3
ABSTRAK
Pernikahan dini di Indonesia bukan merupakan hal yang baru karena memang sudah ada sejak dulu, tetapi untuk di masa sekarang pernikahan di usia dini sudah mendapat pertentangan terutama bagi mereka yang menikah di usia sekolah. Orang tua pada masyarakat karo di desa Suka Dame juga menentang pernikahan dini, namun tetap banyak di jumpai mereka yang menikah dini di desa ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang nangkih pada masyarakat Karo, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung mereka memilih menikah dini dan untuk mengetahui makna pernikahan itu sendiri bagi mereka yang memilih menikah dini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan kuesioner, serta studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nangkih memang sudah ada pada masyarakat Karo khususnya di desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Nangkih sudah ada dari sejak zaman dahulu kala dan telah diturunkan secara turun temurun. Nangkih merupakan jalan kompas yang dibenarkan oleh adat Karo bagi mereka yang ingin menikah tetapi mendapat hambatan dari luar. Namun nangkih lebih dimaknai negatif, tidak bagus dan menyimpang karena menikah tanpa meminta izin atau restu dari orang tua terlebih dahulu, sehingga nangkih sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan. Nangkih dalam masyarakat Karo terbagi atas tiga versi, yaitu: pertama Nangkih yang dilakukan karena tidak direstui orang tua, kedua nangkih karena terhambat oleh faktor biaya ketiga nangkih yang dinangkih-nangkihkan atau disengaja. Pada masa sekarang versi yang paling banyak dijumpai adalah versi yang pertama dan kedua, sedangkan untuk versi ketiga sudah sangat jarang ditemui. Pernikahan dini pada masyarakat Karo di desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang didasari oleh kemauan sendiri dari individu, walaupun mendapatkan pertentangan orang tua, karena orang tua tidak menyetujui anaknya menikah dini. Hal ini terbukti dari penelitian ini, dimana 6 dari 8 orang laki-laki (75%) menikah dini dengan cara nangkih dan 22 dari 32 orang perempuan (68,75%) yang menikah dini dengan cara nangkih. Dimana Sebagian besar dari mereka setuju jika nangkih dikatakan sebagai media penyelamatan untuk dapat menikah. Adapun faktor-faktor mereka memilih nangkih yaitu faktor ingin mandiri, banyak yang putus sekolah, pengaruh teman dan faktor pacaran di usia dini dan relatif singkat. Adapun makna pernikahan yang melatarbelakangi mereka menikah dini adalah pernikahan dimaknai sebagai sesuatu yang membanggakan dan ajang pamer yang menandakan mereka cantik sehingga cepat laku. Namun pernikahan dinilai sebagai suatu yang berharga dan perlu dijaga sehingga mereka tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya walaupun mendapat banyak halangan terutama dari segi ekonominya dimana rata-rata dari mereka yang menikah dini berpendapatan sekitar Rp.500ribu sampai dengan Rp.2juta per bulannya. Mereka yang menikah dini merasa menyesal menikah di usia tersebut karena di usia mereka yang muda, mereka masih ingin menikmati masa muda sehingga 81,25% yang menikah dini melarang anaknya untuk menikah dini karena tidak ingin anaknya bernasib sama dengan dirinya dan ingin anaknya melanjutkan sekolahnya tidak seperti mereka yang rata-rata hanya tamatan SMP dan SMA.