• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Gadai Dalam Perjanjian Gadai (Studi Pada PT. Perioritas Rakyat Sejahtera Multifinance)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Gadai Dalam Perjanjian Gadai (Studi Pada PT. Perioritas Rakyat Sejahtera Multifinance)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Istilah lembaga hak jaminan “gadai” ini merupakan terjemahan kata pand atau vuistpand (bahasa belanda), pledge atau pawn (bahasa inggris), pand atau faustpanfand (bahasa Jerman). Gadai diatur dalam buku II KUHPerdata, yaitu dalam bab kedua puluh dari Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata. Pasal - pasal ini mengatur pengertian, objek, tata cara menggadaikan,dan hal lainnya berkenaan dengan hak jaminan gadai. 1

Perumusan pengertian hukum gadai diatur dalam Pasal 1150 KUH Perdata yakni Gadai adalah “suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.2

1. Gadai adalah jaminan untuk pelunasan utang

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka unsur-unsur atau elemen pokok gadai yaitu :

2. Gadai memberikan hak didahulukan atau hak preferent pelunasan hutang kepada debitur tertentu terhadap kreditur lainnya

▸ Baca selengkapnya: contoh perjanjian gadai mobil

(2)

3. Objek gadai adalah barang bergerak.

4. Barang bergerak yang menjadi objek gadai tersebut diserahkan kepada debitur (dalam kekuasaan kreditur).3

Dari ketentuan Pasal 1150 KUH Perdata dapat dilihat bahwa para pihak yang terlibat dalam perjanjian gadai, ada 2 (dua), yaitu pihak berutang (pemberi gadai/debitur) dan pihak pemberi piutang (penerima gadai/kreditur).Acap kali di dalam gadai terlibat tiga pihak, yaitu debitur (pihak yang berhutang), pemberi gadai, yaitu pihak yang menyerahkan benda gadai dan pemegang gadai, yaitu kreditur yang menguasai benda gadai sebagai jaminan piutangnya. Kedudukan pemegang gadai di sini lebih kuat dari pemegang fidusia, karena benda jaminan berada dalam penguasaan kreditur. Dalam hal ini kreditor terhindar dari iktikad jahat (te kwader trouw) pemberi gadai,sebab dalam gadai benda jaminan sama sekali tidak boleh berada dalam penguasaan (inbezitstelling) pemberi gadai.

Dalam hukum adat, gadai juga dikenal dengan istilah jual gadai. Jual gadai, atau dalam bahasa Jawa disebut adol sende, dalam bahasa Sunda disebut gade atau ngajual akad, dan dalam bahasa Minangkabau disebut sando, adalah

persetujuan dengan pemilik tanah menyerahkan tananhnya kepada pihak lain yang membayar sejumlah uang atau benda, dan selama tanah tersebut belum ditebus oleh pemiliknya atau ahli warisnya maka selama itu pula penerima gadai atau ahli warisnya berhak menguasai tanah tersebut. Menguasai dalam hal ini tidak hanya berarti menahan tetapi juga mengolah dan menikmati hasil tanah tersebut.

3 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Jakarta : Alfabeta,2002), hal

(3)

Ketentuan gadai di dalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata, dengan sedikit perubahan antara lain melalui S.1875 - 1825, S. 1917 – 497, S.1938-276, merupakan ketentuan yang sudah berumur lebih dari seratus (100) tahun. Kemajuan dan perkembangan dalam masyarakat telah menimbukan kebutuhan - kebutuhan baru yang semula tidak terpikirkan oleh pembuat undang - undang.4

Bahkan terdapat ketentuan umum yang semula memang dimaksudkan untuk berlaku terhadap semua bentuk penjaminan gadai Hal ini berarti pula memberikan cukup kebutuhan kepada masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.

5

Berdasarkan hasil yang telah dicapai di dalam pelaksanaan pembangunan nasional sampai saat ini, masih ada beberapa masalah yang belum dapat diselesaikan, antara lain pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu, peningkatan kemampuan pada daerah yang ekonominya masih lemah, serta masalah – masalah sosial lainnya.6

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut salah satunya adalah pembangunan ekonomi.7

4 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, ( Bandung : PT Citra Aditya Bakti,

2002), hal 87.

5 A. Pitlo, Het Zekenrecht naar het Nederlands Buergerlijke woetboeke, H.D Tjeenk

Willink & Zoon N.V Harleem, 1949, hal 425.

Pembangunan ekonomi dilakukan dalam jangka panjang secara terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan akan meningkat apabila terjadi pertumbuhan produksi lebih pesat pada berbagai bidang ekonomi dibandingkan dengan

tanggal 23 Februari 2016.

7Masukhin,Peranan badan Usaha Dalam Perekonomian Nasional, dalam http://masla

(4)

pertumbuhan jumlah penduduk. Pertumbuhan produksi dapat dilaksanakan apabila ada tambahan investasi. Di sini diperlukan adanya lembaga - lembaga yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan akan dana.

Dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia dibidang hukum yang meminta perhatian yang serius dalam pembinaan hukumnya di antaranya ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan kredit dan pemberian fasilitas kredit. Pembinaan hukum terhadap bidang hukum jaminan adalah sebagai konsukuensi logis dan merupakan perwujudan tanggung jawab dari pembinaan hokum mengimbangi lajunya kegiatan – kegiatan dalam bidang perdagangan, perindustrian, perseroan, pengangkutan dan kegiatan – kegiatan dalam proyek pembangunan.8

Kegiatan demikian telah dilakukan oleh warga negara Indonesia pada umumnya, karena kegiatan tersebut telah menjadi kebutuhan rakyat pada umumnya. Kegiatan – kegiatan diatas yang akhirnya memerlukan fasilitas fasilitas kredit dalam usahanya, mensyaratkan adanya jaminan bagi pemberian kredit tersebut demi keamanan modal dan kepastian hukum.9

Adapun yang menjadi pembeda gadai dengan fidusia salah satunya ialah terletak pada benda yang dijaminkan,bahwa pada gadai benda yang menjadi jaminan berada pada kekuasaan kreditur penerima gadai sedangkan pada fidusia benda yang menjadi jaminan dapat pada kekuasaan debitur. Didalam perjanjian

8

Abdul R. Salmiman, et.al., Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori & Contoh kasus, (Jakarta : kencana, 2007), hal 1.

(5)

gadai dapat terjadi wanprestasi yang dapat dilakukan dari pihak debitur sebagai pemberian gadai atau wanprestasi juga dapat dilakukan pihak kreditur sebagai penerima gadai.10

Salah satu wanprestasi yang dilakukan pihak kreditur ialah terhadap objek gadai sehingga menyebabkan harga ataupun bentuk dari obyek gadai tidak sama pada saat debitur menyerahkan kepada kreditur. Wanprestasi yang dilakukan pihak kreditur disebabkan kreditur sendiri. Objek gadai merupakan hak milik pihak debitur apabila debitur telah melunasi hutang pokok beserta biaya - biaya lain yang dibutuhkan untuk memelihara obyek gadai kecuali obyek gadai kecuali obyek gadai telah dilelang. Hal yang cukup penting adalah, debitur mendapatkan perlidungan hukum terhadap hak - hak yang dimilikinya atas objek gadai.11

Perjanjian gadai antara PT. Perioritas Rakyat Sejahtera Multifinance dengan masyarakat yang memerlukan sejumlah dana dari kreditur gadai dapat terjadi wanprestasi baik yang dilakukan oleh PT. Perioritas Rakyat Sejahtera

Wanprestasi yang dilakukan pihak debitur terhadap obyek gadai maka sangat diperlukan peraturan yang mengaturnya serta harus ada sanksi – sanksi yang tegas untuk mengurangi timbulnya kejadian yang sama yaitu wanprestasi terhadap obyek gadai yang dilakukan oleh pihak kreditur. Selanjutnya diharapkan dikemudian hari tidak terjadi lagi hal – hal yang sama secara nyata merugikan pihak debitur.

10. J. SatrioOp Cit. hal 314.

11

Sri Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan

(6)

Multifinance maupun nasabahnya (pengguna jasa pegadaian) oleh karena itu, maka penelitian dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR GADAI DALAM PERJANJIAN GADAI (STUDI PADA PT.

PERIORITAS RAKYAT SEJAHTERA MULTIFINANCE)” dianggap perlu

diteliti.

B. Permasalahan

Berdasarkan pengamatan dan penelahaan dari berbagai informasi, literature serta peristiwa - peristiwa yang terjadi di masyarakat dalam hal penelitian ini :

1. Bagaimana tanggung jawab kreditur terhadap barang yang digadaikan? 2. Apa saja aspek hukum dalam perjanjian hutang piutang dengan gadai ? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa jika salah satu pihak melakukan

wanprestasi dalam perjanjian gadai ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan mengangkat judul skripsi tentang “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR GADAI DALAM PERJANJIAN GADAI (STUDI PADA PT. PERIORITAS RAKYAT SEJAHTERA MULTIFINANCE)”. Ingin melakukan penelitian yang bertujuan :

(7)

2. Untuk mengetahui tanggung jawab kreditur terhadap barang gadai, yang meliputi tanggung jawab perdata, pidana, tanggung jawab administrasi. . 3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa jika salah satu pihak melakukan

wanprestasi

Adapun manfaat dari penelitian penulisan skripsi ini adalah : 1. Secara Teoritis

Untuk lebih mengetahui secara mendalam mengenai prosedur- prosedur dalam memberikan perlindungan hukum hak kreditur terhadap barang gadai apabila barang yang digadaikan berkurang harganya atau adanya cacat pada barang yang digadaikan.

2. Secara Praktis :

a. Dapat menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan baik bagi akademisi maupun kalangan masyarakat umum

b. Agar memberikan informasi dan penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi di kemudian hari .

D. Keaslian Penulisan

(8)

diperoleh dari dosen - dosen Fakultas Hukum USU maupun dari media cetak, media elektronik serta disamping itu juga dilakukan penelitian.

Sehubungan judul skripsi ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum USU untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada ataupun belum terdapat di perpustakaan Fakultas Hukum USU. Skripsi yang berkaitan dengan Gadai adalah :

1. Bob M. Sembiring/ 000222022 “Praktek Penerapan Perjanjian Gadai Menurut Peraturan Pegadaian Dengan KUHPerdata ( Studi Pada Perum Pegadaian Medan )

2. Rizka Mauliyan / 060200221 “Tinjauan Hukum Terhadap Parate Eksekusi Atas Benda Bergerak Dalam Perjanjian Gadai” ( Studi pada Perum Pegadaian Cabang Medan)

3. Zorro BT Saragih / 10200264 “Perlindungan Hukum Hak Debitur Terhadap Barang yang Digadaikan” ( Studi Pada Pusat Penelitian PT. Pegadaian Cabang Medan )

(9)

E. Metode Penelitian

Metode penulisan pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek.12

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam penulisan skripsi metode penelitian sangat diperlukan agar penelitian skripsi menjadi lebih terarah dengan data yang dikumpulkan melalui pencarian - pencarian data yang terhubung dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitan hukum mengenai norma - norma serta ketentuan - ketentuan hukum yang telah ada atau telah berlaku baik secara tertulis maupun tidak tertulis13 dan metode yuridis empiris, yaitu penelitian hukum mengenai cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian meneliti data primer yang ada di lapangan.14

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan ataupun gejala -

12 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Grafindo Persada,

2003), hal 28.

13 Ibid, hal 71.

14 Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif, ( Jakarta : Rajawali Press, 1995 ) hal

(10)

gejala sosial yang ditimbulkan pemasangan kawat gigi yang dilakukan tukang gigi.15

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber atau langsung dari sumber pertama dan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari dokumen - dokumen yang resmi, buku - buku, hasil - hasil penelitian,16

a. Bahan hukum primer ialah bahan bahan hukum contohnya undang -undang peraturan pemerintah, kitab -undang - -undang hukum perdata, dan lain - lain.

yang terdiri atas :

b. Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil - hasil penelitian, pendapat pakar hukum, dan lain - lain.

c. Bahan hukum tersier ialah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah yang menjadi tambahan bagi penulisan skripsi ini yang berkaitan dengan penelitian ini.17

15 Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Radja Grafindo Persada, 2009)

hal 174.

16

Tampil Anshari, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, ( Medan : Pustaka Bangsa Press, 2009 ), hal 30.

17 Abdurahman, Sosiologi dan Metodelogi Penelitian Hukum, (Malang : UMM Press :

2009), hal 25.

(11)

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah adalah :

a. Studi kepustakaan (Library research) : yakni dengan membaca, mempelajari dan menganalisa buku-buku yang berhubungan dengan skripsi ini.

b. Studi Lapangan ( Field research) : yakni dengan mengadakan wawancara kepada salah satu Kreditur PT. Perioritas Rakyat Sejahtera Multifinance 4. Lokasi Penelitian dan Sampel

Adapun lokasi penelian akan dilakukan di PT. Perioritas Rakyat Sejahtera Multifinance yang ada di Medan.

Teknik pengambilan sampel merupakan proses memilih suatu bagian yang representif dari sebuah populasi. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah non random sampling, yaitu karena tidak semua individu dalam populasi dapat dijadikan sampel18

Syarat - syarat yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

.

19

a. Harus didasarkan pada ciri - ciri, sifat - sifat, atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri - ciri utama dari populasi

18

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, ( Jakarta: Sinar Grafika, 1991 ) hal 43.

19 Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penulisan Hukum Dan Jurimetri, ( Jakarta : Ghalia

(12)

b. Subjek yang diambil sebagai sampel harus benar - benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri - ciri yang terdapat pada populasi

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan teliti dalam studi pendahuluan

Adapun yang menjadi responden adalah :

a. Pemilik PT. Perioritas Rakyat Sejahtera Multifinance b. Kreditur

c. Debitur

5. Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul secara lengkap dan disusun secara sistematis, selanjutnya akan dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data secara kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna suatu aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi obyek kajian.20

Penarikan kesimpulan dari proses berfikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu, misalnya cara penarikan kesimpulan secara deduktif. Deduktif ialah cara pengambilan kesimpulan dari umum ke khusus. Di dalam deduktif, kesimpulan harus mengikuti alasan (premis) yang diberikan, alasan yang dikatakan berarti kesimpulan dan merupakan suatu

(13)

bukti (proof).21

F. Sistematika Penulisan

Jadi penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung oleh peneliti terhadap objek penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Gadai dalam Perjanjian Gadai.

Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 ( lima ) bab, dimana masing- masing bab dibagi lagi atas beberapa sub bab. Uraian singkat atas bab- bab dan sub - sub bab tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

Bab Pertama merupakan bab yang menguraikan tentang hal - hal yang umum yang mendasari penulisan skripsi ini, yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, manfaat dan tujuan penulisan ,kerangka teori , metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab Kedua merupakan bab yang berisi tentang tinjauan umum mengenai hukum jaminan, yang berisikan pengertian hukum jaminan, pengaturan hukum jaminan, jenis - jenis jaminan, ketentuan - ketentuan dasar hukum jaminan, dan asas - asas hukum jaminan .

Bab Ketiga merupakan bab yang menguraikan gambaran tentang perlindungan hak kreditur terhadap barang gadai, tanggung jawab kreditur terhadap barang gadai, aspek hukum dalam perjanjian dengan jaminan gadai, penyelesaian sengketa gadai atas salah satu pihak melakukan wanprestasi dalam perjanjian gadai.

21 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal

(14)

Bab Keempat ini merupakan bab yang membahas tentang pokok permasalahan yakni tanggung jawab kreditur terhadap barang gadai, aspek hokum penyelesaian dalam perjanjian hutang piutang dengan gadai, dan penyelesaian sengketa jika salah satu pihak wanprestasi dalam perjanjian gadai.

Referensi

Dokumen terkait

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

[r]

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah

[r]

Di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Pelayanan Publik, selain kewajiban penyelenggara tersebut di

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

Maka mengenai tindak pidana penjualan gas elpiji bersubsidi yang dilakukan dari hasil oplosan yaitu suatu perbuatan yang telah dilanggar atau yang telah dilakukan baik

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif,