• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologis Gondang Boru Buatan Bapak Ridwan Aman Nasution

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologis Gondang Boru Buatan Bapak Ridwan Aman Nasution"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia telah diciptakan Tuhan bersuku-suku dan menempati daerah-daerah tertentu, salah satunya adalah Mandailing. Secara geografis, Mandailing adalah suatu wilayah yang terletak di Padang Lawas Utara, Padang Lawas Selatan, Tapanuli Selatan,dan Kabupaten Madailing Natal, di Provinsi Sumatera Utara. Etnik Mandailing adalah orang yang berasal dari Mandailing secara turun temurun di manapun ia bertempat tinggal.

Wilayah Mandailing dibagi atas dua sub-wilayah,yaitu Mandailing Godang dan Mandailing Julu. Mandailing Godang didominasi oleh marga Nasution yang wilayahnya mulai dari Sihepeng di sebelah utara Penyabungan, sampai Maga di sebelah selatan, serta daerah Batang Natal sampai Muarasoma dan Muara Parlampungan di sebelah barat. Sedangkan daerah Mandailing Julu didominasi oleh marga Lubis yang wilayahnya mulai dari Laru dan Tambangan di sebelah utara Kotanopan sampai Pakantan dan Hutanagodang di sebelah selatan. (Nasution,2005)

(2)

2

Mandailing di Kabupaten Deli Serdang. Bagi masyarakat Mandailing, musik berperan penting dalam aspek dan konteks dalam perjalanan kehidupan mereka. Sehingga setiap musik mempunyai makna dan fungsi tertentu disamping hanya dipertunjukan dan sebagai hiburan saja.

Orang Mandailing menyebut sebagian musik tradisional mereka dengan ungkapan: "Uning-ungingan ni ompunta na parjolo sundut i." Artinya adalah seni musik dari para leluhur yang diwariskan secara turun-temurun, antara lain seperti ensambel gordang sambilan,ensambelgordang lima,ensambel gondang dua, ensambel gordang tano, dan ensambel gondang bulu yang dimainkan pada berbagai upacara adat dan ritual. Seni pertunjukan tersebutcukup terkenal dan menjadi ciri khas dari Tano Sere1 Mandailing.GordangSambilandan Gordang Tanomerupakan ensambel musik yang pada masa dahulu digunakan nenek moyang orang Mandailing sebagai cara untuk memanggil roh-roh yang sudah mati yang disebut paturun sibaso.Alat musik Mandailing terdiri dari beberapa klasifikasi yaitu: Membranophone (Gordang sambilan, Gondang boru, Gordanglima), Aerophone (Suling,Sordam, Sarune, Tulila, Katoid, dan Uyup-uyup), Idiophone (Etek, Ogung, Dongung-dongung, Pior, Eor-eor, Momongan, Doal dan Tali sasayak) dan Chordophone (Gordang tano, Gondangbulu)

Ensambel gondang boru terdiri dari beberapa alat musik yaitu gondang boru, gong(gong dada boru dan gong jantan), ogung, mongmongan, tali sasayak,

1

(3)

3

sarune, dan suling. Dalam tulisan ini penulis berfokus kepada alat musik gondang boru.

Gondang boru adalah alat musik yang tergolong dalam klasifikasi membranophone yang memiliki dua sisi (double headed) drum yang berbentuk barel yangdipukul menggunakanpemukul padatangan kanan yaitu di sisi gondang yang berdiameter membran lebih besar,dan dipukul langsung menggunakan telapak tangan pada tangan kiri di sisi membrangondangyang berdiameter sedikit lebih kecilpada gondang, untuk pemain umumnya yang bergaya tangan kanan, sedangkan pemain yang bergaya tangan kidal sebaliknya. Di Mandailing khususnya wilayah Pakantan, gondang boru juga termasuk nama ensambel, yaitu ensambel gondang boru. Gondang Boru mempunyai sebutan lain, yaitudi wilayah Panyabungan instrumen gondang boru disebut dengan gondang dua. Lalu di wilayah Angkola dan Sipirok disebut gondangtunggu-tunggu dua,dan di wilayah Padang Bolak gondang borudisebut dengan gondang topap. Lain lubuk lain ikannya, demikian pula dengan penamaan gondang boru ini, namun alat musik yang dimaksud ialah sama, hanya penamaannya yang berbeda di masing-masing daerahdi Mandailing.2

Alat musik ini biasanya dimainkan oleh pemainnya dengan posisi duduk, namun bisa juga dimainkan dengan posisi berdiri. Masing-masing gondang dimainkan oleh satu orang.Gondang boru terdiri dari dua buah gondang, yang ukuran panjangnya sama namun ukuran di kedua sisi diameter membrannya yang

2

(4)

4

sedikit berbeda, yaitu 50 cm ukuran panjangnya. Lalu sisi membran gondang yang besar berdiameter membran 20 cm dan sisi membran gondang yang lebih kecil berdiameter membran 17 cm.Namun dalam hal ini ukuran dapat saja ditentukan sesuai permintaan.

Masing-masing gondang borudimainkan oleh satu orang yang memiliki peran berbeda. Gondang boru terdiri dari dua buah gondang, yang satu disebut pengayak yang berperan sebagai ritem konstan, sedangkan gondang yang satu lagi disebut siayakon yaitu yang berperan sebagai variasi.Gondang boru terbuat dari kayu ingul, kayu ingul merupakan kayu kualitas nomor satu untuk bahan baku membuat gondang boru, namun kayu ini sulit dicari karena tumbuhnya yang hanya di hutan saja.Akan tetapi kayu mahoni dan kayu nangka juga dapat digunakan untuk bahan baku membuat gondang boru. Pada kedua penutup rongga atas dan bawah ditutup denganmenggunakan kulit kambing yang sudah dikeringkan lalu sebagai pengikatnya digunakan kawat lalu disisi badan gondang diikat menggunakan tali kain. Dalam hal ini penulis juga belajar memainkan gondang boru kepada Bapak Ridwan Aman Nasution teknik dasar atau ritem dasar. Ada banyak nama repertoar variasi yang dimainkan oleh gondang boru ini.

Menurut Bapak Ridwan Aman Nasution, pada zaman dahulu, sebelum masuknya agama di wilayah Mandailing, maupun yang saat itu masih menganut pahamanimisme3pada tahap pengambilan dan penebangan pohon tidaklah sembarang, ada ritual khusus yang dilakukan untuk meminta izin. Sebelum pohon

3

(5)

5

ditebang, harus melakukan pemotongan ayam diikuti dengan membaca mantra dan darah ayam tersebutyang dilumurkan ke badan pohon yang hendak ingin ditebang dan ada juga yang melumuri pada tahap pengikisan kayu tersebut. Ayam yang digunakan yaitu ayam yang berkaki kuning atau ayam yang berkaki hitam. (manuk nabaranabontar, manuk nabara narara).

Gondang boru biasanya digunakan pada upacara adat siriaon (suka cita) misalnya pada upacara adat perkawinan yang berfungsi untuk menjemput pengantin perempuan, pengiring tortor dan juga pada upacara adat silluluton (duka cita), yaitu upacara kematian. Pada upacara perkawinan, tepatnya pada saat mengiringi tortor, ritem gondang boru tergantung pada siapa yang menari (panortor). Juga tergantung pada marga apa yang ingin manortor, lalu dimainkan ritemnya yang memang ritemgondang marga tersebut.Karena lain lubuk lain ikannya, maka setiap marga memiliki ritem gondang sendiri. Maka biasanya sebelum dimainkan gondangboru dan panortor mulai manortor, pemusik menanyakan terlebih dahulu marga apa yang ingin manortor agar tidak salah.Dikatakan Bapak Ridwan jelas bahwa gondang boru berfungsi sebagai pemersatu,kekompakan, pembawa ritem, dan pengiring penari (panortor), maupun di acara hiburan.4

Bapak Ridwan Aman Nasution merupakan satu-satunya pengrajin sekaligus seniman musik Mandailing di daerahnya tinggal, yaitu di Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Beliau mampu membuat

4

(6)

6

berbagai alat musik etnik Mandailing di antaranya: gondang boru, gondang buluh, sarune, suling, gordang sambilan,dan lain sebagainya. Menurut beliau sudah sangat jarang pengrajin alat musik Mandailing pada masa sekarang ini, khususnya di kota Medan dan peminatnya juga sudah berkurang karena sudah masuknya peradaban luar dan kurangnya rasa peduli terhadap budaya sendiri. Sejak masih muda, beliau sudah mampu membuat dan memainkan alat musik Mandailing. Pengalaman beliau diturunkan dari sang ayah, karena sang ayahjuga pengrajin sekaligus seniman Mandailing. Bapak Ridwan juga mewariskan pengetahuan dan keahliannya membuat alat musik kepada putranya, yang bernama Ardi saat ini masih berusia 25 tahun. Ardi juga ikut bermusik dengan sang ayah jika ada acara-acara dimanapun.

Di usianya yang sudah mencapai 55 tahun beliau masih mampu membuat alat musik jika ada yang menempah. Menurut pernyataan beliau bukan hanya dari Indonesia saja yang sudah pernah menempa alat musiknya, orang dari luar negeri juga pernah menempa alat musiknya.Bapak Ridwan Aman Nasution dalam membuat alat musiknya masih secara tradisional atau tenaga tangan manusia sampai sekarang. Alat-alat yang digunakan yaitu palu (martil), gergaji mesin, kikir, pahat, kapak, ketam, parang, pisau, paku, tang, cutter, kertas pasirdan juga bahan yang sederhana yaitu kayu, kulit kambing, kawat, tali, dan lem.

(7)

7

ilmiah, yang diharapkan dapat meneruskan ke generasi berikutnya mengenai pembuatan gondang boru ini. Penulis sebagai seorang calon etnomusikolog sangat penting dalam mengetahui bagaimana pembuatan, sejarah, penggunaan dan fungsi dari alat musik gondang boru ini, maka berdasarkan alasan yang sudah penulis kemukakan diatas maka penulis akan menyusun sebuah skripsi/karya ilmiah yang berjudul: Kajian Organologis Gondang Boru Buatan Bapak Ridwan Aman Nasution.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas, yang menjadi pokok permasalahan mengenai topik bahasan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan gondang boru buatan Bapak Ridwan Aman Nasution?

2. Bagaimana teknik memainkan gondang boru?

3. Bagaimana fungsi gondang boru pada masyarakat Mandailing?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis meneliti terhadap gondang boru adalah sebagai berikut:

(8)

8

2. Untuk mengetahui teknik permainan gondang boru.

3. Untuk mengetahui fungsi gondang boru pada masyarakat Mandailing.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin penulis capai dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai gondang boru di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan, acuan, maupun perbandingan bagi yang memerlukan untuk penelitian berikutnya.

3. Sebagai bahan literatur agar lebih mengenal gondang boru pada masyarakat mandailing.

4. Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi program S-1 di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

(9)

9

bentuk fisiknya termasuk hiasannya, bahan dan prinsip pembuatannya, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah nada yang dihasilkan, serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) bahwa organologi yang digunakan adalah berhubungan dengan alat musik itu sendiri. Selanjutnya menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal, dekoratif dan variasi dari sosial budaya. Dari uraian tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa studi organologis adalah suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari instrumen musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deskripsi alat musik itu sendiri dari berbagai pendekatan ilmu sosial budaya.

(10)

10

ini gondang boru sudah bisa bebas dimainkan kapan saja tidak seperti pada semasa kerajaan dahulu.

Gondang boru terdiri dari dua buah gondang, yaitu gondang siayakon (besar) dan gondang pangayakan (kecil).Dalam tampilan fisiknya gondang ini seperti dua gondang yang kembar.Namun ada beberapa ukuran panjang dan lebar membran yang sedikit berbeda.Pada gondang boru memiliki berbagai ukuran, hal ini bisa disesuaikan dengan permintaan si pemesan, namun ada batasan ukuran ketentuan. Ada banyak repertoar yang dimainkan pada gondang boru diantaranya: Tortor,Sabe-sabe,Alap-alap Tondi, Moncak, Raja-raja(Nasution dan Lubis), Tua, Mangido Udan, Pamulihon, Jolo-jolo turun dan lainya. Namun di daerah Pakantan terdapat paling banyak namarepertoargondang dibandingkan di daerah masyarakat Mandailing lainnya.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan menjadi keterangan-keterangan empiris yang berpencar (Moh. Nazir, 1983:22-25). Sebagai landasan berpikir dalam melihat suatu permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis mempergunakan teori-teori yang relevan, yang sesuai untuk permasalahan tersebut.

(11)

11

di dalam APTA (Asia Performing Traditional Art 1978:74), yaitu: Dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara strukturalyaitu; aspek fisik instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam, serta menggambar bentuk instrumen, ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai. Secara fungsional, yaitu fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara, meneliti, melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang diproduksi, (dalam kaitannya dengan komposisi musik) dan kekuatan suara.

Mengenai klasifikasi alat musik gondang boru dalam penulisan ini penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) yaitu sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama penghasil bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Idiofon, penggetar utama penghasil bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri,

2. Aerofon, penggetar utama penghasil bunyinya adalah udara,

3. Membranofon, penggetarutama penghasil bunyinya adalah membran atau kulit,

4. Kordofon, penggetarutama penghasil bunyinya adalah senar atau dawai.

(12)

12

Penulis juga menggunakan beberapa teori lainnya seperti untuk mengetahui teknik permainan gondang boru buatan Bapak Ridwan Aman Nasution, penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl (1963:98) yaitu:”Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang

kita lihat.”

Teori lain yang digunakan penulis untuk mendukung penggunaan dan fungsi gondang goru adalah teori yang dikemukakan oleh Alan P. Meriam (1964:223- 226) dalam bukunya The Antropology of Music. Penggunaan (use) musik meliputi bagaimana musik itu digunakan. Sedangkan fungsi (function) musik berkaitan dengan tujuan musik tersebut. Fungsi musik tersebut ada sepuluh yaitu:

1. The function of aesthetic enjoyment (fungsi penghayatan estetis), 2. The function of entertainment (fungsi sebagai sarana hiburan), 3. The function of communication (fungsi sebagai sarana komunikasi), 4. The functionof symbolic representation (fungsi representasi

perlambangan),

5. The function of physical response (fungsi sebagai reaksi jasmani), 6. The function of enforcing conformity to social norms (fungsi yang

berkaitan dengan norma-norma sosial),

7. The function of validation of social institutions and religious rituals (fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama),

(13)

13

9. The function of emotional (fungsi sebagai pengungkapan emosional), 10.The function of contribution the integration of society (fungsi sebagai

pengintegrasian masyarakat).

Berkaitan dengan gondang boru, penulis akan mengaplikasikannya dalam kajian ini. Dan menurut penulis fungsi gondang boru dalam kebudayaan masyarakat Mandailing, termasuk diDeli Serdang, adalah berfungsi sebagai:pengungkapan emosional, sebagai sarana hiburan, sarana komunikasi, serta pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan (ritual).

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dihendaki melalui cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005).

(14)

14

(1964) mengatakan ada dua hal yang ensensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu pekerjaan lapangan (field word) dan pekerjaan laboratorium (dest work). Merriam (1964) juga mengatakan pendapat bahwa Etnomusikologi adalah disiplin lapangan dan disiplin laboratorium, yakni data yang di kumpulkan dari lapangan oleh penyidik pada akhirnya di analisis di laboratorium, dan dari hasil kedua metode menjadi pusat studi akhir. Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data, yaitu: studi kepustakaan, studi lapangan, observasi, wawancara, dan kerja laboratorium.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Pada tahap ini, sebelum penulis akan membahas topik dan melakukan penelitian langsung ke lapangan, penulis melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu, yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah, literatur, pencarian di situs internet, dan tulisan-tulisan ilmiah yang penulis anggap berhubungan dan dapat mendukung sebagai bahan telitian dari objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan di dalam penulisan dan juga untuk melengkapi data-data. Koenjaraningrat (2009:35) mengatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam penelitian.

(15)

15

Studi Lapangan (field work) menyangkut setiap upaya yang dilakukan dilapangan, meliputi: perekaman musik, pemotretan, observasi, wawancara, pendokumentasian audio visual, dan lain-lain. Dalam kerja lapangan (field work), penulis melakukan kerja lapangan dangan observasi langsung ke daerah penelitian yaitu rumah rumah Bapak Aman Nasution dan mencari narasumber dari tokoh masyarakat mandailing yang ada di Kota Medan sebagai narasumber lainnya.

1.5.3 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan data saat membuat sebuah karya tulis ilmiah. Nawawi dan Martini mengungkapkan bahwa observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam suatu laporan yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku. Dalam hal ini penulis langsung ke lokasi penelitian yaitu ke kediaman Bapak Ridwan Aman Nasution di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, agar memperoleh informasi yang akurat dan dapat mengamati langsung proses pembuatan alat musik tersebut. Untuk pemotretan atau pengambilan gambar dan perekaman wawancara, penulis menggunakan kamera SLR Canon EOS 60D. Disamping tulisan atas setiap keterangan yang diberikan informan.

(16)

16

Dalamhal ini penulis berfokus pada Koentjaraningrat yang mengemukakan bahwa ada tiga macam untuk melakukan wawancara (1985:139) yaitu: wawancara berfokus (focused interview), wawancara bebas (free interview,) dan wawancara sambil lalu (casual interview). Yang dimaksud dengan wawancara berfokus adalah pertanyaan yang selalu berpusat kepada pokok permasalahan, sementara wawancara bebas adalah pertanyaan yang selalu beralih dari satu pokok permasalahan ke pokok permasalahan yang lain. Sedangkan wawancara sambil lalu hanya untuk menambah atau melengkapi data yang lain. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut permasalahan mengenai gondang boru tersebut.

1.5.5 Kerja Laboratorium

Keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam kerja laboratorium. Data-data yang bersifat analisis disusun dengan sistematika penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Meriam, 1964:85).

1.6 Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Pada tanggal 31 Desember 2013, semua aset dan liabilitas Grup telah dicatat menurut nilai wajarnya, kecuali untuk utang bank yang memiliki beberapa pinjaman dengan suku bunga

[r]

Kerja kreatif garap Musik tari

Menindaklanjuti Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor 440/70/SJ tanggal 11 Januari 2016 dan Surat Kepala Badan Kesejahteraan Keluarga Berencanaan Nasional Nomor

EKO-0123 Febrian Devi Rahmawati Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta S1 Pengaruh penerapan good governance pemanfaatan teknologi informasi dan sistem akuntansi keuangan daerah