• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Penyelesaian Perkara Wanprestasi dalam Jual Beli Franchise Outlet Pinky Guard (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proses Penyelesaian Perkara Wanprestasi dalam Jual Beli Franchise Outlet Pinky Guard (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia pada jaman modern saat ini sangat cepat berputar setiap waktunya sehingga terkadang sistem bersifat memaksa untuk bekerja untuk mempertahankan kehidupan. Bagi mereka yang dapat bersaing dengan keadaan modern akan meraih kesuksesan, sedangkan yang tidak dapat bersaing akan tersisihkan. Pemenuhan terhadap kebutuhan hidup memberikan peluang bagi pelaku bisnis memikirkan pola pendistribusian barang maupun jasa denganbaik dan tepat sasaran, salah satunya melalui bisnis franchise, dimanaa pengembangan usaha melalui sistem franchise saat ini banyak diterapkan dari perusahaan-perusahaan di Indonesia.1

Istilah franchise digunakan dalam padanan istilah dalam bahasa Indonesia yaitu waralaba. Waralaba terdiri dari kata wara dan laba. Wara yang berarti lebih atau istimewa, sedangkan laba yang berarti untung. Waralaba dapat diartikan sebaga usaha yang mencari keuntungan lebih maupun istimewa. Istilah waralaba diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajeen (LPPM) saat di Jakarta. Pada dunia bisnis di Indonesia lebih senang menggunakan istilah yang utama yaitu

franchise dan hal ini termuat dalam hukum Indonesia.2

1 Marselo V. G., Pariela, Wanprestasi Dalam Perjanjian Waralaba, Jurnal Sasi Volume 23 Nomor

1 Januari-Juni 2017, hal. 3-5.

2 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

(2)

Franchise berasal dari bahasa Prancis yaitu franchir yang berarti memberi kebebasan kepada para pihak. Franchise dapat dilihat dengan 2 (dua) aspek yaitu dalam aspek yuridis maupn bisnis.3 Franchise atau waralaba merupakan kemitraan yang mana salah satu pihak menggunakan maupun memanfaatkan merek terdaftar dengan sistem penjualan atau pemasaran yang terbukti menuai hasil serta memberikan asistensi operasional usaha beserta imbalan perjanjian yang disepakati.4

Pengertian mengenai franchise dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 Ttahun 2007 Ttentang Waralaba pada Pasal 1, yaitu;

“hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan hukum terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”.

Praktik daripada bisnis franchise ini dijalankan beradarkan perjanjian kerjasama demi memberikan kepastian hukum antara pemberi waralaba atau bisasa disebut franchisor dengan penerima waralaba atau franchisee. Perjanjian franchise terdiri dari kiat bisnis berupa metode dan prosedur pembuatan, penjualan dan pelayanan yang dilakukan oleh franchisor serta memberikan bantuan pada promosi atau periklanan serta layanan konsultasi.5

Berkembangnya bisnis franchise maka perlu dilakukan pengawasan terhaap legalitas dan bonafid dari franchisor dengan tujuan menciptakan

3

Salim, H. S,. 2010, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 164.

4 Amir Putra Karamoy, 2013, Percaturan Waralaba Indonesia, Jakarta: PT. Foresight, hal. 32. 5 Ilhamdi, Perjanjian Kerjasama Waralaba Antara PT. Raos Aneka Pangan Dengan Ny. HJ.

(3)

transparansi informasi pada usaha secra optimal dalam memasarkan barang atau jasa yang terkait dengan franchise. Selain itu kerjasama pada bisnis

franchise ini harus diterapkan prinsip kehati-hatian yang mana dalam isi

perjanjian harus dipahami maupun diteliti dengan baik sehingga tidak terjadi problematik hukum dikemudian hari.

Tahun 2018 terjadi permasalahan pada perjanjian franchise yang sudah masuk pada ranah pengadilan dan telah diputuskan oleh hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo. Kasusnya bermula ketika Penggugat selaku franchisee (penerima warabala) melakukan kerjasama bisnis franchise Outlet Pinky Guard yang akan beroperasi di Manado dengan Tergugat di wilayah Surakarta. Bisnis Outlet Pinky Guard dihargai sejumlah Rp 125.000.000, 00 (seratus dua puluh lima juta rupiah).

Penggugat melakukan pembayaran bisnis franchise Outlet Pinky Guard dengan 2 (unit) mobil yaitu Cabin Ford Ranger dengan harga pasaran Rp 110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah) dan Mercedes Benz C180 dengan kisaran harga Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Tanggal 3 Agustus 2017 Tergugat meminjam sejumlah uang kepada Penggugat yaitu dengan nominal Rp 30.000.000,00 ) tiga puluh juta rupiah) disertai kwitansi dan saksi 2 (dua orang).

Tanggal 3 Maret 2017 Penggugat tidak mendapatkan progres atas pengiriman barang bisnis franchise Outlet Pinky Guard dari Tergugat. Selain itu tempat dan bahan juga belum dikirim oleh Tergugat. Sehingga pada Tanggal 3 Agustus 2017 dibuat addendum perjanjian CV. Gelora Pinky Guard Manado yang isinya berupa kompensasi bahwa uang Rp 125.000.000,00

(4)

(seratus dua puluh lima juta rupiah) akan dikembalikan kepada Penggugat. Akan tetapi pada Tanggal 3 Maret 2017 Penggugat tidak menerima uang sepeserpun daripada Tergugat, sehingga hal ini merupakan perbuatan Wanprestasi. Berdasarkan hal ini Pengguat mengajukan tuntutan hukum kepada Pengadilan Negeri domisili Tergugat bahwa Pengguat dirugikan atas perjanjian bisnis franchise dengan nominal Rp 165.000.000,00 (seratus enam puluh lima juta rupiah)

Penggugat mengajukan tuntutan kepada Tergugat dengan melakukan sita jaminan aset berupa rumah daripada Tergugat yang berada di Sukoharjo. Selain itu Penggugat merasa dirugikan secara materil oleh Tergugat dengan 2,5 %/bulan yaitu sekitar Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah) yang dikali selama 12 (dua belas) bulan dengan total kerugian Rp. 48.000.000,00 (empa puluh delapan juta rupiah), sehingga total keseluruhan kerugian dari Penggugat adalah Rp. 212.000.000,00 (dua ratus dua belas juta rupiah).

Tergugat telah melakukan wanprestasi dikarenakan tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat kepada franchisee. Wanprestasi atau ingkar janji dapat terjadi karena disengaja maupun tidak sengaja.6 Pasal 1267 KUHPerdata menjelaskan bahwa jika pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi dapat memilih, memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan jika hal itu masih dapat dilakukan atau menuntut pembatalan persetujuan dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.

6

(5)

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang mengenai perkara jual beli

franchise yang mana penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri

wanprestasi karena tidak dipenuhi hak pada perjanjian franchise, maka penulis akan melakukan penelitian terhadap perkara jual beli franchise, bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian yang dilakukan Pengadilan Negeri. Hal tersebut yang mendorong penulis melakukan penelitian skripsi dengan judul; “Proses Penyelesaian Perkara Wanprestasi Dalam Jual Beli Franchise Outlet Pinky Guard (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Sukoharjo).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang mengenai proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard, penulis akan melakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses perjanjian jual beli Franchise Outlet Pinky Guard? 2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian terhadap

perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard?

3. Bagaimana hakim menentukan putusan perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui proses perjanjian jual beli Franchise Outlet Pinky Guard.

(6)

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian terhadap perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard.

3. Untuk mengetahui hakim menentukan putusan perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian terhadap proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard diharapkan memberikan manfaat, diantaranya adalah:

1. Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan kepada penulis (pribadi), khususnya penulis lebih memahami dengan baik terkait dengan proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli

Franchise.

2. Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang hukum, khususnya terkait hukum acara perdata mengenai perkara proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise.

3. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat terkait dengan hukum yang berlaku, khususnya mengenai hukum acara perdata dan proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard.

(7)

E. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif, karena dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kaidah-kaidah hukum, asas-asas hukum tentang proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard.7

2. JenisPenelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu untuk menggambarkan secara jelas mengenai proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard.

3. Sumber Data a. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan dengan menggunakan bahan-bahan hukum sebagai berikut :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari peraturan perundang-undangan yang akan diteliti, diantaranya:

a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

b) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen;

c) Yurisprudensi (Putusan Perkara Nomor; 18.Pdt.G/2018/PN.Skh)

7Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Cet. 1, Bandung: PT. Citra Aditya

(8)

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku ilmu hukum dan jurnal yang terkait dengan proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus hukum.

b. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Surakarta yang merupakan objek penelitian dan observasi dilapangan. 1) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Sukoharjo. 2) Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menetapkan subyek yang diteliti yaitu dengan menggali informasi dari hakim yang pernah memeriksa dan memutus perkara proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise.

(9)

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:8

a. Studi Pustaka

Metode pengumpulan data dengan cara mencari, mempelajari, dan menghimpun bahan-bahan yang disebutkan diatas serta buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dalam masalah proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sebagai berikut:

1) Observasi

Observasi yaitu metode pengumpulan pengecekan data-data perkara yang ada hubungannya dengan penulisan yang ada di Pengadilan Negeri Sukoharjo.

2) Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan merupakan rangkaian pertanyaan tentang suatu hal, dalam penelitian ini terkait perkara proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise Outlet Pinky Guard. Daftar pertanyaan ini disusun guna mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

8

(10)

3) Wawancara

Wawancara dilakukan dengan bertanya secara langsung kepada informan dalam suatu permasalahan, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait perkara proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise. 5. Metode Analisis Data

Metode Analisis data yang digunakan yaitu normatif-kualitatif dengan menyusun data-data yang dikumpulkan meliputi peraturan, buku-buku, yurisprudensi mengenai proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam jual beli Franchise yang dipadukan pendapat responden dilapangan. Setelah itu dicari permasalahannya, dianalisa dengan cara kualitatif dicari pemecahannya kemudian ditarik kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Bisnis Franchise 1. Pengertian Franchise

(11)

2. Para Pihak dalam Binsis Franchise 3. Unsur Bisnis Franchise

4. Perjanjian Antara Franchisor dan Franchisee Dalam Jual Beli Franchise

5. Hak dan Kewajiban para Pihak Dalam Perjanjian Franchise 6. Wanprestasi

7. Unsur Wanprestasi 8. Ganti Rugi

B. Tinjauan Tentang Penyelesaian Perkara Wanprestasi Dalam Jual Beli Franchise

1. Menyusun Surat Gugatan

2. Mengajukan Gugatan Ke Pengadilan Negeri 3. Pemanggilan Para Pihak

4. Proses Pemeriksaan Perkara a. Usaha Perdamaian

b. Pembacaan Gugatan Penggugat c. Pembacaan Jawaban Tergugat d. Replik e. Duplik 5. Pembuktian a. Pengertian Pembuktian b. Beban Pembuktian c. Alat Bukti

(12)

6. Putusan

a. Pengertian Putusan b. Macam-macam Putusan c. Pertimbangan Putusan

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Perjanjian Jual Beli Franchise Outlet Pinky Guard

B. Pertimbangan Hakim Dalam Menentukan Pembuktian Terhadap Perkara Wanprestasi Dalam Jual Beli Franchise Outlet Pinky Guard

C. Hakim Menentukan Putusan Perkara Wanprestasi Dalam Jual Beli

Franchise Outlet Pinky Guard

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses jual beli gamelan berawal dari pembeli memesan gamelan kepada pengrajin gamelan, proses penyelesaian perkara jual beli

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses jual beli gamelan berawal dari pembeli memesan gamelan kepada pengrajin gamelan dan kedua belah pihak bertemu kemudian

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti dokumen- dokumen yang merupakan informasi, artikel-artikel, hasil-hasil

b. Bahan hukum sekunder, yakni memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Dalam penulisan ini penulis mempergunakan bahan hukum sekunder

Penelitian lapangan dilakukan guna mendapatkan data primer yang dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak yang terkait sehingga mendapat gambaran lengkap mengenai

Merujuk pada Putusan Pengadilan Negeri (PN) Surakarta No, 57/Pdt.G/2011/PN.Ska, yaitu sengketa yang terjadi terkait jual beli hak atas tanah yang dimana para

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, yang meliputi

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. 22 Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu buku-buku tentang