• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI BENTUK AWAN BERDASARKAN KRITERIA CURAH HUJAN DI PERAIRAN CILACAP. Oleh LUSIANI Akademi Maritim Nusantara Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI BENTUK AWAN BERDASARKAN KRITERIA CURAH HUJAN DI PERAIRAN CILACAP. Oleh LUSIANI Akademi Maritim Nusantara Cilacap"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

60

PREDIKSI BENTUK AWAN BERDASARKAN KRITERIA CURAH HUJAN DI PERAIRAN CILACAP

Oleh LUSIANI

Akademi Maritim Nusantara Cilacap anilusi0287@gmail.com

ABSTRACT

The goal to be achieved in this paper is to predict the form of cloud based on rainfall criteria in Cilacap waters. (1. Group of nimbostratus clouds, stratus, altostratus, 2. Group of stratocumulus and altocumulus clouds 3. Cumulus and cumulonimbus cloud groups). The method in this study is a combination of survey and literature review. In this study the authors take the location in the waters of Cilacap. The data used are secondary data obtained from the Central Bureau of Statistics of Cilacap Regency. Sample data used is statistical data within the period of 5 years starting from 2012 until 2016. Based on the data analysis that has been done, namely the classification or classification of rainfall intensity data within the period of 5 years (2012-2016) obtained detailed data that is : In 2012 the average rainfall intensity of 10.6mm with rainfall criteria including light rain then belongs to the cloud form of Stratocumulus, altocumulus; In 2013 the average intensity of 11.1mm rainfall with rainfall criteria including light rain then belongs to the cloud form of Stratocumulus, altocumulus; In 2014 the average rainfall intensity of 13.5mm with rainfall criteria including light rain then belongs to the cloud form of Stratocumulus, altocumulus; By 2015 the average rainfall intensity of 10.3mm with rainfall criteria including light rain then includes the Stratocumulus cloud form group, altocumulus; In 2016 the average rainfall intensity of 18.4mm with rainfall criteria including light rain then belongs to the cloud form of Stratocumulus, altocumulus. Based on the details of the data, it can be concluded that the prediction of cloud form based on rainfall that occurs in the waters of cilacap is the group of stratocumulus and altocumulus cloud form.

Keywords: rainfall criterion, prediction of cloud form, cilacap waters.

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hujan adalah

peristiwa turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang dapat terjadi di sembarang tempat, asalkan ada

dua faktor yang

mempengaruhinya yaitu

adanya massa udara lembab

dan terdapat sarana

meteorologis yang dapat mengangkat massa udara

tersebut untuk berkondensasi (Sri Harto, 2000). Hujan akan terjadi apabila molekulmolekul air hujan sudah mencapai ukuran lebih dari 1 mm, hal ini memerlukan waktu yang cukup untuk tumbuh dari ukuran sekitar 1-100 mikron (Barry, 1971 dalam Sri Harto, 2000) dalam Prayuda (2015).

Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir di permukaan

(2)

61 maupun di dalam tampungan

baik di atas maupun di bawah permukaan tanah (Bambang Triatmodjo, 2009). Hujan yang jatuh pada suatu DAS akan berubah menjadi aliran di sungai. Dengan demikian terdapat suatu hubungan antara hujan dan debit aliran yang tergantung pada karakteristik suatu DAS. Dalam Prayuda (2015).

Awan dapat

dikelompokkan berdasarkan ketinggian, bentuk, dan proses pertumbuhannya. Berdasarkan ketinggian, kita mengenal tiga jenis awan, yakni rendah, menengah, dan tinggi. Ditinjau dari bentuknya, ada dua kelompok awan. Pertama awan stratus (St) yang berbentuk seperti lapisan datar dan biasanya cakupannya luas. Kedua, awan cumulus (Cu) yang berbentuk seperti bunga kol. Sementara itu, berdasarkan proses pertumbuhan vertikal, kita mengenal awan Cu yang bisa berkembang menjadi cumulonimbus (Cb). Kedua jenis awan ini (Cu dan Cb) juga

dapat dikategorikan sebagai awan rendah karena ia dapat menjadi dasar awan. Awan rendah biasanya terdiri dari kabut (awan yang berada di

permukaan Bumi), St,

stratocumulus (Sc), dan nimbostratus (Ns). Ns adalah awan hujan yang memiliki ketebalan beberapa ratus meter dari permukaan tanah sampai ketinggian 5.000 m. Awan Ns bisa menyebabkan hujan sepanjang hari atau semalam suntuk dengan intensitas ringan. Awan menengah terdiri dari altostratus (As) dan altocumulus (Ac). Selain itu, awan Cu dan Cb juga bisa dikategorikan awan menengah karena dasar awan Cu dan Cb bisa juga tumbuh dan berkembang mulai dari ketinggian 2.000 m. Awan tinggi biasanya terdiri dari kristal es karena ia berada pada lingkungan dengan suhu udara yang sangat dingin. Awan tersebut disebut cirus (Ci), cirrostratus (Cs), dan cirrocumulus (Cc). (Aldrian E, dkk: 2011)

Gambar 2.2.

Jenis awan rendah adalah stratus (St), stratocumulus (Sc), cumulus (Cu), dan cumulonimbus (Cb). Sementara itu, awan menengah terdiri dari altostratus

(3)

62

(As) dan altocumulus (Ac). Sedangkan yang tergolong awan tinggi adalah cirrus (Ci), cirrostratus (Cs), dan cirrocumulus (Cc)

(Sumber: UCAR) (Aldrian E, dkk: 2011)

Besar kecilnya

intensitas hujan tergantung jenis awannya. Pada awan nimbostratus, stratus, dan altostratus akan menghasilkan hujan ringan atau gerimis dengan ketinggian curah hujan kurang dari 10 mm. Sementara itu, awan stratocumulus dan

altocumulus dapat

menghasilkan hujan ringan sampai sedang (curah hujan kurang dari 20 mm). Sedangkan awan cumulus dan

cumulonimbus dapat

menghasilkan hujan lebat dan atau ekstrem (curah hujan di atas 30 mm). (Aldrian E, dkk: 2011)

Sebelum turun hujan, biasanya bertiup angin dingin dengan kecepatan yang bervariasi, bisa sepoi-sepoi, sedang, atau malah kencang. Kecepatan angin tersebut tergantung dari jenis awan yang akan menumpahkan air hujan ke Bumi. Angin bertiup akibat turunnya massa udara lantaran meluruhnya awan (disipasi) yang sering disebut downdraft (kecepatan vertikal yang negatif). Pada awan cumulonimbus yang besar dapat menyebabkan kecepatan angin downdraft lebih dari 10 m/detik. (Aldrian E, dkk: 2011)

Curah hujan di

Indonesia sangat bervariasi secara spasial dan temporal. Secara umum terdapat siklus tahunan dan setengah tahunan di dalam pola musiman curah hujan di Indonesia (Chang dan

Wang, 2005). Beberapa kajian telah menggolongkan pola musiman curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia berdasarkan tiga tipe hujan, yakni monsunal, ekuatorial, dan lokal (Boerema, 1938; Aldrian and Susanto, 2003) dalam Perdana, T.A (2015).

Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada kurun waktu

dimana air hujan

berkonsentrasi. Kriteria curah hujan bulanan adalah 0-100 mm dianggap rendah, 101-300 dianggap menengah, 301-400 mm dianggap tinggi dan >400 mm dianggap sangat tinggi. (Perdana, T.A: 2015).

Curah hujan, baik intensitas maupun periodenya dipengaruhi oleh proses fisis dan dinamis di atmosfer (Ina Juaeni, dkk., 2006). Tingkat curah hujan dinyatakan dalam jumlah curah hujan tiap satuan waktu, biasanya dalam mm/jam. Jumlah tinggi hujan per satuan waktu ini disebut sebagai intensitas hujan. Jadi intensitas curah hujan berarti jumlah presipitasi/curah hujan dalam waktu yang relatif singkat (umumnya dalam waktu 2 jam). Menurut Sosrodarsono dan Takeda,

1985, hujan dapat

diklasifikasikan berdasar intensitas curah hujannya. Pengelompokan klasifikasi hujan tersebut seperti yang ditampilkan pada Tabel 1. (Prayuda: 2015).

(4)

63

Tabel 1.1 Klasifikasi hujan dan intensitas hujan

Sumber: Prayuda (2015) Kabupaten Cilacap

merupakan daerah yang cukup luas, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat. Terletak diantara 1080 4’ 30” – 1090 30’ 30” garis bujur timur dan 70 30’ - 70 45’ 20” garis lintang selatan, mempunyai luas wilayah 225.361 Ha, yang terbagi menjadi 24 kecamatan. (Desanto, T: 2017). Perairan di wilayah Cilacap merupakan salah satu kawasan yang penting bagi kabupaten tersebut. Perairan tersebut dimanfaatkan untuk tiga kegiatan utama, yaitu sebagai daerah tangkap bagi nelayan, sebagai jalur pelayaran Internasional, dan sebagai tempat pariwisata. (Yossika, T: 2011).

Beberapa hal tersebut merupakan salah satu wacana yang harus diketahui sebagai gambaran pengetahuan terkait bentuk awan yang dapat diketahui berdasarkan kriteria curah hujan. Sehingga penulis tertarik untuk mengkaji

prediksi bentuk awan

berdasarkan kriteria curah hujan di Perairan Cilacap. 1.2Permasalahan

Permasalahan yang akan dikaji terkait dengan

prediksi bentuk awan

berdasarkan kriteria curah hujan di Perairan Cilacap. 1.3Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini yaitu memprediksi bentuk awan berdasarkan kriteria curah hujan di Perairan Cilacap. (1. Kelompok awan nimbostratus; stratus; altostratus; 2. Kelompok awan

stratocumulus dan

altocumulus; 3. Kelompok

awan cumulus dan

cumulonimbus)

II. METODOLOGI

Metode dalam penelitian ini berupa gabungan antara survei dan kajian literatur. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Perairan Cilacap. Data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap.

(5)

64 Sampel data yang digunakan yaitu

data statistik dalam kurun waktu 5 tahun yaitu mulai tahun 2012 sampai tahun 2016.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data curah hujan dalam kurun waktu 5 tahun diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap.

Data intensitas curah hujan (mm) dalam 24 jam diperoleh dari data banyaknya curah hujan (mm) dibagi dengan banyaknya jumlah hari hujan yang terjadi setiap bulan dalam waktu 5 tahun (2012-2016) disusun dalam tabel 3.1, kemudian diklasifikasikan ke dalam bentuk awan.

Tabel 3.1. Data intensitas curah hujan (mm)

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap (2012-2016) Tabel 3.2. Data Rerata Intensitas Curah hujan (mm)

Tahun Rerata Intensitas Curah hujan (mm)

Kriteria Curah Hujan

Bentuk Awan

2012 10.6 Hujan ringan Stratocumulus, altocumulus

2013 11.1 Hujan ringan Stratocumulus, altocumulus

2014 13.5 Hujan ringan Stratocumulus, altocumulus

2015 10.3 Hujan ringan Stratocumulus, altocumulus

2016 18.4 Hujan ringan Stratocumulus, altocumulus

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap (2012-2016)

Bulan Intensitas curah hujan (mm)

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Januari 15 10.1 13.4 12.7 9.04 Februari 10.2 14.7 14.6 14.5 17.1 Maret 10.4 8.8 14 9.2 7.9 April 16.3 9 13.9 6.8 19.3 Mei 18.2 12.9 9.1 15.2 11.7 Juni 1.8 19 19 18.3 16.7 Juli 1.1 19.5 23.5 8.2 28.6 Agustus 0.3 5 7 2 12.7 September 0 2.6 0.3 0 26.5 Oktober 9 4.6 3.2 0 34.1 November 24.8 13.1 23.1 20.1 17.5 Desember 21.2 13.9 21.6 17 20.1 Rerata 10.6 11.1 13.5 10.3 18.4

(6)

65

Tabel 3.2 Klasifikasi hujan dan intensitas hujan

Sumber: Prayuda (2015)

Tabel 3.3 Klasifikasi Bentuk Awan

Curah hujan Keadaan curah hujan Klasifikasi bentuk awan <10mm Hujan ringan/gerimis Nimbostratus, stratus, altostratus <20mm Hujan ringan-sedang Stratocumulus, altocumulus >30mm Hujan lebat/ekstrem Cumulus, cumulonimbus Sumber: Aldrian E, dkk (2011)

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, yaitu

pengelompokan atau

pengklasifikasian data intensitas curah hujan dalam kurun waktu 5 tahun (2012-2016) diperoleh data secara rinci yaitu: Pada tahun 2012 rerata intensitas curah hujan 10.6mm dengan kriteria curah hujan termasuk hujan ringan maka termasuk

kelompok bentuk awan

Stratocumulus, altocumulus; Pada tahun 2013 rerata intensitas curah hujan 11.1mm dengan kriteria curah hujan termasuk hujan ringan maka termasuk kelompok bentuk

awan Stratocumulus,

altocumulus; Pada tahun 2014 rerata intensitas curah hujan 13.5mm dengan kriteria curah hujan termasuk hujan ringan maka termasuk kelompok bentuk awan Stratocumulus, altocumulus; Pada tahun 2015 rerata intensitas curah hujan 10.3mm dengan kriteria curah hujan termasuk hujan ringan

maka termasuk kelompok bentuk awan Stratocumulus, altocumulus; Pada tahun 2016 rerata intensitas curah hujan 18.4mm dengan kriteria curah hujan termasuk hujan ringan maka termasuk kelompok bentuk awan Stratocumulus, altocumulus. Berdasarkan rincian data tersebut, maka secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa prediksi bentuk awan berdasarkan curah hujan yang terjadi di perairan cilacap yaitu kelompok bentuk awan stratocumulus dan altocumulus.

IV. KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

Berdasarkan analisis dan

pembahasan yang telah

dilakukan yaitu pengelompokan atau pengklasifikasian data intensitas curah hujan dalam kurun waktu 5 tahun (2012-2016), maka dapat disimpulkan bahwa prediksi bentuk awan

(7)

66 berdasarkan curah hujan yang

terjadi di perairan cilacap yaitu

kelompok bentuk awan

stratocumulus dan altocumulus. Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, dapat

direkomendasikan untuk

penelitian selanjutnya yaitu menganalisa bentuk awan berdasarkan kecepatan angin yang terjadi di Perairan Cilacap selama kurun waktu 5 tahun terakhir.

V. KEPUSTAKAAN

Aldrian E, dkk: 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta: Pusat Perubahan Iklim dan

Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Desanto, T. 2017. Kabupaten Cilacap dalam Angka 2017. Kabupaten Cilacap: Badan Pusat Statistik. Perdana, T.A. 2015. Dampak

Perubahan Iklim terhadap Nelayan Tangkap (Studi Empiris di Pesisir Utara Kota Semarang). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Prayuda D.D. 2015. Analisis Karakteristik Intensitas Hujan di Wilayah Lereng Gunung Merapi. JURNAL REKAYASA

INFRASTRUKTUR ISSN : 2460-335X.

Volume 1 Nomor 1, Juni 2015: 1 – 43.

Yossika, T. 2011. Akses Nelayan terhadap Sumberdaya Pesisir di Kawasan Pertambangan. Studi Kasus: Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula dapat dilakukan penghapusan data video yang sudah tersimpan dalam database dengan terlebih dahulu memilih/menyorot data video pekerjaan pada kotak Data Video

Pasien dan dokter sudah sepakat untuk melakukan dialysis di RSU Bali Royal maka pasien akan mengirimkan data traveling dan data medis melalui email, setelah itu pasien akan di

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kondisi sekolah, karakteristik siswa, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

membahas tentang pengaruh pemanasan awal (preheat) terhadap kekuatan tarik, kekerasan Vickers, ketangguhan impact dan kekuatan lengkung (bending), sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik pada kelas yang tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

“Aktifitas pengembangan kebugaran jasmani melalui aktifitas latihan daya tahan jantung dalam bentuk latihan lari jogging, lompat tali, lari bolak-balik memindahkan benda dan

Pendaftaran mata kuliah dilakukan dengan mengisi formulir pendaftaran mata kuliah. Untuk maksud ini, yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah sebagai berikut: a)

Secara keseluruhan terdapat korelasi yang sangat tinggi antara sumber belajar biologi dengan nilai rata-rata Ujian Nasional IPA SMPN di Kabupaten Banjar, jika dilihat