Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)
OLEH
Yayah Ramadyan
NIM: 105045101503
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PELECEHAN SEKSUAL
(DI LIHAT DARI KACAMATA HUKUM ISLAM DAN KUHP)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syari’ah (S. Sy)
Oleh:
Yayah Ramadyan
NIM : 105045101503
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I
Dr. Hj. Mesraini. M.Ag
NIP:150326895
Pembimbing II
Sri Hidayati. M.Ag
NIP: 1997102151997032002
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1.
Sripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sankksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Maret 2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul
Pelecehan Seksual (Dilihat dari Kacamata Hukum Islam dan
KUHP)
telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 8 maret 2010.
skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah
(S.Sy) Pada program studi kepidanaan Islam.Jakarta, 8 Maret 2010
Mengesahkan,
Dekan fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP: 150 210 422
PANITIA UJIAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KETUA
SEKRETARIS
PEMBIMBING I
PEMBIMBING
II
PENGUJI I
PENGUJI II
:
:
:
:
:
:
Dr. Asmawi. M.Ag
NIP:197210101997031008
Sri Hidayati. M.Ag
NIP:
1997102151997032002
Dr. Hj. Mesraini. M.Ag
NIP:150326895
Sri Hidayati. M.Ag
NIP:
1997102151997032002
H. Zubir Laini, SH.
NIP: 150002973
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, yang telah memberikan
nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad S.A.W, serta
keluarga dan para sahabat dan pengikutnya.
Skripsi ini berjudul “
Pelecehan Seksual (Di Lihat Dari Kacamata Hukum
Islam dan KUHP)
” yang disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Syariah pada program studi Jinayah Siyasah, Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak, oleh
karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MM, MM, Selaku Dekan Fakultas
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.
2.
Bapak Dr. Asmawi, M.Ag dan Ibu Sri Hidayati M.Ag, selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah.
4.
Pimpinan serta para dosen yang telah mendidik penulis, selama menuntut ilmu di
Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Jinayah Siyasah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sehingga berkat didikan dan perhatiannya penulis dapat
menyelesaikan studi yang diakhiri dengan penulisan skipsi ini.
5.
Pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas fasilitas yang di berikan guna penyelesaian skripsi ini.
6.
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu berdo’a dan mendidik dengan penuh
kasih sayang serta kedua kakak penulis yakni Siti Hasanah. S.Sos. M.Ec.Dev
yang selalu membimbing dan telah meminjamkan laptopnya sampai larut untuk
mengetik skripsi, serta Sri Rohayati S.E yang memberikan motifasi dan spirit
yang tidak bosan-bosannya kepada penulis.
7.
Mamang Nana yang memarahi penulis agar secepatnya menyelesaikan skripsinya
dan telah mendo’akan agar selalu berada dalam lindungan Allah S.W.T;
8.
Ria Lestari yang telah memberikan masukan judul skipsi ini pada penulis;
9.
Teman sekolah dan teman sepermainan yang telah memberi support moril, selama
dalam proses penyelesaian skripsi: Yuli Astuti S.Pd, Mayang, Toro, Sukoco,
Risdianto, Suryani, Zahro, Ali, Desi, Sulis, Ediar, Beny, Agung, Sandy, Alvin,
Amri, Khotib, Hendru, dan Moch. Endang Soepandi dan lain-lain yang tidak
disebutkan satu persatu.
Adi, Laila, Wiwit, Dewi, Nafis, Rina, Ifada, Rina, dan lain-lain, dan angkatan
2004: Amin Prasetyo, Fahrozi, Novi, Unay, dan program Studi Perbandingan
Mazhab yang kenal dengan penulis yakni: Edi, Robi, Aldi, Mustafa, Jaelani, dan
lain-lain, yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis.
11.
Abang Zulfi yang telah mensuport dari awal ujian komprehensif hingga selesai.
Penulis sangat bersyukur telah mengenal Abang Zulfi.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan skipsi ini banyak sekali kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Hanya dengan bermunajat kepada Allah-lah penulis memohon dan berdo’a
semoga amal baik serta jasa-jasa mereka diberikan balasan pahala yang berlipat
ganda oleh Allah S.W.T. Amin ya Robal ‘alamin.
Jakarta, 13 Dzulhijah 1430 H
30 November 2009 M
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………...…...
DAFTAR ISI………...
i
iv
BAB I
PENDAHULUAN ……….………..…...
1
A.
Latar Belakang……..………...
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah ……..…...….
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian………...…...
D.
Review Pustaka……….…..…….….…...
E.
Metodelogi Penelitian………….……….……...…...
F.
Sistematika Penulisan……….…...……...
1
6
6
7
8
9
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PELECEHAN SEKSUAL
...
10
A.
Pengertian Pelecehan Seksual ……...
B.
Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual...
C.
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelecehan
Seksual ...
D.
Dampak Pelecehan Seksual Terhadap Korban ...
10
12
15
17
BAB III
PELECEHAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM
A.
Pandangan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan
Seksual ...
B.
Pandangan
KUHP
Tentang
Perbuatan
Pelecehan
Seksual...
20
25
BAB IV
PERBANDINGAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN
KUHP
TENTANG SANKSI PIDANA PERBUATAN PELECEHAN
SEKSUAL...
44
A.
Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pelecehan Seksual Menurut
Hukum Islam...
B.
Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pelecehan Seksual Menurut
Hukum Positif...
C.
Analisa Perbandingannya...
44
61
83
BAB V
PENUTUP...
85
A.
Kesimpulan...
B.
Saran...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial, makhluk yang hidup di dalam
kehidupan yang berkelompok/bermasyarakat. Di sinilah gejala sosial yang disebut
dengan pelecehan sering timbul dalam kehidupan manusia. Masalah pelecehan
seksual ini merupakan persoalan reaksi jender yang sangat luas dan kompleks yang
menyangkut dalam aspek kehidupan manusia seperti terdapat pada moral, agama,
iman dan lain-lain.
Pelecehan sering dirasakan sebagai perilaku menyimpang, karena perbuatan
tersebut memaksa seseorang terlibat dalam suatu hubungan seksual atau menetapkan
seseorang sebagai objek perhatian yang tidak diinginkannya.
1Artinya, pelecehan
seksual dapat berupa sikap yang tidak senonoh, seperti menyentuh anggota tubuh
yang vital dan dapat pula hanya berupa kata-kata atau pernyataan yang bernuansa
tidak senonoh. Sedangkan orang yang menjadi objek sentuhan atau pernyataan
tersebut tidak menyenanginya.
1
Rohan Colier, Pelecehan Seksual Hubungan Dominasi Masyarakat dan Minoritas,
Lebih rentan lagi pelecehan seksual ini sangat luas meliputi : main mata, bersiul
nakal, cubitan, humor porno, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu,
gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan
iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual bahkan sampai perkosaan.
2Pelecehan seksual ini bisa sering terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di
dalam bus kota, pabrik, supermaket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, dan sebagainya
baik pada siang hari maupun pada malam hari.
Bila kita cermati lebih detail lagi yang sering menjadi korban pelecehan
seksual adalah kaum hawa atau kaum perempuan, perempuan sering dilecehkan
secara seksual karena ketidakberdayaannya, yang selalu berada di bawah kekuasaan
kaum laki-laki. Namun ada juga yang berpendapat korban pelecehan seksual ini tidak
hanya terjadi pada kaum perempuan saja, tapi ada juga korban pelecehan seksual ini
terjadi pada kaum laki-laki sesuai dengan pendapat dari Beuvais, tapi menurut
pendapat khaeruddin yang lebih sering dijadikan korban pelecehan seksual hanya
kaum perempuan. Artinya, pelecehan seksual ini terjadi karena kaum laki-laki
sangat memiliki kekuasaan dan kedudukannya di mata masyarakat, sedangkan kaum
perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan hawa nafsu belaka.
Selanjutnya, perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual itu tidak hanya
perempuan normal. Akan tetapi sering juga dialami oleh perempuan penyandang
cacat. Yang dimaksud dengan penyandang cacat dalam Undang-undang no.4 tahun
1997 adalah setiap orang yang mempunyai kelainan pada fisik dan atau mental, yang
dapat mengganggu atau merupakan rintangan atau hambatan baginya untuk
melakukan kegiatan secara layak.
Para penyandang cacat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok :
1.
Penyandang cacat fisik,
2.
Penyandang cacat mental dan,
3.
penyandang cacat fisik dan mental.
3Salah seorang di antara wanita penyandang cacat fisik yang menjadi korban
adalah “MINAH” (bukan nama sebenarnya) yang berdomisili di daerah kemayoran
Jakarta Pusat,di jln. H. Jiung Rt.15/Rw. 04 No. 20.mengalami pelecehan seksual
ketika dia meminta bantuan untuk menyeberangi jalan raya. Pada saat itulah dia
diberlakukan tidak senonoh/dipegang payudaranya.
4Sedangkan, dalam pandangan hukum Islam tentang perilaku pelecehan seksual
ini belum diatur secara tegas, karena pembahasannya belum ada dalam Al-qur’an
maupun hadist, dengan demikian ketentuan hukum tentang pelecehan seksual ini
masih menjadi ijtihad para ulama. Hukuman tersebut berbentuk Takzir. Bentuk
hukuman tersebut dapat berupa hukuman mati, jilid, denda, pencemaran nama baik
dan lain-lain. Hukuman Takzir yang dikenakan kepada pelaku pelecehan seksual
harus sesuai dengan bentuk pelecehan seksual yang dilakukan, dan hukuman tersebut
3
Undang-Undang Penyandang Cacat No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal.1 h.1 4
disanksikan kepada pelaku demi kemaslahatan. Karena pada dasarnya pelecehan
seksual ini menyangkut akhlak seseorang baik atau buruknya.
Dalam Al-qur’an hanya menjelaskan tentang zina bukan tentang pelecehan
seksual.
5Dalam hukum Islam jangankan berciuman atau memegang anggota tubuh
seorang perempuan, melihat dengan menimbulkan syahwat saja tidak boleh karena
akan membawa ke arah zina. Sebagaimana terdapat dalam surat Al –Isra’ ayat 32
!" #$ % &
'(
)*
+
, -)*
. /0
32. Da
n janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. ”(QS. Al-Isra/17:32)
Tidak hanya melarang mendekati zina, tapi Islam juga memerintahkan kita
untuk menjaga pandangan kepada siapa saja kecuaili dengan suami mereka, anak
mereka,saudara mereka, orang tua merka, anak-anak mereka. Hal ini sessuai dengan
firman Allah dalam surat An-Nur ayat 31 yang artinya:
12
34% !35 78&93:
;<=>?> A
=<35
B<3C
%DEF
G
;<=?
H
I
B<7J)K 2&
MNO3PFQA
B<7J R SA T
U
5
)J 7
)JV35
W X=Y ,
B<3C
782AZ[
\ ]
B<_` aK
MNO3PFQA
B<7J R SA T
U
bc J3R
2
Q3
G
5
Ali Akbar. “Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam”, (Jakarta: Ghali indonesia, 1982),cet
bc Jd(
'
G
3'(
'
bc J3e
2
G
bc Jd(
VF
G
G
3'(
VF
G
bc J3e
2
G
B< J3 f
;
G
WgK
bc J3 f
;
G
WgK
B< J3 f
); G
G
B< Jd(
Dh i
G
5
=4 j]9 5
B<7J!%)8A G
G
MNk32 Q%lR
XF
m
no pG
3"
Fq4r
;<35
st )<
G
01 H3uv
MNO3 w(
x
)J=? A
\ ]
3yf qF
3'(
Dh3zV
W X=Y {
B< J 9KFq o
;y]92,3
5
Wk3H A'I
<35
B< J3R SA T
\
|
2
]n
}(
2a3• C
€A G
M• !35 78
'j‚9)2
M• 7
9 H2
. ƒ0
“Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah ia menahan pandangannya,
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang biasa (tampak) dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera-putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (Q.S.
An-Nur/24:31)
Adapun jika ketidaksengajaan maka hal itu tidaklah berdosa, tapi pandangan
selanjutnya apabila disertai dengan syahwat atau nafsu seksual maka tidak
diperbolehkan
Di Indonesia perkara yang berkait dengan kriminal dan kejahatan asusila
diputuskan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang
diadopsi dari hukum Belanda. Meskipun demikian, berkaitan dengan perkara
pelecehan seksual dengan ketentuan sanksi pidana yang terdapat dalam KUHP dinilai
belum memadai, bahkan istilah pelecehan seksual tidak ditemukan dalam KUHP.
Penanganan yuridis kasus-kasus pelecehan seksual mengalami hambatan-hambatan,
terutama menyangkut rumusan tindak pidana ataupun deliknya Dengan kata lain,
baik dalam hukum Islam maupun dalam KUHP belum ada ketegasan perlindungan
bagi korban pelecehan seksual. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti persoalan
tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul
“PELECEHAN SEKSUAL (DI
LIHAT DARI KACAMATA HUKUM ISLAM DENGAN KUHP)”
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran masalah, maka penulis akan membatasi
masalah yang akan dibahas adalah tentang sanksi pidana bagi pelaku pelecehan
seksual menurut Hukum Islam dan KUHP.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap perbutan pelecehan seksual?
2.
Bagaimana pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual?
C.
Tujuan
dan Manfaat penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan
seksual.
2.
Untuk mengetahui pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual.
3.
Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara Hukum Islam dan
KUHP tentang sanksi pidana perbuatan pelecehan seksual.
Dari penelitian ini diharapkan mendapatkan manfaat yaitu:
1. Agar dapat mengetahui pandangan mengenai perbuatan pelecehan seksual
menurut hukum Islam dan hukum Positif.
2. Agar dapat mengetahui perbandingan –perbandingan antara hukum Islam
dan KUHP mengenai perbuatan pelecehan seksual.
C.
Review Pustaka
Penulis menggunakan beberapa buku yang berkaitan dengan masalah itu di
antaranya adalah :
Kedua
Abrarana Nadhiya, yang berjudul Pelecehan dan Kekerasan Seksual: Analisa
Isi Surat Kabar, 1977, yang isinya mengenai berbagai macam Pelecehan Seksual dan
kekerasan yang terdapat dari Koran Kompas, Media Massa.
Dari berbagai karya tulis di atas, penulis melihat masih ada sisi-sisi lain yang
dapat menjadi bahan penelitian dalam penulisan skripsi ini. Di antaranya adalah
belum adanya pembahasan mengenai sanksi pidana bagi pelecehan seksual menurut
perspektif hukum Islam dan KUHP, apalagi memperbandingkan antara keduanya.
C.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu metode penelitian ilmiah yang menggunakan data dengan
tujuan tertentu dan dianalisis serta dijabarkan guna mengetahui kebenaran dari data
yang diperoleh.
Teknik pengumpulan datanya diperoleh dari studi kepustakaan. Pengumpulan
data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, dokumen-dokumen, media cetak,
bahkan dari internet yang berhubungan dengan judul skripsi ini yang mana digunakan
dengan penelitian sekunder.
G.
Sistematika Penulisan.
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari sub-sub bab sebagai
berikut :
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
:
:
:
:
:
Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodelogi Penelitian, dan sistematika Penulisan
Merupakan tinjauan umum tentang pelecehan seksual, yang di
Dalamnya membahas tentang pengertian dari pelecehan seksual,
bentuk-bentuk pelecehan seksual, faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya pelecehan seksual
Merupakan pembahasan tentang pelecehan seksual dalam
pandangan hukum Islam dan KUHP yang di dalamnya membahas
tentang pandangan hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan
seksual dan pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual.
Merupakan perbandingan antara hukum Islam dan KUHP tentang
sanksi pidana perbuatan. Yang didalamnya membahas tentang
sanksi pida na bagi pelaku pelecehan seksual menurut Hukum Islam
dan KUHP
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PELECEHAN SEKSUAL
.
Pengertian Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual nampaknya merupakan istilah yang baru. Istilah tersebut
muncul di Amerika sepanjang tahun 70-an mengikuti pergerakan kaum perempuan.
Pada tahun 1980-an istilah pelecehan seksual telah umum dipakai di Inggris. Karena
perempuan makin banyak memasuki dunia kerja, tingkat pelecehan seksual semakin
meningkat baik setelah terbentuknya kesempatan luas atau disebabkan laki-laki
semakin terancam dan melakukan pelecehan seksual agar perempuan tetap berada
dalam genggamannya.
6Pelecehan seksual dirasakan sebagai perilaku intimidasi, karena perbuatan
tersebut memaksa seseorang terlibat dalam suatu hubungan seksual atau
menempatkan seseorang sebagai objek perhatian seksual yang tidak diinginkannya
7.
Sedangkan menurut tim penulis dari Departemen Pendidikan dan Budaya dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pelecehan seksual itu dapat di bagi dua, yaitu
kata pelecehan dan seksual.
8Dalam Kamus Bahasa Indonesia ini pelecehan berasal
6
Rohan Coier, Pelecehan Seksual Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas,
(Yogyakarta : PT. Tiara Yogya, 1998), Cet. Ke- ,1 h.2 7
Rohan Colier, Ibid. h.4 8
dari kata leceh yang berarti memandang rendah, menghinakan atau tak berharga.
Sedangkan kata seksual berasal dari kata seks. Seks, sangat sering diartikan
sebagai jenis kelamin biologis, yaitu: laki-laki dan perempuan. Jadi kata seksual
(kata sifat) adalah sifat suatu hal yang berkenaan dengan seks atau jenis kelamin,
dan hal yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dengan
perempuan, serta hal-hal lainnya yang mengandung unsur yang bersifat hasrat
atau nafsu seksual. 9 Dengan demikian pelecehan seksual menurut kamus besar
bahasa Indonesia adalah dua kata yang dijadikan satu yang bermakna
merendahkan, menghinakan kaum perempuan. Jika kata pelecehan seksual kata
sifat merendahkan suatu hal yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara
laki-laki dengan perempuan, yang mengandung unsur sifat hasrat atau hawa nafsu.
Dalam pengertian pelecehan seksual ini sangat banyak yang diberikan orang
dalam kontek kalimat. Namun, dari semua pengertian itu dapat di pahami bahwa
pelecehan seksual mengacu pada perbuatan yang dapat dirasakan oleh korbannya
tidak menyenangkan, karena perbuatan tersebut bersifat intimidasi, menghina atau
tidak menghargai dengan membuat seseorang sebagai objek pelampiasan seksual.
Menurut Beuvais10 pelecehan seksual ini tidak hanya terjadi pada kaum
wanita saja tetapi pada kaum laki-laki juga bisa saja terjadi korban pelecehan
seksual. Dan juga Beuvais ini mengelompokkan menjadi empat kelompok yang
menjadi pelecehan seksual antara lain: laki-laki melecehkan perempuan,
9
Depdikbud kamus Besar Bahasa Indonesia. Ibid. H. 507
10
perempuan melecehkan laki-laki, heteroseksual melecehkan homoseksual, dan,
homoseksual melecehkan heteroseksual.11
Sasaran pelecehan seksual tidak hanya wanita muda, yang cantik dan
bodinya sangat menggairahkan.12 Akan tetapi juga wanita paruh baya yang
mempunyai kekurangan dalam fisiknya. Sering sekali pelaku pelecehan seksual
tidak memandang fisik atau usia korban, yang ada hanyalah bagaimana para
penikmat syahwat ini dapat melampiaskannya.
Perempuan yang sering dijadikan korban adalah perempuan yang masih
belia atau remaja, yang masih mudah tidak memiliki cacat pada anggota tubuh,
sedangkan laki-laki yang sering melakukan pelecehan seksual adalah laki-laki
yang tidak memiliki moral.
A. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual
Ada beberapa bentuk pelecehan seksual yang berdasarkan tingkatan antara
lain
1). Tingkatan pertama : Gender Harassment adalah pernyataan atau tingkah laku
yang bersifat merendahkan seseorang berdasarkan jenis kelamin (sexist).
Bentuk-bentuknya antara lain : cerita porno atau gurauan yang mengganggu;
kata-kata seksual yang kasar dan ditujukan kepada seseorang; kata-kata
rayuan tentang penampilan seseorang, tubuh, atau kehidupan seseorang;
memandang secara terus menerus, mengerlingkan mata atau melirik dengan
11
Khaeruddin, Pelecehan Seksual Terhadap Istri, (Yogyakarta: Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gajah Mada, 1999), cet. Ke-1 h.3
12
cara yang pantas; memperlihatkan, memakai, atau menyebarkan benda-benda
yang tidak senonoh seperti gambar, buku, video porno, memperlakukan
seseorang dengan cara berbeda karena berjenis kelamin tertentu, seperti
mengistimewakan, tidak mengacuhkan atau mengabaikan berdasarkan
jender; serta kalimat-kalimat yang merendahkan tentang pilihan karir
perempuan
2). Tingkatan kedua: Seduction Behavior adalah rayuan atau permintaan yang
tidak senonoh bersifat seksual atau bersifat merendahkan tanpa adanya suatu
ancaman. Bentuk-bentuknya antara lain: pembicaraan mengenai hal-hal yang
bersifat pribadi atau bersifat seksualitas; tindakan untuk merayu seseorang;
perhatian seksualitas seseorang, usaha menjalin hubungan romantis dengan
seseorang; ajakan untuk berbuat tidak senonoh atau asusila; mengganggu
privasi seseorang secara sengaja menjadikan seseorang sebagai sasaran
sindiran dari suatu pembicaraan seksual, mengucapkan kalimat seksual yang
kasar dan menganggu seseorang serta menyebarkan gosip seksual seseorang.
3). Tingkatan ketiga: Sexsual Bribery yaitu ajakan melakukan hal-hal yang
berkenaan dengan perhatian seksual disertai dengan janji untuk mendapatkan
imbalan-imbalan tertentu. Misalnya: hadiah kenaikan gaji atau jabatan.
Bentuk-bentuknya antara lain: secara halus menyuap seseorang dengan janji
imbalan tertentu untuk melakukan tindakan-tindakan seksual, misalnya:
dipeluk, diraba, dicium, dibelai. Secara langsung atau terang-terangan
menjanjikan hadiah untuk melayani keinginan seksual seseorang, pemaksaan
memberikan hadiah kepada seseorang karena bersedia melayani secara
seksual.
4). Tingkatan keempat: Sexual Coercion atau Threat yaitu adanya tekanan untuk
melakukan hal-hal bersifat seksual dengan disertai ancaman baik secara halus
maupun langsung. Bentuk-bentuknya adalah ancaman secara halus dengan
pemberian semacam hukuman karena menolak keinginan seksual seseorang,
ancaman secara langsung atau terang-terangan dengan harapan seseorang
mau melakukan tindakan seksual meskipun tindakan tersebut belum terjadi,
melakukan tindakan seksual dengan seseorang yang merasa takut karena
ancaman atau hukuman yang diberikannya, serta akibat buruk yang diterima
seseorang secara nyata karena menolak tindakan seksual dari seseorang.
1) Tingkatan kelima: Sexual Imposition yang serangan atau paksaan bersifat
seksual dan dilakukan secara kasar atau terang-terangan. Bentuk-bentuknya
adalah dengan sengaja memaksa menyentuh, berusaha mendorong atau
memegang tubuh seseorang. Misalnya, menyentuh anggota tubuh yang vital
dan sebagainya serta dengan sengaja memaksa untuk melakukan hubungan
seksual.
Adapun bentuk-bentuk pelecehan seksual yang lebih serius tingkatannya
antara lain:
b. Serious Froms of Harassment adalah pelecehan seksual yang bersifat serius
seperti tekanan untuk melakukan hubungan seksual melalui telepon atau
c. Less Serious Froms of Harassment adalah pelecehan seksual yang bersifat
tidak serius seperti memandangi korban atau menyentuh bagian tubuh dengan
sengaja.13
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelecehan Seksual.
Pelecehan seksual dan bentuk-bentuknya dapat terjadi karena beberapa
faktor. Diantara faktor tersebut adalah :
1. Dominasi hubungan laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang.
Manusia adalah Zon Politicon, manusia adalah makhluk sosial. Dalam
kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan selalu hidup berdampingan, dan
saling membutuhkan. Pada hakekatnya antara laki-laki dan perempuan memiliki
kedudukan dan hak yang sama. Namun kenyataan yang tumbuh dan berkembang
di dalam masyarakat memperlihatkan lain. Banyak fakta yang memperlihatkan
ketimpangan relasi jender, posisi laki-laki dan perempuan cenderung berbeda
dalam sekian banyak aspek kehidupan. Ketimpangan jender adalah perbedaan
peran dan hak perempuan dengan laki-laki. Laki-laki mempunyai “Hak istimewa”,
dan dinilai sebagai subjek yang cakap hukum, sedangkan perempuan sebagai
makhluk pasif, lemah dan objek kehidupan. Akibatnya, laki-laki tidak jarang
menjadikan perempuan sebagai “barang” milik laki-laki yang berhak
diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan.14
13
Sandra S. Tangri. Martha R. Burt dan Leanor B. Johnson. SeksualHarassment At
Work:Three Explanatory Models. h.89-110
14
Dengan demikian laki-laki memiliki kekuasaan terhadap perempuan bukan
saja karena dia berada di posisi senior di lembaga-lembaga atau tempat kerja,
tetapi karena kedudukan sosial-kulturnya di masyarakat. Di sepanjang waktu
pelecehan seksual sering terjadi ketika laki-laki menyalahgunakan kekuasaan
yang mereka miliki.15
2. Perempuan dipandang sebagai objek pelampiasan seksual
Sepanjang kehidupannya perempuan digambarkan sebagai makhluk yang
lemah dan tak berdaya, yang selalu membutuhkan perlindungan. Sejak masa silam
dan masa Jahiliyah perempuan digambarkan sebagai barang hidup, yang begitu
rendah dan tak berharga. Kalaupun diakui keberadaannya sebagai manusia sangat
berbeda jenis dengan laki-laki. Sebagai objek, perempuan diperlakukan saat
dijadikan pelampiasan hawa nafsu laki-laki. Hal ini tidak berbeda dengan zaman
yang dikatakan telah modern, pandangan ini masih melekat meskipun ada
pembebasan dan emansipasi terhadap hak-hak perempuan telah berkembang.
Perempuan tetap dipandang sebagai objek seksualitas.16
2. Rasa iseng disebabkan kurangnya etika dan moral yang kurang baik.
Banyak di antara remaja yang mengatakan bahwa mengganggu dan
menggoda kaum perempuan, seperti siut suit, ucapan salam yang menggoda,
hanya sekedar iseng sambil nongkrong di pinggir jalan. Jadi, tidak ada maksud
serius. Hal itu tentunya saja dapat disebabkan kurangnya etika dan moral yang
15
Rohan Colier. Ibid. h. 31
16
Ahmaad Husnan, Keadilan Islam antara Wanita dan Laki-laki. (Solo: Al-Husna, 1995),
erat kaitannya dengan iman yang disertai akhlak yang mulia, karena orang yang
beretika dan bermoral baik, tidak mungkin berani melakukan hal-hal yang sangat
kurang sopan, karena apa yang dilakukan membuat objek pelecehan merasa
sangat direndahkan. Dengan rasa iseng tersebut mereka-mereka tidak peduli
apakah orang yang menjadi korban pelecehan seksual yang berpakaian sopan
ataupun tidak, dalam kasus menunjukkan gadis berjilbab pun bisa dapat dijadikan
korban.
D. Dampak Pelecehan Seksual Terhadap Korban
Secara umum dampak yang sering terjadi pada korban pelecehan seksual
adalah minder atau ingin menjauh dari orang-orang atau mengurung diri. Hal
tersebut terjadi karena korban merasa malu, menyalahkan diri sendiri, merasa
minder dan direndahkan oleh masyarakat, dan sebagainya. Tidak banyak yang
bisa dilakukan korban kecuali berusaha untuk mengurangi agar tidak kembali
menjadi sasaran empuk dari laki-laki yang bermoral rendah. Tetapi ada juga orang
yang berpendidikan memiliki moral yang sangat rendah.
Dampak dalam kehidupan pribadi dan sosial korban merasa direndahkan,
hubungan keluarga atau bersosialisasi sangat sulit membina hubungan kembali
terutama pada pria karena adanya rasa takut. Pada saat penyerangan berlangsung,
korban tidak percaya dan menganggap penyerangan pelecehan seksual hanya
terjadi pada orang lain, bukan dirinya, kemudian muncul rasa takut, minder atau
menutupi bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan untuk mengundang
BAB III
PELECEHAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
DAN KUHP
C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual
Dalam agama Islam perbuatan pelecehan seksual ini sangat tidak terpuji.
Agama Islam adalah agama yang sangat fitrah, universal yang paling kafah
sepanjang zaman. Agama yang mampu menjawab tantangan zaman, mengatasi
setiap permasalahan hidup dan kehidupan manusia.
universalitas dalam hukum Islam sudah mencakup keseluruhan aspek
kehidupan manusia dari yang paling besar dan paling kecil. Salah satunya adalah
menyangkut dengan etika, moral, dan akhlak dan interaksi atau pergaulan antar
manusia, sehingga permasalahan–permasalahan yang sering timbul dari pergaulan
sosial masyarakat seperti pelecehan seksual yang dapat dihindari.
Dalam agama Islam sifat ini dipandang sebagai perbuatan tercela karena
agama Islam telah mengajarkan kepada setiap umat-Nya untuk saling
hormat-menghormati kepada siapapun tanpa melihat posisi dan jabatan seseorang.
Dalam makna pelecehan seksual ini sudah dapat kita pahami pada bab
sebelumnya. Sementara, ketentuan aktifitas seksual tersebut dalam agama Islam
hanya boleh dilakukan dengan jalur yang telah ditentukan, yakni melalui jalur
ditentukan oleh Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan disertai
hawa nafsu, hal ini dapat kita lihat dalam surat Al-Imran ayat 14:
< zAT
…
…!93
†9
3yf
)J‡#
Mc35
3'(
Dh3zV
Wk3!
-X 3v% V
v!
78
Mc35
s9)Cw (
3"U>3H
01 ,)ˆ
3" 5‰ Dh78
sx%)2 RŠ
3SF )
j
M‹3
f Œ
7•% R 5
\
,)
, qP
‚(
])PV3
Žch
s•
})8
.ƒ0
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak.17dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (QS. Al-Imran/3:14)
Dengan kata lain manusia tidak dapat lepas dari unsur nafsu karena dengan
adanya unsur tersebut manusia dapat melanjutkan dan memperbanyak
keturunannya.18
Dengan demikian manusia tidak dapat lepas dari unsur nafsu seksual karena
adanya unsur ini manusia dapat melanjutkan dan memperbanyak keturunannya.19
Tetapi bukan berarti manusia boleh melakukan aktifitas tersebut sesuka hati. Bila
17
Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini adalah binatang-binatang yang termasuk
jenis unta, lembu, kambing, dan biri-biri
18
Jalaludin et.al, “Pengantar Ilmu Jiwa Agama”, (Jakarta: Cv Pustaka, 1989), Cet .Ke1,
h. 11
19
aktifitas seksual dilakukan di luar jalur yang telah ditentukan, seperti yang telah
dilakukan oleh orang-orang yang hanya menuruti hawa nafsu dan keinginan
mereka, maka hubungan seksual tersebut disebut zina. Agar manusia menjauh dari
perbuatan yang dapat mendekati zina maka Allah S.W.T. telah memberi
rambu-rambu melalui Firman-Nya, adapun dalam surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi :
!" #$ % &
'( )*
+ , -)*
. /0
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al-Isra/17: 32)
Bila ayat di atas dipahami dan diaplikasikan maka dengan sendirinya
perbuatan yang dapat menyebabkan perbuatan zina dapat dihindari. Adapun di
antara aktivitas atau perbuatan yang dapat menyebabkan zina adalah
bentuk-bentuk perbuatan pelecehan seksual seperti memandang wanita dari atas hingga
bawah, lelucon seksual yang menyinggung perasaan, gambar atau foto yang
pornografis dan bentuk-bentuk yang lain seperti yang telah disebutkan dalam bab
sebelumnya tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual.
Pelecehan seksual merupakan permasalahan yang timbul dalam pergaulan
sosial masyarakat. Untuk itu ajaran agama Islam telah memberi aturan-aturan
dalam pergaulan sosial masyarakat seperti sopan santun, etika berpakaian dan
memandang seseorang dalam berinteraksi atau bergaul. Dengan demikian
pelecehan seksual ini merupakan bentuk perbuatan yang dianggap sebagai
perbuatan yang bermoral rendah, karena moral merupakan tata kelakuan
seseorang yang berinteraksi dan bergaul. Dengan demikian ukuran moral yang
tersebut tidak dianggap menyalahi aturan dan kebiasaan yang ada di dalam
masyarakat, apa yang patut dan apa yang tidak patut untuk dilakukan.20
Dalam ajaran agama Islam jangankan mencium atau memegang anggota
badan seseorang perempuan, melihat dengan menimbulkan syahwat saja tidak
boleh, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan dan mendekati zina. Hal ini
ditegaskan oleh Allah dalam Firman-Nya surat An-Nur ayat 31:
12 34% !35 78&93:
;<=>?> A =<35
B<3C %DEF G
;<=? H I
B<7J)K 2& MNO3PFQA
B<7J R SA T
U 5 )J 7
)JV35 W X=Y ,
B<3C 782AZ[
\ ]
B<_` aK
MNO3PFQA B<7J R SA T
U
bc J3R 2 Q3
G
bc Jd( '
G
3'( '
bc J3e 2
G
bc Jd( VF G
G
3'( VF G
bc J3e 2
G
B< J3 f ;
G
WgK
bc J3 f ;
G
WgK
B< J3 f ); G
G
B< Jd( Dh i
G
5 =4 j]9 5
B<7J!%)8A G G MNk32 Q%lR XF m no pG 3" Fq4r ;<35 st )< G 01 H3uv MNO3 w( x
)J=? A
\ ]
3yf qF
3'( Dh3zV
W X=Y {
B< J 9KFq o ;y]92,3
5
Wk3H A'I <35
B< J3R SA T \ | 2 ]n }( 2a3• C €A G M• !35 78
'j‚9)2
M• 7 9 H2
. ƒ0
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang
20
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral , (Joyakarta: Kanisius, 1990),
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur /24:31)
Dalam sebuah syair disebutkan:
“ Semua peristiwa (perzinaan) itu bermula dari memandang. Dan api yang
besar itu berasal dari percikan api yang sangat kecil”
Dari konteks syair tersebut dapat kita pahami bahwa tindakan pelecehan
seksual yang tampak sangat sepele sebenarnya dapat menyulut perbuatan yang
sangat besar lagi, yaitu seperti terjadinya perzinaan. Untuk itulah Nabi S.A.W
menganjurkan kepada umatnya untuk menikah. Hal ini tentunya dimaksudkan
untuk mencegah dari perbuatan zina. Meskipun pernikahan dalam agama Islam
bukan hanya sekedar untuk memenuhi hasrat seksual. Hadist Nabi tersebut adalah
:
ﻡ ! " #ﺱ" % #! ﺱ
& '( ( ﻡ ی *
" +, #- ./ ' 0 ﻡ 1 2,ﺱ ﻡ
3 * 3 4# 5 " 5'# 678
%ﻥ/:-0
; < 5 ی % # - =2, ی ﻡ" *
/>?" % %ﻥ/ -@' %? A
B CDED
;
# ﻡ " DD
“ dDari Ibnu Mas’ud ia berkata, Rasulullah berkata kepada kami “Wahai
para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sanggup menikah, maka
menikahlah, karena nikah itu dapat memundukkan pandangan dan membersihkan
fajri (kemaluan) maka barang siapa yang belum mampu, hendaklah mengerjakan
shaum (puasa) karena shaum itu dapat mencegah dari perbuatan zina,” (Riwayat
Hadist di atas merupakan salah satu cara yang dianjurkan oleh Rasulullah
SAW bagaimana seharusnya nafsu syahwat atau hasrat seksual itu disalurkan
dengan tidak menyalahi aturan agama yang telah digariskan.
D. Pandangan KUHP Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual
Dalam pandangan KUHP terhadap perbuatan pelecehan seksual ini sudah
dapat dikenakan sanksi pidana yang terdapat di dalamnya. Namun masih
tidakjelas mengenai ketentuan-ketentuan sanksinya.
Perbuatan pelecehan seksual ini dapat dikenakan sanksi pidana dan denda
sesuai di dalam KUHP mengenai perbuatan asusila dan kejahatan kesusilaan. Jika
kita kaitkan dengan masalah jender, pelanggaran ini sangat erat kaitannya dengan
tindakan kekerasan fisik maupun integritas mental seseorang dan cenderung
merupakan kekerasan fisik. Jadi, dalam pelecehan seksual telah diatur secara
umum dalam KUHP pasal 281-282. Bahkan dalam pasal 285.21 Yang
berbunyikan: “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seseorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.22
Dan masih juga terdapat dalam RUU KUHP membahas mengenai sanksi
atau hukuman bagi pelaku pelecehan seksual tapi masih secara umum, tidak
menspesifikasikan secara khusus, dalam kejahatan seksual terdapat dalam RUU
KUHP terdapat pada bab tindak pidana kesusilaan dalam mencakup 56 pasal
21
Http //: Cara Melawan Pelecehan Seksual. Htm Jum’at 10 Oktober 2003
22
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2004), Cet. Ke-XI.
(467-504), terbagi dalam sepuluh bagian, seperti: pelanggaran kesusilaan itu
sendiri, pornografi dan pornoaksi, perkosaan, zina dan perbuatan cabul.23
Dalam pasal-pasal ini yang mengenai kejahatan terhadap kesusilaan
terdapat dalam pasal 281 yang berisikan antara lain: Diancam dengan pidana
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak
Empat Ribu Lima Ratus Rupiah :
a. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;
a. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.
Selain pasal 281 terdapat juga pasal yang lain, yang mengenai kejahatan
terhadap kesusilaan terdapat pula dalam pasal 282, yang berisikan antara lain:
a) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempel di muka umum
tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar
kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membuat tulisan,
gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri,
meneruskannya, mengeluarkannya dari dalam negeri, atau memiliki
persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan
mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkannya
sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi Empat Ribu Lima Ratus
Rupiah.
23
[image:33.612.114.512.229.633.2]b). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka
umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun
barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau
ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,
meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan,
ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat
tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh,
[image:34.612.114.509.216.496.2]diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan,
gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus
Rupiah.
c). Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama
sebagai pencarian atau kebiasaan, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak Tujuh Puluh Lima
Ribu Rupiah.24
Selain dalam pasal-pasal di atas masih terdapat pula pasal-pasal lainnya
yang mengenai kejahatan terhadap kesusilaan yakni pelecehan seksual di dalam
KUHP antara lain:
Pasal yang mengenai pencabulan.
Pasal 289 yang berisikan mengenai
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancaman
24
karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,
dengan pidana penjara paling lam sembilan tahun
Pasal 290,
Diancam dengan pidana penjara paling lam tujuh tahun:
0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima
belas tahun atau kalau umurnya tidakjelas, yang bersangkutan belum
waktunya kawin;
0. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum l;ima belas tahun taua kalau umurnya
tidak jelas yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di
luar perkawinan dengan orang lain.
Pasal 291.
1. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
2. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289, 290
mengakibatkan kematian, dijatuhkan pidana penjaralama lima belas tahun.
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
Pasal 293.
1. Barangsiapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan
penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah
lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
dengan dia, padahal tentang belum kedewasaanya, diketahui atau
selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun.
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya
dilakukan kejahatan itu.
3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah
masing-masing sembilan bulan dan dua belas bulan.
Pasal 294.
(1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan
orang yang belum dewasa yang pemeriliharaannya, pendidikannya dan
penjagaanya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangannya atau
bawahanya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun.
1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena
jabatan nya adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya
dipercayakan atau diserahkan kepadanya.
2. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas, atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang dimasukkan kedalamnya.
Pasal 295.
(1). Diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja
menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh
anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah
pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa
yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan
kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup
umur, dengan orang lain;
2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barangsiapa dengan dengan
sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang
tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya
belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan
orang lain.
Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan
cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau
kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.
Pasal-pasal tentang penghubungan pencabulan
Pasal 295.
(1). Diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja
menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh
anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah
pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa
yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan
kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup
umur, dengan orang lain;
Pasal 298.
(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281,
284-290, dan pasal 292-297, pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No.1-5
dapat dinyatakan.
(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasrkan pasal
292-297 dalam melakukan pencahariannya, maka hak untuk melakukan
pencaharian itu dapat dicabut.
Barangsiapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan
menjadikannya sebagai pencaharian, diancam dengan pidana kurungan
paling lama satu tahun.
Pasal-pasal mengenai kejahatan terhadap kesopanan
Pasal 281.
Diancam pidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah :
0. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;
0. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.
Pasal 282.
1). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempel di muka
umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar
kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, membuat tulisan,
gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri,
meneruskannya, mengeluarkannya dari dalam negeri, atau memiliki
persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan
mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkannya
sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi Empat Ribu Lima Ratus
[image:39.612.117.513.130.619.2]2). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka
umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun
barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau
ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,
meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan,
ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat
tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh,
[image:40.612.113.505.238.543.2]diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan,
gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus
Rupiah.
3). Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama
sebagai pencarian atau kebiasaan, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak Tujuh Puluh Lima
Ribu Rupiah.25
Pasal 283
1). Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan,
memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan
atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar
kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan
25
kepada seseorang yang belum dewasa, dan yang dapat diketahui atau
sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum tujuh belas tahun, jika isi
tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.
2). Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membaca isi tulisan yang
melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
3). Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana
kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun
untuk sementara waktu, kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya
untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar
kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah kehamilan.
Pasal 284
(1). Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
1. a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan mukah (overspel), padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,
b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan mukah;
2. a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal
27 BW berlaku baginya.
(2). Tidak dilakukan penuntutan melainnkan atas pengaduan suami/isteri yang
tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang
waktu tigabulan diikuti dengan permintaan bercerai ataau berpisah meja dan
ranjang karena alasan itu juga.
(3). Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4). Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang
pengadilan belum dimulai.
(5). Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan
selam perkawinan belum diputuskankarena perceraian atau sebelum putusan
yang menyatakan pisah meja atau ranjang menjadi tetap.
Pasal 285.
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 286.
Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahui bahwa wanita itu diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
1. Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahuinya sepatutnyaharus diduganya bahwa umurnya belum lima belas
tahun, atau kalau umurnya tidakjelas, bahwa belum waktunya untuk
dikawinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum
sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal bedasarkan pasal 291
dan pasal 294.
Pasal 288.
1. Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh dengan wanita yang diketahuinya
atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya
untuk dikawin, apabila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka, diancam
dengan pidana penjara paling lama emapat tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara
paling lama delapan tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lam dua belas
tahun.
Pasal 289.
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancaman
karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,
dengan pidana penjara paling lam sembilan tahun.
Pasal 290.
1. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima
belas tahun atau kalau umurnya tidakjelas, yang bersangkutan belum
waktunya kawin;
0. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum l;ima belas tahun taua kalau umurnya
tidak jelas yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di
luar perkawinan dengan orang lain.
Pasal 291.
1. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
2. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289, 290
mengakibatkan kematian, dijatuhkan pidana penjaralama lima belas tahun.
Pasal 292.
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
1. Barangsiapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan
penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah
lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
dengan dia, padahal tentang belum kedewasaanya, diketahui atau
selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun.
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya
dilakukan kejahatan itu.
3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah
masing-masing sembilan bulan dan dua belas bulan.
Pasal 294.
(1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya,
anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau
dengan orang yang belum dewasa yang pemeriliharaannya, pendidikannya
dan penjagaanya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangannya atau
bawahanya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun.
(2). Diancam dengan pidana yang sama:
1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang
karena jabatan nya adalah bawahannya, atau dengan orang yang
2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas, atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang dimasukkan kedalamnya.
Pasal 295.
(1). Diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja
menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh
anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah
pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa
yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan
kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup
umur, dengan orang lain;
2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barangsiapa dengan dengan
sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang
tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya
belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan
orang lain.
Pasal 296.
Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan
cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau
kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
Pasal 297.
Perdaganagan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa,
diancam pidana penjara paling lama enam tahun.
Pasal 298.
(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281,
284-290, dan pasal 292-297, pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No.1-5
dapat dinyatakan.
(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasrkan pasal
292-297 dalam melakukan pencahariannya, maka hak untuk melakukan
pencaharian itu dapat dicabut.
Pasal 299 .
0. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati,dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidanadenda paling banyak empat
puluh lima ribu rupiah.
0. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan, atau jika
dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiganya.
0. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu;
Paasal 532.
Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda
paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah:
1. Barangsiapa di muka umum menyanyikan lagu-lagu ynag melanggar
kesusilaan;
2. Barangsiapa di muka umum mengadakan pidato yang melanggar kesusilaan;
3. Barangsiapa di tempat yang terlihat dari jalan umum mengadakan tulisan
atau gambaran yang melanggar kesusilaan.
Pasal 533.
Diancam dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau pidana denda
paling banyak tiga ribu rupiah:
1. Barangsiapa di tempat untuk lalu lintas umum dengan terang-terangan
mempertunjukkan atau menempelkan tulisan dengan judul, kulit atau i si
yang dibikin terbaca, maupun gambar atau denda, yang mampu
membangkitkan nafsu birahi para remaja;
2. Barangsiapa di tempat untuk lalau lintas umum dengan terang-terangan
memperdengarkan isi tulisan yang mampu membangkitkan nafsu birahi para
remaja;
3. Barangsiapa secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarakan suatu
tulisan, gambar atau barang yang dapat merangsang nafsu birahi para remaja
maupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjukkan sebagai bisa didapat, tulisan atau gambar yang dapat
4. Barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus atau sementara waktu,
menyerahkan atau memperlihatkan gambar atau benda yang demikian, pada
seorang belum dewasa dan di bawah umur tujuh belas tahun;
0. Barangsiapa memperdagangkan isi tulisan yang demikian di muka seorang
yang belum dewas dan di bawah umur tujuh belas tahun. 26
Selain dalam KUHP masih terdapat pula dalam RUU KUHP yang berisikan
mengenai kejahatan seksual terdapat pada bab Tindak Pidana Kesusilaan dalam
mencakup 56 pasal yakni dari pasal 467-504, terbagi dalam sepuluh bagian,
seperti: pelanggaran kesusilaan itu sendiri, pornografi dan pornoaksi, zina, dan
perbuatan cabul.27
Dengan merujuk pasal-pasal tersebut. Maka pelecehan seksual yang ada di
Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, pelecehan seksual berat
dan pelecehan seksual yang ringan. Dalam penulisan skripsi ini pelecehan seksual
adalah tindak pidana pelecehan seksual ringan, sedangkan yang di maksud dengan
pelecehan seksual berat adalah dalam bentuk pemerkosaan , pencabulan yang
dalam skripsi ini dikategorikan sebagai kejahatan seksual.
Apabila merujuk dalam pasal-pasal tersebut, bentuk pelecehan seksual
seperti suit suit sulit dicarikan hukumannya, karena dalam pasal-pasal yang telah
disebutkan tidak ada ketentuan yang jelas mengenai pelecehan seksual secara
umum, khususnya mengenai suit-suit. Namun, perbuatan tersebut dalam
masyarakat dapat dikategorikan sebagai perbua