• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet Dihubungkan Dengan Pasal 362 KUHP Juncto Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet Dihubungkan Dengan Pasal 362 KUHP Juncto Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

LEGAL VIEW CONCERNING LARCENY OF CUSTOMERS FUND BANK THROUGH INTERNET MEDIA RELATED WITH ARTICLE 362 CRIMINAL LAW CODE JUNCTO UNDANG-UNDANG NUMBER 11/2008

ABOUT INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Komputer Indonesia

Disusun Oleh : Darsono 3.16.04.028

Di Bawah Bimbingan :

Arinita Sandria, S.H., M.Hum

JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

i

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Strata-1 Jurusan Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

Darsono 316. 04. 028

Bandung, Juli 2010 Pembimbing

Arinita Sandria, S.H., M.HUM NIP.4127.3300.006

Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia

(3)

ix

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK ABSTRAK DARSONO

Pemanfaatan teknologi dan informasi saat ini telah banyak digunakan oleh orang secara individu maupun oleh lembaga. Hasil kemajuan serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang paling besar pengaruhnya adalah pada lembaga keuangan. Pemanfaatan internet oleh lembaga keuangan atau bank yang kini telah dikenal dengan nama internet banking, maka konsumen (nasabah) dapat melakukan suatu transaksi yang mengedepankan aspek kemudahan, efisiensi, fleksibilitas dan kesederhanaan yang tentunya merupakan media alternatif dalam memberikan kemudahan bagi nasabah lembaga keuangan Bank tersebut. Penyelenggaraan internet banking yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi, dalam kenyataannya pada satu sisi membuat jalannya transaksi menjadi lebih mudah, akan tetapi di sisi lain membuatnya semakin berisiko. Berdasarkan hal tersebut, keamanan menjadi faktor yang paling penting. Faktor keamanan ini dapat menjadi salah satu fitur unggulan yang dapat ditonjolkan oleh pihak bank. Salah satu risiko yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan internet banking diantaranya adalah pencurian dana nasabah bank melalui internet. Masalah pencurian dana nasabah bank saat ini diatur oleh Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, akan tetapi dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet belum dapat diatur, oleh karena itu timbul beberapa masalah antara lain bagaimanakah efektivitas Pasal 362 KUHP jucto Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam mengatur tentang pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet, serta tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.

(4)

x

LEGAL VIEW CONCERNING LARCENY OF CUSTOMERS FUND BANK THROUGH INTERNET MEDIA RELATED WITH ARTICLE 362 CRIMINAL

LAW CODE JUNTO UNDANG-UNDANG NUMBER 11/2008 ABOUT INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION

Abstract

Darsono

The exploiting of information and technology at present has much being used by people individualy and also by institution. The bigest influence of the output progress and technological information and communication development are on the financial institution. Existence of the internet exploiting by financial institution what is recognized as internet banking were facilitating the customer on the transaction which placing forward the easy factor, efficiency, flexibility and simplicity where one of the service on internet banking itself. Implementation of internet banking very influential progress of technology and informations, in a mater of fact make in transaction is very easy, but in other side make be a risk. In this case a security can be important. In this factor security can be other superiority in of bank it self. Other side of risk concerned with Implementation of internet banking between is larceny of customers fund bank through internet media. a problem of legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media arraged related with article 362 criminal law code, but in article 362 criminal law code a problem of legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media not yet arrange. Because of that appear some many problems between other howeffectiveness related with article 362 criminal law code junto undang-undang number 11/2008 about information and electronic transaction in regulate about legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media, and constrain with the deal in law maintenance with law measure that can do about subject the legal view concerning larceny of customers fund bank through internet media.

to reach the purpose above, then the writer do some analitycal description research with normative juridical approach. the data has been qualitative juridical analyzed considering the hierarchy of the regulations it self and to achieve law certainness.

(5)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... vi

ABSTRAK... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Maksud dan Tujuan Penelitian... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Kerangka Pemikiran... 8

F. Metode Penelitian... 18

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG PERBANKAN DAN PENCURIAN MELALUI INTERNET A. Aspek Hukum Perbankan... 21

(6)

vii

C. Aspek Hukum Mengenai Pencurian 37

D. Cybercrime ... 40

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH MELALUI INTERNET

A. Pihak-Pihak Yang Terkait dalam kasus Pencurian Dana Nasabah

Melalui Internet... 47

B. Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Internet... 51

C. Akibat yang timbul dari tindak pidana pencurian dana nasabah

bank melalui internet... 54

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) JUNCTO PASAL 32 AYAT 2

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Efektivitas Mengenai Pencurian Dana Nasabah Bank melalui

Internet dihubungkan dengan Pasal 362 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Juncto Pasal 32 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik .. ... . 59

B. Tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian

dana nasabah bank melalui

(7)

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan . 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA . 81

LAMPIRAN

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini

dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu

ekonomi, budaya, hukum, agama dan politik, sehingga dibutuhkan suatu tuntutan

hukum atau adanya perundang-undangan untuk menyesuaikan dengan keadaan di

era globalisasi sekarang ini.

Teknologi memberikan manfaat yang luar biasa bukan karena telah

digunakan oleh para ribuan pakar saja yang dapat mengaksesnya akan tetapi

dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat luas. Terciptanya suatu sistem informasi

yang bersifat global menjadikan dunia ini semakin kecil dan seakan-akan

meniadakan apa yang disebut dengan batas-batas suatu negara (borderless).

Sistem informasi awalnya sangat sulit untuk diperoleh, akan tetapi kini

semuanya dapat diperoleh hanya dalam beberapa saat saja. Perkembangan

teknologi pada saat ini tidak hanya mencakup masalah informasi saja, akan tetapi

juga mencakup masalah-masalah lain khususnya masalah ekonomi. Kemajuan

teknologi telah membawa perubahan dan pergeseran yang cepat dalam suatu

kehidupan tanpa batas. Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong

pertumbuhan bisnis yang pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui

hubungan jarak jauh dan mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak harus

(9)

2

Perkembangan teknologi informasi juga membentuk masyarakat dunia baru

yang tidak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial dan telah membalikkan

segalanya yang jauh jadi dekat yang khayal jadi nyata. Di balik kemajuan itu, juga

telah melahirkan keresahan-keresahan baru dengan munculnya kejahatan yang

canggih dalam bentuk cybercrime.

Pemanfaatan teknologi dan informasi saat ini telah banyak digunakan oleh

orang secara individu maupun oleh lembaga. Hasil kemajuan serta perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi yang paling besar pengaruhnya adalah pada

lembaga keuangan. Pemanfaatan internet oleh lembaga keuangan atau bank yang

kini telah dikenal dengan nama internet banking, maka konsumen (nasabah) dapat

melakukan suatu transaksi yang mengedepankan aspek kemudahan, efisiensi,

fleksibilitas dan kesederhanaan yang tentunya merupakan media alternatif dalam

memberikan kemudahan bagi nasabah lembaga keuangan bank tersebut1.

Berkembangnya internet banking sebagai suatu layanan keuangan, tidak

terlepas dari beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan memanfaatkan

internet banking tersebut. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan bahwa

industri saat ini banyak mengadopsi konsep internet banking, diantaranya adalah

untuk memperluas jangkauan akses pasarnya, meningkatkan mutu dan kualitas

pelayanan terhadap para nasabahnya dan yang lebih penting bahwa penerapan

internet banking ini dapat dijadikan sebagai sarana strategis untuk melakukan

kompetisi antar bank yang sangat ketat2.

1

Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,Hlm. 1.

2

(10)

3

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi perbankan relatif lebih

maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai Jenis teknologi diantaranya meliputi

Automated Teller Machine (ATM), Banking Application System, Real Time Gross

Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan Internet Banking. Bank Indonesia

sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem Informasi (TSI) untuk

semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan . Istilah lain yang

lebih sering digunakan adalah Electronic Banking. Electronic Banking mencakup

wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa

diantaranya terkait dengan layanan di garis depan atau front end (yang

berhubungan dengan nasabah), yaitu menggunakan web browser sebagai user

interface contohnya ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa

kelompok lainnya bersifat back end (yang berhubungan dengan bank), yaitu

teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau

penyedia jasa transaksi, misalnya electronic checkconversion.3

Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari

hampir seluruh aktivitas masyarakat. di dunia, di mana hampir seluruh proses

penyelenggaraan sistem pembayaran dilakukan secara elektronik (paperless).

Perkembangan teknologi informasi tersebut telah memaksa pelaku usaha

mengubah strategi bisnisnya dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama

dalam proses inovasi produk dan jasa. Pelayanan electronic transaction

(e-banking) melalui internet banking merupakan salah satu bentuk baru dari delivery

3 Penegakan Hukum terhadap Cyber, http://nustaffsite.gunadarma.ac.id, Diakses Pada

(11)

4

channel pelayanan bank yang mengubah pelayanan transaksi manual menjadi

pelayanan transaksi oleh teknologi. 4

Internet banking bukan merupakan istilah yang asing lagi bagi masyarakat

Indonesia khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Hal

tersebut dikarenakan semakin banyaknya nasional yang menyelenggarakan

layanan tersebut. Penyelenggaraan internet banking yang sangat dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi informasi, dalam kenyataannya pada satu sisi membuat

jalannya transaksi menjadi lebih mudah, akan tetapi di sisi lain membuatnya

semakin berisiko. Berdasarkan hal tersebut, keamanan menjadi faktor yang paling

penting. Faktor keamanan ini dapat menjadi salah satu fitur unggulan yang dapat

ditonjolkan oleh pihak bank. Salah satu risiko yang terkait dengan

penyelenggaraan kegiatan internet banking diantaranya adalah pencurian dana

nasabah bank melalui internet. Salah satu contoh pencurian dana nasabah bank

melalui internet terjadi di Purwokerto, seorang nasabah bank Mandiri. Kehilangan

uang sebesar Rp. 38 juta yang dicuri oleh teknologi internet. Kasus pencurian dana

nasabah bank melalui internet ini menjadikan pihak bank atau nasabah sebagai

korban, dapat terjadi karena maksud jahat seseorang yang memiliki kemampuan

dalam bidang teknologi informasi, atau seseorang yang memanfaatkan kelengahan

pihak bank maupun pihak nasabah. Pemanfaatan internet untuk praktik pencurian

dana nasabah bank melalui internet, sesungguhnya bukan hal baru. Beberapa

nasabah bank sudah sejak lama mengeluh kepada pihak bank yang dipercayai

untuk menyimpan uangnya, dikarenakan uang yang terdapat pada rekening

4 Peranan Bank Indonesia dalam Pencegahan Kejahatan, http://www.jisportal.com, Di

(12)

5

tabungan berkurang, sementara nasabah bank tersebut tidak merasa melakukan

penarikan uang, transaksi, atau membelanjakan uang yang terdapat pada rekening

yang di milikinya.

Internet merupakan sebuah media hasil dari perkembangan teknologi

informasi yang banyak memberikan manfaat di satu sisi, akan tetapi pada sisi lain

seakan menjadi fasilitas yang memudahkan berbagai aktivitas kejahatan yang

dapat mengganggu rasa aman dan ketertiban dalam masyarakat5. Kejahatan yang

dilakukan melalui media internet merupakan salah satu jenis kejahatan baru yang

pada saat ini marak dilakukan karena tingkat kesulitan dalam melaksanakan

kejahatan relatif mudah dilakukan. Pelaku menggunakan internet sebagai media

untuk melakukan kejahatan tanpa harus tatap muka secara langsung karena

dilakukan melalui dunia yang tidak nyata, termasuk kejahatan pencurian dana

nasabah bank yang dilakukan melalui internet. Media internet memudahkan pelaku

untuk melakukan kejahatan tersebut karena proses yang terjadi didalamnya relatif

cepat, mudah dan dipastikan tanpa diketahui oleh siapa pun.

Keadaan inilah yang memaksa penegakan hukum dalam teknologi

informasi sangatlah penting, penegakan hukum selalu melibatkan manusia di

dalamnya dan dengan demikian akan melibatkan tingkah laku manusia bahkan

beragamnya perilaku anggota masyarakat yang mencoba mempengaruhi

bekerjanya hukum sebagai sistem, tidak menutup kemungkinan ada diantaranya

anggota masyarakat yang mencoba menghambat dan menggagalkan bekerjanya

5

(13)

6

hukum dengan cara mempengaruhi aparat penegak hukum agar tidak bekerja

sesuai dengan kode etik profesinya.

Hal ini merupakan suatu kendala yang dapat mengakibatkan perbuatan

tersebut dapat dilakukan secara sah karena Indonesia menganut asas legalitas

yang di mana tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana yang menyatakan bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas

aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan

dilakukan.

Masalah mengenai pencurian dana nasabah bank melalui internet diatur

dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tetapi Pasal 362

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) hanya mengatur pencurian secara

konvensional dan belum mengatur mengenai pencurian melalui internet.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang dilakukan peneliti

mengambil judul: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCURIAN DANA

(14)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diangkat oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah efektivitas Pasal 362 KUHP dalam mengatur tentang

pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet?

2. Apa tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku pencurian

dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet?

C. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian yang diungkit oleh peneliti adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui efektivitas Pasal 362 KUHP dalam mengatur tentang

pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.

2. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap

pelaku pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan secara Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

masukan dalam perkembangan ilmu hukum, khususnya di bidang cyber

law (hukum siber)

2. Kegunaan secara Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan

(15)

8

hukum dalam masalah pencurian dana nasabah bank yang dilakukan

melalui internet.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat menyebutkan

bahwa:

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 menjelaskan tentang

Pancasila yang terdiri dari lima sila dan apabila dilihat secara bulat atau holistik

(satu kesatuan), yaitu dengan melihat dasar pikiran dalam sila pertama, ketiga dan

kelima, maka keseimbangan (balance) merupakan substansi pokok yang

terkandung di dalamnya. Keseimbangan yang dijelaskan dalam keseluruhan silanya

adalah keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat

serta kepentingan penguasa, yang dituntun oleh sila ketuhanan6.

6 Otje Salman S. dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan

(16)

9

Alinea keempat merupakan landasan hukum dalam upaya melindungi

seluruh masyarakat Indonesia tidak terkecuali setiap orang yang melakukan

perbuatan hukum yang bersinggungan, Kebijakan hukum nasional yang kurang bisa

mengikuti perkembangan kemajuan teknologi tersebut, justru akan mendorong

timbulnya kejahatan-kejahatan baru dalam masyarakat yang belum dapat dijerat

dengan menggunakan hukum lama sehingga negara terancam dengan kerugian

yang sangat besar dan tidak ada tindakan yang tegas sesuai hukum di Indonesia

untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya mengenai pencurian dana

nasabah bank melalui internet.

Hal ini berarti bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara

yang berdasarkan hukum (rechtstaat) dan bukan negara yang berdasarkan

kekuasaan belaka (machtstaat) dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi

(hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Salah satu

konsekuensi dari negara hukum adalah bahwa tindakan dan kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah harus berdasarkan hukum dan peraturan

perundang-undangan sesuai dengan asas legalitas.

Istilah negara hukum dalam bahasa Belanda disebut rechstaat, sedangkan

dalam terminologi Inggris disebut rule of law. Istilah rule of law dalam

perkembangan hukum di Indonesia disebut dengan negara hukum yang diartikan

(17)

10

Wade mengidentifikasikan lima aspek dalam the rule of law, yaitu :

1. Semua tindakan pemerintah harus berdasarkan hukum.

2. Pemerintah harus berperilaku di dalam suatu bingkai yang diakui

peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip yang membatasi

kekuasaan diskresi.

3. Sengketa mengenai keabsahan tindakan pemerintah akan diputuskan

oleh pengadilan yang murni independen dari kekuasaan eksekutif.

4. Harus seimbang antara pemerintah dan warga negara.

5. Tidak seorangpun dapat dihukum, kecuali atas kejahatan yang

ditegaskan menurut undang-undang.

Peraturan perundang-undangan merupakan hukum yang in abstracto atau

general norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah

mengatur hal-hal yang bersifat umum (general) 7. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

menyebutkan, bahwa :

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk

oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara

umum

Setiap negara memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin

dicapai oleh pemerintah Indonesia salah satunya adalah memberikan perlindungan

bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Pembukaan UUD 1945

alinea keempat yang menyatakan, bahwa :

7

(18)

11

... kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum...

Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersebut menegaskan bahwa

pemerintah Indonesia harus berusaha semaksimal mungkin untuk

memajukan kesejahteraan umum. Hal ini sejalan dengan prinsip welfare state

(negara kesejahteraan) yang dianut oleh pemerintah Indonesia.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari dibentuknya pemerintahan

Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan

nasional. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan

negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 merupakan

kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan

nasional. Visi pembangunan nasional Indonesia Tahun 2005 2025 adalah

Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.

Pembangunan nasional memiliki 8 (delapan) misi, yaitu :

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,

(19)

12

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu.

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.

6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,

kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia

internasional.

Strategi untuk melaksanakan visi dan misi tersebut dijabarkan secara

bertahap dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Saat ini, Indonesia sudah memasuki RPJMN Tahapan ke-2 (2010 2014).

Visi Indonesia 2014 adalah terwujudnya Indonesia yang sejahtera,

demokrasi dan berkeadilan. Perwujudan visi Indonesia 2014 dijabarkan dalam misi

pembangunan 2010 2014 sebagai berikut :

1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera.

2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi.

3. Memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang.

Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010 2014

ditetapkan 5 (lima) agenda utama pembangunan nasional tahun 2010 2014, yaitu :

1. Agenda I, yaitu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

rakyat.

(20)

13

3. Agenda III, yaitu penegakan pilar demokrasi.

4. Agenda IV, yaitu penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

5. Agenda V, yaitu pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

Sistem yang demokratis harus disertai dengan tegaknya rule of law, oleh

karena itu agenda penegakan hukum masih merupakan agenda yang penting dalam

periode 2010 2014. Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian

hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa

aman, adil dan kepastian berusaha bagi masyarakat yang terkait dengan kepastian

usaha. Salah satu persoalan yang dianggap menggangu masuknya investasi ke

Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum, oleh karena itu penegakan hukum

akan membawa dampak positif bagi perbaikan iklim investasi yang pada gilirannya

akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara kerjasama

internasional dan regional dan mendorong kerja sama internasional regional dan

bilateral antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga disegala bidang,

bidang disini yaitu bidang teknologi dan informasi, maka dari itu perlunya perbaikan

dan penyempurnaan pada aspek hukum dalam memberikan keadilan yang akan

memudahkan pencapaian dalam bidang kerja sama, salah satunya ketentuan di

bidang informasi dan transaksi elektronik, yaitu Undang-undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Eletronik.

Internet banking merupakan suatu layanan elektronik kepada nasabah bank

secara online di internet. Sebagaimana halnya dengan fasilitas perbankan lainnya

yang menggunakan kecanggihan teknologi, misalnya ATM maupun kartu kredit,

(21)

14

Banyaknya kerugian materiil yang diderita oleh nasabah bank pengguna internet

banking dalam mekanisme internet banking, menunjukkan masih kurangnya suatu

perlindungan hukum bagi nasabah bank pengguna Internet Banking.8

Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong pertumbuhan bisnis yang

pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui hubungan jarak jauh

dengan mudah dapat diperoleh. Mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak

harus bertemu muka secara langsung, cukup melalui peralatan komputer dan

telekomunikasi.

Peranan hukum diharapkan dapat menjamin bahwa pelaksanaan perubahan

itu akan berjalan dengan cara yang teratur, tertib dan lancar khususnya dalam

bidang perbankan, di tinjau dari segi efisiensi perbankan 9.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan

bahwa:

Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya .

Fungsi utama bank Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur

dana masyarakat. Dana yang dihimpun oleh bank merupakan simpanan yang di

percayakan oleh masyarakat kepada bank.

8

Perlindungan Hukum bagi Nasabah Bank Pengguna Internet Banking, http://www.google.com// www.hukum_online.com, Diakses Pada Tanggal 22 Februari 2010, Jam 15.49 WIB

9Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Komputer, http://www.google.com//

(22)

15

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan

bahwa :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak .

Berdasarkan ketentuan Pasal 5 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, menurut jenisnya bank dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariat yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariat yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kemajuan teknologi dan informasi, mengakibatkan masyarakat dapat

mengakses dan memanfaatkan internet. Internet telah membuat manusia mampu

menjelajah ruang maya tanpa batas, berkomunikasi mengenai beragam informasi

global, memasuki jagat perbedaan dan lintas etnis, agama, politik, budaya, dan lain

sebagainya10. Kemajuan teknologi dan informasi mempunyai dampak positif dan

negatif bagi masyarakat khususnya dalam penggunaan internet, dampak positifnya

10

(23)

16

diantara lain adalah internet adalah sebagai media komunikasi di mana setiap

pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh

dunia, internet pun bisa menjadi media pertukaran data contohnya dengan

menggunakan e-mail yaitu para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling

bertukar informasi dengan cepat dan mudah, selain itu internet pun bisa digunakan

sebagai lahan informasi, mencari informasi dan juga memberikan kemudahan

bertransaksi dan berbisnis khususnya dalam bidang perdagangan, sehingga tidak

perlu pergi menuju ke tempat penawaran atau penjualan. Penggunaan internet

selain mempunyai dampak positif, ada juga dampak negatifnya diantaranya yaitu

dapat menimbulkan tingkat kejahatan di antaranya yaitu mengenai pornografi,

penipuan, ataupun pencurian.

Penyalahgunaan komputer dalam perkembangannya menimbulkan

permasalahan yang sangat rumit, terutama kaitannya dengan proses pembuktian

tindak pidana (faktor yuridis). Penggunaan komputer untuk tindak kejahatan itu

memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda dengan kejahatan yang dilakukan

tanpa menggunakan komputer (konvensional). Perbuatan atau tindakan, pelaku,

alat bukti ataupun barang bukti dalam tindak pidana biasa dapat dengan mudah

teridentifikasi, tidak demikian halnya kejahatan yang dilakukan dengan

menggunakan komputer. Tindak kejahatan pencurian makin marak terjadi melalui

internet dengan modus yang bermacam-macam diantaranya yaitu pencurian dana

(24)

17

Tindak pidana pencurian diatur oleh Pasal 362 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat unsur-unsur sebagai berikut 11:

1. Mengambil barang, artinya perbuatan mengambil barang, kata

mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakan tangan dan

jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkanya ke tempat orang

lain.

2. Barang yang diambil, artinya merugikan kekayaan korban, maka barang

yang harus diambil harus berharga, harga ini tidak harus bersifat

ekonomis.

3. Tujuan memiliki barangnya dengan melanggar hukum, artinya tindak

pidana pencurian dalam bentuknya yang pokok berupa perbuatan

mengambil suatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah

kepunyaan orang lain.

Pada kasus pencurian dana nasabah bank yang dilakukan melalui internet,

pihak yang melakukan pencurian dana tersebut melakukan pemindahan atau

mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain

kepada pihak yang tidak berhak.

Media informasi dan teknologi merupakan sarana efektif untuk perbuatan

melawan hukum, oleh karena itu perbuatan yang dilakukan secara elektronik juga

harus diatur dalam undang-undang agar tidak lolos dari jerat hukum. Kenyataan ini

telah menyebabkan negara-negara di dunia memberikan perhatian terhadap

pentingnya regulasi dibidang teknologi informasi yang dikenal dengan cyber law. Di

11

(25)

18

Indonesia regulasi tersebut baru dibentuk dan baru disahkan pada tahun 2008,

yakni Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Teknologi

Elektronik.

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang dilakukan adalah secara deskriptif analitis, yaitu

suatu metode penelitian dilakukan dengan cara melukiskan dan

menggambarkan fakta-fakta baik berupa data sekunder bahan hukum primer

berupa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, data sekunder bahan

hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli dan data sekunder

bahan hukum tersier yakni data-data yang didapat melalui majalah dan brosur

yang berhubungan dengan masalah pidana.

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu suatu

metode di mana hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas atau

dogma-dogma. Peneliti ini mencoba melakukan penafsiran hukum ekstensif di

mana penafsiran tersebut memperluas dengan cara melampaui batas-batas

yang ditentukan dalam penafsiran gramatikal, penafsiran gramatikal dilakukan

berdasarkan bunyi undang-undang dengan berpedoman pada arti kata-kata

dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat yang dipakai dalam

(26)

19

secara analogi yaitu dengan melakukan pembentukan hukum dari peristiwa

yang sama dan filsafat hukum yaitu dilakukan dengan meninjau keefektifan dari

Undang-Undang.

3. Tahap penelitian

a. Studi kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan mencari data-data berupa:

1) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu peraturan

perundang-undangan yang antara lain: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

2) Data sekunder bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum berupa

doktrin atau pendapat para ahli hukum terkemuka.

3) Data sekunder bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan

informasi-informasi berupa artikel, majalah, makalah serta brosur.

b. Studi lapangan

Yaitu wawancara dengan mengadakan tanya jawab dan mempersiapkan

daftar pertanyaan sebagai pedoman. Peneliti mengadakan wawancara

dengan ibu Yulianty Pratiwi sebagai Human Resort Development (HRD)

Bank Mandiri Martadinata, Jl. R.E. Martadinata No.103 Bandung.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data yang diperoleh

dari perundang-undangan, buku-buku teks, hasil penelitian, majalah, artikel dan

lain-lain, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait dan mengunjungi situs

(27)

20

5. Metode Analisis Data

Data yang peneliti peroleh, dianalisis secara yuridis kualitatif untuk mencapai

kepastian hukum, agar peraturan perundang-undangan yang satu tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, dengan

memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan.

6. Lokasi Penelitian

a. Perpustakaan

1) Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur No.

112 Bandung.

2) Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jalan Imam Bonjol No. 21

Bandung

b. Instansi yaitu Bank Mandiri cabang Bandung, Jl. R.E. Martadinata No.103,

telepon (022) 4209093, fax. 4204991

c. Situs Internet:

1) Penegakan hukum terhadap cyber, http://nustaffsite.gunadarma.ac.id

2) Peranan Bank Indonesia Dalam Pencegahan Kejahatan

http://www.jisportal.com

3) My Personal Library Online, Cyber Crime,

(28)

21

BAB II

ASPEK HUKUM TENTANG PERBANKAN

DAN PENCURIAN MELALUI INTERNET

A. Aspek Hukum Perbankan

1. Pengertian Bank secara Etimologis

Secara etimologis kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca

yang artinya bangku. Bangku inilah yang digunakan bankir untuk melayani

kegiatan operasionalnya kepada nasabah sehingga nasabah pada saat itu

menjadi terbiasa menggunakan istilah bank. Pertengahan abad 16 istilah

banca secara resmi menjadi bank12.

2. Pengertian Bank menurut Para Ahli

a. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik, berpendapat bahwa

bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan

kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang

yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan

alat-alat penukar baru berupa uang giral13.

b. Menurut Syarif Arbi, bank adalah lembaga keuangan yang usahanya

menyerap dana dari kelompok masyarakat yang berlebihan dana dan

menyalurkan kepada kelompok masyarakat yang kekurangan dan

12 Malayu Hasibuan, Pengertian Bank, hizkiarahwikoadi.blogspot.com, Di Akses Pada

Tanggal 20 Mei 2010, Jam 15.00 WIB

13 Wikipedia, Pengertian Bank Menurut Para Ahli, http://id.wikipedia.org/, Di Akses Pada

(29)

22

membutuhkan dana tersebut serta memenuhi persyaratan tertentu

untuk diberikan bantuan dana tersebut14.

3. Sejarah Perbankan

a. Sejarah Perbankan di Dunia

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan

adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Usaha

perbankan kemudian berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang.

Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh

bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya

baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Sejarah dikenalnya

perbankan dimulai dari jasa penukaran uang, sehingga dalam sejarah

perbankan arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang.

Perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu penukaran uangnya dilakukan

antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan

penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Valuta Asing (Money

Changer). Perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan

berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut

sekarang ini kegiatan simpanan, berikutnya kegiatan perbankan

bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan

oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada

masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul

14

(30)

23

sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang

semakin beragam15.

b. Sejarah Perbankan di Indonesia

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman

penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu De Javasche Bank NV,

didirikan di Batavia pada tanggal 24 Januari 1828 kemudian menyusul

Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij NV, pada tahun 1918

sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan

penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang

peranan penting di Hindia Belanda16.

Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang

peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada di antara lain :

1) De Javasce NV.

2) De Post Poar Bank.

3) De Algemenevolks Crediet Bank.

4) Nederland Handles Maatscappi (NHM).

5) Nationale Handles Bank (NHB).

6) De Escompto Bank NV.

Terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang

asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut

antara lain:

15

N.N., Sejarah Perbankan, http://infoperbankan.blogspot.com, Di Akses Pada Tanggal 10 Mei 2010, Jam 22.45 WIB

16

(31)

24

1) Bank Nasional Indonesia.

2) Bank Abuan Saudagar.

3) NV Bank Boemi.

4) The Chartered Bank of India.

5) The Yokohama Species Bank.

6) The Matsui Bank.

7) The Bank of China.

8) Batavia Bank.

Pada masa zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia

bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda

dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di

zaman awal kemerdekaan antara lain17:

1) Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946

yang sekarang dikenal dengan BNI '46.

2) Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari

1946. Bank ini berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank

atau Syomin Ginko.

3) Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di

Solo.

4) Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

5) Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

6) Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta,

kemudian menjadi Bank Amerta.

7) NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.

(32)

25

8) Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950

kemudian merger dengan Bank Pasifik.

9) Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank

Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA)

tahun 1949.

4. Dasar Hukum Perbankan

Muhammad Djumhana telah mencoba membuat suatu batasan

mengenai apa yang dimaksud dengan hukum perbankan, yaitu sebagai

sekumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan

bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi dan eksistensinya

serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain18.

Berdasarkan rumusan tersebut terungkap bahwa pengaturan di

bidang perbankan diantaranya menyangkut19:

a. Dasar-dasar perbankan, yaitu menyangkut asas-asas kegiatan

perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank,

profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga

perbankan, serta hubungan hak dan kewajiban.

b. Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan misalnya

kaidah-kaidah mengenai pengelolanya, seperti dewan komisaris,

direksi, karyawan, ataupun pihak yang terafiliasi. Juga,

mengenai bentuk badan pengelolanya, yaitu berbadan hukum

persero, perusahaan daerah, koperasi, atau perseroan terbatas,

18

Muhammad Djumhana, Dikutip dari H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti , Bandung, 2005 Hlm.1

19

(33)

26

serta mengenai bentuk kepemilikan, yaitu milik pemerintah,

swasta, ataupun campuran dengan pihak asing.

c. Kaidah-kaidah perbankan secara khusus memperlihatkan

kepentingan umum, seperti kaidah-kaidah yang mencegah

persaingan yang tidak wajar, antitrust, perlindungan terhadap

konsumen (nasabah), dan lain-lain. Di Indonesia bahkan

mempunyai kekhususan tersendiri, yaitu bahwa perbankan

nasional harus memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.

d. Kaidah-kaidah yang menyangkut struktur organisasi, yang

mendukung kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti

dewan moneter dan bank sentral. Di Indonesia pengaturan

mengenai hal tersebut di atas diadakan dalam bentuk

Undang-Undang Bank Sentral 1968, yang mengatur mengenai Bank

Indonesia dan Dewan Moneter.

e. Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian

berupa kemampuannya untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang

hendak di capainya melalui organisasi, dan personal yang

tersusun baik, di antaranya penegakan hukum termasuk di

dalamnya kekuasaan untuk memaksa, serta penerapan sanksi,

insentif, dan sebagainya.

f. Peraturan-peraturan hukum itu satu sama lain ada

(34)

27

keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian

lainnya. Peraturan-peraturan hukum yang berdiri-sendiri itu

kemudian terikat dalam satu susunan kesatuan.

Pengaturan mengenai Dasar hukum perbankan di Indonesia, dapat

dilihat dalam20 :

a. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia

b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

c. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah

5. Asas Hukum Perbankan

Asas Perbankan Indonesia, diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu21:

"Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan

demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian".

Penjelasan Pasal 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

demokrasi ekonomi yaitu demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

20

N.N., Tinjauan Umum Tentang Bank, http://pumkienz.multiply.com, Di Akses Pada Tanggal 22 Mei 2010, Jam 13.25 WIB

21

(35)

28

Perbankan yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi, mempunyai

arti bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan

perbankan, sedangkan pemerintah bertindak memberikan pengarahan dan

bimbingan terhadap pertumbuhan dunia perbankan sekaligus menciptakan

iklim yang sehat bagi perkembangannya.

Demokrasi ekonomi yang menjadi dasar pelaksanaan pembangunan

memiliki ciri-ciri positif dan negatif.

Ciri-ciri demokrasi ekonomi yang positif di antaranya22 :

a. Perekonomian harus disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan asas kekeluargaan dan oleh karena itu di dalam

demokrasi ekonomi tidak dikenal sistem pertentangan kelas.

b. Sumber-sumber kekayaan, dan sumber-sumber alam serta

keuangan negara harus digunakan dengan pemufakatan

perwakilan rakyat, serta pengawasan terhadap kebijaksanaan

yang bertalian dengan itu harus ada pada perwakilan rakyat.

c. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

d. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang

dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan, dan

penghidupan yang layak.

e. Hak milik perorangan diakui, dan pemanfaatannya tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan masyarakat (fungsi sosial).

(36)

29

f. Potensi aktif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan

sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan

kepentingan umum.

g. Fakir miskin, dan anak-anak terlantar berhak memperoleh

jaminan sosial.

Demokrasi Ekonomi juga memiliki ciri-ciri negatif yang harus di

hindari antara lain23 :

a. Sistem Free Fight Liberalism yang menumbuhkan eksploitasi

terhadap manusia, dan bangsa lain, yang dalam sejarahnya di

Indonesia telah menimbulkan, dan menyebabkan kelemahan

struktural posisi Indonesia di dalam ekonomi dunia.

b. Sistem Etatisme, di mana dalam negara beserta aparatur

ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak, dan

mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar

sektor negara.

c. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada

satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan

masyarakat.

23

(37)

30

B. Aspek Hukum Internet

1. Pengertian Internet.

Pada tahun 1969 (ARPA Advanced Research Project Agency),

sebuah bagian dalam kementerian pertahanan Amerika Serikat memulai

sebuah proyek, yang di satu sisi menciptakan jalur komunikasi yang tak

dapat dihancurkan dan disisi lain memudahkan kerjasama antar badan riset

diseluruh negeri, seperti juga industri senjata. Awalnya komputer sejenis

yang melakukan pertukaran data, bertambahnya komputer dengan berbagai

sistem operasi lain menuntut solusi baru komunikasi yang tak terbatas antar

semua badan yang tergabung dalam jaringan yang dinamakan dengan

Internetting Project, untuk itu dibuat Internetting Project, yang

mengembangkan lebih lanjut hasil yang telah dicapai dalam ARPANet, agar

media komunikasi baru ini juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai sistem

komputer yang tergabung. Vendor (pengguna) komputer meramaikan lalu

lintas jaringan tersebut untuk berbagai kebutuhan sehingga terciptalah

internet24.

Secara harfiah, internet kependekan dari interconnected-networking

ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian.

Manakala Internet (huruf I besar) ialah sistem komputer umum, yang

berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol

pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian

24 N.N., Pengertian dan Sejarah Internet , http://www.acehforum.or.id/, Diakses Pada

(38)

31

internet yang terbesar dinamakan Internet, cara menghubungkan rangkaian

dengan kaedah ini dinamakan internetworking25.

a. Pengertian Internet secara Etimologis

Istilah internet berasal dari bahasa Latin inter, yang berarti antara.

Internet adalah jaringan antara atau penghubung. Fungsi internet yaitu

menghubungkan berbagai jaringan yang tidak saling bergantung pada satu

sama lain sedemikian rupa, sehingga pengguna dapat berkomunikasi.

b. Pengertian Internet menurut Para Ahli.

Alvin Toffler berpendapat bahwa internet adalah jaringan dari

jaringan-jaringan, yang menggabungkan komputer pemerintah, universitas

dan pribadi bersama-sama dan menyediakan infrastruktur untuk

penggunaan e-mail, bulletin, penerimaan file, dokumen hypertext, basis

data hingga sumber-sumber komputer lainnya26.

2. Dasar Hukum Keberadaan Internet di Indonesia.

Perkembangan teknologi Informasi, mengubah perilaku masyarakat

dan peradaban manusia, termasuk di negara Indonesia. Perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan dunia menjadi

tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi,

dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi

25

N.N., Pengertian Internet, http://id.wikipedia.org/, Diakses Pada Tanggal 29 April 2010, Pukul 08.30 WIB

26

(39)

32

Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan

kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban

manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Saat

ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber

atau hukum telematika.

Pemerintah dalam mendukung pengembangan teknologi informasi

telah memperhatikan infrastruktur hukum dan pengaturannya dengan

dibuatnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan

secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan

nilai-nilai agama dan sosial udaya masyarakat Indonesia.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik merupakan dasar hukum dari hadirnya teknologi

informasi dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat negara

indonesia yang mengkonsolidasikan berbagai aspek terkait dengan

teknologi informasi elektronik secara lebih spesifik dan lebih khusus.

Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik memang jauh lebih maju dalam

merespon perkembangan hukum teknologi informasi.

Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

(40)

33

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik tersebut mengandung makna bahwa

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik

ini memiliki jangkauan yuridiksi tidak semata-mata untuk perbuatan hukum

yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga negara Indonesia,

tetapi juga berlaku untuk perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah

hukum (yuridiksi) Indonesia baik oleh warga negara Indonesia maupun

warga negara asing atau badan hukum Indonesia maupun badan hukum

asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia, mengingat pemanfaatan

teknologi informasi untuk Informasi elektronik dan transaksi elektronik dapat

bersifat lintas teritorial atau universal.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik

dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat,

kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau

netral teknologi.

Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik menyebutkan asas dalam

pemanfaatan teknologi informasi yaitu :

a. Asas kepastian hukum yaitu asas dalam negara hukum yang

(41)

34

kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara

negara, yang artinya landasan hukum bagi pemanfaatan

teknologi informasi dan transaksi elektronik serta segala sesuatu

yang mendukung penyelenggaraannya yang mendapatkan

pengakuan hukum di dalam dan di luar pengadilan.

b. Asas manfaat berarti asas bagi pemanfaatan teknologi informasi

dan transaksi elektronik diupayakan untuk mendukung proses

berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

c. Asas kehati-hatian berarti landasan bagi pihak yang

bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek yang

berpotensi mendatangkan kerugian, baik bagi dirinya maupun

bagi pihak lain dalam pemanfaatan teknologi informasi dan

transaksi elektronik.

d. Asas iktikad baik berarti asas yang digunakan para pihak dalam

melakukan transaksi elektronik tidak bertujuan untuk secara

sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakibatkan

kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain

tersebut.

e. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi berarti

asas pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik

tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga

(42)

35

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi informasi.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik ini membahas mengenai pemanfaatan teknologi

informasi dan transaksi elektronik yang telah jelas dalam pemanfaatannya

dalam membantu pembangunan nasional dalam bidang sarana prasarana.

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

1) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

2) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

3) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang ini.

4) Ketentuan mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan

b. surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.

(43)

36

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi

dan Traksaksi Elektronik ini membahas informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum

yang sah pada Pasal 5 ayat (1). Segala data yang berasal dari elektronik

harus dicetak maka itu dapat menjadi alat bukti yang sah dalam proses

persidangan di Pengadilan. Hal ini dapat dikategorikan sebagai alat bukti

surat yang memilki kaitan dengan Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik menjelaskan bahwa bentuk informasi tidak hanya

tertulis di kertas saja tetapi dapat dituangkan dalam bentuk data secara

elektronik.

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elekronik menyebutkan bahwa :

Setiap orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak orang lain berdasarkan adanya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik harus memastikan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ada padanya berasal dari sistem elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundang undangan.

(44)

37

Ketentuan ini dimaksudkan bahwa suatu informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik dapat digunakan sebagai alasan timbulnya

suatu hak.

C. Aspek Hukum Mengenai Pencurian

Pengertian pencurian secara umum ialah dengan sengaja mengambil

dengan melawan hukum hak atau milik orang lain dengan maksud untuk

dimilikinya sendiri. Pencurian menurut hukum dirumuskan dalam Pasal 362

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), adalah berupa rumusan

pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi :

"Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian

milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun

atau denda paling banyak Rp. 900,00".

Unsur-unsur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

tersebut terdiri dari 27:

1. Mengambil barang, artinya perbuatan mengambil barang, kata

mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakan tangan dan

jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkanya ke tempat orang

lain.

27

(45)

38

2. Barang yang diambil, artinya merugikan kekayaan korban, maka

barang yang harus diambil harus berharga, harga ini tidak harus

bersifat ekonomis.

3. Tujuan memiliki barangnya dengan melanggar hukum, artinya tindak

pidana pencurian dalam bentuknya yang pokok berupa perbuatan

mengambil suatu benda yang sebagian atau seluruhnya adalah

kepunyaan orang lain.

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam

Pasal 362 KUHP diatas, terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif, yakni

sebagai berikut28 :

1. Unsur subjektif yaitu : mengenai benda tersebut secara melawan

hukum.

2. Unsur objektif yaitu :

a. Barang siapa atau hij.

b. Mengambil atau wegnemen yaitu suatu perilaku yang membuat

suatu benda berada dalam penguasaanya yang nyata, atau

berada dibawah kekuasaanya atau di dalam detensinya, terlepas

dari maksudnya tentang apa yang ia inginkan dengan benda

tersebut.

c. Sesuatu benda atau eenig goed.

d. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

Unsur objektif pertama dari tindak pidana pencurian ialah barang siapa,

kata barang siapa menunjukan orang, apabila orang tersebut memenuhi semua

(46)

39

unsur dari tindak pidana pencurian maka ia dapat disebut pelaku atau dader

dari tindak pidana pencurian tersebut.

Kata dengan maksud atau met het oogmerk om het zich wederrech telijk

toe te eigene itu harus diartikan sebagai maksud dari pelaku untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Unsur

menguntungkan diri sendiri atau orang lain melawan secara hukum bahwa

keuntungan yang diperoleh dan cara memperoleh keuntungan tersebut pelaku

bersifat bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan masyarakat.

Kesengajaan atau opzet pelaku itu meliputi unsur-unsur :

1. Mengambil yaitu telah menghendaki untuk melakukan perbuatan.

2. Sesuatu benda yaitu bahwa yang diambil suatu benda.

3. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

4. Dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan

hukum.

Menurut Simons yang dimaksud mengambil yaitu membawa suatu benda

menjadi berada dalam penguasaanya atau membawa benda tersebut secara

mutlak berada dibawah penguasaanya yang nyata, dengan kata lain pada waktu

pelaku melakukan perbuatanya benda tersebut harus belum berada dalam

penguasaanya. Seseorang dapat dinyatakan terbukti telah melakukan tindak

(47)

40

D. Cybercrime

Kejahatan informasi dikategorikan sebagai cybercrime, definisi

cybercrime adalah sesuatu tindakan yang merugikan orang lain atau pihak-pihak

tertentu yang dilakukan pada media digital atau dengan bantuan

perangkat-perangkat digital dan jaringan internet.

Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya, cybercrime dapat

digolongkan menjadi dua jenis sebagai berikut29 :

1. Cybercrime sebagai Tindakan Murni Kriminal

Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan

kejahatan yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis

ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan.

Contoh kejahatan semacam ini adalah carding, yaitu pencurian

nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi

perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet

(webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan.

Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat

di masukkan dalam contoh kejahatan yang menggunakan internet

sebagai sarana, di beberapa negara maju, pelaku spamming dapat

dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.

2. Cybercrime sebagai Kejahatan Abu-abu

Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah

abu-abu, cukup sulit menentukan apakah itu merupakan tindak

29

(48)

41

kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya terkadang bukan

untuk kejahatan. Salah satu contohnya adalah probing atau port

scanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian

terhadap sistem milik orang

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Terdapat pengaruh positif yang signifikan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar KKPI siswa kelas XI

Ada beberapa fitur menarik dalam multilevel inverter, antara lain mampu menghasilkan tegangan keluaran dengan distorsi yang sangat rendah, beroperasi dengan frekuensi switching

Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Angkutan Udara Asing dapat melakukan pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos dari Regulated Agent atau Pengirim Pabrikan (known

Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi

Παραδοσιακή φορεσιά της Aίγινας (Λαογραφικ Mουσείο). Λαογραφικ και Iστορικ Mουσείο και «Kαποδιστριακή» Bιβλιοθήκη Δύο κτίρια που συγκεντρώνουν

Penelitian ini penting dilakukan karena adanya wacana 2019 ganti presiden berawal dari penggunaan media sosial yang kian menyemarakkan aktivitas politik masyarakat sehingga

Oleh karena itu, yang berdasarkan Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sesungguhnya hanyalah satu kejahatan, serta bukan dua kejahatan yang