam

perkembangannya, terbentuk kelompok komunitas Web Education W3C yang mengambil alih tugas dan tanggung jawab pengembangan kurikulum tersebut. [2].

Komunitas Web Education membuat artikel-artikel dasar, dokumentasi, berbagai tutorial, dan bahan pembelajaran lain sebagai referensi untuk kurikulum. Kurikulum standar web dikembangkan dengan tujuan untuk

menjadi pedoman dalam

membelajarkan teknologi web. Material pembelajaran telah dikembangkan seperti silabus, kuis, rekomendasi buku teks dan bacaan, dan bantuan-bantuan lainnya dalam membangun insan web yang profesional yang disesuaikan dengan pasar tenaga kerja.

1.3 Perubahan Kurikulum Program Studi Sistem Informasi

Saat artikel ini dibuat, di program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro telah terjadi perubahan susunan mata kuliah dalam kurikulumnya. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah penghapusan mata kuliah dan pengurangan sks mata kuliah bidang pengetahuan web. Sebelum perubahan, terdapat 3 mata kuliah bidang pengetahuan web, yaitu Pemrograman Web Dasar 4 sks, Pemrograman Web

Lanjut 2 sks, dan Aplikasi Berbasis Web 2 sks. Setelah perubahan dilakukan, maka hanya menjadi 2 mata kuliah saja yaitu Pemrograman Web 2 sks dan Pemrograman Web Lanjut 2 sks.

Pada kurikulum sebelumnya, mata kuliah Pemrograman Web Dasar

membahas pengetahuan dan

ketrampilan tentang bahasa HTML, CSS, dan Javascript standar yang direkomendasikan oleh W3C. Mata Kuliah Pemrograman Web Lanjut mempelajari tentang teknik pemrograman dengan menggunakan bahasa script PHP. Pembelajaran bahasa PHP dalam mata kuliah ini diarahkan untuk dapat membuat situs web ecomerce. Terakhir, mata kuliah Aplikasi Berbasis Web melanjutkan

pembahasan tentang teknik

pemrograman dengan PHP dalam konteks pengaplikasiannya dalam menyelesaikan permasalahan bisnis organisasi atau perusahaan.

Setelah mengalami penyusutan jumlah mata kuliah dan sks, sebagai konsekuensinya materi pembelajaran yang lama tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu dilakukan penyusunan ulang materi bahan ajar dan rancangan pembelajarannya. Dalam hal ini, ada beban yang lebih berat yang harus dipikul oleh mata kuliah web yang baru dalam membelajarkan pengetahuan dan ketrampilan web kepada peserta kuliah karena selain alokasi waktu yang berkurang, terdapat kenyataan bahwa teknologi web selalu berkembang yang memunculkan pengetahuan dan teknologi baru yang tidak dapat diabaikan begitu saja oleh program studi.

1.4 Usulan Rancangan Silabus Baru Mata Kuliah Web

(23)

Berdasarkan kondisi kurikulum diatas, penulis bermaksud memberikan suatu usulan rancangan silabus kedua mata kuliah web yang baru. Rancangan silabus ini akan disusun berdasarkan pada sebuah kurikulum yang bersifat standar yang dikembangkan oleh kelompok edukasi dalam organisasi

W3C. Kurikulum ini disebut Web

Standards Curriculum atau Kurikulum

Standar Web. Dipilihnya kurikulum standar web ini karena kurikulum ini sudah umum diadopsi dalam proses pengembangan situs maupun aplikasi web yang ada di seluruh dunia. Target utama penggunaan parameter ini sebagai tambahan dasar penyusunan adalah memasukkan filosofi Web Standard kedalam materi bahan ajar. Dengan demikian diharapkan karya yang dihasilkan mahasiswa conform atau sesuai dengan berbagai pedoman standar yang telah

dikeluarkan oleh W3C. [3][4].

1.5 Manfaat Usulan Rancangan Standar web telah diterima dalam dunia industri web. Browser modern telah mengakomodasi aturan dan ketentuan dalam standar web. Para produsen software grafis authoring web juga telah memasukkan unsur-unsur standar web kedalam produknya. Jumlah situs web di Internet yang telah menyusun halaman-halaman web menggunakan standar web juga telah mengalami peningkatan drastis.

Manfaat yang akan diperoleh situs web yang telah kompatibel dengan standar web antara lain akan lebih mudah dalam mengadopsi teknologi web baru yang akan segera bermunculan. Dengan tingkat kompatibilitas dan standarisasi kode yang tinggi, ketika teknologi web berkembang semakin jauh, tidak akan banyak perubahan yang harus dilakukan oleh para pengembang situs atau aplikasi web untuk menyesuaikan aplikasi mereka dengan persyaratan teknologi baru tersebut.

Melihat tingkat penyebaran penggunaan standar web yang saat ini semakin baik, mata kuliah yang memberikan pengetahuan, dan keahlian di bidang teknologi web perlu membekali mahasiswanya dengan pemahaman yang baik tentang standar web. Mereka perlu memiliki sikap web standards awareness sehingga setiap pekerjaan dan karya dari mereka akan mencerminkan penguasaan yang kuat terhadap konsep standar web.

Salah satu langkah nyata penerapan konsep standar web dalam proses pembelajaran teknologi web di perguruan tinggi adalah memasukkan konsep standar web tersebut dalam penyusunan RPKPS mata kuliah terkait. 1.6. Keluaran yang Diharapkan

Keluaran yang diharapkan dari kajian ini adalah suatu rancangan silabus mata kuliah web di program studi Sistem Informasi Udinus yang merefleksikan filosofi standar web. Dan pada gilirannya akan membuat hasil karya web mahasiswa menjadi lebih kompatibel dengan standar yang telah ditetapkan oleh W3C.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini berjenis eksploratif kualitatif yang mengeksplorasi materi bahan ajar serta rancangan pembelajaran yang terdapat didalam kurikulum standar web yang menjadi acuan perancangan silabus mata kuliah web program studi sistem informasi. Konten kurikulum standar web dipelajari, termasuk didalamnya materi bahan ajar, struktur penyampaian materi, modul pembelajaran serta bentuk evaluasinya. Kemudian hasilnya dipilah dan diolah untuk disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran dan keterbatasan ruang waktu yang tersedia.yang terdapat dalam kurikulum

(24)

yang baru. Untuk menyiasati keterbatasan ini, rancangan strategi pembelajaran akan memanfaatkan secara optimal unsur penugasan terstruktur dan penugasan mandiri dari sistem SKS sehingga peran mahasiswa menjadi sangat besar bagi kesuksesan pembelajaran (Selaras dengan Konsep Student Center Learning)

Tanggung jawab lebih besar yang dibebankan ke pundak mahasiswa menuntut pihak program studi sistem informasi untuk menyediakan sarana yang seimbang. Oleh karena itu dalam proses pembelajarannya, mahasiswa akan disediakan dengan bahan belajar yang lengkap serta strategi penggunaannya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kurikulum yang baru, pengetahuan dan ketrampilan bidang web diajarkan oleh dua mata kuliah, yaitu Pemrograman Web dan Pemrograman Web Lanjut. Sementara disisi lain, keahlian dan pengetahuan yang perlu dikuasai dalam bidang teknologi web sangat banyak menurut standar kurikulum web. Maka perlu disusun dengan cermat topik bahasan yang akan diberikan sehingga pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dan sungguh-sungguh dibutuhkan oleh lulusan prodi sistem informasi akan dapat terpenuhi.

Perancangan silabus mata kuliah web ini menggunakan asumsi bahwa kurikulum sebelumnya telah dibuat dengan telah mempertimbangkan

analisis SWOT, kebutuhan

stakeholders, dan visi serta misi institusi, sehingga dasar penyusunan usulan rancangan silabus mata kuliah web ini murni dilakukan berdasarkan

materi yang direkomendasikan kurikulum standar web serta alokasi waktu yang tersedia (jumlah SKS). 3.1 Perubahan Paradigma Dalam Pembelajaran Sistem Informasi

Menurut Computer Curricula 2005, program studi Sistem Informasi mempelajari sistem informasi dari segi pengelolaannya agar selaras dengan strategi bisnis organisasi. Rancangan kurikulum prodi sistem informasi yang baru (kurikulum 2012) semakin mengedepankan konsep pengelolaan sistem informasi yang bersinergi dengan strategi bisnis organisasi. Dalam hal ini ada 3 mata kuliah baru yang muncul yang berhubungan cukup erat dengan materi web yaitu: Perencanaan Sumber Daya Perusahaan, Pengelolaan Hubungan Pelanggan, dan Manajemen Rantai Pasok. Sementara untuk mata kuliah pilihan muncul mata kuliah baru Aplikasi e-Bisnis dan Bisnis Cerdas. Melihat konten beberapa mata kuliah baru tersebut, fungsi dan tugas dari rangkaian mata kuliah web adalah memberikan pengetahuan dan keahlian yang mendukung dari sisi teknis terhadap pengembangan sistem informasi yang berbasis web. Pengetahuan yang perlu diajarkan adalah: konsep framework, CMS (Content Management System), Collaboration Programming, bahasa-bahasa HTML, CSS, Javascript, dan PHP.

3.2 Strategi Pembelajaran Dalam Rancangan Silabus

Mata kuliah Pemrograman Web semula adalah Pemrograman Web Dasar yang memiliki jumlah SKS sebanyak 4. Saat ini jumlah SKS mata kuliah ini hanya 2 SKS. Karena kondisi ini, maka diperlukan suatu pemadatan materi agar lingkup materi yang lama tetap

Gambar

Gambar 1. Notasi Predikat Grammar LL(*)
Gambar 4. Diagram Block Aplikasi
Tabel  3.  Perbandingan  Data  Statistik    Pascates   Kemampuan    dan  Kecepatan  Menyelesaikan  Masaah Pemrograman [Sumber : data primer]
Gambar 1. Model pengembangan Sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer adalah data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan pengukuran langsung di lapangan yang berupa data vegetasi semua jenis pohon mulai dari tingkat tiang

Distribusi frekuensi variabel pengamatan jumlah polong isi, berat kering biji, jumlah buku subur dan bobot 100 biji per tanaman pada keempat kombinasi persilangan

Implikasi dari putusan pengadilan agama sumber atas kasus yang penulis teliti adalah sah karena telah mengajukan permohonan isbat nikah di dalam isi surat

Di sisi lain, dengan pengetahuan yang benar maka para dokter Indonesia tidak lagi mudah ditipu oleh penjaja dari dalam dan luar negeri yang menjual sertifikat atau

Peserta pameran wajib mengisi Form 15 yang berisikan spesifikasi mendetail terkait dengan setiap barang yang akan didisplay selama pameran (seperti nama, jumlah, model dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program Kartu Macca di Kabupaten Soppeng telah sesuai dengan Peraturan Bupati Soppeng Nomor 23 Tahun 2016,

Kritik intern yang pertama ini penulis lakukan dengan mengkritik buku yang di dapatkan dari pencarian sumber, adapun kritik intern terhadap buku adalah

Pengakuan terhadap hukum tidak tertulis dahulu hanya dijelaskan atau dicantumkan dalam Penjelasan Umum UUD 1945 angka I dan pada Pasal 18B ayat (2) Amandemen UUD