• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Peningkatan Indeks Massa Tubuh Dengan Axial Length Dan Anterior Chamber Depth Pada Pasien Dengan Kelainan Refraksi Di Rsup H Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Peningkatan Indeks Massa Tubuh Dengan Axial Length Dan Anterior Chamber Depth Pada Pasien Dengan Kelainan Refraksi Di Rsup H Adam Malik Medan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Indeks Massa Tubuh merupakan ukuran yang digunakan untuk

menilai proporsionalitas perbandingan antara tinggi dan berat badan

seseorang. Indeks Massa Tubuh sering digunakan dokter untuk menilai

status gizi seseorang juga dapat digunakan untuk menentukan seberapa

besar resiko seseorang dapat menderita penyakit tertentu. Tinggi badan

dan berat badan telah diketahui sebelumnya memiliki hubungan terhadap

beberapa kondisi anatomi mata. Tinggi badan sering dikaitkan dengan

kondisi dari axial length, dan berat badan sering dikaitkan dengan kondisi

dari anterior chamber depth ( Saw M, 2002; Sugondo, 2006; Iyamu E,

Iyamu EJ, Oghovweha L, 2012 ).

Kelainan refraksi merupakan salah satu masalah pada kesehatan

mata yang paling sering dijumpai. Kelainan refraksi terjadi ketika mata

tidak dapat memfokuskan bayangan dari sesuatu yang dilihat. Kelainan

refraksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti riwayat keluarga,

aktivitas melihat dekat, penurunan fungsi akomodasi, dan bentuk anatomi

dari mata. Axial Length dan Anterior Chamber Depth memegang peranan

dalam menentukan kekuatan akomodasi mata. Ketika seseorang

menderita kelainan refraksi, dapat menyebabkan gangguan terhadap

(2)

sehingga dapat mempengaruhi produktivitas dan aktivitas secara

akademis, profesi dan sosial (AA0, 2011; Reinaldo José Gianinia,

Eduardo de Masib, Eliane Cleto Coelhob et all, 2004).

Dimensi aksial mata merupakan salah satu indikator terjadinya

myopia dan hypermetropia. Dimensi aksial mata terdiri dari axial length,

anterior chamber depth, lens thickness, dan vitreus chamber depth.

Semua dimensi ini dapat diukur dengan menggunakan alat

Ultrasonography dan Biometry. Dimensi aksial mata bervariasi sesuai

dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan (AA0, 2011).

Menurut WHO dalam Global Data On Visual Impairments 2010,

disebutkan bahwa 285 juta penduduk dunia mengalami gangguan

penglihatan dengan penyebab terbanyak adalah kelainan refraksi yang

tidak diatasi yaitu 43% dan menjadi penyebab kebutaan sebanyak 3%

(WHO, 2010).

Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan

pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Jumlah pasien yang menderita kelainan refraksi

di Indonesia hampir 25% dari populasi atau sekitar 55 juta jiwa

(Handayani, Supradnya, Dewayani, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS H.Adam Malik

Medan, didapati jumlah seluruh kasus penyakit mata di RS H. Adam Malik

Medan tahun 2011-2014 dijumpai sebanyak 7.193 kasus, sedangkan

(3)

dijumpai prevalensi kelainan refraksi tersebut sebesar 27%. Adapun hasil

penelitian ini menyatakan bahwa miopia memiliki jumlah kasus yang

paling banyak dengan jumlah 1.104 kasus atau 56,84%. Astigmatisma

memiliki peringkat kedua terbanyak dengan jumlah 516 atau 26,56%.

Kemudian, hyperopia memiliki jumlah terendah sebanyak 322 atau 16,6%

(Availabl

Gaya hidup masyarakat modern yang cenderung tak seimbang

dalam input dan output energi dapat menimbulkan obesitas dan hal ini

berpengaruh terhadap tajam penglihatan. Roy A, et al melakukan

penelitian Variation of Axial Ocular Dimensions with Age, Sex, Height, BMI

and Their Relation to Refractive Status dan menyimpulkan bahwa Indeks

Massa Tubuh memiliki hubungan dengan kelainan refraksi, dimana pasien

dengan Indeks Massa Tubuh tinggi memiliki kecenderungan mengalami

hyperopia ( Roy A, et al, 2015).

Obesitas memiliki hubungan dengan tekanan intra okular dan

Anterior Chamber Depth, dimana hal ini dikemukakan oleh Alime,

Feyzahan, Emine, dan Mustafa pada tahun 2015 dalam Evaluation of

Anterior Segmen Parameters in Obesity (Alime, Feyzahan, Emine,

Mustafa, 2015).

Roy A, et al dalam Variation of Axial Ocular Dimensions with Age,

Sex, Height, BMI and Their Relation to Refractive Status menyimpulkan

bahwa dijumpai adanya hubungan antara anterior chamber depth,

(4)

hubungan antara axial length, kedalaman vitreus dan usia. Subyek

dengan Indeks Massa Tubuh berlebih cenderung mengalami hyperopia

(Roy A, Kar M, Mandal D, Ray RS, Kar C, 2015 ).

Seang-Mei Saw, et al pada penelitian Height and Its Relationship to

Refraction and Biometry Parameters in Singapore Chinese Children

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tinggi badan dengan

panjang bola mata, kedalaman vitreus, permukaan kornea yang datar dan

mata yang lebih myopia, anak dengan berat badan berlebih cenderung

mengalami hyperopia dan memiliki kedalaman vitreus yang dangkal (Saw,

et al, 2002 ).

Wong et al dalam The Relationship between Ocular Dimensions

and Refraction with Adult Stature : The Tanjong Pagar Survey

menyimpulkan bahwa tinggi badan secara independen memiliki hubungan

dengan dimensi okular, tapi tidak memiliki pengaruh dalam kekuatan

refraksi. Orang yang lebih tinggi cenderung memiliki kedalaman anterior

chamber depth yang dalam, lensa yang lebih tipis, dan permukaan kornea

yang datar. Dijumpai adanya hubungan antara berat badan dengan

kelainan refraksi namun tidak dijumpai adanya hubungan yang jelas pada

komponen biometrik yang mempengaruhi hal tersebut ( Wong, et al,

2001).

Kemampuan mata untuk melihat dan berakomodasi dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah Axial Length dan Anterior Chamber

(5)

badan seseorang (Roy A, et al, 2015, Alime, Feyzahan, Emine, Mustafa,

2015, Roy A, Kar M, Mandal D, Ray RS, Kar C, 2015, Saw, et al, 2002,

Wong, et al, 2001).

Dengan alasan inilah maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan peningkatan Indeks Massa Tubuh dengan axial length dan

anterior chamber depth pada pasien dengan kelainan refraksi.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagi berikut:

1. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Axial Length

pada pasien Refraksi Poli Mata RSU H.Adam Malik Medan

2. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Anterior

Chamber Depth pada pasien Refraksi Poli Mata RSU H.Adam

Malik Medan

3. Untuk mengetahui distribusi kelainan refraksi sesuai Indeks

Massa Tubuh pada pasien Refraksi Poli Mata RSU H.Adam

Malik Medan

I.3 TUJUAN PENELITIAN

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peningkatan Indeks Massa Tubuh

dengan Axial Length dan Anterior Chamber Depth pada pasien dengan

(6)

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Axial

Length pada pasien Refraksi Poli Mata RSU H.Adam Malik

Medan

2. Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan

Anterior Chamber Depth pada pasien Refraksi Poli Mata RSU

H.Adam Malik Medan

3. Untuk mengetahui distribusi kelainan refraksi sesuai Indeks

Massa Tubuh pada pasien Refraksi Poli Mata RSU H.Adam

Malik Medan

I.4 MANFAAT PENELITIAN

• Untuk peneliti: Menambah pengetahuan peneliti dalam bidang

refraksi dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

• Untuk institusi: Memberikan informasi untuk mengetahui

hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Parameter Segmen

Anterior pada pasien dengan kelainan refraksi di Poli Mata RSU

H.Adam Malik Medan

• Untuk masyarakat: Mengetahui lebih dini kelainan tajam

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan Pasal 8 Peraturan Bupati Bantul Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pemberian Tambahan Kesejahteraan bagi Lurah Desa dan Pamong Desa se Kabupaten Bantul Tahun

(3) Inspektur Jenderal memberikan surat peringatan kedua kepada Pemimpin Unit Kerja yang diperiksa apabila pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada

bahwa untuk mewujudkan tertib administrasi pengelolaan Alokasi Dana Desa, perlu menetapkan Peraturan Bupati Bantul tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bantul

Apabila Universitas Jenderal Soedirman dalam memberikan pelayanan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat tidak sesuai dengan Standar

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Bantul tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Bantul

(1) Guru yang bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional yang tidak dapat memenuhi

[r]

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 dan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna