• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH (STRATEGI PENGUKUHAN EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH (STRATEGI PENGUKUHAN EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Strategi Pengukuhan Eksistensi TV9 Sebagai Media Dakwah)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi

Komunikasi Dan Penyiaran Islam

(S. Kom. I.)

Oleh:

Mohammad Machrus NIM. B01212042

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Mohammad Machrus

NIM : B01212042

Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi / Komunikasi dan Penyiaran Islam

E-mail address : [email protected]

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

Skripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………)

yang berjudul :

EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH

(STRATEGI PENGUKUHAN EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 22 Agustus 2016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PERPUSTAKAAN

(6)

i ABSTRAK

Mohammad Machrus, NIM B01212042, 2016, Eksistensi TV9 Sebagai Media Dakwah (Strategi Mengukuhkan Eksistensi TV9 Surabaya Sebagai Media Dakwah).Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya.

Kata kunci : Strategi, eksistensi, media dakwah, televisi.

Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah strategi mengukuhkan eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas strategi TV9 Surabaya dalam mengukuhkan eksistensi sebagai media dakwah.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Dengan pendekatan teori komunikasi massa demokratik-partisipan, teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan triangulasi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi mengukuhkan eksistensi TV9 sebagai media dakwah tidak lepas dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang. Jajaran direksi memanfaatkan dengan baik hal ini dengan mengembangkan televisi islam ditengah industri informasi, berjejaring, mendekatkan diri ke pemirsa dan mengembangkan kemampuan diri. Itu adalah bentuk eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Bentuk dari strateginya adalah memperkuat konten keislaman aswaja Nahdlatul Ulama, variasi program dan membuat konsep baru tayangan televisi dan menghadirkan pengajian di layar kaca.

(7)

i DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Pertanggungjawaban Penulisan Skripsi ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Pengesahan Tim Penguji ... iv

Motto Dan Persembahan... v

Abstrak... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 7

Manfaat Penelitian ... 8

Konseptualisasi ... 8

Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12

Kajian Kepustakaan ... 12

Strategi ... 12

Media Dakwah ... 21

Televisi ... 27

(8)

ii

BAB III : METODE PENELITIAN ... 38

Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38

Kehadiran Peneliti ... 40

Setting Penelitian ... 41

Sumber Data ... 42

Pengumpulan Data ... 43

Analisis Data ... 46

Pengecekan Keabsahan Data ... 47

Tahapan Penelitian ... 48

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 52

Setting Penelitian ... 52

Penyajian Data ... 62

Temuan Penelitian dan Analisis Data ... 75

BAB V : PENUTUP ... 83

Kesimpulan ... 83

Saran ... 85

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hegemoni dunia barat dalam bidang politik, militer, ekonomi,

dan kebudayaan yang bernuansa ketidakadilan terhadap negara-negara

Islam, telah membangkitkan reaksi militan dari kelompok-kelompok

muslim diberbagai belahan dunia.1 Karenanya harus ada peradaban baru

yang menyempurnakan kemajuan material dan berkesinambungan di

dalamanya. Peradaban baru itu juga harus dapat menggiring manusia

kepada kehidupan spiritual yang maju agar ia selalu menjaga

keseimbangan antara dua kehidupan itu dan tidak membiarkan salah

satunya melampaui yang lain.2 Perkembangan spiritual keagamaan tidak

bisa lepas dari adanya suatu media. Di era globalisasi ini banyak

bermunculan media massa dan media baru. Hal ini tentunya membuat

masyarakat dituntut cerdas dalam menghadapi kemajuan teknologi

komunikasi dan informasi. Saat ini media yang sangat digandrungi

adalah media internet, melalui internet semuanya bisa didapatkan, mulai

dari yang berbentuk video, tuisan, suara, gambar dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari

media yang berupa televisi. Setiap saat, kapan pun saat ada waktu

1

Dault Adhyaksa,Islam dan Nasionalisme,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), Hal.. 132

2

(10)

kosong sudah pasti barang yang dicari adalah televisi. Melalui media ini

banyak ditemukan beragam informasi yang dibutuhkan. Mulai dari

makanan, gaya hidup, berita baik luar maupun dalam negeri dan

tontonan yang menghibur seperti sinetron. Di Indonesia ada banyak

stasiun televisi yang mengudara secara nasional. Namun tidak sedikit

pula stasiun televisi lokal yang saat ini terus berkembang. Dengan

adanya televisi lokal, faktor kedekatan jadi alasan utama masyarakat

lebih menggandrunginya. Kehadiran televisi lokal khususnya di Jawa

Timur turut meramaikan dunia penyiaran lembaga penyiaran di daerah

tersebut yang kini diramaikan oleh sekitar 37 TV lokal. Kehadiran

mereka akan menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk

mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan.

Media televisi tidak lepas sebagai media komunikasi, komunikasi

media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan

komunikakan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu komunikasi televisi.

Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi

media massa tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara

perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang

kompleks serta pembiyaan yang besar. Karena media televisi yang

bersifat “transitori” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang

disampaikan melalui komunikasi media televisi tersebut bukan hanya

(11)

Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukan

bahwa media tersebut telah menguasai jarak geografis dan sosiologis.

Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola

kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi berubah total sama

sekali. Media televisi menjadi panutan baru (new religion) bagi

kehidupan manusia. Namun sebagai umat Islam hendaknya mencerna

dahulu berita atau konten yang dimuat oleh televisi. Menerima begitu

saja berita-berita dari mereka yang sulit dibedakan antara yang benar

dengan yang dusta, semuanya harus ditinggalkan. Perbuatan tersebut

termasuk dalam larangan Allah menyerupai golongan ahli kitab.3

Televisi sebagai media menyebarkan agama Islam bisa membuat

muballigh berpikir mengikuti perkembangan zaman. Diperlukan

inovasi-inovasi yang mutakhir agar kegiatan berdakwah bisa tepat sasaran agar

mendapat ridho dari Allah SWT. Da’i diperintahkan untuk menyeru

manusia menuju jalan Allah dengan hikmah dan dengan hal-hal yang

baik. Sebagaimana diterangkan di Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125

(12)

Artinya :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.4

Mengajak manusia untuk mengikuti agama yang diridhoi Allah SWT.

dengan tanpa menggunakan kekerasan sangat sesuai dengan media

televisi. Karena antara da’i dan mad’u tidak ada kontak langsung.

Seorang da’i yang sedang berdakwah bisa berada disatu tempat saja dan

bisa disaksikan oleh mad’u dari seluruh penjuru melalui pesawat televisi.

Televisi lokal bisa menjadi mimbar perdebatan masyarakat lokal

mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang dihadapi.

Selain itu, keberadaan televisi lokal dapat menjadi sarana pengembangan

potensi daerah, sehingga daerah pada gilirannya menjadi lebih maju dan

sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat. Dari perspektif

Otonomi Daerah, kehadiran televisi lokal dapat mengurangi sentralisme

informasi dan bisnis. Hal ini sesuai dengan amanat UU No. 32/ 2002

tentang Penyiaran yang merevisi UU Penyiaran terdahulu (UU No.

24/1997) yang kental sekali dengan kekuasaan. Hukum itu diciptakan

4

(13)

untuk memelihara hak dan tanggungjawab, baik berkaitan dengan

masalah individu, kelompok masyarakat, maupun suatu lembaga.5

Lewat televisi lokal dan televisi berjaringan yang sudah diatur

secara hukum, pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya

hidup ala Jakarta dan ala Barat. Pemirsa akan lebih banyak menyaksikan

berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Dalam

penyiaran suatu televisi lokal, dibutuhkan kerjasama dalam

organisasi/antar divisi dalam team yang telah ditentukan. Kualitas dan

maksimalitas pola komunikasi organisasi menentukan eksistensi stasiun

TV lokal khususnya yang berbasis religi. Namun yang paling penting

adalah peran pemimpin dalam mengkoordinasi bawahannya. Sifat yang

harus dimiliki pemimpin yakni : mengenal dakwah, mengenal diri,

perhatian yang utuh, teladan yang baik, pandangan yang tajam, kemauan

yang kuat, fitrah yang mengundang simpati dan optimisme.6

Seluruh perusahaan dan mata pencaharian yang dapat menutupi

kebutuhan masyarakat atau yang dapat mendatangkan manfaat yang

nyata, maka semua itu termasuk amal saleh apabila semua itu dilakukan

dengan ikhlas dan dlaksanakan menurut perintah agama.7 Televisi

komersial yang lebih mengutamakan berjualan produk, dalam hal ini

adalah program acara, dengan mengandalkan program-program hiburan

atau entertaimen dan news untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.

5

Syarifin Pipin,Pengantar Ilmu Hukum,(Bandung: Pustaka Setia, 1998), Hal. 12 6

Yakan Fathi,Yang Berjatuhan Dijalan Da wah,(Jakarta: Al-I tishom Cahaya Umat, 2001), hlm. 70-73

7

(14)

Ini dilakukan dengan cara mencari selera masyarakat sehingga program

acara banyak ditonton dan mendatangkan iklan. Sehingga banyak profit

yang masuk ke televisi tersebut.

Di Indonesia ada banyak media yang berdiri karena kepentingan

pemilik saham terbanyak. Audien dibuat tidak berdaya dengan keadaan

seperti ini.Saat ini banyak media yang hanya menampilkan hiburan dari

pada konten mendidik yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal

ini tentunya tidak sesuai dengan amanat pembukaan undang-undang

dasar 1945 alinea ke empat.Namun tidak hanya media televisi, kasus

seperi ini juga terjadi pada media lain seperti Koran, radio dan lain

sebagainya. Pada saat musim pemilihan, dari kepala daaerah hingga

presiden, kebanyakan media berat sebelah dalam memberitakan kualitas

dan kuantitas antar calon.

Di Jawa Timur khususnya di Surabaya ada satu stasiun televisi

yakni TV9. Stasiun ini bisa dikatakan satu-satunya televisi lokal

Surabaya yang konten siarannya hampir separuh lebih mengandung

unsur dakwah Islami. Strategi dan caranya tentu mempunyai usaha yang

lebih keras dibandingkan stasiun televisi yang lainnya. Walaupun

televisi lokal maupun yang mengudara secara nasional juga mempunyai

acara sendiri tentang dakwah tapi hanya sebagian kecil saja. Didalam

acara TV9 banyak terdapat pengajian dari pondok pesantren terkemuka

di Jawa Timur. Dirasa tepat menggunakan televisi sebagai media

(15)

Dipelosok daerah yang ibu kota provinsinya Surabaya ini banyak yang

kurang mengerti tentang media tersebut. Maka dirasa perlu untuk

diketahui apa penyebab ketidak tahuannya. Dan perlu diketahui juga apa

saja upaya yang dilakukan staf dan manajemen dibalik layar dalam

memperkuat kedudukannya sebagai televisi yang beraliran Islami.

Tentunya bukan perkara yang mudah dalam mempertahankan eksistensi

televisi sebagai media dakwah. Maka dari itu perlu diapresiasi atas kerja

keras para pekerja seni yang berdiri tegak menopang kesuksesan

medianya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia, bisa menyebar luaskan

agama yang diridhoi Allah sambil bekerja.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui fokus dan gambaran penelitian ini, maka

rumusan masalahnya.

Bagaimana strategi TV9 Surabaya dalam pengukuhan eksistensi sebagai

media dakwah ?

C. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui strategi TV9 Surabaya dalam pengukuhan eksistensi

(16)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi pembaca, diharapkan melalui penelitian ini secara teori maupun

lapangan dapat memberikan wawasan dan dapat mengembangkan diri

serta meningkatkan profesionalitas pembaca dibidang komunikasi dan

penyiaran Islam.

b. Bagi peneliti, dari penelitian ini dapat memberikan tambahan keilmuan

tentang dakwah Islam di Indonesia.

c. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan

terhadap fakultas dakwah dan komunikasi khususnya program studi

komunikasi dan penyiaran Islam.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini nantinya bisa dijadikan pengalaman pribadi penulis

sendiri juga para pembaca, media dakwah dan lembaga-lembaga

dakwah.

E. Konseptualisasi

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengertian

terhadap penulisan skripsi, penting adanya penegasan istilah yang

berkaitan dengan judul skripsi tersebut. Adapun istilah-istilah yang

penulis tegaskan pengertiannya adalah sebagai berikut:

1. Strategi Pengukuhan, Strategi merupakan sekumpulan cara untuk mencapai sesuatu.8 Sedangkan pengukuhan menurut Kamus Besar

8

(17)

Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan mengukuhkan. Jadi

strategi pengukuhan ialah sekumpulan cara atau siasat secara

keseluruhan untuk menguatkan atau memperkuat sesuatu yang berkaitan

dengan pelaksanaan gagasan sebuah perencanaan dalam kurun waktu

tertentu.

2. Eksistensi TV9 Surabaya, Eksistensi merupakan sesuatu yang dikaitkan dengan keberadaan; adanya; kehadiran.9 Sedangkan TV9

Surabaya yakni salah satu televisi lokal yang bermarkas di Jl. Raya

Darmo No. 96 Surabaya.

Jadi eksistensi TV9 Surabaya adalah keberadaan sebuah media

televisi lokal yang berbasis di Jawa Timur yang beraliran Islam

Ahlussunnah Wal Jamaah Nahdlatul Ulama. TV9 berada dibawa

naungan PT. Dakwah Inti Media dan KH. Moh. Hasan Mutawakkil

Alallah, S. H., MM. sebagai pemiliknya serta dilaunching pada 31

Januari 2010 yang bertepatan dengan peringatan Hari Lahir ke-84

Nahdlatul Ulama. Media ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur

Soekarwo. TV9 berada dichanel 42 UHF untuk situs web bisa diakses

melaluiwww.tv9.co.iddan mempunyai slogan santun menyejukkan.

9

(18)

3. Media Dakwah, Media yakni perantara10 sedangkan dakwah yaitu penerangan agama Islam.11 Media (wasilah) dakwah yaitu alat yang

dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam)

kepada mad’u.12

Jadi media dakwah yakni alat yang digunakan untuk

menyampaikan ajaran Islam kepada umat. Dalam arti yang lebih sempit,

media dakwah bisa didefinisikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu

berarti media dakwah mempunyai tugas sebagai penunjang tercapainya

tujuan berdakwah dengan menggunakan TV sebagai media dakwah.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada pembahasan skripsi,

peneliti akan menguraikan pembahasannya. Adapun sistematika

pembahasan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah

penelitian, fokus penelitian yang berbentuk rumusan masalah, tujuan yang

ingin dicapai oleh peneliti, manfaat yang diharapkan dalam penelitian,

konseptualisasi yang merupakan penjelasan dari judul dan sistematika

pembahasan agar penelitian lebih sistematis.

10

Tim Prima Pena,Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Gitamedia Press, 2006), Hal. 302 11

Ibid,Hal. 76 12

(19)

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini akan menjelaskan tentang kepustakaan yang

membahas tentang strategi, media dakwah, televisi, kerangka teori dan

penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini menerangkan tentang pendekatan dan jenis penelitian

yang akan dipakai. Subyek penelitian, jenis penelitian dan sumber data,

tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta

teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan beberapa hal, yakni : Setting

penelitian, Penyajian data dan Temuan Penelitian .

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang

nantinya akan memuat simpulan dan saran serta dokumen-dokumen terkait

(20)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Pustaka

1. Strategi

a. Definisi Strategi

Strategi adalah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan

organisasi. Sebaliknya, manajemen strategis adalah cara untuk

menanggapi peluang dan tantangan bisnis, manajemen strategis merupakan

proses manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan yang ditujukan

untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif.

Terakhir, strategi yang efektif adalah strategi yang mendorong terciptanya

keselarasan yang sempurna antara organsasi dengan lingkungannya dan

dengan pencapaian tujuan strategisya.1

b. Komponen Strategi

Secara umum, strategi yang disusun dengan baik meliputi tiga bidang:

kompetensi unggulan, ruang lingkup, dan alokasi sumber daya. Komponen

unggulan adalah sesuatu yang dapat dilakukan dengan sangat baik oleh

organisasi. Ruang lingkup dari suatu strategi merinci rentang pasar di

mana suatu perusahaan/organisasi akan bersaing. Sebuah strategi

seharusnya juga mencakup garis besar dari alokasi sumber daya organisasi

1

(21)

yang telah diproyeksikan bagaimana perusahaan akan mendistribusikan

sumber-sumber dayanya diantara bidang-bidang yang merupakan lahan

persaingannya.

c. Jenis Alternatif Strategi

Sebagian besar bisnis di masa sekarang juga mengembangkan strategi

pada dua tingkat yang berbeda. Kedua tingkat tersebut memberikan

kombinasi yang kaya dari berbagai pilihan strategi bagi organisasi. Strategi

tingkat bisnis adalah serangkaian stretegi alternatif yang dipilih organisasi

pada saat organisasi terebut berbisnis dalam suatu industri atau pasar

tertentu. Alternatif semacam itu membantu organisasi untuk memfokuskan

usaha persaingannya dalam setiap industri atau pasar pada suatu target.

Strategi tingkat korporasi adalah serangkaian alternatif strategi yang

dipilih organisasi pada saat organisasi mengelolah operasinya secara

simultan dibeberapa industri atau dibeberapa pasar.

d. Formulasi dan Implementasi Strategi

Perlu ditarik suatu garis pemisah antara formulasi strategi dan

implementasi strategi. Formulasi strategi adalah serangkaian proses yang

terlibat dalam penciptaan atau penentu strategi organisasi, sementara

implementasi strategi adalah metode yang digunakan untuk

mengoperasionalkan atau melaksanakan strategi dalam organisasi.

(22)

antara isi dengan proses: tahap formulasi menentukan isi strategi, dan

tahap implementasi berfokus pada bagaimana strategi dicapai.

Terkadang proses memformulasikan dan mengimplementasikan

strategi merupakan proses yang rasional, sistematis, dan direncanakan dan

sering kali disebut sebagai strategi terencana yakni suatu rencana yang

dipilih dan diimplementasikan untuk mendukung tujuan tertentu. Namun,

dilain waktu, organisasi menggunakan suatu strategi emergensi yakni

suatu pola tindakan yang berkembang sepanjang waktu dalam suatu

organisasi karena ketiadaan misi dan tujuan, atau terlepas dari misi dan

tujuan. Mengimplementasikan strategi emergensi melaibatkan

pengalokasian sumber daya walaupun suatu organisasi tidak secara

eksplisit memilih strategi tersebut.14

e. Pengendalian Strategi

Pengendalian strategi terdiri atas penentuan cakupan besaran

keberhasilan (kualitatif dan kuantitatif) dalam pencapaian strategi

perusahaan. Sebagai suatu upaya sistematis, pengendalian strategi terdiri

atas langkah-langkah untuk (1) menetapkan standar dan metode

pengukuran prestasi kerja (kinerja); (2) membandingkan prestasi

sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; (3) menentukan

apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan

tersebut; dan (4) mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk

14

(23)

menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan dengan

cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.

f. Strategi Pengukuhan Eksistensi

Strategi adalah rencana yang telah disusun secara komprehensif

untuk mencapai tujuan tertentu suatu organisasi atau lembaga dalam

menasbihkan keberadaannya. Eksistensi memerlukan usaha yang lebih

agar keberadaan suatu organisasi atau lembaga diakui keberadaannya oleh

masyarakat. Dengan melakukan berbagai macam strategi, diharapkan bisa

mendapat pengakuan dari masyarakat tentang ada atau tidaknya suatu

organisasi atau lembaga.

1. Menetapkan Standar dan Metode Pengukuran Prestasi Kerja

Standar yang dimaksud adalah kriteria yang sederhana untuk prestasi

kerja. Yakni titik-titik yang terpilih di dalam seluruh program untuk

mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer

tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu

mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah

ditetapkan. Parameter yang digunakan diturunkan dari strategi induk

perusahaan.

2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja

Langkah kedua adalah mengukur, atau kalau tidak, mengevaluasi

prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan.Sekalipun tidak selalu

(24)

standar secara ideal hendaknya dilakukan atas dasar pandangan ke depan,

sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dari standar

dapat diketahui lebih dahulu. Jika tidak memiliki kemampuan seperti itu,

penyimpangan-penyimpangan harus dapat diketahui sedini mungkin.

3. Membandingkan Prestasi Kerja Dengan Standar

Setelah dua proses sebelumnya dilalui, yang perlu dilakukan pada

langkah ini adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau

standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar, manajer

akan menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali.

4. Mengambil Tindakan Korektif

Proses pengendalian tidak lengkap, jika tidak diambil tindakan untuk

membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika standar ditetapkan untuk

mencerminkan struktur organisasi dan apabia prestasi kerja diukur dalam

standar ini, maka pembetulan terhadap penyimpangan yang negatif dapat

dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap

bagian manakah dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja,

tindakan koreksi itu harus dikenakan.15

Ada beberapa strategi lain yang andil dalam Pengukuhan eksistensi

televisi sebagai media dakwah, yakni:

15

(25)

a. Strategi Program

Departemen program dan manajer program stasiun penyiaran

memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam menunjang keberhasilan

stasiun penyiaran. Pada bagian ini, kita akan mebahas strategi program

yang ditinjau dari aspek manajemen atau sering juga disebut dengan

manajeman strategis (management strategic) program siaran yang terdiri

dari:

1. Perencanaan program

2. Produksi dan pembelian program

3. Eksekusi program

4. Pengawasan dan evaluasi program16

b. Stategi Penayangan

bagian program suatu media penyiaran harus menyadari suatu

prinsip dasar dalam mengelola program siarannya bahwa setiap menit

dalam setiap hari waktu siaran memiliki perhitungan sendiri. Ada audien

untuk setiap waktu siaran selama 24 jam sehari dan ada persaingan untuk

merebut audien itu dalam setiap menitnya. Program siaran tidak hanya

bersaing dengan program siaran sejenis tetapi juga dengan media lainnya.

Program siaran juga harus bersaing dengan waktu makan, membaca buku,

16

(26)

dan kegiatan pribadi lainnya yang dilakukan audien di rumah atau di mana

saja.

Salah satu strategi agar audien tidak pindah saluran adalah dengan

menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling

dramatis, mengandung ketegangan, menggoda dan memancing rasa

penasaran yang hanya bisa terjawab atau terpecahkan jika tetap mengikuti

saluran itu. Dengan strategi ini, audien diharapkan tidak akan pindah

saluran jika ia tidak ingin beresiko kehilangan momen atau gambar yang

menimbulkan rasa penasarannya itu.

Stasiun penyiaran tidak disarankan untuk menempatkan seluruh

acara yang diminati secara bergandengan tetapi harus disebar atau

diselang-selingkan dengan acara yang kurang populer. Dengan cara seperti

ini diharapkan acara yang kurang populer itu mendapat perhatian pula dari

audien.17

c. Strategi Siaran Iklan

Pemasang iklan yang membeli waktu siaran untuk menayangkan

iklan, maka sebenarnya pemasang iklan mencoba menarik perhatian

audien yang tengah mengikuti program siaran tempat iklan itu

ditayangkan. Dengan demikian, audien sebenarnya lebih tertarik kepada

program siaran dan bukan kepada iklan yang muncul pada program siaran

itu. Pemasang iklan harus memilliki strategi agar iklan yang disiarkan

17

(27)

dapat mencapai sasarannya, yaitu para pembeli potensial secara efektif dan

efisien.18

d. Strategi Pemasaran

Tugas bagian pemasaran adalah meyakinkan calon pemasang iklan

bahwa uang yang dikeluarkan untuk memasang iklan itu tidak akan

percuma dan tentu saja akan memberikan hasil yang diharapkan. Untuk

itu, bagian pemasaran harus pro aktif mendekati calon klien. Hal ini tentu

saja tidak dapat dilakukan jika staf pemasaran hanya duduk di kantor.

Cukup banyak staf pemasaran suatu stasiun penyiaran yang jarang

meninggalkan kantor dan lebih suka menunggu telepon dari pemasang

iklan. Sungguh ini bisa menjadi penantian yang panjang.

Salah satu prinsip yang perlu diikuti dalam pemasaran adalah

mengenali pasar dan mengenali usaha atau bisnis yang dilakukan calon

pemasang iklan (klien).Tugas pertama staf pemasaran ialah menemukan

calon klien. Kemudian mulailah melakukan persiapan dengan melakukan

riset dengan benar sehingga bagian pemasaran mendapatkan peluang

bagus untuk meyakinkan klien untuk membeli slot iklan.19

Dalam marketing modern perlu lebih banyak dikembangkan

sebuah produk yang baik, menetapkan harga secara menarik, dan bisa

terjangkau oleh konsumen sasaran. Selanjutnya, perusahan juga harus

18

IbidHal. 425 19

(28)

berkomunikasi dengan para pelanggannya. Hal yang akan

dikomunikasikan harus disiapkan dan dirancang dengan baik dan tidak

boleh bersifat untung-untungan.

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, perusahaan bisa

membayar perusahaan iklan untuk menyusun iklan yang efektif, ahli

promosi penjualan untuk merancang program perangsang penjualan, dan

hubungan perusahaan dengan masyarakat untuk meningkatkan citra

perusahaan.

Pengendalian perusahaan tidak lagi dapat dilakukan hanya

berdasarkan intuisi atau pengalaman saja, namun pengetahuan menjadi

faktor penting lain yang perlu dipadukan. Maka dalam kondisi resesi

seperti yang kita hadapi saat ini, tugas manajemen dalam mengendalikan

perusahaan pemasar menjadi lebih berat lagi. Untuk mencapai tujuan

perusahaan, dibutuhkan koordinasi yang baik dari semua fungsi

manajemen.

Pada dasarnya semua fungsi tersebut sama pentingnya sebagai

suatu sistem, namun pemasaran merupakan fungsi yang mempunyai

intensitas hubungan paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal

justru dalam lingkungan itulah perusahaan mempunyai keterbatasan yang

paling besar dalam pengendaliannya. Maka seringkali dikatakan bahwa

(29)

kedudukannya dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan dan

berperan penting dalam pengembangan strategi.20

2. Media Dakwah

a. Pengertian Media Dakwah

Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimilogi), berasal

dari bahasa latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan

kata media merupakan jamak dari pada kata median tersebut.Pengertian

semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat

(perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media

dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat

berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.21

Media pada dasarnya adalah cermin dan refleksi dari masyarakat secara

umum.Karena itu, media bukanlah saluran yang bebas, dia juga subjek

yang mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan

pemihakannya.22

Pakar dakwah Syekh Ali Mahfuz mengartikan dakwah dengan

mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru

mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan

buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.

Pengertian dakwah yang dimaksud, menurut Ali Mahfuz lebih dari sekedar

20

Samsul Anam,Diktat Mata Kuliah Pengantar Manajemen Dakwah

21 16

Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 163

22

(30)

ceramah dan pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat

diidentifikasikan dengan keduanya. Dakwah juga meliputi tulisan (bi

al-qalam) dan perbuatan sekaligus keteladanan (bi al-hal wa al-qudwah),

Sayyid Quthub, lebih memandang dakwah secara holistis, yaitu sebuah

usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan nyata dari tataran

yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti

negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Untuk mewujudkan sistem tersebut, menurut M. Quraish Shihab

diperlukan keinsafan atau kesadaran masyarakat untuk melakukan

perubahan dari keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi baik.23

Dengan demikian media dakwah merupakan segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk mencapai tujuan mengajak manusia untuk menuju

jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam arti yang lebih sempit, media

dakwah bisa didefinisikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu berarti

media dakwah mempunyai tugas sebagai penunjang tercapainya tujuan

berdakwah. Dari beberapa definisi di atas, maka media dakwah adalah alat

yang menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra

dakwah.24

Media dakwah mempunyai peranan yang sangat penting untuk

berhasil dan lancarnya berdakwah dan diperlukan suatu pemikiran yang

tepat dalam menentukan media apa yang akan digunakan untuk

23

Ilyas Ismail & Prio Hotman,Filsafat dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,(Jakarta: Kencana, 2011) Hal. 28-29

24

(31)

berdakwah. Dengan melihat siapa mad’u yang akan dijadikan obyek

dakwah dan bagaimana latar belakang mereka serta golongannya.

Menurut Moh. Ali Aziz media dakwah diklasifikasikan menjadi

tiga, yaitu:

1. Media Auditif

Media auditif adalah media yang menekankan pada pendengaran,

maksudnya pendengaran menjadi penerima pesan yang utama tanpa harus

melihat siapa yang berceramah. Media ini sangat tepat pada orang-orang

yang mempunyai kekurangan seperti buta dan orang yang sedang

melakukan pekerjaan tanpa harus meninggalkan pekerjaannya karena

cukup dengan mendengar mereka faham akan isi dakwah yang

disampaikan. Adapun media auditif ini dibagi menjadi dua yaitu radio dan

kaset atau tape recorder.

2. Media Visual

Media visual adalah sarana yang dapat ditangkap oleh mata manusia,

jenis media ini sangatlah banyak bahkan akan semakin banyak dengan

kemajuan teknologi komunikasi yang semakin pesat berkembang. Media

ini pada saat ini sangat efektif karena pada saat ini kita bisa menemukan

video-video ceramah diinternet dengan bisa langsung melihat wajah

da’inya. Karena tidak dapat dipungkiri pada saat ini penokohan dan

semakin banyaknya masyarakat yang menjadi penggemar seorang da’i

(32)

a. Pers : dalam arti sempit pers adalah media massa cetak seperti surat

kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.

b. Majalah : majalah juga memiliki kekuatan pengaruh sebagaimana

surat kabar.

c. Surat : setiap tulisan yang berisi pernyataan dari penulisnya dan

dibuat dengan tujuan penyampaian informasi kepada pihak lain.

d. Buku : kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi

satu pada salah satu ujungnya berisi tulisan atau gambar.

e. Poster atau plakat : karya seni atau desain grafis yang memuat

komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.

f. Internet : berasal dari kepanjangan international connection

networking. Dengan demikian internet adalah suatu sistem jaringan

komunikasi yang terhubung di seluruh dunia.

g. SMS (Short Message Service) : sebuah layanan yang dilaksanakan

dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima

pesan-pesan pendek.

h. Brosur : terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga

sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan

(33)

3. Media Audio Visual

Media audio visual adalah media gabungan antara media auditif

dengan media visual.Apa saja yang kurang pada media auditif dilengkapi

oleh media visual begitu pula sebaliknya, media ini lebih efektif dan

modern dari pada media visual dan auditif. Berikut adalah media yang

termasuk media audio visual :

a. Televisi : sebuah alat penangkap siaran bergambar.

b. Film : film atau gambar hidup juga sering disebut movie. Film,

secara kolektif, sering disebut sinema.

c. Sinema Elektronik : lebih dikenal dengan akronim sinetron adalah

sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi.

d. Cakram Padat : dalam bahasa inggris disebut Compact Disc,

disingat CD adalah sebuah piringan optikal yang digunakan untuk

menyimpan data secara digital.25

a. Peranan Media Dakwah

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai

alat bantu dakwah, atau yang popular didalam proses belajar

mengajar disebut dengan istilah “alat peraga”. Alat bantu berarti

media dakwah memiiki peranan atau kedudukan sebagai penunjang

tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media

masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.

25

(34)

Sebenarnya media dakwah ini bukan saja berperan sebagai

alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu

sistem, yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen

(unsur) yang komponen satu dengan lainnya saling kait mengkait,

bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini

media dakwah mempunyai peran atau keudukan yang sama

dibanding dengan komponen yang lain, seperti metode dakwah,

obyek dakwah dan sebagainya. Apalagi dalam penentuan strategi

dakwah yang memiliki azas efektifitas dan efisiensi, peranan media

dakwah menjadi tampak jelas peranannya.

b. Alasan Pentingnya Media Dakwah

Dakwah adalah suatu proses yang kompleks dan unik.

Kompleks artinya didalam proses dakwah mengikut sertakan

keseluruhan aspek kepribadian, baik bersifat jasmani maupun

rohani. Sedangkan unik artinya didalam proses dakwah sebagai

obyek dakwanya terdiri dari berbagai macam perbedaan, seperti

berbeda dalam kemampuan, kehendak, sifat, kebudayaan, ideologi,

filsafat dan sebagainya.

Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak

manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajak)-nya.

Sedangkan pengajak (da’i) sudah barang tentu memiliki tujuan

(35)

tujuan yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir

komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah

satu komponen adalah media dakwah.26

3. Televisi

Istilah televisi sendiri terdiri dari “tele” yang berarti jauh dan “visi”

(vision) berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauhnya, televisi

siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang dimiliki

komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Dengan demikian, televisi

meruipakan media audio-visual, yang disebut juga media pandang dengar,

atau sambil didengar langsung pula dapat dilihat. Oleh karena itu,

penanganan produksi siaran televisi jauh lebih rumit, kompleks, dan biaya

produksinya pun jauh lebih besar dibanding dengan radio siaran. Karena

media televisi bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang nyata.27

Menurut kamus praktis bahasa Indonesia adalah penyiaran,

pertunjukan dan sebagainya dengan radio dan dengan alat penerima,

pertunjukan tadi diwujudkan sebagai gambar hidup.28 Televisi juga

merupakan sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai

penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang hitam putih

maupun berwarna. Televisi adalah sebuah pengalaman yang kita terima

begitu saja. Kendati demikian, televisi juga merupakan sesuatu yang

26

Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 163-165

27

Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam,(Bandung: Benang Merah Press, 2004) Hal. 74

28

(36)

membentuk cara berpikir kita tentang dunia. Kehadirannya yang tak

terelakan dan sifat alamiahnya yang populis, dimasa lalu menjadi alasan

bagi penolakan televisi, karena sifatnya yang sekejap dan tidak berharga.

Tetapi sekarang media dan budaya pop telah masuk dalam agenda

akademik. Suara miring yang dikumandangkan para penganut budaya

tinggi terhadap harga materi televisi menjadi terdengar lucu. Televisi pada

hakikatnya adalah sebuah fenomena kultural, sekaligus medium di mana

sepenggal aktivitas budaya menjamah kita di dalam rumah. Bagaimanapun

juga, televisi sebagai objek studi tidak hanya terkait dengan program.29

a. Sejarah Televisi

Cikal bakal televisi adalah piringan pemindai yang ditemukan oleh

Insinyur berkebangsaan Jerman bernama Paul Nipkow (1860-1940).

Peralatan Nipkow itu dipakai dari 1923 sampai 1925 di dalam sistem

televisi percobaan. Pada 1926, ilmuwan Skotlandia bernama John Logie

Baird (1888-1946) menyempurnakan metode pemindaian itu. Pada 1923,

Insinyur kelahiran Rusia bernama Vladmir Zworykin (1889-1982) dan

warga Amerika Serikat bernama Philo T. Farnsworth (1906-1971)

membangun sistem pemindai elektronik yang menjadi prototipe kamera

modern.

29

Graeme Burton,Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi,

(37)

Pesawat televisi pertama yang bisa dipakai umum kali pertama di

Inggris pada 1923 dan di Amerika Serikat pada 1938. Setelah perang dunia

II selesai, peningkatan teknologi dan masyarakat yang semakin sejahtera

membuat permintaan televisi meningkat. Pesawat televisi yang terjual

mencapai satu juta unit. Di Amerika Serikat, pada awalnya didirikan enam

stasiun televisi dan masing-masing hanya melakukan siaran beberapa jam

setiap harinya. Menjelang 1948, 34 stasiun mengudara sepanjang hari di

21 kota besar. Sekitar akhir 1950-an jaringan televisi nasional didirikan di

hampir setiap negara industri. Ketika abad ke-20 hampir berakhir, televisi

memasuki galaksi digital dengan munculnya televisi digital yang

dipancarkan dalam bentuk digital (berbasis computer). Dengan semakin

bertambah banyaknya televisi kabel pada 1960-an dan layanan satelit

siaran pancaran langsung (DBS) pada 1990-an, semakin banyak tersedia

saluran dan jenis siaran di seluruh dunia.

Di Indonesia, kehadiran media televisi mulai dipikirkan setelah

Indonesia terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV

yang dibuka pada 24 Agustus 1962. Pada 1961, Menteri Penerangan pada

masa itu R. Maladi sebagai penggagas utama berharap, agar kehadiran

media televisi dipesta olahraga itu dapat dipergunakan sebagai langkah

awal dari pembangunan media televisi nasional. Usulan itu didukung oleh

presiden Soekarno yang memutuskan untuk memasukkannya dalam

proyek pembangunan sarana Asian Games IV di bawah pimpinan Letnan

(38)

keputusan Menteri Penerangan No. 20/SKM/1961 tentang pembentukan

panitia persiapan televisi (P2T) pada 25 Juli 1961.

Setelah stasiun dan pemancar televisi selesai dibangun pada 22

Agustus 1962, media televisi yang disebut sebagai Televisi Republik

Indonesia (TVRI) melakukan tugasnya untuk menyiarkan Asia Games IV

dari 24 Agustus 1962 sampai 4 september 1962. Pada saat itu, siaran yang

dilakukan terbatas hanya untuk kota Jakarta Raya dan sekitarnya. Kepres

No. 318/1962 tentang pengintegrasian TVRI ke dalam Yayasan Gelora

Bung Karno menjadi langkah awal TVRI sebagai media televisi nasional.

Studio-1 TVRI diresmikan pada 11 Oktober 1962 dengan Sus Salamun

sebagai penyiar perempuan pertama on air.30

Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun

penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi.

Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada

kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang

merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan

SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI.

Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan

industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan

masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun

2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro,

30

(39)

Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah. Tidak

ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan

berbagai program dalam dan luar negeri.

Setelah undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah

televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya

di daerah yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televisi publik, swasta,

berlangganan dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar

memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi.31

a. Televisi Dan Pemanfaatannya

1. Sebuah Media Keluarga

Mengacu pada percakapan juga memunculkan asumsi bahwa

hakikat televisi mencakup pemirsaan keluarga. Barangkali televisi

memang mencakup keluarga-keluarga, pasti berlangsung di suatu

tempat yang dinamakan rumah. Tetapi buktinya, beberapa keluarga

tidak selalu menonton televisi bersama. Lebih penting lagi, hanya 25

persen rumah tangga Inggris yang terdiri dari kedua orang tua dengan

satu atau lebih anak. Dan 64 persen dari semua rumah tangga memiliki

lebih dari satu pesawat televisi (1996). Jadi, konsep rumah keluarga

memerlukan pemikiran ulang. Persoalan seputar pengalaman

menonton televisi bersama keluarga adalah valid pada saat

mendiskusikan hakikat televisi dan barangkali efek yang

31

(40)

ditimbulkan.Tetapi, persoalan itu tetap perlu diletakkan dalam

perspektif.

2. Suatu Media Domestik

John Hartley (1992) menunjukan bahwa televisi pada dasarnya

merupakan media domestik. Menurutnya, rumah secara simultan

adalah konstruk ekonomi dan kultural, yang sebagaimana kita ketahui

penting bagi penyiaran dan konsumsi budaya. Ia menunjukan bahwa

rumah sebagai unit keluarga individual adalah sebuah kreasi dari abad

kedua puluh yang berhubungan dengan potensi kekacauan sosial dan

politik yang disebabkan oleh massa urban yang tertekan pada abad

kesembilan belas/dua puluh awal. Hiburan dan kesenangan yang

bergerak dari jalanan, publik, gedung musik, dan bahkan bioskop

menekan arena domestik yang bisa diidentifikasikan dan dikontrol.

3. Sebuah Agen Budaya–Komoditas Budaya

Frasa ini dipakai oleh John Fiske (1987). Fiske berbicara tentang

televisi sebagai pendorong dan sirkulator makna-makna. Bagi Fiske,

berbagai makna inilah yang menjadi fokus kajian televisi membuat

makna-makna yang melayani berbagai kepentingan dominan dalam

masyarakat dan mensirkulasikan makna-makna itu di tengah ragam

kelompok sosial yang luas yang merupakan khalayaknya. Fiske

(41)

mereka, yang misalnya, melihat sebagai sebuah praktik industrial atau

sebagai produsen komoditas yang mencari keuntungan.

Fiske sendiri sesungguhnya, dilain tempat (1991), mendefinisikan

televisi sebagai sebuah komoditas budaya (Cultural Commodity).

Sebuah program pada level finansial adalah produk yang memiliki

harga dan dijual kepada audiens. Namun, pada level kultural, program

menjadi jenis produk yang berbeda, di mana audiens memanfaatkan

makna-maknanya dan mendefinisikannya berdasarkan nilai budaya.32

4. Televisi Sebagai Media Massa

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dunia kini dirasakan

semakin sempit, karena dalam beberapa saat saja kita dapat

berhubungan dengan yang lain, walaupun kita di belahan bumi yang

berbeda, sehingga rasanya kita berada di dalam suatu tempat di dunia,

suatu masyarakat dunia. Akibat dari berkembang pesatnya teknologi

komunikasi ini mengakibatkan berkembangnya media massa, bukan

saja media elektronik seperti radio dan televisi, tetapi juga merambah

ke media cetak.33

32

Graeme Burton,Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2011), Hal. 15-16 33

(42)

5. Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan

pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan

hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat

mencapai sasaran (tujuan) yang lebih optimal baik kuantitatif maupun

kualitatif.

Media dakwah dengan televisi ini sangat banyak memperoleh

kehebatan di banding dengan media-media dakwah lainnya, sebagian

kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh

seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya

hanya pada pusat pemberitaan (studio) saja.34

Secara ekstrim, George Gerbner menyebut televisi sebagai agama

masyarakat industri. Tafsir sederhananya adalah televisi telah

menggeser agama-agama konvensional. Khotbahnya didengar dan

disaksikan oleh jamaah agama apa pun. Rumah ibadahnya tersebar di

seluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya diikuti dengan penuh

kekhidmatan, dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati dan

mempengaruhi bawah sadar manusia daripada ibadah agama-agama

yang ada.35

34

Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 177

35

(43)

b. Jangkauan siaran

Berdasarkan jangkauan siaran yang dimiliki, maka stasiun

penyiaran dapat dibagi menjadi stasiun penyiaran lokal, stasiun

penyiaran nasional dan stasiun jaringan. Masalah jangkauan siaran ini

merupakan faktor yang sangat penting bagi pemasang iklan yang

merupakan perusahaan atau produsen dalam mempromosikan dan

memasarkan produknya (barang dan jasa) kepada khalayak karena

terkait dengan wilayah pemasaran yang dimilikinya.

1. Stasiun Lokal

Stasiun penyiaran radio dan televisi lokal merupakan

stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup

satu wilayah kota atau kabupaten. Undang-undang penyiaran

menyatakan, bahwa stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di

lokasi tertentu dalam wilayah negara republik Indonesia dengan

wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut. Ini berarti

syarat atau kriteria suatu stasiun dikategorikan sebagai penyiaran

lokal adalah : lokasi sudah ditentukan dan jangkauan siaran

terbatas.

Perusahaan lokal tentu saja tidak perlu memasang iklan

pada media massa yang memiliki daya jangkau siaran yang

meliputi sebagian besar wilayah negara karena tidak efektif dan

membutuhkan biaya besar. Perusahaan lokal dapat beriklan di

(44)

iklan lokal sebaiknya memilih media dengan cakupan siaran yang

terbatas pada wilayah pemasaran lokal.

2. Stasiun Nasional

Stasiun penyiaran nasional adalah stasiun radio atau televisi

yang menyiarkan programnya ke sebagian besar wilayah negara

dari hanya satu stasiun penyiaran saja. Negara-negara yang

memiliki sistem penyiaran tersentralisasi atau terpusat biasanya

memiliki stasiun radio atau televisi nasional, baik yang dikelola

pemerintah maupun swasta. Di Indonesia hingga tahun 2007,

terdapat 10 stasiun televisi yang berlokasi di Jakarta yang

melakukan siaran secara nasional. Sampai tahun 2016 sedikitnya

ada 15 media televisi yang melakukan siaran secara nasional.

3. Stasiun Jaringan

Berbagai Stasiun Radio yang pada awalnya memiliki

wilayah siaran terbatas di wilayah atau lokalnya masing-masing

dan hanya melayani komunitas atau masyarakatnya masing-masing

dapat melakukan siaran bersama sehingga membentuk wilayah

siaran yang lebih luas.36

36

(45)

B. Penelitian Terdahulu

1. Ditulis oleh Octarina Andanasari NIM B06210083 pada tahun 2014

mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya program studi ilmu komunikasi.

Judul skripsi : Strategi SBO dalam memperthankan eksistensi ditengah

persaingan televisi lokal Surabaya. Penelitian ini meneliti tentang strategi

yang dilakukan oleh SBO TV dalam mempertahankan keberadaannya

dalam ketatnya persaingan televisi lokal dengan pendekatan ekonomi

media. Adapun persamaannya dengan dengan penelitian ini adalah

sama-sama meneliti tentang strateginya. Sedangkan perbedaanya yakni dalam

konteks obyektifitasnya. Penelitian ini lebih fokus pada hal ekonomi.

2. Ditulis Zahrotus Saidah pada tahun 2012 mahasiswi UIN Sunan Ampel

Surabaya program studi ilmu komunikasi dengan judul : Strategi TV9

Surabaya dalam membangun citra televisi yang santun menyejukkan.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang strategi,

sedangkan perbedaannya ialah skripsi ini lebih menekankan pada citranya

daripada strateginya.

3. Ditulis oleh Ahmad Saidan pada tahun 2006 mahasiswa UIN Sunan

Ampel Surabaya program studi komunikasi dan penyiaran islam. dengan

judul Fungsi televisi sebagai media dakwah : kajian pemanfaatan televisi

sebagai media dakwah Ustadz Haryono. Persamaan dari penelitian ini

adalah sama-sama meneliti tentang televisi sebagai media dakwah,

sedangkan perbedaannya penelitian ini meneliti tentang fungsinya bukan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian. Metode penelitian adalah hal yang penting. Metode

penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang

sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

tertentu yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara

pemecahannya.37

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatau proses yang lama yang bermula dari

ketertarikan seseorang untuk mengetahui proses tertentu atau fenomena

tertentu, baik dari segi sebab akaibat sesuatau terjadi. Yang selanjutnya

yaitu menentukan model penelitian apa yang akan digunakan apakah

kualitatif atau kuantitatifyang disesuaikan dengan apa yang akan diteliti.

Pendekatan penelitian yang akan dilakukan adalah fenomenologi.

Penelitian ini dipilih karena penelitian kualitatif mempunyai kelebihan

dalam penekanan analisis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif

serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang

diamati, dengan mengunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa

pendekatan kualitatif sama sekali tidak memerlukan kuantitatif, akan tetapi

penekananya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha

37

(47)

menjawab pertanyaan penelitian melaluai cara berfikir formal dan

argumentatif.

Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari data yang mendalam

dengan demikian diharapkan akan lebih mempermudah peneliti dan

menganalisis data yang diperoleh pada saat penelitian. Penelitian ini juga

mempunyai sikap penyesuaian yang lebih mudah di dalam menghadapi

kenyataan-kenyataan ganda yang bersifat kompleks. Dalam penelitian

kualitatif terdapat juga unsur hubungan yang intens antara peneliti dengan

informan di dalam upaya memperoleh pemahaman yang utuh tentang suatu

permasalahan yang akan dikaji.

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis kualitatif

deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitaian yang terbatas pada usaha

mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga

hanya merupakan penyingkapan fakta.38 Proses ini yang menghasilkan data

berupa kata-kata yang tertulis atau dari ucapan (lisan) dari para informan

yang diamati nantinya berdasarkan fenomena yang ada dilapangan. Data

tersebut akan di koreksi kebenarannya.

✕8

Hermawan Warsito,✖ ✗✘ ✙ ✚✘ ✛ ✚✜✢✗✛✣ ✤✣ ✥ ✣ ✙ ✦✖✗✘ ✗✥ ✦✛ ✦ ✚✘, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

(48)

B. Kehadiran Peneliti

Pada sebuah proses penelitian kualitatif kehadiran peneliti sangatlah

penting karena penelitian ini memang menganjurkan peneliti langsung turun

ke lapangan penelitian dikarenakan bahan atau data yang diperoleh

penelitian kualitatif adalah hasil dari pengamatan, pengambilan rekaman,

wawancara, partisipasi, dokumen tertulis, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk

memperoleh data yang akan dicari, seperti ketika mencari data dengan

melakukan wawancara peneliti diharuskan datang sendiri dan mengamati

secara langsung apa yang dipaparkan oleh informan, dan juga mengamati

proses wawancara yang meliputi mimik wajah informan dan kejelasan

informasi yang dipaparkan oleh informan.

Dengan melakukan penelitian secara langsung tanpa harus ada

perantara dalam mencari data dan informasi mengenai objek penelitian

diharapkan data yang didapatpun merupakan data yang valid dan

benar-benar nyata, karena dalam penelitian kualitatif, data menjadi sesuatu yang

harus terjamin kebenaranya karena data inilah yang akan dikelola dan di

analisis kemudian menjadi hasil penelitian.

Pada proses meneliti dan mencari data tentang Strategi Pengukuhan

eksistensi TV9 sebagai media dakwah, peneliti secara langsung

memberitahukan maksud dan tujuan kepada informan tentang tujuan

peneliti untuk melakukan penelitian, pemberitahuan tentang rencana

(49)

yang valid dan cara peneliti menghormati para informan, melihat para

informan adalah para crew stasiun televisi yang beraromakan Islami, yang

menurut sudut pandang peneliti bahwa para informan tidak akan

memberikan data yang palsu.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini bertempat di studio dan kantor TV9 yang terletak Jl.

Raya Darmo No. 96 Surabaya. Tempat ini berdekatan dengan taman yang

dinobatkan sebagai taman terindah di Asia Tenggara yakni Taman Bungkul

Surabaya. Di jalan Raya darmo juga ada markas besar salah satu supporter

terbesar di Jawa Timur yakni Bonek yang mendukung klub kebanggaan

mereka Persebaya Surabaya. Perjalanan dari kampus Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya ke studio TV9 yang berlokasi di Jalan Raya

Darmo tidaklah jauh. Jarak tersebut bisa ditempuh dengan estimasi waktu

kurang lebih 20 menit naik kendaraan bermotor tanpa macet.

Dari kampus bisa langsung putar balik di Taman Pelangi kemudian

langsung meluncur ke utara lurus mengikuti jalan. Sesampainya di Kebun

Binatang Surabaya ambil kanan setelah itu lurus saja mengikuti jalan. Tidak

lama kemudian akan ditemui studionya. TV9 berada dibawa naungan PT.

Dakwah Inti Media dan KH.Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S. H., MM.

sebagai pemiliknya serta dilaunching pada 31 Januari 2010 yang bertepatan

dengan Hari Lahir ke-84 Nahdlatul Ulama. Media ini diresmikan oleh

(50)

web bisa diakses melalui www.tv9.co.id dan mempunyai slogan santun

menyejukkan.

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus

2016. Waktu ini dipilih atas dasar pertimbangan seminar proposal skripsi

yang dilakukan pada bulan april. Selain itu, pada bulan juni sudah

memasuki bulan suci romadhon. Jadi menurut peneliti crew stasiun

televisiakan sedikit mengurangi aktifitas di luar ruangan sehingga tidaklah

sulit untuk mencari informan.

D. Sumber Data

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sebuah data yang akan diperoleh dari

hasil wawancara dengan informan yaitu crew yang berkompeten dalam

penelitian ini. Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa hasil

wawancara yang mendalam mengenai strategi Pengukuhan eksistensi

TV9 sebagai media dakwah. Adapun informan yang dipilih adalah

sebagai berikut:

1. H. A. Hakim Jayli jabatan sebagai Direktur Utama.

2. Mohammad Sururi jabatan sebagai Manajer News dan

Pemimpin redaksi. (juga menjadi pimpinan tim riset TV9)

3. Kiswan jabatan sebagai Manajer Program.

4. Merry Damayanti jabatan sebagai Manajer Marketing dan

(51)

2. Sumber data skunder

Sumber data sekunder adalah data yang akan diperoleh oleh

peneliti dari para informan, yang berupa buku, arsip, foto, video dan

dokumen yang berkenaan dengan strategi Pengukuhan eksistensi TV9

sebagai media dakwah. Dalam penelitian ini ada sebuah buku yang

menjawab sebagian besar penelitian ini. Buku itu berjudul Televisi

Kaum Santri karangan Hakim Jayli yang diterbitkan sendiri oleh TV9.

Data sekunder berupa video yang akan peneliti cari di situs

Youtube.com, sedangkan arsip, foto dan dokumen bisa dicari di website

TV9 yakni www.tv9.co.id. Media internet saat ini sedang digandrungi

oleh masyrakat. Jadi, kalau suatu saat atau kapan pun membutuhkan

informasi, masyarakat cenderung akan lebih suka menggunakan internet

daripada media lainnya. Selain itu, peneliti juga akan melakukan

pencarian data kepada para crew lewat media sosial mereka. Semua

crew bukan tidak mungkin mengabadikan hasil kerjanya diakun jejaring

sosial miliknya seperti : Facebook, Path, Instagram, Youtube, Twitter

dan lain-lain.

E. Pengumpulan Data

Berdasarkan manfaat empiris, bahwa pengumpulan data adalah

sebuah instrumen yang paling penting dalam penelitian kualitatif.39apabila

kita salah dalam melakukan atau mengerjakannya itu akan berdampak fatal

✯✰

(52)

di dalam penelitian ini. Tahap-tahap pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Tujuan peneliti dalam melakukan observasi adalah ingin

mengetahui terlebih dahulu keadaan dan situasi tempat yang akan

diteliti, dengan begitu peneliti akan lebih faham akan situasi dan kondisi

yang ada di tempat penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan

pengumpulan data menegenai objek penelitian menggunakan metode

observasi hal ini dilakukan agar data yang terkumpul benar benar valid

dan sesuai dengan keadaan dilapangan.

Observasi mempunyai artimelihat, mengamati, dan mencermati

serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.40

Aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan

maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah

fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui

sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan

untuk melanjutkan suatu penelitian. Dalam hal ini peneliti akan

melakukan pengamatan atau observasi terhadap kegiatan ataupun upaya

yang dilakukan oleh TV9 sehingga bisa tetap eksis sebagai media

dakwah.

▼ ◆

(53)

2. Wawancara

Peneliti dalam melaksanakan wawancara pertama-tama akan

berbicara seperti biasa, bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan

mengenai nama informan apabila belum kenal, keadaan informan

bagaimana kesehatannya yang sifatnya bisa disebut pemanasan sebelum

melakukan wawancara. Pertanyaan itu bertujuan agar terciptanya

keakraban yang lebih dekat karena menurut hemat peneliti apabila

terjadi keakraban maka data yang dibutuhkan akan mudah didapatkan

dan datannya pun akan sesuai dengan keadaan yang ada pada saat itu.

Wawancara akan digunakan untuk menggali secara mendalam dan

meluas data atau informasi yang diperlukan, pada saat melakukan proses

wawancara peneliti akan mendengarkan apa saja yang disampaikan oleh

informan, setelah melakukan proses wawancara terhadap informan maka

peneliti akan mencatat jawaban dari subjek, dalam hal ini adalah para

informan. Yang meliputi crew TV9 yang mengetahui sepak terjang

perusahaan medianya. Adapun bentuk wawancara yang dilakukan

adalah wawancara semiterstruktur.

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept

interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak

(54)

melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Peneliti memilih jenis wawancara ini karena dengan subyek

mengetahui tujuan dari wawancara, maka subyek akan merasa nyaman

dan terbuka. Selain itu subyek wawancara juga akan bersifat kooperatif

karena telah mengetahui maksud dari wawancara. Dengan terbukanya

subyek, maka data yang dihasilkan akan lebih maksimal dan membuat

peneliti tidak harus berbicara yang tidak penting.

Dari beberapa pertanyan yang diajukan, semuanya akan terus

dikembangkan agar memperoleh data yang mendalam. Dari beberapa

pertanyaan nantinya akan berkembang lagi pertanyaannya dan akan ada

lebih banyak pertanyaannya. Semuanya tergantung dari apa yang

diungkapkan oleh narasumber.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dokumentasi, dan bahan-bahan yang lainnya dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.41

41

Referensi

Dokumen terkait

Dalam strategi komunikasi dakwah identifikasi dan penentuan khalayak sangatlah penting dan jelas diperlukan. Setiap organisasi/komunitas dakwah mempunyai target khalayak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi dakwah yang diterapkan Jamuro dalam setiap dakwah Islam yang dilakukannya.

Berdasarkan penelitian tentang strategi dakwah Fatayat NU PW Jawa Timur melalui media TV9 dapat disimpulkan yakni, ide dasar dakwah Fatayat memalui media TV 9 adalah adanya

Penelitian ini dilakukan untuk meninjau sejauhmana sebuah tayangan program acara televisi sebagai media dakwah yang dilakukan Nabawi TV dikaji menggunakan strategi

Strategi Komunikasi Dakwah dalam pada acara Dialog Islami di Radio Gloria Paramita 97.4 FM Lumajang pada dasarnya adalah media komunikasi dakwah yang bertujuan

Manajemen dan strategi dakwah salah satu kunci keberhasilan dakwah Islam, keberhasilan rosulullah sebagai da’i panutan tidak lepas dari manajemen dan strategi dakwah

Sebab dari peralihan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi itulah yang mengakibatkan pegiat dakwah harus mampu menyesuaikan