• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON HORMONIK LUPIS SAKUCA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON HORMONIK LUPIS SAKUCA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

38

RESPON HORMONIK LUPIS SAKUCA TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN PRODUKSI CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

Suci M. Aryanti 1, S. Nuramelia1, R. Andriani1, T. Hariyati1

Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Kaltara Tanjung Selor

Email : suci.meliniaryanti@gmail.com;

ABSTRACT

Waste that is very much in the environment makes eyesight not good and environmental health becomes less good can even lead to environmental pollution, to cope with so much waste that can be done to process waste that can still benefit the environment, one of which is by making hormones from natural materials that are not used or even become waste. This study aims to determine the hormonal response of LUPIS SAKUCA to the growth and production of large chilies. In this research, extracts from unused natural ingredients are used, namely banana peels, eggshells and coconut fiber with large chili plants as the responsive objects. Group A (normal control) was not given hormone extract, group B was given 10% hormone extraction, group C was given 20% hormone extraction, group D was given 30% hormone extraction, and data on the effect of extraction was done with the RAL system. Analysis of RAL data that was highly influential was evident in plants 14 and 21 HST, while the extraction of hormones in plants with 7 HST did not significantly affect the large chilli plants

Key words : Hormone Lupis Sakuca, Chili ABSTRAK

Limbah yang sangat banyak dilingkungan membuat mata penglihatan menjadi tidak baik serta kesehatan lingkungan menjadi kurang baik bahkan bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan, untuk mengatasi limbah yang sangat banyak yang dapat dilakukan mengolah kembali limbah yang masih dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar salah satu halnya dengan cara membuat hormon dari bahan alami yang sudah tidak terpakai atau bahkan menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan mengetahui respon hormonik LUPIS SAKUCA terhadap pertumbuhan dan produksi cabai besar. Pada penelitian ini digunakan ekstrak dari bahan alami yang tidak terpakai yaitu kulit pisang, cangkang telur serta sabut kelapa dengan tanaman cabai besar sebagai objek responiknya. Kelompok A (kontrol normal) tidak diberikan ekstrak hormon, kelompok B diberi ekstraksi hormon 10%, kelompok C diberi ekstraksi hormon 20%, kelompok D diberi ekstraksi hormon 30%, dan data pengaruh ekstraksi di lakukan dengan sistem RAL. Analisis data RAL yang sangat berpengaruh nyata terlihat pada tanaman 14 dan 21 HST, Sedangkan ekstraksi hormon pada tanaman yang 7 HST tidak berpengaruh nyata terhadap tanaman cabai besar tersebut. Kata kunci : Hormon Lupis Sakuca, Cabai

1. PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Permintaan produk cabai cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas nonmigas (Rukmana, 1996).

(2)

39

Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman cabai hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu faktor pertumbuhan dan faktor produktivitas. Secara garis besar, ada 2 faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan cabai yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari tanaman itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan (Suhu, pH, Udara, Cuaca dan Sinar Matahari dan unsur hara. Selain media tumbuh, penggunaan pupuk juga dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman, apabila penggunaan pupuk tidak sesuai dengan aturan pakai dapat berdampak pada tanaman tersebut. kekurangan unsur hara menyebabkan tanaman menjadi kerdil, sedangkan penggunaan pupuk yang berlebihan dapat berdampak pada keracunan bagi tanaman hingga mengalami kematian. Sehingga untuk mengatasi permasalahaan ini yaitu dengan menggunakan pupuk hormon. Hormon “LUPIS SAKUCA” adalah zat pengatur tumbuh alami yang berasal dari bagian tumbuhan yang merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara, baik yang terbentuk secara alami maupun yang dibuat oleh manusia. Hormon “LUPIS SAKUCA” ini berasal dari tanaman pisang(kulit pisang), kelapa, dan cangkang telur.

Menurut Nasution (2013) kandungan unsur hara yang terdapat di pupuk padat kulit pisang kepok yaitu, C-organik 6,19%; N-total 1,34%; P2O5 0,05%; K2O

1,478%; C/N 4,62% dan pH 4,8 sedangkan pupuk cair kulit pisang kepok yaitu, C-organik 0,55%; N-total 0,18%; P2O5 0,043%; K2O 1,137%; C/N 3,06% dan pH

4,5. Menurut Umar (2000) dalam Zulfita & Raharjo (2012), cangkang telur mengandung hampir 95,1% terdiri atas garam – garam organik, 3,3% bahan organik (terutama protein), dan 1,6% air. Sebagian besar bahan organik terdiri atas persenyawaan Calsium karbonat (CaCO3) sekitar 98,5% dan Magnesium karbonat (MgCO3) sekitar 0,85%. Menurut Stadelman dan (Stadelman dan Owen, 1989; Zulfita dan Raharjo, 2012), jumlah mineral di dalam cangkang telur beratnya 2,25 gram yang terdiri dari 2,21 gram Kalsium, 0,02 gram Magnesium, 0,02 gram Fosfor serta sedikit besi dan Sulfur. Air kelapa muda merupakan bahan organik yang umum ditambahkan dalam medium pertumbuhan. Air kelapa adalah salah satu bahan alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 g/l; auksin 0,07 g/l; dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Yusnida, 2006). Diharapkan

(3)

40

gagasan dalam artikel ini dapat memberikan pengetahuan dan solusi bagi para petani untuk meningkatkan hasil produksi tanaman, juga dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi petani.

2. METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2019 di Ranjung Selor, menggunakan metode eksperimen faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan pada tanaman cabai tersebut terdiri dari 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali sehinggal terdapat 24 unit percobaan.

Adapun perkaluan percobaan tersebut terdiri dari (P0) tidak diberikan perlakuan (kontrol), (P1) 10% hormon LUPIS SAKUCA, (P2) 20% hormon LUPIS SAKUCA dan (P3) 30% hormon LUPIS SAKUCA.

3. HASIL

Gambar 1. Tinggi tanaman Umur 7 HST

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 A B C D Ti n gg i

7 HST

(4)

41

Gambar 2. Tinggi Tanaman Umur 14 HST

Gambar 3. Tinggi Tanaman Umur 21 HST

Gambar 4. Jumlah Buah

16.50 14.33 19.83 20.67 A B C D 21.33 17.33 25.67 16.50 A B C D 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 A B C D Ju m la h B u ah

(5)

42

Gambar 5. Berat Buah Tanaman Cabai

4. PEMBAHASAN

Hormon tanaman (zat pengatur tumbuh) berperan dalam mengatur proses pertumbuhan, yang secara alami sudah dimiliki oleh tanaman. Akan tetapi pola budidaya dan kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan tanah dapat menyebabkan rendahnya hasil produksi pertanian. Hasil penelitian dengan pemberian Hormon “LUPIS SAKUCA” pada tanaman cabai merah besar Pemberian hormon pada tanaman cabai besar mempengaruhi jumlah bunga serta waktu pembungan hingga 10% lebih cepat bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan kandungan unsur N, P dan K yang dimiliki oleh hormon “LUPIS SAKUCA” dapat memberikan sumbangan unsur hara yang dibutuhkan pada tanaman cabai besar tersebut. Sesuai dengan pendapat Nurnasari dan Djumali (2012), bahwa pemberian hormon pada tanaman dapat mempengaruhi proses fisiologi tanaman, tetapi apabila penggunaannya tidak sesuai dapat berpengaruh pada terhambatnya pertumbuhan tanaman.

Dari ketiga Grafik diatas dapat dilihat bahwasannya tinggi tanaman pada umur 7 HTS tidak berpengaruh nyata, Namun dapat dilihat pada gambar 2 dan 3 bahwa Hormon tersebut berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 14 dan 21 HTS. Tinggi tanaman tersebut dapat menyatakan bahwa hormon LUPIS SAKUCA tersebut mempengaruhu pertumbuhan tanaman dalam tinggi batang yang terjadi dalam meristem interkalar dari ruas yang memanjang sebagai akibat

52.84

25.30

165.50

155.43

(6)

43

meningkatnya jumlah sel yang dapat meningkatkan tinggi batang pada tanaman tersebut.

Pada Gambar 4. hasil penelitian dengan pemberian hormon pada tanaman cabai menunjukkan bahwa produksi buah cabai pada 45 HTS tanpa perlakuan hormon memperlihatkan belum adanya bunga pada tanaman yang tidak diberikan perlakuan, sedangkan yang terlihat nyata cepat proses pembungaannya adalah tanaman yang diberikan perlakuan 20%. Hormon merupakan bahan aktif yang berperan dalam merangsang, meningkatkan proses fisiologi tanaman, memacu kerja enzim, yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat dan dapat memperbaiki sistim perakaran, meningkatkan penyerapan unsur hara, menambah jumlah klorofil, sehingga meningkatkan produktivitas tanaman cabai tersebut.

5. KESIMPULAN

Pemberian hormon yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan meningkatkan hasil produksi tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah buah dan berat buah. Pemberian hormon lebih efektif dan efesien dibandingkan pemberian pupuk lainnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada Kemenristek Dikti yang telah memberikan bantuan berupa dana Penelitian, Rektor, Wakil Rektor, Dekan FAPERTA UNIKALTAR, dan teman-teman mahasiswa Agroteknologi yang telah memberikan bantuan, serta dukungan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 1984, Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta. Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, Tentang Sel dan

Jaringan. Bina Aksara. Jakarta. Hal. 144 – 149.

Koswara, S., 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Prayudi, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum ammum L). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah.

(7)

44

Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah. Bogor, 22-24 Agustus 2001. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. 163.

Suprapto, 1997. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 74 hal.

Totong, O. A. Hadid dan H. Mas’ud,. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) pada Berbagai Media Tumbuh dengan Interval Penyiraman Air Kelapa yang Berbeda. Tandulako. e-J Agrotekbiss 4 (6) : 693-701.

Gambar

Gambar 1. Tinggi tanaman Umur 7 HST
Gambar 2. Tinggi Tanaman Umur 14 HST
Gambar 5. Berat Buah Tanaman Cabai

Referensi

Dokumen terkait

Studi ini juga menghasilkan informasi bahwa pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan dalam skala besar dalam lima tahun terakhir merupakan solusi yang sangat

Pada analisisn logistik regresi pada semua variabel bebas terhadap fungsi motorik pada jari-jari tangan didapatkan hasil pada langkah pertama dari logistik

Rangkaian downloader untuk IC mikrokontroler seri AT89xx merupakan salah satu device yang memungkinkan para pembuat device lain yang berbasiskan mikrokontroler untuk dapat

Skripsi Perlindungan Hukum bagi Pramuniaga yang Bekerja Shift Malam pada Indomaret 24 Jam di Kota Semarang ini mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan Hukum

Berdasarkan data yang mengatakan bahwa media sosial YouTube merupakan media sosial yang paling sering digunakan namun ada beberapa anggota yang merasa kurang puas dengan

merupakan referensi yang penting ketika ingin membangun apotek spesialis ibu dan anak karena persepsi pelanggan terhadap apotek spesialis ini adalah berperan utama untuk

pembiayaan maka semakin banyak pendapatan bagi hasil yang

Tidak berpengaruhnya Net Profit Margin terhadap manajemen laba dikarenakan nilai laba bersih perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja yang baik, sehingga para