• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Kalimat Tanya dalam Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-Bar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur Kalimat Tanya dalam Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-Bar"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kalimat tanya selalu mendapat perhatian di dalam buku tata bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 357; Chaer, 2000: 350). Hal ini dapat dimengerti sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari masyarakat penuturnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari peran dan bantuan orang lain. Salah satu cara memperoleh peran dan bantuan orang lain adalah dengan bertanya. Dari segi maknanya, yang ditanyakan dapat mengenai orang, benda, alasan, sebab, waktu, pilihan, dsb. Naluri berinteraksi sosial, keingintahuan yang tinggi dan besarnya kebutuhan informasi membuat kalimat tanya terus dipergunakan masyarakat dan diperbincangkan oleh para ahli bahasa.

Pembentukan kalimat tanya secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya, seperti apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana dengan atau tanpa partikel –kah sebagai penegas dan diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis (Alwi, 2003:357). Kata tanya dalam bahasa Indonesia memiliki kategori fungsionalyang berbeda-beda. Posisi kata tanya (awal, tengah, akhir) dalam kalimat berpotensi besar dalam mempengaruhi perbedaan kategori fungsional yang dimiliki sebuah kata tanya.

(2)

Dengan kata lain, apakah kedua konstituen itu mempunyai fungsi yang sama atau berbeda.

(1) Apa yang kamu lakukan di sini? (Analisa, 2016:10) (2) Adik terjatuh di mana?

Berdasarkan kedua contoh di atas diasumsikan bahwa kata tanyaapa pada (1) berfungsi sebagai pemerlengkap, sedangkan kata tanya di manapada (2) berfungsi sebagai komplemen. Dikatakan sebagai pemerlengkap sebab kata tanyaapa pada (1) merupakan konstituen yang diwajibkan kehadirannya oleh argumen yang menjadi inti leksikalnya, sedangkan kata tanya di mana pada (2) difungsikan sebagai keterangan yang merupakan bagian dari komplemen. Oleh sebab itu, kehadirannya bersifat opsional. Pelesapan kata tanyaapa pada (1) menyebabkan strukturnya menjadi tidak gramatikal, sedangkan pelesapan kata tanya di mana pada (2) masih dianggap kalimat yang gramatikal dengan makna yang berbeda. Pada (2) ditanyakan tempat terjadinya peristiwa terjatuh, sedangkan pada (2a) pengukuhan kembali apa yang ditanyakan. Bukti sintaksisnya seperti contoh berikut.

(1) a. *Yang kamu lakukan di sini? (2) a. Adik terjatuh?

Perlu juga dipertanyakan apakah relasisemantis pada kalimat tanya berkorelasi dengan relasisintaksisnya. Misalnya, kata tanyakapan pada (3a) secara semantis adalah sama dengan (3b), tetapi diperkirakan struktur dan kategori fungsional kedua konstituen kata tanya itu berbeda.

(3)

Dalam bahasa tulis kalimat tanya ditandai dengan tanda tanya (?) di akhir kalimat dan penggunaan kata tanya atau partikel tanya (Alwi, 2003: 357).Penggunaannya dalam bahasa tulis sangat beragam.Hal ini membuat penelitian dalam media tulis sangat mungkin dilakukan. Media tulismenyajikan beragam penggunaan kata tanya terutama pada naskah-naskahyang mengandung dialog.Salah satu media tulis yang banyak dijumpai kata tanya adalah karya sastra, di antaranya novel dan cerpen. Kata tanya muncul dalam bentuk dialog antartokohnya.

Dalam konstruksi sintaksis bahasa Indonesia, struktur kalimat merupakan bentuk kompleks dalam sebuah ujaran.Karena struktur kompleksnya itu wajar jika struktur kalimat jarang sekali ditelaah khususnya dengan menggunakan pendekatan sintaksis generatif dan teori mutakhir seperti teori X-bar. Kajian yang menggunakan pendekatan sintaksis generatif dengan analisis teori X-bar sejauh ini hanya menyangkut tataran frasa dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah dan hampir tidak menyinggung kalimat. Pada umumnya kajian struktur kalimat hanya menggunakan pendekatan sintaksis struktural.Hal ini relevan dengan beberapa kajian berikut ini. (1) Lubis (2002) dalam tesisnya yang berjudul Kalimat Tanya dalam Bahasa Mandailing: Analisis Sintaksis, (2) Wangkai (2013)

dalam jurnalnya yang berjudul Kalimat Tanya dalam Novel “The Confession” Karya John Grisham, dan (3) Rondonuwu (2015) dalam jurnalnya yang berjudul

Kalimat Tanya dalam Novel “The Guardian” Karya Nicholas Sparks.

(4)

mengenai struktur bahasa dalam tesisnya tersebut. Menurutnya, masyarakat penutur bahasa Mandailing mengenal enam ciri kalimat tanya beserta struktur sintaksis yang membangunnya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut. (1) Kalimat tanya dengan kata tanya; memiliki 22 struktur. (2) Kalimat tanya dengan fokus kalimat dan kata tanya; memiliki 8 struktur. (3) Kalimat tanya tanpa kata tanya; memiliki 30 struktur yang terdiri atas 8 struktur kalimat tanya tanpa kata tanya dan tanpa partikel penegas, dan 22 struktur kata tanya tanpa kata tanya dengan partikel penegas (18 struktur kalimat tanya dengan partikel penegas do, dan 4 struktur kalimat tanya dengan partikel penegas ma). (4) Kalimat tanya alternatif; memiliki 25 struktur. (5) Kalimat tanya negatif; memiliki 18 struktur. (6) Kalimat tanya embelan; memiliki 5 struktur. Jadi, secara keseluruhan kalimat tanya dalam bahasa Mandailing memiliki 108 struktur.

Memperhatikan fenomena tersebut, penelitian ini mencoba menyederhanakan konsep kaidah sehingga menghasilkan struktur tidak terbatas yang bersifat umum dan hemat.Penyederhanaan itu dilakukan dengan menerapkan teori X-bar.Pada kalimat tanya tersebut diuraikan kaidah struktur internalnya beserta kategori fungsional yang dimiliki setiap kata tanya. Kemudian dianalisis berdasarkan teori X-bar, yaitu sebuah teori yang khusus membicarakan masalah struktur frasa dalam bahasa alamiah.Sejauh yang diketahui, struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia belum pernah diteliti dengan menggunakan teori X-bar. Hal inilah yang membuat ketertarikan menelaah struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan teori sintaksis generatif, yaitu teori X-bar.

(5)

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakahkategori fungsional kata tanya yang membentuk struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimanakah kaidah struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Menjelaskan kategori fungsional kata tanya yang membentuk struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia.

2. Mendeskripsikan kaidah struktur kalimat tanya dalam bahasa Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis bahasa Indonesia.

2. Memperkaya hasil penelitian sintaksis yang menggunakan pendekatan generatif.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai sumber data bagi penelitian lanjutan tentang kalimat tanya, khususnya yang berhubungan dengan teori X-bar.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perbedaan ini penulis ingin meneliti lebih dalam penggunaan kalimat tanya dengan objek bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia, dengan

Selain terdapat perbedaan ciri kalimat, juga terdapat persamaan ciri kalimat, yaitu pada kalimat tanya total/ 是非问句 ( shì f ēi w èn jù ) jawaban yang dihasilkan adalah

Masdiana Lubis : Kalimat Tanya Dalam Bahasa Mandailing; Analisis Sintaksis, 2002 USU Repository © 2008... Masdiana Lubis : Kalimat Tanya Dalam Bahasa Mandailing; Analisis

Tujuan kajian ini adalah mendeskripsi jenis kalimat tanya yang digunakan masyarakat Mandailing ketika berkomunikasi, dan menemukan struktur kalimat tanya yang digunakan dengan

Menambahkan kata tanya apa atau apakah, Membalikkan urutan kata biasanya ditambah dengan partikel kah, Menambahkan kata bukan, belum dan tidak, Mengubah intonasi

Dari contoh-contoh kalimat tanya bahasa Indonesia tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kata tanya pengisi fungsi sintaktis predikat dapat berwujud kata tanya

a. Kata tanya bahasa Inggris dan bahasa Sangir mempunyai persamaan dilihat dari bentuk kalimat tanya tersebut yaitu: yes-no question dan interrogative word question. Kalimat tanya

Menambahkan kata tanya apa atau apakah, Membalikkan urutan kata biasanya ditambah dengan partikel kah, Menambahkan kata bukan, belum dan tidak, Mengubah intonasi