BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
WHO mengategorikan usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun.
Ciri- ciri spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat, perubahan
emosional, dan perubahan sosial. Mann dan Stewart (2007) menambahkan bahwa
remaja belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan psikososial.
Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh
lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum remaja dipengaruhi oleh
keluarga, teman, dan media terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh
besar terhadap remaja dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap
teman dapat mengakibatkan dirinya “terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri.
Gustam (2012) yang mengacu kepada Wahlquist (1997) menegaskan
bahwa pada fase remaja seseorang mengalami perubahan pada karakteristik fisik,
psikis, aturan sosial, dan tanggung jawab. Satu hal yang penting akibat perubahan
tersebut adalah kontrol yang berlebihan terhadap pola asupan makanan dan
asupan minuman ke arah yang kurang baik. Salah satu contoh masalah dalam hal
ini adalah kurangnya konsumsi air minum yang menyebabkan kekurangan cairan
tubuh atau dehidrasi. Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh
karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk.
Menurut Asian Food Information Centre (2010). Dehidrasi dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, serta dehidrasi tingkat berat.
Walau dehidrasi bisa juga dialami oleh kategori usia lain seperti anak-
anak, dewasa, dan lansia tetapi lebih sering dialami oleh remaja. Terbukti dari
hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) di beberapa
kota di Indonesia sebesar 46,1% penduduk Indonesia mengalami dehidrasi ringan,
jumlah tersebut lebih tinggi pada remaja sebesar 49,5% dibanding dewasa 42,5%.
Penelitian lain pada remaja di Bogor, ditemukan sebesar 62,8% remaja mengalami
dehidrasi ringan. Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut
bervariasi diantaranya haus, lemah, lelah, sedikit gelisah, sulit berkonsentrasi,
bahkan pada kondisi yang berat dapat mengakibatkan otot kaku dan colapse.
Menurut Faridi (2002), sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala
pada dehidrasi. Sementara itu konsentrasi merupakan faktor yang penting dalam
meningkatkan prestasi belajar karena siswa yang mampu berkonsentrasi ketika
menerima pelajaran di kelas, akan lebih cepat menangkap materi yang diberikan
oleh guru, sehingga akan berpengaruh positif pada prestasi belajarnya. Dengan
demikian, keadaan dehidrasi yang marak terjadi pada remaja dapat menurunkan
produktifitas belajar (prestasi belajar) karena dapat menyebabkan penurunan
konsentrasi. Maka saya merasa perlu untuk mendapatkan data mengenai
prevalensi penurunan konsentrasi pada remaja di Indonesia, khususnya di SMA
Negeri 5 Binjai. Sekaligus mengkaji salah satu penyebab yang mungkin
mendasarinya yaitu kecukupan konsumsi air minum.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, didapatkan rumusan masalahnya adalah
: “apakah ada hubungan kecukupan konsumsi air minum dengan konsentrasi
belajar?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
hubungan antara kecukupan konsumsi air minum dengan konsentrasi
belajar pada siswa SMA Negeri 5 Binjai.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui adanya hubungan antara kecukupan konsumsi air minum
dengan konsentrasi belajar pada siswa di SMA Negeri 5 Binjai.
2. Mengetahui gambaran kebiasaan minum pada siswa di SMA Negeri 5
Binjai.
3. Mengetahui gambaran konsentrasi belajar pada siswa SMA Negeri 5
Binjai.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penlitian ini diharapkan dapat memberikan manafaat untuk:
1. Bagi pemerintah dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat
kebijakan dalam upaya pencegahan konsentrasi belajar siswa yang
menurun karena konsentrasi yang menurun dapat mempengaruhi
prestasi belajar para siswa.
2. Bagi masyarakat dapat dijadikan bahan penambah pengetahuan bahwa
ada pengaruh kecukupan air minum dengan konsentrasi belajar.
3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat
kebijakan dalam upaya pencegahan konsentrasi belajar siswa yang
menurun karena konsentrasi yang menurun dapat mempengaruhi
prestasi belajar para siswa.
4. Bagi responden dapat dijadikan bahan penambah pengetahuan serta
senantiasa di praktikkan agar dapat menambah prestasi belajar.
5. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai penambahan latihan dalam
membuat suatu penelitian