• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARAMETER BIOLOGI DAN KIMIA KUALITAS AIR MATA AIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAKIT 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARAMETER BIOLOGI DAN KIMIA KUALITAS AIR MATA AIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAKIT 1."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 PARAMETER BIOLOGI DAN KIMIA KUALITAS AIR MATA AIR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAKIT 1

Siti Munfiah1*

1*Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: sitimunfiah@unsoed.ac.id

Received date: 30/07/2019, Revised date: 21/10/2019, Accepted date: 7/12/2019

ABSTRACT

Healthy water is needed to achieve optimal health status. Unhealthy water can be a medium of disease transmission. Springs are one of the water sources that are widely used by community in the work area of Puskesmas Rakit 1 for hygiene sanitation and drinking water sources. The results of the preliminary study carried out on the springs in Gelang Village showed that springs containing Total Coliform were > 2400 CFU/100 ml which exceeded the quality standard (50 CFU/100 ml). The community also complained that the spring sometimes smelled unpleasant. Odors arising from springs can be caused due to iron and manganese content. This is a survey research with a cross sectional approach. The sampling technique was done by purposive sampling, namely choosing a spring that is used for hygiene sanitation or as a source of drinking water. A sample of 5 springs in each village in the working area of Puskesmas Rakit 1 so that 30 samples of springs were obtained. The results showed that based on the parameters of Total Coliform and manganese (Mn) as many as 25 (83.33%) and 2 (6.67%) springs with quality that did not qualify as water for hygiene sanitation, respectively. A total of 30 (100%) springs with iron (Fe) content are eligible as water for hygiene sanitation purposes. The community must treat water from the spring before it is used to fulfill their daily needs.

Keywords : Parameter, Biological, Chemical, Spring, Puskesmas Rakit 1

ABSTRAK

Air yang sehat sangat dibutuhkan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Air yang tidak sehat dapat menjadi media penularan penyakit. Mata air merupakan salah satu sumber air yang banyak digunakan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 untuk keperluan higiene sanitasi dan sumber air minum. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada mata air di Desa Gelang menunjukkan bahwa mata air mengandung Total Coliform > 2400 CFU/100 ml yang melebihi baku mutu (50 CFU/100 ml). Selain itu masyarakat juga mengeluhkan mata air tersebut kadang berbau yang tidak sedap. Bau yang timbul pada mata air dapat disebabkan karena kandungan besi dan mangan. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan rancangan cross sectional. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu memilih mata air yang dipergunakan untuk keperluan higiene sanitasi atau sebagai sumber air minum. Sebanyak 5 sumber mata air di setiap desa di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 dipilih sebagai sampel sehingga diperoleh sebanyak 30 mata air yang dilakukan pemeriksaan. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan parameter Total Coliform dan mangan (Mn) secara berturut-turut sebanyak 25 (83,33%) dan 2 (6,67%) mata air dengan kualitas yang tidak memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi. Sebanyak 30 (100%) mata air dengan kadar besi (Fe) yang

(2)

2 memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi.Masyarakat harus mengolah air dari mata air sebelum digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

Kata Kunci : Parameter, Biologi, Kimia, Mata Air, Puskesmas Rakit 1 PENDAHULUAN

Air sangat diperlukan untuk kehidupan, dan semua proses fisiologis makhluk hidup memerlukan air. Fungsi air diantaranya sebagai pelarut umum, air digunakan oleh organisme untuk reaksi-reaksi kimia dalam proses metabolisme serta menjadi media transportasi nutrisi dan hasil metabolisme. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan air dapat menjadi media dari berbagai macam penularan penyakit terutama penyakit perut (Sutrisno dan Suciastuti, 2010). Sumber-sumber air antara lain air angkasa (hujan), air permukaan dan air tanah. Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Air permukaan meliputi sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan. Air tanah dibedakan menjadi dua, yaitu air lapisan (layer water) dan air celah (fissure water) (Sumantri, 2010).

Masalah yang sering dijumpai masyarakat adalah kualitas air yang digunakan kurang memenuhi syarat kesehatan. Pencemaran pada air tanah dapat disebabkan oleh feses manusia dan hewan serta adanya kandungan logam-logam di dalam air tanah tersebut, baik yang bersifat toksik maupun esensial. Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri), tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter <1µm) atau lebih besar seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)2, Fe(OH)3 dan sebagainya (Febrina dan Ayuna, 2015).

Mangan merupakan unsur reaktif yang mudah bergabung dengan ion dalam air dan udara. Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal dari tanah dan bebatuan. Mangan dalam air berbentuk mangan bikarbonat (Mn(HCO3)2), mangan klorida (MnCl2) dan mangan sulfat (MnSO4)3 (Pacini, 2005).

Adanya senyawa kimia berbahaya yang terlarut dalam air dapat berakibat fatal jika kadarnya sangat berlebih atau bila hanya sedikit berlebih pada penggunaan jangka panjang mungkin tertimbun dan menimbulkan efek merugikan kesehatan. Mineral besi dapat menimbulkan warna kuning pada air, memberi rasa tidak enak pada minuman, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Keracunan kronis mangan dapat memberikan gejala gangguan pada sistem syaraf (Said, 2005).

Sumber air untuk keperluan higiene sanitasi dan air minum masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 antara lain sumur gali, sumur bor dan mata air. Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Masyarakat banyak menggunakan mata air sebagai pemenuhan kebutuhan air sehari-hari terutama pada musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan kondisi sumur gali berkurang kuantitasnya bahkan mengering. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa beberapa mata air mengandung Total Coliform yang melebihi baku mutu. Selain itu masyarakat juga mengeluhkan mata air tersebut kadang berbau yang tidak sedap. Bau yang timbul pada mata air dapat disebabkan karena kandungan besi dan mangan. Air yang terkontaminasi bakteri, virus atau parasite dapat menyebabkan penyakit diare. Penyakit diare juga dapat disebabkan karena kontaminasi bahan kimia seperti kandungan besi (Fe), nitrit (NO2) dan sulfat (SO4) yang melebihi baku mutu (Efendi, 2003). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air mata air berdasarkan parameter biologi (Total Coliform) dan kimia (besi (Fe) dan mangan (Mn)).

(3)

3 METODE

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan rancangan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini semua mata air yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 yang terdiri dari 6 (enam) desa. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling yaitu dengan ketentuan mata air yang dipergunakan untuk keperluan higiene sanitasi atau sebagai sumber air minum. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menentukan setiap desa di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 dipilih sebanyak 5 mata air, sehingga diperoleh sampel sebanyak 30 mata air.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Pemeriksaan kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Banjarnegara. Metode pengukuran Total Coliform menggunakan metode MPN (Most Probable Number) Ragam 3 3 3. Pemeriksaan kadar besi dan mangan dalam penelitian ini menggunakan alat Spektroquant Prove 600. Bahan yang digunakan adalah iron dan manganese test kit dari Merck. Hasil pemeriksaan kualitas air untuk keperluan higiene sanitasi dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Puskesmas Rakit 1 terletak di Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara. Wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 terdiri dari 6 (enam) desa yaitu Rakit, Gelang, Situwangi, Pingit, Bandingan dan Adipasir. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 menggunakan mata air sebagai sumber air minum, memasak, mencuci baju, mencuci peralatan makan dan masak, mandi dan menggosok gigi dan untuk keperluan higiene sanitasi yang lainnya. Hasil pemeriksaan kualitas air mata air di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.

A. Total Coliform

Bakteri Coliform (Enterobacteriacae) adalah gram-negatif, aerob dan anaerob fakultatif, berbentuk batang. Beberapa Coliform ditemukan di tanah atau vegetasi, sedangkan fecal coliform adalah bakteri yang biasanya hidup di usus hewan berdarah panas (Campbell et al., 2011). Bakteri Coliform dapat menjadi indikator potensial patogen yang menjadi penyebab berbagai penyakit yang ditularkan melalui air (Hunter et al., 2004).

Baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi berdasarkan parameter Total Coliform menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2017 adalah 50 CFU/100 ml.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Total Coliform Air Mata Air di Wilayah Kerja Puskesmas Rakit 1

No. Lokasi Pengambilan Sampel Kandungan Total Coliform (CFU/100 ml)

Batas Syarat Maksimal Total Coliform (CFU/100 ml)

Air untuk Keperluan Higiene

Sanitasi

Keterangan

1. Mata Air Pingit 1 240 50 TMS

2. Mata Air Pingit 2 210 50 TMS

(4)

4

4. Mata Air Pingit 4 460 50 TMS

5. Mata Air Pingit 5 460 50 TMS

6. Mata Air Situwangi 1 460 50 TMS

7. Mata Air Situwangi 2 93 50 TMS

8. Mata Air Situwangi 3 1100 50 TMS

9. Mata Air Situwangi 4 240 50 TMS

10. Mata Air Situwangi 5 1100 50 TMS

11. Mata Air Rakit 1 23 50 MS

12. Mata Air Rakit 2 21 50 MS

13. Mata Air Rakit 3 93 50 TMS

14. Mata Air Rakit 4 240 50 TMS

15. Mata Air Rakit 5 150 50 TMS

16. Mata Air Adipasir 1 23 50 MS

17. Mata Air Adipasir 2 >2400 50 TMS

18. Mata Air Adipasir 3 1100 50 TMS

19. Mata Air Adipasir 4 1100 50 TMS

20. Mata Air Adipasir 5 >2400 50 TMS

21. Mata Air Bandingan 1 460 50 TMS

22. Mata Air Bandingan 2 1100 50 TMS

23. Mata Air Bandingan 3 >2400 50 TMS

24. Mata Air Bandingan 4 1100 50 TMS

25. Mata Air Bandingan 5 240 50 TMS

26. Mata Air Gelang 1 >2400 50 TMS

27. Mata Air Gelang 2 240 50 TMS

28. Mata Air Gelang 3 93 50 TMS

29. Mata Air Gelang 4 23 50 MS

30. Mata Air Gelang 5 460 50 TMS

Keterangan :

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 1 menunjukkan kandungan terendah Total Coliform pada mata air di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 adalah 21 CFU/100 ml yaitu mata air di Desa Rakit. Kandungan tertinggi Total Coliform adalah > 2400 CFU/100 ml yaitu dua mata air di Desa Adipasir, satu mata air di Desa Bandingan dan Desa Gelang. Berdasarkan parameter Total Coliform

sebanyak 25 buah mata air (83,33%) tidak memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi dan hanya ada 5 buah mata air (16,67%) yang memenuhi syarat. Tingginya kadar Total Coliform menunjukkan bahwa mata air di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 telah tercemar oleh kotoran manusia dan atau hewan berdarah panas. Hal ini berarti ada peluang untuk berbagai jenis mikroorganisme patogen yang berada di saluran pencernaan untuk masuk ke dalam air. Semakin tinggi kadar Total Coliform semakin tinggi risiko kehadiran bakteri patogen lainnya yang ada pada feses manusia dan hewan.

Dengan kualitas air yang buruk tersebut air mata air belum bisa langsung digunakan untuk keperluan higiene sanitasi. Masyarakat harus mengolahnya terlebih dahulu sebelum digunakan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa lokasi mata air di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 sebagian besar berada di tempat yang dekat dan lebih rendah dari sumber pencemar seperti jamban empang, limbah cair rumah tangga dan kandang ternak. Selain itu kondisi fisik mata air yang tidak terlindungi sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi pencemaran.

(5)

5 B. Besi (Fe)

Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe, sehingga orang yang terlalu sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Slamet, 2004).

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Mata Air di Wilayah Kerja Puskesmas Rakit 1

No. Lokasi Pengambilan Sampel

Kadar Besi (Fe) (mg/l)

Batas Maksimal Kadar Besi (Fe) (mg/l)

Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Keterangan

1. Mata Air Pingit 1 0,09 1 MS

2. Mata Air Pingit 2 0,31 1 MS

3. Mata Air Pingit 3 <0,03 1 MS

4. Mata Air Pingit 4 0,29 1 MS

5. Mata Air Pingit 5 0,03 1 MS

6. Mata Air Situwangi 1 <0,03 1 MS

7. Mata Air Situwangi 2 0,06 1 MS

8. Mata Air Situwangi 3 <0,03 1 MS

9. Mata Air Situwangi 4 0,43 1 MS

10. Mata Air Situwangi 5 0,06 1 MS

11. Mata Air Rakit 1 <0,03 1 MS

12. Mata Air Rakit 2 0,11 1 MS

13. Mata Air Rakit 3 <0,03 1 MS

14. Mata Air Rakit 4 0,03 1 MS

15. Mata Air Rakit 5 <0,03 1 MS

16. Mata Air Adipasir 1 <0,03 1 MS

17. Mata Air Adipasir 2 0,03 1 MS

18. Mata Air Adipasir 3 0,03 1 MS

19. Mata Air Adipasir 4 0,03 1 MS

20. Mata Air Adipasir 5 <0,03 1 MS

21. Mata Air bandingan 1 <0,03 1 MS

22. Mata Air bandingan 2 0,04 1 MS

23. Mata Air bandingan 3 0,14 1 MS

24. Mata Air bandingan 4 0,07 1 MS

25. Mata Air bandingan 5 <0,03 1 MS

26. Mata Air Gelang 1 0,04 1 MS

27. Mata Air Gelang 2 <0,03 1 MS

28. Mata Air Gelang 3 0,04 1 MS

29. Mata Air Gelang 4 <0,03 1 MS

30. Mata Air Gelang 5 <0,03 1 MS

Keterangan :

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Konsentrasi zat besi pada air minum dibatasi maksimum 0,3 mg/L dan air untuk keperluan higiene sanitasi maksimum 1 mg/L. Hal ini ditetapkan bukan berdasarkan alasan kesehatan semata tetapi ditetapkan berdasarkan alasan masalah warna, rasa, serta timbulnya kerak yang menempel pada sistem perpipaan atau alasan estetika lainnya.

(6)

6 Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar terendah besi (Fe) sebesar <0,03 mg/l. Sebanyak 13 (43,33%) mata air dengan kadar besi (Fe) terendah yaitu satu mata air di Desa Pingit, dua mata air di Desa Situwangi, tiga mata air di Desa Rakit, dua mata air di Desa Adipasir, dua mata air di Desa Bandingan, tiga mata air di Desa Gelang. Kadar besi (Fe) tertinggi adalah 0,43 mg/l yaitu satu mata air di Desa Situwangi.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan sebanyak 30 (100%) mata air dengan kadar besi yang memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi. Sebanyak 28 (93,33%) mata air dengan kadar besi yang memenuhi syarat sebagai air minum dan hanya ada dua (6,67%) mata air dengan kadar besi yang tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Mata air tersebut terletak di Desa Pingit dan Desa Situwangi.

C. Mangan (Mn)

Mangan dalam jumlah yang kecil tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi dalam jumlah yang besar dapat tertimbun di dalam hati dan ginjal. Gangguan kesehatan yang umumnya terjadi akibat keracunan senyawa mangan dalam keadaan kronis menimbulkan gangguan sistem saraf dan menampakkan gejala seperti penyakit parkinson (Asmadi dkk, 2011). Adanya mangan yang berlebihan dapat menyebabkan flek pada benda-benda putih oleh deposit MnO2, menimbulkan rasa dan menyebabkan warna (ungu/hitam) pada air minum, serta bersifat toksik (Joko, 2010).

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Mangan (Mn) Air Mata Air di Wilayah Kerja Puskesmas Rakit 1

No. Lokasi Pengambilan Sampel

Kadar Mangan (Mn) (mg/l)

Batas Maksimal Kadar Mangan (Mn) (mg/l)

Air untuk Keperluan Higiene

Sanitasi

Keterangan

1. Mata Air Pingit 1 <0,25 0,5 MS

2. Mata Air Pingit 2 0,38 0,5 MS

3. Mata Air Pingit 3 <0,25 0,5 MS

4. Mata Air Pingit 4 <0,25 0,5 MS

5. Mata Air Pingit 5 <0,25 0,5 MS

6. Mata Air Situwangi 1 <0,25 0,5 MS

7. Mata Air Situwangi 2 <0,25 0,5 MS

8. Mata Air Situwangi 3 <0,25 0,5 MS

9. Mata Air Situwangi 4 0,3 0,5 MS

10. Mata Air Situwangi 5 1,35 0,5 TMS

11. Mata Air Rakit 1 <0,25 0,5 MS

12. Mata Air Rakit 2 1,35 0,5 TMS

13. Mata Air Rakit 3 <0,25 0,5 MS

14. Mata Air Rakit 4 <0,25 0,5 MS

15. Mata Air Rakit 5 <0,25 0,5 MS

16. Mata Air Adipasir 1 <0,25 0,5 MS

17. Mata Air Adipasir 2 <0,25 0,5 MS

18. Mata Air Adipasir 3 <0,25 0,5 MS

19. Mata Air Adipasir 4 <0,25 0,5 MS

20. Mata Air Adipasir 5 <0,25 0,5 MS

21. Mata Air bandingan 1 <0,25 0,5 MS

22. Mata Air bandingan 2 <0,25 0,5 MS

23. Mata Air bandingan 3 <0,25 0,5 MS

24. Mata Air bandingan 4 <0,25 0,5 MS

25. Mata Air bandingan 5 <0,25 0,5 MS

(7)

7

27. Mata Air Gelang 2 <0,25 0,5 MS

28. Mata Air Gelang 3 <0,25 0,5 MS

29. Mata Air Gelang 4 <0,25 0,5 MS

30. Mata Air Gelang 5 <0,25 0,5 MS

Keterangan :

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 3 menunjukkan kadar terendah mangan (Mn) adalah <0,25 mg/l dan tertinggi 1,35 mg/l yaitu mata air di Desa Situwangi dan Rakit. Sebanyak 28 (93,33%) mata air dengan kadar mangan (Mn) yang memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi. Sebanyak 2 (6,67%) mata air dengan kadar mangan yang tidak memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi yaitu mata air di Desa Situwangi dan Desa Rakit.

Keberadaan besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam air dapat terjadi secara alami maupun karena air telah tercemar oleh polutan. Secara umum kehadiran Total Coliform, Besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang tinggi di mata air ini dapat disebabkan oleh lokasi dari mata air yang dekat dengan sumber polutan dan posisi mata air yang lebih rendah dari sumber polutan. Penelitian Munfiah dkk (2013) menunjukkan jarak sumber pencemar dan jumlah sumber pencemar berhubungan secara signifikan terhadap kualitas air sumur. Buruknya kualitas air mata air dapat diperberat karena kondisi fisik mata air yang tidak terlindungi sehingga sangat memungkinkan polutan untuk masuk ke dalam mata air.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas air mata air di wilayah kerja Puskesmas Rakit 1 berdasarkan kandungan Total Coliform sebanyak 25 (83,33%) tidak memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi. Sebanyak 30 (100%) mata air dengan kadar besi (Fe) yang memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi. Sebanyak 2 (6,67%) mata air dengan kadar mangan (Mn) yang tidak memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan higiene sanitasi. Oleh karena itu masyarakat yang akan menggunakan air dari mata air harus melakukan pengolahan terlebih dahulu agar diperoleh air yang sehat dan dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, Khayan, dan H. S. Kasjono. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Goshen Publising, Yogyakarta.

Febrina, L. dan Ayuna, A. 2015. Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik. Jurnal Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Vol. 7 (1) : 35-44.

Campbell, J. W., Watson, A., Watson, C., Ball, H. and Pirkle, R. 2011. Escherichia Coli, Other Coliform, and Environmental Chemoheterotrophic Bacteria in Isolated Water Pools from Six Caves in Northern Alabama and Northwestern Georgia. Journal of Cave and Karst Studies, Vol. 73 (2) : 75–82.

(8)

8 Hunter, A.J., Northup, D.E., Dahm, C.N., and Boston, P.J., 2004, Persistent Coliform Contamination in Lechuguilla Cave Pools. Journal of Cave and Karst Studies, Vol. 66 :102–110.

Joko, T. 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu, Yogyakarta. Kementerian Kesehatan R.I. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.

Pacini, V.A., Ingallinella, A.M., and Sanguinetti, G. 2005. Removal of Iron and Manganese Using Biological Roughing Up Flow Filtration Technology. Water Research, 39 : 4463 – 4475.

Munfiah, S., Nurjazuli dan Setiani, O. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,Vol. 12 (2) : 154-159.

Said, N.I. 2005. Metoda Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan Air Minum Domestik. JAI, Vol. 1 (3) : 239-250.

Slamet, J. S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan Edisi Ketiga. Kencana, Jakarta.

Sutrisno, C.T. dan Suciastuti, E. 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Total Coliform Air Mata Air di Wilayah Kerja   Puskesmas Rakit 1
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Mangan (Mn) Air Mata Air di Wilayah Kerja   Puskesmas Rakit 1
Tabel  3  menunjukkan  kadar  terendah  mangan  (Mn)  adalah  &lt;0,25  mg/l  dan  tertinggi  1,35 mg/l yaitu mata air di Desa Situwangi dan Rakit

Referensi

Dokumen terkait

Saran penelitian adalah: (1) modul peningkatan kesadaran diri terhadap kesehatan reproduksi dapat dipergunakan oleh konselor untuk membantu meningkatkan kesadaran

Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolri Jendral Tito Karnavian menyebut bahwa pihaknya mendeteksi sisa mantan anggota kelompok Saracen yang tinggal di Hongkong diduga bekerjasama dengan

Hampir semua wilayah pesisir di gorontalo utara memiliki topografi yang tidak rata atau bergelombang, dan akibatnya pengelolaan yang didarat yang menghilangkan daerah penyangga

psikiatri dengan pasien.Pada pasien didapatkan halusinasi auditorik, ilusi serta terdapat delusion of influence.Dari data ini menjadi dasar diagnosis bahwa pasien

Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk write dengan Model Pembelajaran Berbasis Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP

Semakin besar kadar air dalam kerupuk maka tekstur yang dihasilkan akan semakin besar karena uap air tidak dapat keluar pada saat digoreng sehingga mempengaruhi

Melalui kegiatan membaca teks pengumuman tentang binatang yang hilang, siswa dapat mengidentifikasi informasi deskripsi terkait binatang dalam teks tersebut dengan

Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan motivasi belajar secara sendiri-sendiri terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota