TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK
LEGAL VIEW CONCERNING LARCENY OF CUSTOMERS FUND BANK THROUGH INTERNET MEDIA RELATED WITH ARTICLE 362 CRIMINAL LAW CODE JUNCTO UNDANG-UNDANG NUMBER 11/2008
ABOUT INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas
Komputer Indonesia
Disusun Oleh : Darsono 3.16.04.028
Di Bawah Bimbingan :
Arinita Sandria, S.H., M.Hum
JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
i
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Strata-1 Jurusan Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
Oleh :
Darsono 316. 04. 028
Bandung, Juli 2010 Pembimbing
Arinita Sandria, S.H., M.HUM NIP.4127.3300.006
Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia
ix
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK ABSTRAK DARSONO
Pemanfaatan teknologi dan informasi saat ini telah banyak digunakan oleh orang secara individu maupun oleh lembaga. Hasil kemajuan serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang paling besar pengaruhnya adalah pada lembaga keuangan. Pemanfaatan internet oleh lembaga keuangan atau bank yang kini telah dikenal dengan nama internet banking, maka konsumen (nasabah) dapat melakukan suatu transaksi yang mengedepankan aspek kemudahan, efisiensi, fleksibilitas dan kesederhanaan yang tentunya merupakan media alternatif dalam memberikan kemudahan bagi nasabah lembaga keuangan Bank tersebut. Penyelenggaraan internet banking yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi, dalam kenyataannya pada satu sisi membuat jalannya transaksi menjadi lebih mudah, akan tetapi di sisi lain membuatnya semakin berisiko. Berdasarkan hal tersebut, keamanan menjadi faktor yang paling penting. Faktor keamanan ini dapat menjadi salah satu fitur unggulan yang dapat ditonjolkan oleh pihak bank. Salah satu risiko yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan internet banking diantaranya adalah pencurian dana nasabah bank melalui internet. Masalah pencurian dana nasabah bank saat ini diatur oleh Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, akan tetapi dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet belum dapat diatur, oleh karena itu timbul beberapa masalah antara lain bagaimanakah efektivitas Pasal 362 KUHP jucto Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam mengatur tentang pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet, serta tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.
x
LEGAL VIEW CONCERNING LARCENY OF CUSTOMERS FUND BANK THROUGH INTERNET MEDIA RELATED WITH ARTICLE 362 CRIMINAL
LAW CODE JUNTO UNDANG-UNDANG NUMBER 11/2008 ABOUT INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION
Abstract
Darsono
The exploiting of information and technology at present has much being used by people individualy and also by institution. The bigest influence of the output progress and technological information and communication development are on the financial institution. Existence of the internet exploiting by financial institution what is recognized as internet banking were facilitating the customer on the transaction which placing forward the easy factor, efficiency, flexibility and simplicity where one of the service on internet banking itself. Implementation of internet banking very influential progress of technology and informations, in a mater of fact make in transaction is very easy, but in other side make be a risk. In this case a security can be important. In this factor security can be other superiority in of bank it self. Other side of risk concerned with Implementation of internet banking between is larceny of customers fund bank through internet media. a problem of legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media arraged related with article 362 criminal law code, but in article 362 criminal law code a problem of legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media not yet arrange. Because of that appear some many problems between other howeffectiveness related with article 362 criminal law code junto undang-undang number 11/2008 about information and electronic transaction in regulate about legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media, and constrain with the deal in law maintenance with law measure that can do about subject the legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media.
to reach the purpose above, then the writer do some analitycal description research with normative juridical approach. the data has been qualitative juridical analyzed considering the hierarchy of the regulations it self and to achieve law certainness.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... vi
ABSTRAK... ix
ABSTRACT ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Maksud dan Tujuan Penelitian... 7
D. Kegunaan Penelitian... 7
E. Kerangka Pemikiran... 8
F. Metode Penelitian... 18
BAB II ASPEK HUKUM TENTANG PERBANKAN DAN PENCURIAN MELALUI INTERNET A. Aspek Hukum Perbankan... 21
vii
C. Aspek Hukum Mengenai Pencurian 37
D. Cybercrime ... 40
BAB III PENCURIAN DANA NASABAH MELALUI INTERNET
A. Pihak-Pihak Yang Terkait dalam kasus Pencurian Dana Nasabah
Melalui Internet... 47
B. Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet... 51
C. Akibat yang timbul dari tindak pidana pencurian dana nasabah
bank melalui internet... 54
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) JUNCTO PASAL 32 AYAT 2
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
A. Efektivitas Mengenai Pencurian Dana Nasabah Bank melalui
Internet dihubungkan dengan Pasal 362 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Juncto Pasal 32 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik .. ... . 59
B. Tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian
dana nasabah bank melalui
viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan . 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA . 81
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini
dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu
ekonomi, budaya, hukum, agama dan politik, sehingga dibutuhkan suatu tuntutan
hukum atau adanya perundang-undangan untuk menyesuaikan dengan keadaan di
era globalisasi sekarang ini.
Teknologi memberikan manfaat yang luar biasa bukan karena telah
digunakan oleh para ribuan pakar saja yang dapat mengaksesnya akan tetapi
dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat luas. Terciptanya suatu sistem informasi
yang bersifat global menjadikan dunia ini semakin kecil dan seakan-akan
meniadakan apa yang disebut dengan batas-batas suatu negara (borderless).
Sistem informasi awalnya sangat sulit untuk diperoleh, akan tetapi kini
semuanya dapat diperoleh hanya dalam beberapa saat saja. Perkembangan
teknologi pada saat ini tidak hanya mencakup masalah informasi saja, akan tetapi
juga mencakup masalah-masalah lain khususnya masalah ekonomi. Kemajuan
teknologi telah membawa perubahan dan pergeseran yang cepat dalam suatu
kehidupan tanpa batas. Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong
pertumbuhan bisnis yang pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui
hubungan jarak jauh dan mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak harus
2
Perkembangan teknologi informasi juga membentuk masyarakat dunia baru
yang tidak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial dan telah membalikkan
segalanya yang jauh jadi dekat yang khayal jadi nyata. Di balik kemajuan itu, juga
telah melahirkan keresahan-keresahan baru dengan munculnya kejahatan yang
canggih dalam bentuk cybercrime.
Pemanfaatan teknologi dan informasi saat ini telah banyak digunakan oleh
orang secara individu maupun oleh lembaga. Hasil kemajuan serta perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang paling besar pengaruhnya adalah pada
lembaga keuangan. Pemanfaatan internet oleh lembaga keuangan atau bank yang
kini telah dikenal dengan nama internet banking, maka konsumen (nasabah) dapat
melakukan suatu transaksi yang mengedepankan aspek kemudahan, efisiensi,
fleksibilitas dan kesederhanaan yang tentunya merupakan media alternatif dalam
memberikan kemudahan bagi nasabah lembaga keuangan bank tersebut1.
Berkembangnya internet banking sebagai suatu layanan keuangan, tidak
terlepas dari beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan memanfaatkan
internet banking tersebut. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan bahwa
industri saat ini banyak mengadopsi konsep internet banking, diantaranya adalah
untuk memperluas jangkauan akses pasarnya, meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan terhadap para nasabahnya dan yang lebih penting bahwa penerapan
internet banking ini dapat dijadikan sebagai sarana strategis untuk melakukan
kompetisi antar bank yang sangat ketat2.
1
Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,Hlm. 1.
2
3
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi perbankan relatif lebih
maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai Jenis teknologi diantaranya meliputi
Automated Teller Machine (ATM), Banking Application System, Real Time Gross
Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan Internet Banking. Bank Indonesia
sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem Informasi (TSI) untuk
semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan . Istilah lain yang
lebih sering digunakan adalah Electronic Banking. Electronic Banking mencakup
wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa
diantaranya terkait dengan layanan di garis depan atau front end (yang
berhubungan dengan nasabah), yaitu menggunakan web browser sebagai user
interface contohnya ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa
kelompok lainnya bersifat back end (yang berhubungan dengan bank), yaitu
teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau
penyedia jasa transaksi, misalnya electronic checkconversion.3
Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari
hampir seluruh aktivitas masyarakat. di dunia, di mana hampir seluruh proses
penyelenggaraan sistem pembayaran dilakukan secara elektronik (paperless).
Perkembangan teknologi informasi tersebut telah memaksa pelaku usaha
mengubah strategi bisnisnya dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama
dalam proses inovasi produk dan jasa. Pelayanan electronic transaction
(e-banking) melalui internet banking merupakan salah satu bentuk baru dari delivery
3 Penegakan Hukum terhadap Cyber, http://nustaffsite.gunadarma.ac.id, Diakses Pada
4
channel pelayanan bank yang mengubah pelayanan transaksi manual menjadi
pelayanan transaksi oleh teknologi. 4
Internet banking bukan merupakan istilah yang asing lagi bagi masyarakat
Indonesia khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Hal
tersebut dikarenakan semakin banyaknya nasional yang menyelenggarakan
layanan tersebut. Penyelenggaraan internet banking yang sangat dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi informasi, dalam kenyataannya pada satu sisi membuat
jalannya transaksi menjadi lebih mudah, akan tetapi di sisi lain membuatnya
semakin berisiko. Berdasarkan hal tersebut, keamanan menjadi faktor yang paling
penting. Faktor keamanan ini dapat menjadi salah satu fitur unggulan yang dapat
ditonjolkan oleh pihak bank. Salah satu risiko yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan internet banking diantaranya adalah pencurian dana
nasabah bank melalui internet. Salah satu contoh pencurian dana nasabah bank
melalui internet terjadi di Purwokerto, seorang nasabah bank Mandiri. Kehilangan
uang sebesar Rp. 38 juta yang dicuri oleh teknologi internet. Kasus pencurian dana
nasabah bank melalui internet ini menjadikan pihak bank atau nasabah sebagai
korban, dapat terjadi karena maksud jahat seseorang yang memiliki kemampuan
dalam bidang teknologi informasi, atau seseorang yang memanfaatkan kelengahan
pihak bank maupun pihak nasabah. Pemanfaatan internet untuk praktik pencurian
dana nasabah bank melalui internet, sesungguhnya bukan hal baru. Beberapa
nasabah bank sudah sejak lama mengeluh kepada pihak bank yang dipercayai
untuk menyimpan uangnya, dikarenakan uang yang terdapat pada rekening
4 Peranan Bank Indonesia dalam Pencegahan Kejahatan, http://www.jisportal.com, Di
5
tabungan berkurang, sementara nasabah bank tersebut tidak merasa melakukan
penarikan uang, transaksi, atau membelanjakan uang yang terdapat pada rekening
yang di milikinya.
Internet merupakan sebuah media hasil dari perkembangan teknologi
informasi yang banyak memberikan manfaat di satu sisi, akan tetapi pada sisi lain
seakan menjadi fasilitas yang memudahkan berbagai aktivitas kejahatan yang
dapat mengganggu rasa aman dan ketertiban dalam masyarakat5. Kejahatan yang
dilakukan melalui media internet merupakan salah satu jenis kejahatan baru yang
pada saat ini marak dilakukan karena tingkat kesulitan dalam melaksanakan
kejahatan relatif mudah dilakukan. Pelaku menggunakan internet sebagai media
untuk melakukan kejahatan tanpa harus tatap muka secara langsung karena
dilakukan melalui dunia yang tidak nyata, termasuk kejahatan pencurian dana
nasabah bank yang dilakukan melalui internet. Media internet memudahkan pelaku
untuk melakukan kejahatan tersebut karena proses yang terjadi didalamnya relatif
cepat, mudah dan dipastikan tanpa diketahui oleh siapa pun.
Keadaan inilah yang memaksa penegakan hukum dalam teknologi
informasi sangatlah penting, penegakan hukum selalu melibatkan manusia di
dalamnya dan dengan demikian akan melibatkan tingkah laku manusia bahkan
beragamnya perilaku anggota masyarakat yang mencoba mempengaruhi
bekerjanya hukum sebagai sistem, tidak menutup kemungkinan ada diantaranya
anggota masyarakat yang mencoba menghambat dan menggagalkan bekerjanya
5
6
hukum dengan cara mempengaruhi aparat penegak hukum agar tidak bekerja
sesuai dengan kode etik profesinya.
Hal ini merupakan suatu kendala yang dapat mengakibatkan perbuatan
tersebut dapat dilakukan secara sah karena Indonesia menganut asas legalitas
yang di mana tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang menyatakan bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan
dilakukan.
Masalah mengenai pencurian dana nasabah bank melalui internet diatur
dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tetapi Pasal 362
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) hanya mengatur pencurian secara
konvensional dan belum mengatur mengenai pencurian melalui internet.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang dilakukan peneliti
mengambil judul: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diangkat oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah efektivitas Pasal 362 KUHP dalam mengatur tentang
pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet?
2. Apa tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian
dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet?
C. Maksud Dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian yang diungkit oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui efektivitas Pasal 362 KUHP dalam mengatur tentang
pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.
2. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap
pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan secara Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
masukan dalam perkembangan ilmu hukum, khususnya di bidang cyber
law (hukum siber)
2. Kegunaan secara Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan
8
hukum dalam masalah pencurian dana nasabah bank yang dilakukan
melalui internet.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat menyebutkan
bahwa:
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 menjelaskan tentang
Pancasila yang terdiri dari lima sila dan apabila dilihat secara bulat atau holistik
(satu kesatuan), yaitu dengan melihat dasar pikiran dalam sila pertama, ketiga dan
kelima, maka keseimbangan (balance) merupakan substansi pokok yang
terkandung di dalamnya. Keseimbangan yang dijelaskan dalam keseluruhan silanya
adalah keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat
serta kepentingan penguasa, yang dituntun oleh sila ketuhanan6.
6 Otje Salman S. dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan
9
Alinea keempat merupakan landasan hukum dalam upaya melindungi
seluruh masyarakat Indonesia tidak terkecuali setiap orang yang melakukan
perbuatan hukum yang bersinggungan, Kebijakan hukum nasional yang kurang bisa
mengikuti perkembangan kemajuan teknologi tersebut, justru akan mendorong
timbulnya kejahatan-kejahatan baru dalam masyarakat yang belum dapat dijerat
dengan menggunakan hukum lama sehingga negara terancam dengan kerugian
yang sangat besar dan tidak ada tindakan yang tegas sesuai hukum di Indonesia
untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya mengenai pencurian dana
nasabah bank melalui internet.
Hal ini berarti bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
yang berdasarkan hukum (rechtstaat) dan bukan negara yang berdasarkan
kekuasaan belaka (machtstaat) dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi
(hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Salah satu
konsekuensi dari negara hukum adalah bahwa tindakan dan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah harus berdasarkan hukum dan peraturan
perundang-undangan sesuai dengan asas legalitas.
Istilah negara hukum dalam bahasa Belanda disebut rechstaat, sedangkan
dalam terminologi Inggris disebut rule of law. Istilah rule of law dalam
perkembangan hukum di Indonesia disebut dengan negara hukum yang diartikan
10
Wade mengidentifikasikan lima aspek dalam the rule of law, yaitu :
1. Semua tindakan pemerintah harus berdasarkan hukum.
2. Pemerintah harus berperilaku di dalam suatu bingkai yang diakui
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip yang membatasi
kekuasaan diskresi.
3. Sengketa mengenai keabsahan tindakan pemerintah akan diputuskan
oleh pengadilan yang murni independen dari kekuasaan eksekutif.
4. Harus seimbang antara pemerintah dan warga negara.
5. Tidak seorangpun dapat dihukum, kecuali atas kejahatan yang
ditegaskan menurut undang-undang.
Peraturan perundang-undangan merupakan hukum yang in abstracto atau
general norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah
mengatur hal-hal yang bersifat umum (general) 7. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
menyebutkan, bahwa :
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum
Setiap negara memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin
dicapai oleh pemerintah Indonesia salah satunya adalah memberikan perlindungan
bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Pembukaan UUD 1945
alinea keempat yang menyatakan, bahwa :
7
11
... kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum...
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersebut menegaskan bahwa
pemerintah Indonesia harus berusaha semaksimal mungkin untuk
memajukan kesejahteraan umum. Hal ini sejalan dengan prinsip welfare state
(negara kesejahteraan) yang dianut oleh pemerintah Indonesia.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari dibentuknya pemerintahan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan
nasional. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 merupakan
kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional. Visi pembangunan nasional Indonesia Tahun 2005 2025 adalah
Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.
Pembangunan nasional memiliki 8 (delapan) misi, yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
12
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Strategi untuk melaksanakan visi dan misi tersebut dijabarkan secara
bertahap dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Saat ini, Indonesia sudah memasuki RPJMN Tahapan ke-2 (2010 2014).
Visi Indonesia 2014 adalah terwujudnya Indonesia yang sejahtera,
demokrasi dan berkeadilan. Perwujudan visi Indonesia 2014 dijabarkan dalam misi
pembangunan 2010 2014 sebagai berikut :
1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera.
2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi.
3. Memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang.
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010 2014
ditetapkan 5 (lima) agenda utama pembangunan nasional tahun 2010 2014, yaitu :
1. Agenda I, yaitu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
rakyat.
13
3. Agenda III, yaitu penegakan pilar demokrasi.
4. Agenda IV, yaitu penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.
5. Agenda V, yaitu pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.
Sistem yang demokratis harus disertai dengan tegaknya rule of law, oleh
karena itu agenda penegakan hukum masih merupakan agenda yang penting dalam
periode 2010 2014. Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian
hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa
aman, adil dan kepastian berusaha bagi masyarakat yang terkait dengan kepastian
usaha. Salah satu persoalan yang dianggap menggangu masuknya investasi ke
Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum, oleh karena itu penegakan hukum
akan membawa dampak positif bagi perbaikan iklim investasi yang pada gilirannya
akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara kerjasama
internasional dan regional dan mendorong kerja sama internasional regional dan
bilateral antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga disegala bidang,
bidang disini yaitu bidang teknologi dan informasi, maka dari itu perlunya perbaikan
dan penyempurnaan pada aspek hukum dalam memberikan keadilan yang akan
memudahkan pencapaian dalam bidang kerja sama, salah satunya ketentuan di
bidang informasi dan transaksi elektronik, yaitu Undang-undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Eletronik.
Internet banking merupakan suatu layanan elektronik kepada nasabah bank
secara online di internet. Sebagaimana halnya dengan fasilitas perbankan lainnya
yang menggunakan kecanggihan teknologi, misalnya ATM maupun kartu kredit,
14
Banyaknya kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank pengguna internet
banking dalam mekanisme internet banking, menunjukkan masih kurangnya suatu
perlindungan hukum bagi nasabah bank pengguna Internet Banking.8
Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong pertumbuhan bisnis yang
pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui hubungan jarak jauh
dengan mudah dapat diperoleh. Mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak
harus bertemu muka secara langsung, cukup melalui peralatan komputer dan
telekomunikasi.
Peranan hukum diharapkan dapat menjamin bahwa pelaksanaan perubahan
itu akan berjalan dengan cara yang teratur, tertib dan lancar khususnya dalam
bidang perbankan, di tinjau dari segi efisiensi perbankan 9.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan
bahwa:
Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya .
Fungsi utama bank Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat. Dana yang dihimpun oleh bank merupakan simpanan yang di
percayakan oleh masyarakat kepada bank.
8
Perlindungan Hukum bagi Nasabah Bank Pengguna Internet Banking, http://www.google.com// www.hukum_online.com, Diakses Pada Tanggal 22 Februari 2010, Jam 15.49 WIB
9Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Komputer, http://www.google.com//
15
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan
bahwa :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak .
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, menurut jenisnya bank dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariat yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariat yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kemajuan teknologi dan informasi, mengakibatkan masyarakat dapat
mengakses dan memanfaatkan internet. Internet telah membuat manusia mampu
menjelajah ruang maya tanpa batas, berkomunikasi mengenai beragam informasi
global, memasuki jagat perbedaan dan lintas etnis, agama, politik, budaya, dan lain
sebagainya10. Kemajuan teknologi dan informasi mempunyai dampak positif dan
negatif bagi masyarakat khususnya dalam penggunaan internet, dampak positifnya
10
16
diantara lain adalah internet adalah sebagai media komunikasi di mana setiap
pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh
dunia, internet pun bisa menjadi media pertukaran data contohnya dengan
menggunakan e-mail yaitu para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling
bertukar informasi dengan cepat dan mudah, selain itu internet pun bisa digunakan
sebagai lahan informasi, mencari informasi dan juga memberikan kemudahan
bertransaksi dan berbisnis khususnya dalam bidang perdagangan, sehingga tidak
perlu pergi menuju ke tempat penawaran atau penjualan. Penggunaan internet
selain mempunyai dampak positif, ada juga dampak negatifnya diantaranya yaitu
dapat menimbulkan tingkat kejahatan di antaranya yaitu mengenai pornografi,
penipuan, ataupun pencurian.
Penyalahgunaan komputer dalam perkembangannya menimbulkan
permasalahan yang sangat rumit, terutama kaitannya dengan proses pembuktian
tindak pidana (faktor yuridis). Penggunaan komputer untuk tindak kejahatan itu
memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda dengan kejahatan yang dilakukan
tanpa menggunakan komputer (konvensional). Perbuatan atau tindakan, pelaku,
alat bukti ataupun barang bukti dalam tindak pidana biasa dapat dengan mudah
teridentifikasi, tidak demikian halnya kejahatan yang dilakukan dengan
menggunakan komputer. Tindak kejahatan pencurian makin marak terjadi melalui
internet dengan modus yang bermacam-macam diantaranya yaitu pencurian dana
17
Tindak pidana pencurian diatur oleh Pasal 362 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat unsur-unsur sebagai berikut 11:
1. Mengambil barang, artinya perbuatan mengambil barang, kata
mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakan tangan dan
jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkanya ke tempat orang
lain.
2. Barang yang diambil, artinya merugikan kekayaan korban, maka barang
yang harus diambil harus berharga, harga ini tidak harus bersifat
ekonomis.
3. Tujuan memiliki barangnya dengan melanggar hukum, artinya tindak
pidana pencurian dalam bentuknya yang pokok berupa perbuatan
mengambil suatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah
kepunyaan orang lain.
Pada kasus pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet,
pihak yang melakukan pencurian dana tersebut melakukan pemindahan atau
mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain
kepada pihak yang tidak berhak.
Media informasi dan teknologi merupakan sarana efektif untuk perbuatan
melawan hukum, oleh karena itu perbuatan yang dilakukan secara elektronik juga
harus diatur dalam undang-undang agar tidak lolos dari jerat hukum. Kenyataan ini
telah menyebabkan negara-negara di dunia memberikan perhatian terhadap
pentingnya regulasi dibidang teknologi informasi yang dikenal dengan cyber law. Di
11
18
Indonesia regulasi tersebut baru dibentuk dan baru disahkan pada tahun 2008,
yakni Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Teknologi
Elektronik.
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang dilakukan adalah secara deskriptif analitis, yaitu
suatu metode penelitian dilakukan dengan cara melukiskan dan
menggambarkan fakta-fakta baik berupa data sekunder bahan hukum primer
berupa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, data sekunder bahan
hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli dan data sekunder
bahan hukum tersier yakni data-data yang didapat melalui majalah dan brosur
yang berhubungan dengan masalah pidana.
2. Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu suatu
metode di mana hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas atau
dogma-dogma. Peneliti ini mencoba melakukan penafsiran hukum ekstensif di
mana penafsiran tersebut memperluas dengan cara melampaui batas-batas
yang ditentukan dalam penafsiran gramatikal, penafsiran gramatikal dilakukan
berdasarkan bunyi undang-undang dengan berpedoman pada arti kata-kata
dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat yang dipakai dalam
19
secara analogi yaitu dengan melakukan pembentukan hukum dari peristiwa
yang sama dan filsafat hukum yaitu dilakukan dengan meninjau keefektifan dari
Undang-Undang.
3. Tahap penelitian
a. Studi kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mencari data-data berupa:
1) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu peraturan
perundang-undangan yang antara lain: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
2) Data sekunder bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum berupa
doktrin atau pendapat para ahli hukum terkemuka.
3) Data sekunder bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan
informasi-informasi berupa artikel, majalah, makalah serta brosur.
b. Studi lapangan
Yaitu wawancara dengan mengadakan tanya jawab dan mempersiapkan
daftar pertanyaan sebagai pedoman. Peneliti mengadakan wawancara
dengan ibu Yulianty Pratiwi sebagai Human Resort Development (HRD)
Bank Mandiri Martadinata, Jl. R.E. Martadinata No.103 Bandung.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data yang diperoleh
dari perundang-undangan, buku-buku teks, hasil penelitian, majalah, artikel dan
lain-lain, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait dan mengunjungi situs
20
5. Metode Analisis Data
Data yang peneliti peroleh, dianalisis secara yuridis kualitatif untuk mencapai
kepastian hukum, agar peraturan perundang-undangan yang satu tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, dengan
memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan.
6. Lokasi Penelitian
a. Perpustakaan
1) Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur No.
112 Bandung.
2) Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jalan Imam Bonjol No. 21
Bandung
b. Instansi yaitu Bank Mandiri cabang Bandung, Jl. R.E. Martadinata No.103,
telepon (022) 4209093, fax. 4204991
c. Situs Internet:
1) Penegakan hukum terhadap cyber, http://nustaffsite.gunadarma.ac.id
2) Peranan Bank Indonesia Dalam Pencegahan Kejahatan
http://www.jisportal.com
3) My Personal Library Online, Cyber Crime,
21
BAB II
ASPEK HUKUM TENTANG PERBANKAN
DAN PENCURIAN MELALUI INTERNET
A. Aspek Hukum Perbankan
1. Pengertian Bank secara Etimologis
Secara etimologis kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca
yang artinya bangku. Bangku inilah yang digunakan bankir untuk melayani
kegiatan operasionalnya kepada nasabah sehingga nasabah pada saat itu
menjadi terbiasa menggunakan istilah bank. Pertengahan abad 16 istilah
banca secara resmi menjadi bank12.
2. Pengertian Bank menurut Para Ahli
a. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik, berpendapat bahwa
bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang
yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan
alat-alat penukar baru berupa uang giral13.
b. Menurut Syarif Arbi, bank adalah lembaga keuangan yang usahanya
menyerap dana dari kelompok masyarakat yang berlebihan dana dan
menyalurkan kepada kelompok masyarakat yang kekurangan dan
12 Malayu Hasibuan, Pengertian Bank, hizkiarahwikoadi.blogspot.com, Di Akses Pada
Tanggal 20 Mei 2010, Jam 15.00 WIB
13 Wikipedia, Pengertian Bank Menurut Para Ahli, http://id.wikipedia.org/, Di Akses Pada
22
membutuhkan dana tersebut serta memenuhi persyaratan tertentu
untuk diberikan bantuan dana tersebut14.
3. Sejarah Perbankan
a. Sejarah Perbankan di Dunia
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan
adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Usaha
perbankan kemudian berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang.
Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh
bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya
baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Sejarah dikenalnya
perbankan dimulai dari jasa penukaran uang, sehingga dalam sejarah
perbankan arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang.
Perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu penukaran uangnya dilakukan
antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan
penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Valuta Asing (Money
Changer). Perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut
sekarang ini kegiatan simpanan, berikutnya kegiatan perbankan
bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan
oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada
masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul
14
23
sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang
semakin beragam15.
b. Sejarah Perbankan di Indonesia
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman
penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu De Javasche Bank NV,
didirikan di Batavia pada tanggal 24 Januari 1828 kemudian menyusul
Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij NV, pada tahun 1918
sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan
penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang
peranan penting di Hindia Belanda16.
Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang
peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada di antara lain :
1) De Javasce NV.
2) De Post Poar Bank.
3) De Algemenevolks Crediet Bank.
4) Nederland Handles Maatscappi (NHM).
5) Nationale Handles Bank (NHB).
6) De Escompto Bank NV.
Terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang
asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut
antara lain:
15
N.N., Sejarah Perbankan, http://infoperbankan.blogspot.com, Di Akses Pada Tanggal 10 Mei 2010, Jam 22.45 WIB
16
24
1) Bank Nasional Indonesia.
2) Bank Abuan Saudagar.
3) NV Bank Boemi.
4) The Chartered Bank of India.
5) The Yokohama Species Bank.
6) The Matsui Bank.
7) The Bank of China.
8) Batavia Bank.
Pada masa zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia
bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda
dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di
zaman awal kemerdekaan antara lain17:
1) Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946
yang sekarang dikenal dengan BNI '46.
2) Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari
1946. Bank ini berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank
atau Syomin Ginko.
3) Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di
Solo.
4) Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
5) Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
6) Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta,
kemudian menjadi Bank Amerta.
7) NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
25
8) Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950
kemudian merger dengan Bank Pasifik.
9) Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank
Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA)
tahun 1949.
4. Dasar Hukum Perbankan
Muhammad Djumhana telah mencoba membuat suatu batasan
mengenai apa yang dimaksud dengan hukum perbankan, yaitu sebagai
sekumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan
bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi dan eksistensinya
serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain18.
Berdasarkan rumusan tersebut terungkap bahwa pengaturan di
bidang perbankan diantaranya menyangkut19:
a. Dasar-dasar perbankan, yaitu menyangkut asas-asas kegiatan
perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank,
profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga
perbankan, serta hubungan hak dan kewajiban.
b. Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan misalnya
kaidah-kaidah mengenai pengelolanya, seperti dewan komisaris,
direksi, karyawan, ataupun pihak yang terafiliasi. Juga,
mengenai bentuk badan pengelolanya, yaitu berbadan hukum
persero, perusahaan daerah, koperasi, atau perseroan terbatas,
18
Muhammad Djumhana, Dikutip dari H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti , Bandung, 2005 Hlm.1
19
26
serta mengenai bentuk kepemilikan, yaitu milik pemerintah,
swasta, ataupun campuran dengan pihak asing.
c. Kaidah-kaidah perbankan secara khusus memperlihatkan
kepentingan umum, seperti kaidah-kaidah yang mencegah
persaingan yang tidak wajar, antitrust, perlindungan terhadap
konsumen (nasabah), dan lain-lain. Di Indonesia bahkan
mempunyai kekhususan tersendiri, yaitu bahwa perbankan
nasional harus memperhatikan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.
d. Kaidah-kaidah yang menyangkut struktur organisasi, yang
mendukung kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti
dewan moneter dan bank sentral. Di Indonesia pengaturan
mengenai hal tersebut di atas diadakan dalam bentuk
Undang-Undang Bank Sentral 1968, yang mengatur mengenai Bank
Indonesia dan Dewan Moneter.
e. Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian
berupa kemampuannya untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang
hendak di capainya melalui organisasi, dan personal yang
tersusun baik, di antaranya penegakan hukum termasuk di
dalamnya kekuasaan untuk memaksa, serta penerapan sanksi,
insentif, dan sebagainya.
f. Peraturan-peraturan hukum itu satu sama lain ada
27
keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian
lainnya. Peraturan-peraturan hukum yang berdiri-sendiri itu
kemudian terikat dalam satu susunan kesatuan.
Pengaturan mengenai Dasar hukum perbankan di Indonesia, dapat
dilihat dalam20 :
a. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
c. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah
5. Asas Hukum Perbankan
Asas Perbankan Indonesia, diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu21:
"Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian".
Penjelasan Pasal 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi yaitu demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
20
N.N., Tinjauan Umum Tentang Bank, http://pumkienz.multiply.com, Di Akses Pada Tanggal 22 Mei 2010, Jam 13.25 WIB
21
28
Perbankan yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi, mempunyai
arti bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan
perbankan, sedangkan pemerintah bertindak memberikan pengarahan dan
bimbingan terhadap pertumbuhan dunia perbankan sekaligus menciptakan
iklim yang sehat bagi perkembangannya.
Demokrasi ekonomi yang menjadi dasar pelaksanaan pembangunan
memiliki ciri-ciri positif dan negatif.
Ciri-ciri demokrasi ekonomi yang positif di antaranya22 :
a. Perekonomian harus disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan dan oleh karena itu di dalam
demokrasi ekonomi tidak dikenal sistem pertentangan kelas.
b. Sumber-sumber kekayaan, dan sumber-sumber alam serta
keuangan negara harus digunakan dengan pemufakatan
perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaan
yang bertalian dengan itu harus ada pada perwakilan rakyat.
c. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
d. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang
dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan, dan
penghidupan yang layak.
e. Hak milik perorangan diakui, dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat (fungsi sosial).
29
f. Potensi aktif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan
sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan
kepentingan umum.
g. Fakir miskin, dan anak-anak terlantar berhak memperoleh
jaminan sosial.
Demokrasi Ekonomi juga memiliki ciri-ciri negatif yang harus di
hindari antara lain23 :
a. Sistem Free Fight Liberalism yang menumbuhkan eksploitasi
terhadap manusia, dan bangsa lain, yang dalam sejarahnya di
Indonesia telah menimbulkan, dan menyebabkan kelemahan
struktural posisi Indonesia di dalam ekonomi dunia.
b. Sistem Etatisme, di mana dalam negara beserta aparatur
ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak, dan
mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar
sektor negara.
c. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada
satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan
masyarakat.
23
30
B. Aspek Hukum Internet
1. Pengertian Internet.
Pada tahun 1969 (ARPA Advanced Research Project Agency),
sebuah bagian dalam kementerian pertahanan Amerika Serikat memulai
sebuah proyek, yang di satu sisi menciptakan jalur komunikasi yang tak
dapat dihancurkan dan disisi lain memudahkan kerjasama antar badan riset
diseluruh negeri, seperti juga industri senjata. Awalnya komputer sejenis
yang melakukan pertukaran data, bertambahnya komputer dengan berbagai
sistem operasi lain menuntut solusi baru komunikasi yang tak terbatas antar
semua badan yang tergabung dalam jaringan yang dinamakan dengan
Internetting Project, untuk itu dibuat Internetting Project, yang
mengembangkan lebih lanjut hasil yang telah dicapai dalam ARPANet, agar
media komunikasi baru ini juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai sistem
komputer yang tergabung. Vendor (pengguna) komputer meramaikan lalu
lintas jaringan tersebut untuk berbagai kebutuhan sehingga terciptalah
internet24.
Secara harfiah, internet kependekan dari interconnected-networking
ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian.
Manakala Internet (huruf I besar) ialah sistem komputer umum, yang
berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol
pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian
24 N.N., Pengertian dan Sejarah Internet , http://www.acehforum.or.id/, Diakses Pada
31
internet yang terbesar dinamakan Internet, cara menghubungkan rangkaian
dengan kaedah ini dinamakan internetworking25.
a. Pengertian Internet secara Etimologis
Istilah internet berasal dari bahasa Latin inter, yang berarti antara.
Internet adalah jaringan antara atau penghubung. Fungsi internet yaitu
menghubungkan berbagai jaringan yang tidak saling bergantung pada satu
sama lain sedemikian rupa, sehingga pengguna dapat berkomunikasi.
b. Pengertian Internet menurut Para Ahli.
Alvin Toffler berpendapat bahwa internet adalah jaringan dari
jaringan-jaringan, yang menggabungkan komputer pemerintah, universitas
dan pribadi bersama-sama dan menyediakan infrastruktur untuk
penggunaan e-mail, bulletin, penerimaan file, dokumen hypertext, basis
data hingga sumber-sumber komputer lainnya26.
2. Dasar Hukum Keberadaan Internet di Indonesia.
Perkembangan teknologi Informasi, mengubah perilaku masyarakat
dan peradaban manusia, termasuk di negara Indonesia. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan dunia menjadi
tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi,
dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi
25
N.N., Pengertian Internet, http://id.wikipedia.org/, Diakses Pada Tanggal 29 April 2010, Pukul 08.30 WIB
26
32
Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Saat
ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber
atau hukum telematika.
Pemerintah dalam mendukung pengembangan teknologi informasi
telah memperhatikan infrastruktur hukum dan pengaturannya dengan
dibuatnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan
secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan
nilai-nilai agama dan sosial udaya masyarakat Indonesia.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik merupakan dasar hukum dari hadirnya teknologi
informasi dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat negara
indonesia yang mengkonsolidasikan berbagai aspek terkait dengan
teknologi informasi elektronik secara lebih spesifik dan lebih khusus.
Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik memang jauh lebih maju dalam
merespon perkembangan hukum teknologi informasi.
Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :
33
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik tersebut mengandung makna bahwa
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik
ini memiliki jangkauan yuridiksi tidak semata-mata untuk perbuatan hukum
yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga negara Indonesia,
tetapi juga berlaku untuk perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah
hukum (yuridiksi) Indonesia baik oleh warga negara Indonesia maupun
warga negara asing atau badan hukum Indonesia maupun badan hukum
asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia, mengingat pemanfaatan
teknologi informasi untuk Informasi elektronik dan transaksi elektronik dapat
bersifat lintas teritorial atau universal.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat,
kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau
netral teknologi.
Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan asas dalam
pemanfaatan teknologi informasi yaitu :
a. Asas kepastian hukum yaitu asas dalam negara hukum yang
34
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara
negara, yang artinya landasan hukum bagi pemanfaatan
teknologi informasi dan transaksi elektronik serta segala sesuatu
yang mendukung penyelenggaraannya yang mendapatkan
pengakuan hukum di dalam dan di luar pengadilan.
b. Asas manfaat berarti asas bagi pemanfaatan teknologi informasi
dan transaksi elektronik diupayakan untuk mendukung proses
berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
c. Asas kehati-hatian berarti landasan bagi pihak yang
bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek yang
berpotensi mendatangkan kerugian, baik bagi dirinya maupun
bagi pihak lain dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
transaksi elektronik.
d. Asas iktikad baik berarti asas yang digunakan para pihak dalam
melakukan transaksi elektronik tidak bertujuan untuk secara
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakibatkan
kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain
tersebut.
e. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi berarti
asas pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik
tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga
35
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan
e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi informasi.
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik ini membahas mengenai pemanfaatan teknologi
informasi dan transaksi elektronik yang telah jelas dalam pemanfaatannya
dalam membantu pembangunan nasional dalam bidang sarana prasarana.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :
1) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
2) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
3) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang ini.
4) Ketentuan mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan
b. surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
36
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi
dan Traksaksi Elektronik ini membahas informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum
yang sah pada Pasal 5 ayat (1). Segala data yang berasal dari elektronik
harus dicetak maka itu dapat menjadi alat bukti yang sah dalam proses
persidangan di Pengadilan. Hal ini dapat dikategorikan sebagai alat bukti
surat yang memilki kaitan dengan Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :
Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik menjelaskan bahwa bentuk informasi tidak hanya
tertulis di kertas saja tetapi dapat dituangkan dalam bentuk data secara
elektronik.
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :
Setiap orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak orang lain berdasarkan adanya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik harus memastikan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ada padanya berasal dari sistem elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundang undangan.
37
Ketentuan ini dimaksudkan bahwa suatu informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik dapat digunakan sebagai alasan timbulnya
suatu hak.
C. Aspek Hukum Mengenai Pencurian
Pengertian pencurian secara umum ialah dengan sengaja mengambil
dengan melawan hukum hak atau milik orang lain dengan maksud untuk
dimilikinya sendiri. Pencurian menurut hukum dirumuskan dalam Pasal 362
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), adalah berupa rumusan
pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi :
"Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
atau denda paling banyak Rp. 900,00".
Unsur-unsur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
tersebut terdiri dari 27:
1. Mengambil barang, artinya perbuatan mengambil barang, kata
mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakan tangan dan
jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkanya ke tempat orang
lain.
27
38
2. Barang yang diambil, artinya merugikan kekayaan korban, maka
barang yang harus diambil harus berharga, harga ini tidak harus
bersifat ekonomis.
3. Tujuan memiliki barangnya dengan melanggar hukum, artinya tindak
pidana pencurian dalam bentuknya yang pokok berupa perbuatan
mengambil suatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah
kepunyaan orang lain.
Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam
Pasal 362 KUHP diatas, terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif, yakni
sebagai berikut28 :
1. Unsur subjektif yaitu : mengenai benda tersebut secara melawan
hukum.
2. Unsur objektif yaitu :
a. Barang siapa atau hij.
b. Mengambil atau wegnemen yaitu suatu perilaku yang membuat
suatu benda berada dalam penguasaanya yang nyata, atau
berada dibawah kekuasaanya atau di dalam detensinya, terlepas
dari maksudnya tentang apa yang ia inginkan dengan benda
tersebut.
c. Sesuatu benda atau eenig goed.
d. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
Unsur objektif pertama dari tindak pidana pencurian ialah barang siapa,
kata barang siapa menunjukan orang, apabila orang tersebut memenuhi semua
39
unsur dari tindak pidana pencurian maka ia dapat disebut pelaku atau dader
dari tindak pidana pencurian tersebut.
Kata dengan maksud atau met het oogmerk om het zich wederrech telijk
toe te eigene itu harus diartikan sebagai maksud dari pelaku untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Unsur
menguntungkan diri sendiri atau orang lain melawan secara hukum bahwa
keuntungan yang diperoleh dan cara memperoleh keuntungan tersebut pelaku
bersifat bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan masyarakat.
Kesengajaan atau opzet pelaku itu meliputi unsur-unsur :
1. Mengambil yaitu telah menghendaki untuk melakukan perbuatan.
2. Sesuatu benda yaitu bahwa yang diambil suatu benda.
3. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
4. Dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan
hukum.
Menurut Simons yang dimaksud mengambil yaitu membawa suatu benda
menjadi berada dalam penguasaanya atau membawa benda tersebut secara
mutlak berada dibawah penguasaanya yang nyata, dengan kata lain pada waktu
pelaku melakukan perbuatanya benda tersebut harus belum berada dalam
penguasaanya. Seseorang dapat dinyatakan terbukti telah melakukan tindak
40
D. Cybercrime
Kejahatan informasi dikategorikan sebagai cybercrime, definisi
cybercrime adalah sesuatu tindakan yang merugikan orang lain atau pihak-pihak
tertentu yang dilakukan pada media digital atau dengan bantuan
perangkat-perangkat digital dan jaringan internet.
Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya, cybercrime dapat
digolongkan menjadi dua jenis sebagai berikut29 :
1. Cybercrime sebagai Tindakan Murni Kriminal
Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan
kejahatan yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis
ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan.
Contoh kejahatan semacam ini adalah carding, yaitu pencurian
nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi
perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet
(webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan.
Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat
di masukkan dalam contoh kejahatan yang menggunakan internet
sebagai sarana, di beberapa negara maju, pelaku spamming dapat
dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.
2. Cybercrime sebagai Kejahatan Abu-abu
Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah
abu-abu, cukup sulit menentukan apakah itu merupakan tindak
29
41
kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya terkadang bukan
untuk kejahatan. Salah satu contohnya adalah probing atau port
scanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian
terhadap sistem milik orang