• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOOK Umbu Tagela Manajemen dan perencanaan pendidikan Bab IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BOOK Umbu Tagela Manajemen dan perencanaan pendidikan Bab IV"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

33

BAB IV

PEMANFAATAN DATA DEMOGRAFIK UNTUK

PERENCANAAN PENDIDIKAN

Kegunaan Data Demografi

Pendidikan bertalian dengan proses yang melibatkan pendidik dan sasaran didik dengan memanfaatan media pendidikan. Pendidik dan sasaran adalah orang yang merupakan bagian dari suatu penduduk. Berapa persen dari suatu penduduk yang diharapkan terdapat di lembaga pendidikan dapat dilihat dari data penduduk yang sudah dikelompokkan menurut usia. Tetapi kenyataannya tidak semua penduduk yang berada pada kelompok usia tertentu – misalnya usia SD (6 – 12 tahun) – tertampung di sekolah (Dasar). Boleh jadi hal itu disebabkan karena daya tampung SD yang terbatas tetapi bisa juga karena faktor yang terdapat pada calon murid, misalnya karena cacat fisik, keterbelakangan mental, kesakitan, beaya tempat tinggal yang jauh dari sekolah, kesadaran orang tua tentang pentingnya sekolah dan sebagainya.

(2)

34

migrasi neto dan tingkat kematian menurut kelompok umur. Sedangkan mereka yang berada di atas usia 15 tahun tetapi belum tamat pendidikan dasar perlu pula dipikirkan kemungkinan penampungannya melalui kelompok belajar di luar program konvensional.

Kecuali jumlah dan komposisi penduduk menurut usia, komposisi penduduk menurut jenis kelamin juga menjadi perhatian dari perencana pendidikan. Jumlah penduduk dan pola fertilitas akan mempengaruhi proyeksi jumlah anak yang dilahirkan dan karena itu mempengaruhi jumlah permintaan masuk sekolah pada periode tertentu. Selain itu, faktor sosial budaya masyarakat tertentu berpengaruh pula pada pilihan bersekolah atau tidak bersekolah antara laki-laki dan perempuan. Banyak masyarakat dengan budaya tertentu menganggap bahwa sekolah hanya perlu bagi laki-laki dan kalau perempuan ikut sekolah maka sekolah baginya cukup pada tingkat dasar saja. Dalam kondisi seperti itu maka merupakan pemborosan kalau pembangunan gedung sekolah hanya didasarkan atas perhitungan jumlah permintaan masuk menurut usai saja, kecuali kalau disertai dengan paksaan wajib belajar.

Data demografik yang menarik pula bagi perencana pendidikan adalah persebaran penduduk secara geografis. Data ini akan berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam pemilihan lokasi sekolah, ukuran ruang kelas, dan jenjang seerta tipe sekolah. Semua ini terkait pula dengan penyediaan guru, penyediaan logistik dan sebagainya. Dengan perkataan lain persebaran penduduk secara geografis akan berpengaruh pula dalam penyediaan beaya pendidikan.

(3)

35

yang semakin pandai tetapi lebih dari itu adalah orang yang semakin berpeluang untuk memperoleh lapangan kerja. Pendidikan yang baik tidak dimaksudkan untuk menghasilkan penganggur-penganggur intelektual melainkan orang yang mampu mengisi kebutuhan tenaga kerja bahkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Dalam hubungan inilah “link and match” menjadi penting diperhatiakn oleh perencana pendidikan. Disini perlu mempertimbangkan secara matang perimbangan antara sekolah umum dan sekolah kejuruan maupun antar sekolah kejuruan dan penempatannya secara geografis.

Kelemahan Data

Seorang perencana pendidikan tentu bukan petugas sensus. Dia hanya pengguna data kependudukan yang telah dikumpulkan dan diolah oleh petugas khusus. Oleh sebab itu perencana pendidikan harus sadar bahwa data yang ada itu tidak teliti secara sempurna.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap ketelitian data adalah:

1. Pilihan Sumber Data.

Telah dikatakan bahwa tiap sumber data (atau tehnik pengumpulan data) mempunyai kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri. Data yang bersumber dari sensus berbeda akurasinya dibandingkan dengan data yang bersumber dari survei dan registrasi.

2. Kesalahan pada diri Tercacah

(4)

36

msih ada. Pertama, kesalahan karena perbedaan persepsi mengenai tujuan sensus. Kalau sensus dipersepsikan mendata penduduk untuk yujuan awjib militer atau wajib pajak maka informasi yang diberikan berbeda dengan sensus yang dipersepsikan untuk memperoleh jatah beras dan sebagainya.

Kedua, kesalahan karena ketidaksamaan pemahaman definisi penduduk. Sebuah keluarga yang mempunyai anak yang studi di luar desa, tetap dilaporkan karena takut tidak terdaftar, pada hal anak itu mungkin sudah didaftar ditempatnya yang baru. Ketiga, kesalahan karena kebiasaan atau kesukaan pada digit atau angka tertentu, misalnya angka 0 dan /atau kelipatan lima (Yunus, dalam LDFE-UI, 2000), dalam melaporkan data usia.

3. Kesalahan pada Pencacah

Di negara sedang berkembang kurang sekali orang yang mempunyai kemampuan memadai dan mau direkrut sevagai pencacah, apalagi kalau imbalannya kurang, Karena itu petugas terpaksa direkrut dari orang-orang yang belum tentu tahu dan trampil manggali informasi, menafsirkan, dan mengisi formulir dan melaporkan secara benar.

4. Kesalahan karena hambatan lain, seperti terbatasnya waktu, kurangnya sarana transportasi, dan sebagainya.

(5)

37 Memanfaatkan Data

Seperti telah dikemukakan, pada umumnya data penduduk yang dipublikasikan telah diolah dan dikelompokkan menurut ukuran tertentu. Biasanya dikelompokkan menurut usia dan jenis kelamin dengan atau tanpa variabel kontrol. Oleh sebab itu perencana pendidikan harus mengolahnya kembali karena kategori usia sering tidak cocok dengan kategori usia sekolah.

Cara umum yang dilakukan adalah mengubah data kelompok usia lima tahunan menjadi kelompok usia setahunan, dengan tehnik interpolasi. Misalkan, kita ingin mengetahui jumlah penduduk usia SD, 6 – 12 tahun. Untuk maksud itu kita cari populasi pada kelompok usia setahunan dari dari data populasi kelompok usia lima tahunan dengan prosedur sebagai berikut:

1. buat perkiraan populasi tahun tengah selang lima tahunan. Untuk kelompok 5–9 tahun yang menjadi tahun tengah adalah 7–8 (bukan 7).

2. Buat perkiraan perubahan jumlah populasi pada selang usia lima tahunan berikutnya (10 – 14 tahun);

3. Cari faktor koreksi untuk populasi umur tungga;

4. Buat akhir perkiraan populasi selang umur tertentu berdasarkan umur tunggal.

Contoh:

(6)

38

9.297 – 9.516,4 = - 43,88 5

sehingga populasi kelompok umur: 7 - 8 tahun = 9.516,4

8 - 9 tahun = 9.516,4 – 43,88 = 9.472,52 9 - 10 tahun = 9.472,52 – 43,88 = 9.428,64 10 - 11 tahun = 9.428,64 – 43,88 = 9.3884,76 11 - 12 tahun = 9.384,76 – 43,88 = 9.340,88 12 - 13 tahun = 9.297.

Berdasarkan perkiraan umur tunggal, kalau dijumlah untuk lima tahunan harus sama dengan populasi lima tahunan menurut data asli. Misalnya, menurut data asli kelompok usia 10 – 14 tahun adalah 46.485. Sedangkan menurut perhitungan/ perkiraan umur tunggal adalah 9.384,76 + 9.340,88 + 9.297 + 9.253.13 + 9.209,24 = 46.485.

Pada contoh ini penjumlah populasi lima umur tunggal 10-14 tahun adalah sama dengan data asli, yaitu 46.485. Tetapi bisa terjadi hasilnya berbeda. Kalau demikian perlu dicari faktor koreksi, yaitu rasio antara data asli lima tahunan dan penjumlahan perkiraan lima umur tunggal pada kelompok umur yang bersangkutan. Faktor koreksi ini harus dikalikan masing-masing umur tunggal pada kelompok umur itu.

(7)

39

50.000 x 100 = 88.19. artinya hanya 88 persen dari 100 orang penduduk usia sekolah (SD) tertampung di SD.

Untuk mengadakan proyeksi jumlah murid SD dan yang akan ditampung di SD haruslah diperhatikan beberapa faktor berikut:

1. Angka kelahiran dalam beberapa tahun terakhir. Dan diasumsikan angka kelahiran itu tetap berlaku dalam beberapa tahun yang akan datang (yang diproyeksikan). 2. Angka kematian menurut kelompok umur. Berdasarkan

angka kelahiran dan angka kematian menurut kelompok umur dapat ditentukan tingkat bertahan hidup (survival ratio) pada kelompok umur tertentu;

3. Tentukan jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah pada jenjang tertentu seperti cara tersebut di atas;

4. Periksa data aktual yang sedang duduk pada jenjang sekolah tertentu. Dengan membandingkan data penduduk usia sekolah yang riil sekolah, tentukan enrollment ratio; 5. Periksa pula kemampuan ekonomi orang tua. Hal ini

berkaitan dengan kemampuan memikul beaya pendidikan. Amati pula pergeseran nilai anak dalam keluarga;

6. Hal yang tidak kurang penting adalah Undang-undang Pendidikan. Dengan Wajib belajar pendidikan dasar dan kebijakan bebas uang sekolah maka permintaan masuk sekolah akan mendekati 100 % karena ada saja orang yang karena alasan tertentu terpaksa tidak sekolah atau drop out.

(8)

40

menurut Desa-Kota. Begitu pula angka kelahiran dan angka kematian karena kenyataannya, ada perbedaan antara kota dan desa. Termasuk pula arus migrasi/ urbanisasi.

Referensi

Dokumen terkait

objek yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta waktu mempelajarinya. Karya wisata tidak harus dilakukan ditempat yang jauh. 4) Mengundang nara sumber; cara ini merupakan

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN

Dari permasalahan yang muncul tentang fenomena anak jalanan yang menjadi masalah. bersama

Berdasarkan uraian menyeluruh di atas, maka bagi seorang yang beriman, pengertian “syukur” yang perlu diresapi adalah bahwa dalam perjalanan hidup ini perlu “kesadaran memiliki

[r]

Dengan begitu luasnya cakupan pengertian “qara’a” yang berarti asli “menghimpun”, maka barangkali itulah sebabnya ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pertama kali kepada Nabi

Bengkulu Utara Proses Pengadaan Langsung untuk Kegiatan Penyediaan Infrastruktur Peningkatan Produksi dan Produktifitas Pertanian DAK Bidang Pertanian Dinas

Demikian untuk menjadikan perhatian dan atas kehadirannya disampaikan terima kasih. Pokja Pengadaan Barang/ Jasa Dinas SDA dan ESDM