• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Titik Operasi Optimum Pompa Slurry Pada Bucket Wheel Dredger Dengan Variasi Sudut Gali 30°,35°, dan 40°

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Titik Operasi Optimum Pompa Slurry Pada Bucket Wheel Dredger Dengan Variasi Sudut Gali 30°,35°, dan 40°"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Bucket Wheel Dredger

Bucket wheel dredger (BWD) adalah kapal pengeruk yang menggunakan bucket wheel sebagai alat pengeruknya. Bucket Wheel bergerak secara rotasi dan

digerakkan oleh motor. Dengan adanya gerakan rotasi inilah gigi-gigi penghancur

pada bucket wheel menghantam lapisan dasar laut, lapisan yang hancur dan

terurai selanjutnya akan dihisap oleh pompa untuk diangkut ke atas kapal melalui

pipa. Pengaturan kedalaman pengerukan diatur melalui sudut kemiringan ladder,

sedangkan sistem manuver kapal sendiri dilakukan dengan menggunakan enam

buah jangkar yang ditambatkan di dasar laut.

Gambar 2.1 Bucket Wheel Dredger (Sumber : PT.Timah)

Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan di Bucket Wheel Dredger Kundur I milik PT Timah (Persero) Tbk. Kapal pengeruk ini memiliki

kemampuan untuk menghancurkan lapisan tanah yang keras, lebih baik daripada

(2)

Gambar 2.2 Kapal Bucket Wheel Dredger Kundur I (Sumber : Dokumentasi)

2.1.1Cara Kerja Bucket Wheel Dredger

Saat beroperasi bucket wheel diturunkan ke dasar laut secara

perlahan-lahan dengan menggunakan ladder yang digerakkan oleh ladder winch.

Seiring dilakukannya proses pengerukan, Kundur I bergerak menyamping

secara perlahan-lahan dengan kecepatan tidak lebih dari 20 meter per menit

dengan kecepatan rotasi bucket wheel 13 putaran per menit.

Sebelum memulai proses pengerukan, pertama-tama dilakukan

pengecekan level minyak pelumas pada tangki ekspansi, jika diperlukan

minyak diisikan terlebih dahulu, kemudian motor hidrolik bucket wheel

dihidupkan dengan diatur terlebih dahulu jumlah rotasi per menit nya. Setelah

itu ladder dan bucket wheel diturunkan ke bawah permukaan laut, dan pompa

pengeruk dihidupkan. Kemudian ladder dan bucket wheel diturunkan lebih

(3)

Gambar 2.3 Metode Pengerukan Pada Wheel (Sumber : PT.Timah, 2012)

Proses pengangkutan material padatan (solid) pada Bucket Wheel Dredger mirip seperti vacuum cleaner dimana material padatan (solid) dibawa beserta dengan fluida sebagai penghantar. Pada kasus ini, fluida penghantar

tersebut adalah air laut. Bucket Wheel dilengkapi dengan ujung penghancur yang disebut gigi pengahancur pada setiap bucketnya yang berfungsi untuk

menghancurkan lapisan tanah atau batu menjadi ukuran yang lebih kecil

sehingga bisa ditransportasikan melaui fluida.

Gambar 2.4 Sistem Kerja Bucket Wheel Dredger (Sumber : PT.Timah, 2012)

Bucket Wheel

Pompa Slurry

(4)

2.1.2Komponen Utama Bucket Wheel Dredger

a) Bucket Wheel

Bucket Wheel adalah komponen yang berfungsi sebagai penghancur lapisan tanah atau batu menjadi dimensi yang lebih kecil sebelum di

hisap untuk di transportasikan kedalam kapal.

Gambar 2.5 Bucket Wheel (Sumber : Dokumentasi)

b) Ladder

(5)

Gambar 2.6 Ladder (Sumber : PT.Timah)

c) Pipa hisap

Jaringan pipa hisap berfungsi sebagai jalur penghantar slurry dari ujung mulut isap ke unit penyaringan. Pada sistem pipa hisap ini terdapat

pompa slurry sebagai penghasil daya isap.

Gambar 2.7 Pipa hisap (Sumber : Dokumentasi) d) Submersible Centrifugal Slurry Pump

Ladder

Titik 1

(6)

Pompa slurry menghasilkan daya hisap yang berfungsi untuk

menyedot material yang sudah dihancurkan oleh bucket wheel ke dalam kapal bersamaan dengan air laut sebagai fluida penghantar.

Gambar 2.8 Submersible Centrifugal Slurry Pump (Sumber : Dokumentasi)

Pompa slurry yang digunakan merupakan submersible pump, dimana

pompa tenggelam, berada di bawah permukaan air laut.

Gambar 2.9 Penempatan Pompa dan Motor Pompa

(Sumber : PT. Timah) Posisi Pompa dan

(7)

Submersible Centrifugal Slurry Pump Underwater Gearbox

Motor

Dibawah ini adalah layout posisi penempatan pompa dan motor pompa

daripada bucket wheel dredger, dimana keduanya berada dibawah permukaan air laut.

Gambar 2.10 Layout penempatan Pompa dan motor pompa (Sumber : PT.Timah)

(8)

Gambar 2.12 Potongan Pompa (Sumber : PT. Timah)

e) Unit penyaringan

Unit penyaringan bertugas untuk memisahkan pasir yang

mengandung mineral dari lumpur atau bebatuan yang ikut terbawa dari

dasar laut bersamaan dengan air laut. Komponen utama dari unit

penyaringan ini yaitu JIG Primer, Sekunder dan Tertier.

(9)

2.2 Klasifikasi Fluida

Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis

besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :

2.2.1 Fluida Newtonian

Fluida Newtonian adalah suatu jenis fluida yang memiliki kurva shear stress dan gradient kecepatan yang linier, yang digolongkan ke dalam fluida ini antara lain: air, udara, ethanol, benzeena,dsb. Jenis fluida Newtonian akan terus menerus mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut.

Viscositas akan berubah jika terjadi perubahan temperatur. Dengan kata lain

fluida Newtonian adalah fluida yang mengikuti hukum Newton tentang aliran. 2.2.2 Fluida Non-Newtonian

Fluida Non-Newtonian adalah fluida yang tidak tahan terhadap tegangan geser, gradient kecepatan dan temperature. Dengan kata lain, kekentalan

(viscosity) merupakan fungsi daripada waktu. Fluida Non-Newtonian ini tidak mengikuti hukum Newton tentang aliran.

2.3Slurry

a. Ukuran partikel

Ukuran partikel adalah ukuran presentase partikel slurry dengan

ukuran tertentu. Nilai daripada ukuran partikel ini didapat dengan cara melakukan

screening pada material slurry dengan ukuran mesh tertentu. Contoh apabila diketahui = 3 mm, berarti 50% partikel dari material slurry tersebut

berdiameter 3 mm atau lebih kecil. Apabila ditunjukkan dalam bentuk kurva,

dapat ditunjukkan seperti pada grafik dibawah ini.

(10)

Gambar 2.14 Grafik D vs % jumlah

(Sumber : Flygt, 2013)

b. Konsentrasi padatan

Konsentrasi partikel daripada slurry dapat diukur sebagai presentase

volume, , dan juga presentase berat, atau

Gambar 2.15 Ilustrasi dan

(Sumber : Flygt, 2013)

c. Densitas/Spesific Gravity

1 Solid

50%

D (mm)

(11)

(2.1)

(2.2) Densitas daripada padatan/solid dinyatakan dengan Spesific Gravity. Nilai daripada Spesific Gravity of Solids ( ) dihitung dengan membagi densitas padatan dengan densitas air.

2 Air

Densitas air adalah 1000 kg/m³. Nilai SG air pada 20°C adalah 1.

3 Slurry

Spesific Gravity daripada slurry dapat ditentukan dengan menggunakan nomografi dibawah ini,

Gambar 2.16 Nomogram specific gravity mixture

(Sumber : Weir, 2002)

Specific gravity untuk mixture dapat juga dihitung dengan menggunakan :

= 1 + ( -1)

Atau

=

(12)

Dimana :

= Spesific Gravity slurry

= Spesific Gravity solid

= Concentration of solids by volume

= Concentration of solids by weight

Slurry dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu settling (mengendap) dan nonsettling (tidak mengendap).

1 Slurry Tidak mengendap (Non Settling Slurry)

Slurry yang tidak mengendap terjadi pada campuran yang

homogen. Ukuran partikel dari tipe ini adalah dibawah 60 – 100

μm. Jadi, slurry tidak mengendap dapat didefinisikan sebagai campuran homogeny, dimana campuran antara solid dan liquidnya

terdistribusi secara merata.

Gambar 2.17 Campuran Homogen dalam Pipa

(Sumber : Flygt, 2013)

(13)

Ukuran diameter partikel daripada slurry mengendap adalah

lebih besar dari 100 μm. Slurry dengan campuran Pseudo-homogen atau

slury yang menyebar tetapi konsentrasi tetap lebih besar pada bagian

bawah, atau campuran heterogen yang sebagian atau seluruhnya berada

di lapisan bawah pipa.

Gambar 2.18 Settling Slury pada pipa

(Sumber : Flygt, 2013)

Sifat Slurry Menurut Dimensi Partikel dan Kecepatan Perpindahan :

Pada kecepatan alir yang tinggi, dan diameter partikel kecil,

slurry dalam pipa akan menyebar dan tidak ada slurry yang mengendap atau bergesekan secara signifikan dengan dinding pipa. Slurry dalam

keadaan ini akan bersifat Pseudohomogen. Ketika ukuran partikel lebih

besar dan kecepatan alir lebih rendah, maka partikel akan cenderung

untuk terkonsentrasi pada dasar pipa, atau terjadi kontak gesekan secara

(14)

(2.3)

(2.4) Gambar 2.19 Slurry Pada Pipa Dalam Berbagai Keadaan

(Sumber : Flygt, 2013)

Pada keadaan kecepatan alir yang rendah dan ukuran partikel

yang besar, slurry akan cenderung untuk mengendap di dasar pipa. Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya gesekan terus menerus yang dapat

menggerus lapisan pipa.

2.4Massa Jenis Campuran

Massa jenis slurry atau campuran dipengaruhi oleh massa jenis fluida pembawa, massa jenis partikel padatan, dan konsentrasi padatan dalam fluida.

Konsentrasi padatan ditunjukkan dengan menggunakan persen massa. Massa jenis

slurry ditentukan dengan menggunakan persamaan:

=

+

(15)

(2.6)

=

Konsentrasi padatan berdasarkan massa (CW) dalam persen ditunjukkan oleh persamaan berikut:

= = + /

Dimana:

= konsentrasi padatan berdasarkan massa dalam persen

= konsentrasi padatan berdasarkan volume dalam persen

= massa jenis campuran atau slurry (kg/m3)

= massa jenis fluida pembawa (kg/m3)

= massa jenis partikel padatan (kg/m3)

= Laju aliran padatan

= Laju aliran campuran atau slurry

2.5Kapasitas dan Kecepatan Aliran Fluida

Dalam menganalisa fenomena mekanika fluida, penentuan kecepatan di

sejumlah titik pada aliran fluida sangat penting karena memungkinkan untuk

(16)

(2.7)

(2.9)

(2.10) (2.8) Gambar 2.20 Aliran pada penampang 1 dan penampang 2

(Sumber : Frank.M.White, 2010)

Kapasitas aliran untuk fluida incompressible dinyatakan sebagai laju aliran volume, berat, dan massa dalam persamaan:

̇ = � = � =

Untuk aliran steady laju aliran massa adalah konstan pada setiap titik.

Apabila kerapatannya konstan maka :

= � = �

Dimana:

Q = Laju aliran volume fluida (m3/s) A = Luas penampang aliran (m2)

V = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)

(17)

(2.11)

(2.12)

(2.13) 2.6Persamaan Energi

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan

maupun dimusnahkan. Dalam menganalisa fenomena pada mekanika fluida,

analisa energi potensial dan energi kinetik pada fluida sangat diperlukan. Energi

potensial meunjukkan energi yang dimiliki fluida pada ketinggian tertentu. Energi

potensial dirumuskan sebagai berikut:

= . . �

atau

= . �

Dimana :

= Energi potensial fluida (J)

= Massa fluida (kg)

� = Ketinggian Fluida (m)

= Berat fluida (N)

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida akibat

pengaruh kecepatan yang terjadi padanya. Energi kinetic dirumuskan sebagai

berikut:

=

.

Dimana :

= energi kinetik fluida (J)

= kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)

2.7Aliran Laminar dan Turbulen

Aliran fluida dikatakan laminar apabila jika partikel-partikel fluida yang

bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa. Aliran fluida dikatakan

turbulen apabila tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di

sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Dari

eksperimen, didapat bahwa koefisien gesekan pipa silindris merupakan fungsi dari

(18)

(2.15) (2.14) nilai bilangan Reynolds. Nilai bilangan Reynolds dapat dihitung menggunakan

persamaan:

=

Dimana :

Re = Bilangan Reynolds

V = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)

μ = Viskositas absolut fluida (Pa.s)

D = Diameter pipa

Aliran dikatakan laminar untuk nilai Re 2300. Aliran dikatakan

turbulen apabila Re 4000. Sedangkan untuk 2300 < Re < 4000, disebut sebagai

daerah transisi, dimana aliran dapat berupa aliran laminar dan turbulen.

2.8 Kerugian Head

A. Kerugian Head Mayor

1. Persamaan Darcy – Weisbach

Di dalam mekanika fluida, persamaan darcy-weisbach dapat digunakan

untuk menghitung kerugian head (head losses) atau kehilangan tekanan akibat gesekan di sepanjang pipa lurus terhadap kecepatan aliran rata-rata.

Kerugian head untuk sepanjang pipa lurus disebut dengan kerugian mayor

(major losses). Persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

ℎ =

Dimana:

= Koefisien gesekan L = Panjang pipa (m)

ℎ = Diameter hidraulik pipa (m)

V = Kecepatan rata-rata aliran fluida ( ⁄

(19)

(2.16) Untuk aliran laminar, koefisien gesekan dapat dicari dengan persamaan :

=

Sedangkan untuk aliran turbulen (Re 4000), harga f didapat dari diagram Moody sebagai fungsi dari bilangan Reynolds dan kekasaran relatif yang

nilainya dapat dilihat pada grafik sebagai fungsi dari nominal diameter pipa

dan kekasaran permukaan dalam pipa (ε) tergantung dari jenis material pipa.

Tabel 2.1 Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersil

Bahan Kekasaran

ft m

Riveted Steel 0.003-0.03 0.0009-0.009

Concrete 0.001-0.01 0.0003-0.003

Wood Stave 0.0006-0.003 0.0002-0.009

Cast Iron 0.00085 0.00026

Galvanized Iron 0.0005 0.00015

Asphalted Cast Iron 0.0004 0.0001

Comercial Steel or Wrought

Iron 0.00015 0.000046

Drawn Brass or Copper

Tubing 0.000005 0.0000015

Glass and Plastic “Smooth” “Smooth”

Rubber 0.0005 0.00015

(Sumber : Frank.M.White, 2009)

(20)

(2.17) Gambar 2.21 Diagram Moody

(Sumber : Frank.M.White, 2009)

2. Persamaan Hazen – Williams

Persamaan Hazen-Williams umumnya digunakan untung menghitung

kerugian head pada pipa yang sangat panjang. Bentuk umum persamaan

tersebut yaitu :

ℎ = ,, , ,

Dimana:

= Laju aliran fluida dalam pipa (m3/s)

= Panjang pipa (m)

= Koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams D = Diameter pipa (m)

Dibawah ini adalah tabel dari nilai koefisien kekasaran pipa

Hazen-Williams.

Tabel 2.2 Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams

Extremely smooth and straight pipes 140

New Steel or Cast Iron 130

(21)

(2.19) (2.18)

Old Cast Iron 100

Very Old and corroded cast iron 80

(Sumber : Frank.M.White, 2009)

B.Kerugian Head Minor

Ketika fluida mengalir melalui sebuah komponen tertentu seperti katup

,belokan pada pipa, pembesaran dan pengecilan pipa secara tiba-tiba dan

berbentuk kerucut, percabangan pipa, nosel, serta jalur masuk dan keluar pipa.

Fluida tersebut akan mengalami kehilangan energi mekanik tambahan ketika

melewati komponen tersebut yang menyebabkan bertambahnya nilai head loss.

Kerugian-kerugian head akibat komponen selain pipa lurus ini disebut dengan

kerugian minor (minor losses). Kerugian head minor dapat ditentukan dengan menentukan koefisien kerugian head minor, K yang didefinisikan sebagai berikut:

= ℎ/ = ∆ /

= Koefisien kerugian head minor

Nilai K untuk setiap komponen adalah berbeda, dibawah ini adalah

rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien kerugian pada tiap

(22)

(2.20) a. Koefisien kerugian pada mulut hisap

Gambar 2.22 Berbagai bentuk ujung masuk pipa

(Sumber : google.com)

Dengan nilai masing-masing :

(i) K = 0.5

(ii) K = 0.25

(iii) K = 0.06

(iv) K = 0.56

(v) K = 3.0 (untuk sudut tajam) sampai 1.3 (untuk sudut 45)

(vi) K ditentukan dengan rumus :

+ . Ө + . Ө

Dimana adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dan

mengambil harga (i) sampai (v) sesuai dengan bentuk yang dipakai.

b. Koefisien kerugian mulut lonceng atau corong pada pipa hisap

Nilai koefisien kerugian pada mulut hisap dapat dilihat pada gambar

dibawah.

Gambar 2.23 Mulut lonceng dan corong pada pipa hisap

(23)

(2.21) c. Koefisien kerugian pada belokan pipa

Belokan pada pipa menghasilkan nilai kerugian head yang lebih besar

daripada pipa lurus. Ada 2 macam belokan pipa, yaitu belokan lengkung

atau belokan patah. Untuk belokan lengkung digunakan rumus Fuller

(Sularso,1983) dimana nilai dari koefisien kerugian dinyatakan sebagai :

= [ . + . ( ) . ] (� ) .

Dimana :

K = koefisien kerugian belokan

R = jari – jari belokan pipa (m)

D = diameter pipa (m)

� = sudut belokan (derajat)

d. Koefisien kerugian pada belokan 90°

Untuk belokan pipa 90° digunakan grafik dibawah ini :

Gambar 2.24 Grafik K vs R/D pada belokan 90° (Sumber : Frank, 2009)

(24)

A2

A1 K = koefisien kerugian belokan 90°

= bilangan reynold

D = diameter belokan (m)

ɛ = kekasaran (m)

e. Koefisien kerugian pada pengecilan bertahap

Gambar 2.25 Pengecilan Bertahap

(Sumber : google.com)

Untuk mencari nilai koefisien kerugian pada pengecilan bertahap,

digunakan gambar dibawah ini :

Tabel 2.3 Nilai K untuk pengecilan bertahap

Angle of Coneθ (Sumber : McGraw-Hill, 1999)

(25)

f. Koefisien kerugian pada pembesaran bertahap

Gambar 2.26 Pembesaran Bertahap (Sumber : google.com)

Untuk mencari nilai koefisien kerugian pada pembesaran bertahap,

digunakan grafik pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.27 Grafik /

(Sumber : google.com)

g. Koefisien kerugian pada percabangan tertutup

Koefisien kerugian pada percabangan tertutup dapat dihitung dengan

(26)

(2.22)

Tabel 2.4 nilai koefisien kerugian pada percabangan

Fitting Type

Flanged/Welded 150 0.05

Stub-in type Branch 100 0

h. Koefisien kerugian pada elbow 90°

Koefisien kerugian pada elbow 90° dapat dihitung menggunakan rumus

(2.22)

(27)

Tabel 2.5 nilai koefisien kerugian pada percabangan

90° Elbow Mitered R/D 1.5

1 Weld (90° Angle) 1000 1.15

i. Pembesaran dan pengecilan mendadak

Koefisien kerugian pembesaran dan pengecilan mendadak pada pipa

dapat dihitung dengan menggunakan grafik pada gambar dibawah.

(28)

(2.23) j. Koefisien kerugian keluaran pipa

Berdasarkan table koefisien kerugian pada Frank M White, nilai k pada

keluaran pipa adalah senilai k=1.

2.9Persamaan Bernoulli

Berdasarkan dengan hukum kekekalan energi, energi total pada suatu titik

di fluida akan sama dengan total energi pada titik lain di sepanjang aliran fluida

tersebut.

Gambar 2.29 Ilustrasi aliran fluida dalam pipa menurut bernoulli (Sumber : Frank. M. White, 2009)

Hal ini akan berlaku selama tidak ada penambahan energi ke fluida.

Konsep ini dapat dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal

dengan persamaan Bernoulli, yaitu:

(29)

(2.24)

g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2

Persamaan diatas adalah asumsi jika tidak ada kehilangan energi antara

dua titik yang terdapat dalam aliran tersebut, namun dalam kenyataanya akan ada

kerugian energi yang disebabkan gesekan antara fluida dan dinding pipa.

Kerugian ini dinyatakan dengan head losses yang terjadi antara dua titik. Jika

head losses ini dinotasikan sebagaiℎ , maka persamaan Bernoulli di atas dapat

ditulis menjadi sebuah persamaan baru sebagai berikut:

� + + � = � + + � + ℎ

Persamaan diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak

permasalahan dalam mekanika fluida, terutama untuk fluida inkompresibel tanpa

adanya penambahan panas atau energi yang diambil dari fluida.

2.10Kecepatan Minimum Aliran Slurry

Pada kecepatan yang kecil, head loss pada pipa akibat aliran slurry akan sangat sulit di prediksi dan sangat rentan terjadinya penyumbatan padatan pada

pipa.

(30)

(2.25) Kecepatan minimum aliran slurry tersebut dapat ditentukan melalui nomogram

berikut :

Gambar 2.31 Nomogram Kecepatan Minimum (Sumber : Weir, 2009)

2.11Diameter Hidraulik

Untuk pipa dengan penampang non sirkular, perhitungan menggunakan

diameter hidraulik. Diameter hidraulik dihitung dengan menggunakan persamaan:

Rumus yang digunakan untuk menghitung diameter hidraulik adalah:

ℎ = . �

Dimana:

ℎ = Diameter hidraulik (mm)

� = Luas area penampang pipa (mm2)

(31)

2.12 HR dan ER

Untuk menghitung head pada fluida Non-Newtonian, diperlukan metode

khusus, salah satunya yaitu dengan menggunakan Head Ratio (Weir Slurry

Pumping Manual, 2009). Head Ratio (HR) dan Efficiency Ratio (ER) adalah konstanta yang digunakan untuk menentukan head aktual serta efisiensi aktual

yang terjadi pada suatu sistem pemipaan dengan fluida kerja slurry. HR dan ER berupa konstanta pembagi total head yang sudah dihitung dengan menggunakan

medium fluida berupa air tanpa campuran padatan. Menurut Warman dalam

Slurry Pumping Handbook, nilai HR dan ER ditentukan dengan menggunakan grafik seperti dibawah ini.

(32)

(2.26)

(2.27) 2.13Head Solid

Head solid merupakan nilai head tambahan yang diberikan oleh partikel

solid yang bercampur dalam aliran. Head solid dihitung dengan membagi Head

Clear Water untuk seluruh sistem dengan sebuah koefisien pembagi, kemudian

menguranginya lagi dengan Head Clear Water pada keseluruhan sistem tersebut,

dimana pengaruh tekanan harus diabaikan agar didapat nilai head sistem. Secara

matematis, hubungan head mixture dengan head solid dapat dijabarkan sebagai

berikut:

dengan menjumlahkan Head Clear Water dengan Head Solid. Secara matematis

dapat ditulis sebagai berikut:

= +

Dimana :

= ��

Gambar

Gambar 2.1 Bucket Wheel Dredger (Sumber : PT.Timah)
Gambar 2.2 Kapal Bucket Wheel Dredger Kundur I (Sumber : Dokumentasi)
Gambar 2.5 Bucket Wheel (Sumber : Dokumentasi)
Gambar 2.7 Pipa hisap (Sumber : Dokumentasi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Interpretasi log secara kualitatif merupakan analisa log dengan membandingkan hasil log dari sumur yang berpatokan pada kedalaman kita dapat langsung menentukan secara

Tabel 11 juga memperlihatkan bahwa indikator karakteristik Gapoktan yang berhubungan sangat nyata (p &lt; 0,01) dengan format komunikasi adalah keeratan dan partisipasi

• Sehingga dapat berbagi data pasien untuk membuat keputusan profesional Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan komunikasi dengan pasien. Sukarela terlibat dalam komite

Berdasarkan nilai Eigen maka diketahui bahwa faktor yang paling penting untuk meningkatkan produksi dan mutu minyak nilam adalah kesinambungan bahan baku

4) Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan.Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Penetapan Jenis Penyakit Ikan Karantina, Organisme Penyebab, Golongan, dan

Perangkat lunak yang akan dikembangkan dalam Penelitian ini adalah perangkat lunak bernama Dio- StockAnalyzer yang melakukan analisis teknikal terhadap data historis

Pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN dilakukan pada tanggal jatuh waktu atau pada Hari Kerja berikutnya apabila tanggal jatuh waktu bertepatan dengan hari