EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Strategi Pengukuhan Eksistensi TV9 Sebagai Media Dakwah)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi
Komunikasi Dan Penyiaran Islam
(S. Kom. I.)
Oleh:
Mohammad Machrus NIM. B01212042
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Mohammad Machrus
NIM : B01212042
Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi / Komunikasi dan Penyiaran Islam
E-mail address : [email protected]
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :
Skripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………)
yang berjudul :
EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH
(STRATEGI PENGUKUHAN EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 22 Agustus 2016
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
PERPUSTAKAAN
i ABSTRAK
Mohammad Machrus, NIM B01212042, 2016, Eksistensi TV9 Sebagai Media Dakwah (Strategi Mengukuhkan Eksistensi TV9 Surabaya Sebagai Media Dakwah).Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
Kata kunci : Strategi, eksistensi, media dakwah, televisi.
Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah strategi mengukuhkan eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas strategi TV9 Surabaya dalam mengukuhkan eksistensi sebagai media dakwah.
Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Dengan pendekatan teori komunikasi massa demokratik-partisipan, teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan triangulasi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi mengukuhkan eksistensi TV9 sebagai media dakwah tidak lepas dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang. Jajaran direksi memanfaatkan dengan baik hal ini dengan mengembangkan televisi islam ditengah industri informasi, berjejaring, mendekatkan diri ke pemirsa dan mengembangkan kemampuan diri. Itu adalah bentuk eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Bentuk dari strateginya adalah memperkuat konten keislaman aswaja Nahdlatul Ulama, variasi program dan membuat konsep baru tayangan televisi dan menghadirkan pengajian di layar kaca.
i DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Pernyataan Pertanggungjawaban Penulisan Skripsi ... ii
Persetujuan Pembimbing ... iii
Pengesahan Tim Penguji ... iv
Motto Dan Persembahan... v
Abstrak... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... ix
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 7
Tujuan Penelitian ... 7
Manfaat Penelitian ... 8
Konseptualisasi ... 8
Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12
Kajian Kepustakaan ... 12
Strategi ... 12
Media Dakwah ... 21
Televisi ... 27
ii
BAB III : METODE PENELITIAN ... 38
Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38
Kehadiran Peneliti ... 40
Setting Penelitian ... 41
Sumber Data ... 42
Pengumpulan Data ... 43
Analisis Data ... 46
Pengecekan Keabsahan Data ... 47
Tahapan Penelitian ... 48
BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 52
Setting Penelitian ... 52
Penyajian Data ... 62
Temuan Penelitian dan Analisis Data ... 75
BAB V : PENUTUP ... 83
Kesimpulan ... 83
Saran ... 85
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hegemoni dunia barat dalam bidang politik, militer, ekonomi,
dan kebudayaan yang bernuansa ketidakadilan terhadap negara-negara
Islam, telah membangkitkan reaksi militan dari kelompok-kelompok
muslim diberbagai belahan dunia.1 Karenanya harus ada peradaban baru
yang menyempurnakan kemajuan material dan berkesinambungan di
dalamanya. Peradaban baru itu juga harus dapat menggiring manusia
kepada kehidupan spiritual yang maju agar ia selalu menjaga
keseimbangan antara dua kehidupan itu dan tidak membiarkan salah
satunya melampaui yang lain.2 Perkembangan spiritual keagamaan tidak
bisa lepas dari adanya suatu media. Di era globalisasi ini banyak
bermunculan media massa dan media baru. Hal ini tentunya membuat
masyarakat dituntut cerdas dalam menghadapi kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi. Saat ini media yang sangat digandrungi
adalah media internet, melalui internet semuanya bisa didapatkan, mulai
dari yang berbentuk video, tuisan, suara, gambar dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari
media yang berupa televisi. Setiap saat, kapan pun saat ada waktu
1
Dault Adhyaksa,Islam dan Nasionalisme,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), Hal.. 132
2
kosong sudah pasti barang yang dicari adalah televisi. Melalui media ini
banyak ditemukan beragam informasi yang dibutuhkan. Mulai dari
makanan, gaya hidup, berita baik luar maupun dalam negeri dan
tontonan yang menghibur seperti sinetron. Di Indonesia ada banyak
stasiun televisi yang mengudara secara nasional. Namun tidak sedikit
pula stasiun televisi lokal yang saat ini terus berkembang. Dengan
adanya televisi lokal, faktor kedekatan jadi alasan utama masyarakat
lebih menggandrunginya. Kehadiran televisi lokal khususnya di Jawa
Timur turut meramaikan dunia penyiaran lembaga penyiaran di daerah
tersebut yang kini diramaikan oleh sekitar 37 TV lokal. Kehadiran
mereka akan menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan.
Media televisi tidak lepas sebagai media komunikasi, komunikasi
media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan
komunikakan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu komunikasi televisi.
Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi
media massa tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara
perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang
kompleks serta pembiyaan yang besar. Karena media televisi yang
bersifat “transitori” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang
disampaikan melalui komunikasi media televisi tersebut bukan hanya
Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukan
bahwa media tersebut telah menguasai jarak geografis dan sosiologis.
Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola
kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi berubah total sama
sekali. Media televisi menjadi panutan baru (new religion) bagi
kehidupan manusia. Namun sebagai umat Islam hendaknya mencerna
dahulu berita atau konten yang dimuat oleh televisi. Menerima begitu
saja berita-berita dari mereka yang sulit dibedakan antara yang benar
dengan yang dusta, semuanya harus ditinggalkan. Perbuatan tersebut
termasuk dalam larangan Allah menyerupai golongan ahli kitab.3
Televisi sebagai media menyebarkan agama Islam bisa membuat
muballigh berpikir mengikuti perkembangan zaman. Diperlukan
inovasi-inovasi yang mutakhir agar kegiatan berdakwah bisa tepat sasaran agar
mendapat ridho dari Allah SWT. Da’i diperintahkan untuk menyeru
manusia menuju jalan Allah dengan hikmah dan dengan hal-hal yang
baik. Sebagaimana diterangkan di Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.4
Mengajak manusia untuk mengikuti agama yang diridhoi Allah SWT.
dengan tanpa menggunakan kekerasan sangat sesuai dengan media
televisi. Karena antara da’i dan mad’u tidak ada kontak langsung.
Seorang da’i yang sedang berdakwah bisa berada disatu tempat saja dan
bisa disaksikan oleh mad’u dari seluruh penjuru melalui pesawat televisi.
Televisi lokal bisa menjadi mimbar perdebatan masyarakat lokal
mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang dihadapi.
Selain itu, keberadaan televisi lokal dapat menjadi sarana pengembangan
potensi daerah, sehingga daerah pada gilirannya menjadi lebih maju dan
sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat. Dari perspektif
Otonomi Daerah, kehadiran televisi lokal dapat mengurangi sentralisme
informasi dan bisnis. Hal ini sesuai dengan amanat UU No. 32/ 2002
tentang Penyiaran yang merevisi UU Penyiaran terdahulu (UU No.
24/1997) yang kental sekali dengan kekuasaan. Hukum itu diciptakan
4
untuk memelihara hak dan tanggungjawab, baik berkaitan dengan
masalah individu, kelompok masyarakat, maupun suatu lembaga.5
Lewat televisi lokal dan televisi berjaringan yang sudah diatur
secara hukum, pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya
hidup ala Jakarta dan ala Barat. Pemirsa akan lebih banyak menyaksikan
berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Dalam
penyiaran suatu televisi lokal, dibutuhkan kerjasama dalam
organisasi/antar divisi dalam team yang telah ditentukan. Kualitas dan
maksimalitas pola komunikasi organisasi menentukan eksistensi stasiun
TV lokal khususnya yang berbasis religi. Namun yang paling penting
adalah peran pemimpin dalam mengkoordinasi bawahannya. Sifat yang
harus dimiliki pemimpin yakni : mengenal dakwah, mengenal diri,
perhatian yang utuh, teladan yang baik, pandangan yang tajam, kemauan
yang kuat, fitrah yang mengundang simpati dan optimisme.6
Seluruh perusahaan dan mata pencaharian yang dapat menutupi
kebutuhan masyarakat atau yang dapat mendatangkan manfaat yang
nyata, maka semua itu termasuk amal saleh apabila semua itu dilakukan
dengan ikhlas dan dlaksanakan menurut perintah agama.7 Televisi
komersial yang lebih mengutamakan berjualan produk, dalam hal ini
adalah program acara, dengan mengandalkan program-program hiburan
atau entertaimen dan news untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
5
Syarifin Pipin,Pengantar Ilmu Hukum,(Bandung: Pustaka Setia, 1998), Hal. 12 6
Yakan Fathi,Yang Berjatuhan Dijalan Da wah,(Jakarta: Al-I tishom Cahaya Umat, 2001), hlm. 70-73
7
Ini dilakukan dengan cara mencari selera masyarakat sehingga program
acara banyak ditonton dan mendatangkan iklan. Sehingga banyak profit
yang masuk ke televisi tersebut.
Di Indonesia ada banyak media yang berdiri karena kepentingan
pemilik saham terbanyak. Audien dibuat tidak berdaya dengan keadaan
seperti ini.Saat ini banyak media yang hanya menampilkan hiburan dari
pada konten mendidik yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal
ini tentunya tidak sesuai dengan amanat pembukaan undang-undang
dasar 1945 alinea ke empat.Namun tidak hanya media televisi, kasus
seperi ini juga terjadi pada media lain seperti Koran, radio dan lain
sebagainya. Pada saat musim pemilihan, dari kepala daaerah hingga
presiden, kebanyakan media berat sebelah dalam memberitakan kualitas
dan kuantitas antar calon.
Di Jawa Timur khususnya di Surabaya ada satu stasiun televisi
yakni TV9. Stasiun ini bisa dikatakan satu-satunya televisi lokal
Surabaya yang konten siarannya hampir separuh lebih mengandung
unsur dakwah Islami. Strategi dan caranya tentu mempunyai usaha yang
lebih keras dibandingkan stasiun televisi yang lainnya. Walaupun
televisi lokal maupun yang mengudara secara nasional juga mempunyai
acara sendiri tentang dakwah tapi hanya sebagian kecil saja. Didalam
acara TV9 banyak terdapat pengajian dari pondok pesantren terkemuka
di Jawa Timur. Dirasa tepat menggunakan televisi sebagai media
Dipelosok daerah yang ibu kota provinsinya Surabaya ini banyak yang
kurang mengerti tentang media tersebut. Maka dirasa perlu untuk
diketahui apa penyebab ketidak tahuannya. Dan perlu diketahui juga apa
saja upaya yang dilakukan staf dan manajemen dibalik layar dalam
memperkuat kedudukannya sebagai televisi yang beraliran Islami.
Tentunya bukan perkara yang mudah dalam mempertahankan eksistensi
televisi sebagai media dakwah. Maka dari itu perlu diapresiasi atas kerja
keras para pekerja seni yang berdiri tegak menopang kesuksesan
medianya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia, bisa menyebar luaskan
agama yang diridhoi Allah sambil bekerja.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui fokus dan gambaran penelitian ini, maka
rumusan masalahnya.
Bagaimana strategi TV9 Surabaya dalam pengukuhan eksistensi sebagai
media dakwah ?
C. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui strategi TV9 Surabaya dalam pengukuhan eksistensi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Bagi pembaca, diharapkan melalui penelitian ini secara teori maupun
lapangan dapat memberikan wawasan dan dapat mengembangkan diri
serta meningkatkan profesionalitas pembaca dibidang komunikasi dan
penyiaran Islam.
b. Bagi peneliti, dari penelitian ini dapat memberikan tambahan keilmuan
tentang dakwah Islam di Indonesia.
c. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan
terhadap fakultas dakwah dan komunikasi khususnya program studi
komunikasi dan penyiaran Islam.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini nantinya bisa dijadikan pengalaman pribadi penulis
sendiri juga para pembaca, media dakwah dan lembaga-lembaga
dakwah.
E. Konseptualisasi
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengertian
terhadap penulisan skripsi, penting adanya penegasan istilah yang
berkaitan dengan judul skripsi tersebut. Adapun istilah-istilah yang
penulis tegaskan pengertiannya adalah sebagai berikut:
1. Strategi Pengukuhan, Strategi merupakan sekumpulan cara untuk mencapai sesuatu.8 Sedangkan pengukuhan menurut Kamus Besar
8
Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan mengukuhkan. Jadi
strategi pengukuhan ialah sekumpulan cara atau siasat secara
keseluruhan untuk menguatkan atau memperkuat sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan sebuah perencanaan dalam kurun waktu
tertentu.
2. Eksistensi TV9 Surabaya, Eksistensi merupakan sesuatu yang dikaitkan dengan keberadaan; adanya; kehadiran.9 Sedangkan TV9
Surabaya yakni salah satu televisi lokal yang bermarkas di Jl. Raya
Darmo No. 96 Surabaya.
Jadi eksistensi TV9 Surabaya adalah keberadaan sebuah media
televisi lokal yang berbasis di Jawa Timur yang beraliran Islam
Ahlussunnah Wal Jamaah Nahdlatul Ulama. TV9 berada dibawa
naungan PT. Dakwah Inti Media dan KH. Moh. Hasan Mutawakkil
Alallah, S. H., MM. sebagai pemiliknya serta dilaunching pada 31
Januari 2010 yang bertepatan dengan peringatan Hari Lahir ke-84
Nahdlatul Ulama. Media ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur
Soekarwo. TV9 berada dichanel 42 UHF untuk situs web bisa diakses
melaluiwww.tv9.co.iddan mempunyai slogan santun menyejukkan.
9
3. Media Dakwah, Media yakni perantara10 sedangkan dakwah yaitu penerangan agama Islam.11 Media (wasilah) dakwah yaitu alat yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam)
kepada mad’u.12
Jadi media dakwah yakni alat yang digunakan untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat. Dalam arti yang lebih sempit,
media dakwah bisa didefinisikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu
berarti media dakwah mempunyai tugas sebagai penunjang tercapainya
tujuan berdakwah dengan menggunakan TV sebagai media dakwah.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada pembahasan skripsi,
peneliti akan menguraikan pembahasannya. Adapun sistematika
pembahasan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah
penelitian, fokus penelitian yang berbentuk rumusan masalah, tujuan yang
ingin dicapai oleh peneliti, manfaat yang diharapkan dalam penelitian,
konseptualisasi yang merupakan penjelasan dari judul dan sistematika
pembahasan agar penelitian lebih sistematis.
10
Tim Prima Pena,Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Gitamedia Press, 2006), Hal. 302 11
Ibid,Hal. 76 12
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang kepustakaan yang
membahas tentang strategi, media dakwah, televisi, kerangka teori dan
penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini menerangkan tentang pendekatan dan jenis penelitian
yang akan dipakai. Subyek penelitian, jenis penelitian dan sumber data,
tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta
teknik pemeriksaan keabsahan data.
BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan beberapa hal, yakni : Setting
penelitian, Penyajian data dan Temuan Penelitian .
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang
nantinya akan memuat simpulan dan saran serta dokumen-dokumen terkait
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Pustaka
1. Strategi
a. Definisi Strategi
Strategi adalah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan
organisasi. Sebaliknya, manajemen strategis adalah cara untuk
menanggapi peluang dan tantangan bisnis, manajemen strategis merupakan
proses manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan yang ditujukan
untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif.
Terakhir, strategi yang efektif adalah strategi yang mendorong terciptanya
keselarasan yang sempurna antara organsasi dengan lingkungannya dan
dengan pencapaian tujuan strategisya.1
b. Komponen Strategi
Secara umum, strategi yang disusun dengan baik meliputi tiga bidang:
kompetensi unggulan, ruang lingkup, dan alokasi sumber daya. Komponen
unggulan adalah sesuatu yang dapat dilakukan dengan sangat baik oleh
organisasi. Ruang lingkup dari suatu strategi merinci rentang pasar di
mana suatu perusahaan/organisasi akan bersaing. Sebuah strategi
seharusnya juga mencakup garis besar dari alokasi sumber daya organisasi
1
yang telah diproyeksikan bagaimana perusahaan akan mendistribusikan
sumber-sumber dayanya diantara bidang-bidang yang merupakan lahan
persaingannya.
c. Jenis Alternatif Strategi
Sebagian besar bisnis di masa sekarang juga mengembangkan strategi
pada dua tingkat yang berbeda. Kedua tingkat tersebut memberikan
kombinasi yang kaya dari berbagai pilihan strategi bagi organisasi. Strategi
tingkat bisnis adalah serangkaian stretegi alternatif yang dipilih organisasi
pada saat organisasi terebut berbisnis dalam suatu industri atau pasar
tertentu. Alternatif semacam itu membantu organisasi untuk memfokuskan
usaha persaingannya dalam setiap industri atau pasar pada suatu target.
Strategi tingkat korporasi adalah serangkaian alternatif strategi yang
dipilih organisasi pada saat organisasi mengelolah operasinya secara
simultan dibeberapa industri atau dibeberapa pasar.
d. Formulasi dan Implementasi Strategi
Perlu ditarik suatu garis pemisah antara formulasi strategi dan
implementasi strategi. Formulasi strategi adalah serangkaian proses yang
terlibat dalam penciptaan atau penentu strategi organisasi, sementara
implementasi strategi adalah metode yang digunakan untuk
mengoperasionalkan atau melaksanakan strategi dalam organisasi.
antara isi dengan proses: tahap formulasi menentukan isi strategi, dan
tahap implementasi berfokus pada bagaimana strategi dicapai.
Terkadang proses memformulasikan dan mengimplementasikan
strategi merupakan proses yang rasional, sistematis, dan direncanakan dan
sering kali disebut sebagai strategi terencana yakni suatu rencana yang
dipilih dan diimplementasikan untuk mendukung tujuan tertentu. Namun,
dilain waktu, organisasi menggunakan suatu strategi emergensi yakni
suatu pola tindakan yang berkembang sepanjang waktu dalam suatu
organisasi karena ketiadaan misi dan tujuan, atau terlepas dari misi dan
tujuan. Mengimplementasikan strategi emergensi melaibatkan
pengalokasian sumber daya walaupun suatu organisasi tidak secara
eksplisit memilih strategi tersebut.14
e. Pengendalian Strategi
Pengendalian strategi terdiri atas penentuan cakupan besaran
keberhasilan (kualitatif dan kuantitatif) dalam pencapaian strategi
perusahaan. Sebagai suatu upaya sistematis, pengendalian strategi terdiri
atas langkah-langkah untuk (1) menetapkan standar dan metode
pengukuran prestasi kerja (kinerja); (2) membandingkan prestasi
sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; (3) menentukan
apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan
tersebut; dan (4) mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
14
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan dengan
cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.
f. Strategi Pengukuhan Eksistensi
Strategi adalah rencana yang telah disusun secara komprehensif
untuk mencapai tujuan tertentu suatu organisasi atau lembaga dalam
menasbihkan keberadaannya. Eksistensi memerlukan usaha yang lebih
agar keberadaan suatu organisasi atau lembaga diakui keberadaannya oleh
masyarakat. Dengan melakukan berbagai macam strategi, diharapkan bisa
mendapat pengakuan dari masyarakat tentang ada atau tidaknya suatu
organisasi atau lembaga.
1. Menetapkan Standar dan Metode Pengukuran Prestasi Kerja
Standar yang dimaksud adalah kriteria yang sederhana untuk prestasi
kerja. Yakni titik-titik yang terpilih di dalam seluruh program untuk
mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer
tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu
mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan. Parameter yang digunakan diturunkan dari strategi induk
perusahaan.
2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
Langkah kedua adalah mengukur, atau kalau tidak, mengevaluasi
prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan.Sekalipun tidak selalu
standar secara ideal hendaknya dilakukan atas dasar pandangan ke depan,
sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dari standar
dapat diketahui lebih dahulu. Jika tidak memiliki kemampuan seperti itu,
penyimpangan-penyimpangan harus dapat diketahui sedini mungkin.
3. Membandingkan Prestasi Kerja Dengan Standar
Setelah dua proses sebelumnya dilalui, yang perlu dilakukan pada
langkah ini adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau
standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar, manajer
akan menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali.
4. Mengambil Tindakan Korektif
Proses pengendalian tidak lengkap, jika tidak diambil tindakan untuk
membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika standar ditetapkan untuk
mencerminkan struktur organisasi dan apabia prestasi kerja diukur dalam
standar ini, maka pembetulan terhadap penyimpangan yang negatif dapat
dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap
bagian manakah dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja,
tindakan koreksi itu harus dikenakan.15
Ada beberapa strategi lain yang andil dalam Pengukuhan eksistensi
televisi sebagai media dakwah, yakni:
15
a. Strategi Program
Departemen program dan manajer program stasiun penyiaran
memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam menunjang keberhasilan
stasiun penyiaran. Pada bagian ini, kita akan mebahas strategi program
yang ditinjau dari aspek manajemen atau sering juga disebut dengan
manajeman strategis (management strategic) program siaran yang terdiri
dari:
1. Perencanaan program
2. Produksi dan pembelian program
3. Eksekusi program
4. Pengawasan dan evaluasi program16
b. Stategi Penayangan
bagian program suatu media penyiaran harus menyadari suatu
prinsip dasar dalam mengelola program siarannya bahwa setiap menit
dalam setiap hari waktu siaran memiliki perhitungan sendiri. Ada audien
untuk setiap waktu siaran selama 24 jam sehari dan ada persaingan untuk
merebut audien itu dalam setiap menitnya. Program siaran tidak hanya
bersaing dengan program siaran sejenis tetapi juga dengan media lainnya.
Program siaran juga harus bersaing dengan waktu makan, membaca buku,
16
dan kegiatan pribadi lainnya yang dilakukan audien di rumah atau di mana
saja.
Salah satu strategi agar audien tidak pindah saluran adalah dengan
menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling
dramatis, mengandung ketegangan, menggoda dan memancing rasa
penasaran yang hanya bisa terjawab atau terpecahkan jika tetap mengikuti
saluran itu. Dengan strategi ini, audien diharapkan tidak akan pindah
saluran jika ia tidak ingin beresiko kehilangan momen atau gambar yang
menimbulkan rasa penasarannya itu.
Stasiun penyiaran tidak disarankan untuk menempatkan seluruh
acara yang diminati secara bergandengan tetapi harus disebar atau
diselang-selingkan dengan acara yang kurang populer. Dengan cara seperti
ini diharapkan acara yang kurang populer itu mendapat perhatian pula dari
audien.17
c. Strategi Siaran Iklan
Pemasang iklan yang membeli waktu siaran untuk menayangkan
iklan, maka sebenarnya pemasang iklan mencoba menarik perhatian
audien yang tengah mengikuti program siaran tempat iklan itu
ditayangkan. Dengan demikian, audien sebenarnya lebih tertarik kepada
program siaran dan bukan kepada iklan yang muncul pada program siaran
itu. Pemasang iklan harus memilliki strategi agar iklan yang disiarkan
17
dapat mencapai sasarannya, yaitu para pembeli potensial secara efektif dan
efisien.18
d. Strategi Pemasaran
Tugas bagian pemasaran adalah meyakinkan calon pemasang iklan
bahwa uang yang dikeluarkan untuk memasang iklan itu tidak akan
percuma dan tentu saja akan memberikan hasil yang diharapkan. Untuk
itu, bagian pemasaran harus pro aktif mendekati calon klien. Hal ini tentu
saja tidak dapat dilakukan jika staf pemasaran hanya duduk di kantor.
Cukup banyak staf pemasaran suatu stasiun penyiaran yang jarang
meninggalkan kantor dan lebih suka menunggu telepon dari pemasang
iklan. Sungguh ini bisa menjadi penantian yang panjang.
Salah satu prinsip yang perlu diikuti dalam pemasaran adalah
mengenali pasar dan mengenali usaha atau bisnis yang dilakukan calon
pemasang iklan (klien).Tugas pertama staf pemasaran ialah menemukan
calon klien. Kemudian mulailah melakukan persiapan dengan melakukan
riset dengan benar sehingga bagian pemasaran mendapatkan peluang
bagus untuk meyakinkan klien untuk membeli slot iklan.19
Dalam marketing modern perlu lebih banyak dikembangkan
sebuah produk yang baik, menetapkan harga secara menarik, dan bisa
terjangkau oleh konsumen sasaran. Selanjutnya, perusahan juga harus
18
IbidHal. 425 19
berkomunikasi dengan para pelanggannya. Hal yang akan
dikomunikasikan harus disiapkan dan dirancang dengan baik dan tidak
boleh bersifat untung-untungan.
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, perusahaan bisa
membayar perusahaan iklan untuk menyusun iklan yang efektif, ahli
promosi penjualan untuk merancang program perangsang penjualan, dan
hubungan perusahaan dengan masyarakat untuk meningkatkan citra
perusahaan.
Pengendalian perusahaan tidak lagi dapat dilakukan hanya
berdasarkan intuisi atau pengalaman saja, namun pengetahuan menjadi
faktor penting lain yang perlu dipadukan. Maka dalam kondisi resesi
seperti yang kita hadapi saat ini, tugas manajemen dalam mengendalikan
perusahaan pemasar menjadi lebih berat lagi. Untuk mencapai tujuan
perusahaan, dibutuhkan koordinasi yang baik dari semua fungsi
manajemen.
Pada dasarnya semua fungsi tersebut sama pentingnya sebagai
suatu sistem, namun pemasaran merupakan fungsi yang mempunyai
intensitas hubungan paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal
justru dalam lingkungan itulah perusahaan mempunyai keterbatasan yang
paling besar dalam pengendaliannya. Maka seringkali dikatakan bahwa
kedudukannya dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan dan
berperan penting dalam pengembangan strategi.20
2. Media Dakwah
a. Pengertian Media Dakwah
Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimilogi), berasal
dari bahasa latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan
kata media merupakan jamak dari pada kata median tersebut.Pengertian
semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat
(perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media
dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat
berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.21
Media pada dasarnya adalah cermin dan refleksi dari masyarakat secara
umum.Karena itu, media bukanlah saluran yang bebas, dia juga subjek
yang mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya.22
Pakar dakwah Syekh Ali Mahfuz mengartikan dakwah dengan
mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru
mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan
buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.
Pengertian dakwah yang dimaksud, menurut Ali Mahfuz lebih dari sekedar
20
Samsul Anam,Diktat Mata Kuliah Pengantar Manajemen Dakwah
21 16
Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 163
22
ceramah dan pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat
diidentifikasikan dengan keduanya. Dakwah juga meliputi tulisan (bi
al-qalam) dan perbuatan sekaligus keteladanan (bi al-hal wa al-qudwah),
Sayyid Quthub, lebih memandang dakwah secara holistis, yaitu sebuah
usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan nyata dari tataran
yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti
negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Untuk mewujudkan sistem tersebut, menurut M. Quraish Shihab
diperlukan keinsafan atau kesadaran masyarakat untuk melakukan
perubahan dari keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi baik.23
Dengan demikian media dakwah merupakan segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan mengajak manusia untuk menuju
jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam arti yang lebih sempit, media
dakwah bisa didefinisikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu berarti
media dakwah mempunyai tugas sebagai penunjang tercapainya tujuan
berdakwah. Dari beberapa definisi di atas, maka media dakwah adalah alat
yang menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra
dakwah.24
Media dakwah mempunyai peranan yang sangat penting untuk
berhasil dan lancarnya berdakwah dan diperlukan suatu pemikiran yang
tepat dalam menentukan media apa yang akan digunakan untuk
23
Ilyas Ismail & Prio Hotman,Filsafat dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,(Jakarta: Kencana, 2011) Hal. 28-29
24
berdakwah. Dengan melihat siapa mad’u yang akan dijadikan obyek
dakwah dan bagaimana latar belakang mereka serta golongannya.
Menurut Moh. Ali Aziz media dakwah diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu:
1. Media Auditif
Media auditif adalah media yang menekankan pada pendengaran,
maksudnya pendengaran menjadi penerima pesan yang utama tanpa harus
melihat siapa yang berceramah. Media ini sangat tepat pada orang-orang
yang mempunyai kekurangan seperti buta dan orang yang sedang
melakukan pekerjaan tanpa harus meninggalkan pekerjaannya karena
cukup dengan mendengar mereka faham akan isi dakwah yang
disampaikan. Adapun media auditif ini dibagi menjadi dua yaitu radio dan
kaset atau tape recorder.
2. Media Visual
Media visual adalah sarana yang dapat ditangkap oleh mata manusia,
jenis media ini sangatlah banyak bahkan akan semakin banyak dengan
kemajuan teknologi komunikasi yang semakin pesat berkembang. Media
ini pada saat ini sangat efektif karena pada saat ini kita bisa menemukan
video-video ceramah diinternet dengan bisa langsung melihat wajah
da’inya. Karena tidak dapat dipungkiri pada saat ini penokohan dan
semakin banyaknya masyarakat yang menjadi penggemar seorang da’i
a. Pers : dalam arti sempit pers adalah media massa cetak seperti surat
kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.
b. Majalah : majalah juga memiliki kekuatan pengaruh sebagaimana
surat kabar.
c. Surat : setiap tulisan yang berisi pernyataan dari penulisnya dan
dibuat dengan tujuan penyampaian informasi kepada pihak lain.
d. Buku : kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi
satu pada salah satu ujungnya berisi tulisan atau gambar.
e. Poster atau plakat : karya seni atau desain grafis yang memuat
komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.
f. Internet : berasal dari kepanjangan international connection
networking. Dengan demikian internet adalah suatu sistem jaringan
komunikasi yang terhubung di seluruh dunia.
g. SMS (Short Message Service) : sebuah layanan yang dilaksanakan
dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima
pesan-pesan pendek.
h. Brosur : terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga
sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan
3. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media gabungan antara media auditif
dengan media visual.Apa saja yang kurang pada media auditif dilengkapi
oleh media visual begitu pula sebaliknya, media ini lebih efektif dan
modern dari pada media visual dan auditif. Berikut adalah media yang
termasuk media audio visual :
a. Televisi : sebuah alat penangkap siaran bergambar.
b. Film : film atau gambar hidup juga sering disebut movie. Film,
secara kolektif, sering disebut sinema.
c. Sinema Elektronik : lebih dikenal dengan akronim sinetron adalah
sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi.
d. Cakram Padat : dalam bahasa inggris disebut Compact Disc,
disingat CD adalah sebuah piringan optikal yang digunakan untuk
menyimpan data secara digital.25
a. Peranan Media Dakwah
Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai
alat bantu dakwah, atau yang popular didalam proses belajar
mengajar disebut dengan istilah “alat peraga”. Alat bantu berarti
media dakwah memiiki peranan atau kedudukan sebagai penunjang
tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media
masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.
25
Sebenarnya media dakwah ini bukan saja berperan sebagai
alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu
sistem, yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen
(unsur) yang komponen satu dengan lainnya saling kait mengkait,
bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini
media dakwah mempunyai peran atau keudukan yang sama
dibanding dengan komponen yang lain, seperti metode dakwah,
obyek dakwah dan sebagainya. Apalagi dalam penentuan strategi
dakwah yang memiliki azas efektifitas dan efisiensi, peranan media
dakwah menjadi tampak jelas peranannya.
b. Alasan Pentingnya Media Dakwah
Dakwah adalah suatu proses yang kompleks dan unik.
Kompleks artinya didalam proses dakwah mengikut sertakan
keseluruhan aspek kepribadian, baik bersifat jasmani maupun
rohani. Sedangkan unik artinya didalam proses dakwah sebagai
obyek dakwanya terdiri dari berbagai macam perbedaan, seperti
berbeda dalam kemampuan, kehendak, sifat, kebudayaan, ideologi,
filsafat dan sebagainya.
Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak
manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajak)-nya.
Sedangkan pengajak (da’i) sudah barang tentu memiliki tujuan
tujuan yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir
komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah
satu komponen adalah media dakwah.26
3. Televisi
Istilah televisi sendiri terdiri dari “tele” yang berarti jauh dan “visi”
(vision) berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauhnya, televisi
siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang dimiliki
komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Dengan demikian, televisi
meruipakan media audio-visual, yang disebut juga media pandang dengar,
atau sambil didengar langsung pula dapat dilihat. Oleh karena itu,
penanganan produksi siaran televisi jauh lebih rumit, kompleks, dan biaya
produksinya pun jauh lebih besar dibanding dengan radio siaran. Karena
media televisi bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang nyata.27
Menurut kamus praktis bahasa Indonesia adalah penyiaran,
pertunjukan dan sebagainya dengan radio dan dengan alat penerima,
pertunjukan tadi diwujudkan sebagai gambar hidup.28 Televisi juga
merupakan sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai
penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang hitam putih
maupun berwarna. Televisi adalah sebuah pengalaman yang kita terima
begitu saja. Kendati demikian, televisi juga merupakan sesuatu yang
26
Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 163-165
27
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam,(Bandung: Benang Merah Press, 2004) Hal. 74
28
membentuk cara berpikir kita tentang dunia. Kehadirannya yang tak
terelakan dan sifat alamiahnya yang populis, dimasa lalu menjadi alasan
bagi penolakan televisi, karena sifatnya yang sekejap dan tidak berharga.
Tetapi sekarang media dan budaya pop telah masuk dalam agenda
akademik. Suara miring yang dikumandangkan para penganut budaya
tinggi terhadap harga materi televisi menjadi terdengar lucu. Televisi pada
hakikatnya adalah sebuah fenomena kultural, sekaligus medium di mana
sepenggal aktivitas budaya menjamah kita di dalam rumah. Bagaimanapun
juga, televisi sebagai objek studi tidak hanya terkait dengan program.29
a. Sejarah Televisi
Cikal bakal televisi adalah piringan pemindai yang ditemukan oleh
Insinyur berkebangsaan Jerman bernama Paul Nipkow (1860-1940).
Peralatan Nipkow itu dipakai dari 1923 sampai 1925 di dalam sistem
televisi percobaan. Pada 1926, ilmuwan Skotlandia bernama John Logie
Baird (1888-1946) menyempurnakan metode pemindaian itu. Pada 1923,
Insinyur kelahiran Rusia bernama Vladmir Zworykin (1889-1982) dan
warga Amerika Serikat bernama Philo T. Farnsworth (1906-1971)
membangun sistem pemindai elektronik yang menjadi prototipe kamera
modern.
29
Graeme Burton,Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi,
Pesawat televisi pertama yang bisa dipakai umum kali pertama di
Inggris pada 1923 dan di Amerika Serikat pada 1938. Setelah perang dunia
II selesai, peningkatan teknologi dan masyarakat yang semakin sejahtera
membuat permintaan televisi meningkat. Pesawat televisi yang terjual
mencapai satu juta unit. Di Amerika Serikat, pada awalnya didirikan enam
stasiun televisi dan masing-masing hanya melakukan siaran beberapa jam
setiap harinya. Menjelang 1948, 34 stasiun mengudara sepanjang hari di
21 kota besar. Sekitar akhir 1950-an jaringan televisi nasional didirikan di
hampir setiap negara industri. Ketika abad ke-20 hampir berakhir, televisi
memasuki galaksi digital dengan munculnya televisi digital yang
dipancarkan dalam bentuk digital (berbasis computer). Dengan semakin
bertambah banyaknya televisi kabel pada 1960-an dan layanan satelit
siaran pancaran langsung (DBS) pada 1990-an, semakin banyak tersedia
saluran dan jenis siaran di seluruh dunia.
Di Indonesia, kehadiran media televisi mulai dipikirkan setelah
Indonesia terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV
yang dibuka pada 24 Agustus 1962. Pada 1961, Menteri Penerangan pada
masa itu R. Maladi sebagai penggagas utama berharap, agar kehadiran
media televisi dipesta olahraga itu dapat dipergunakan sebagai langkah
awal dari pembangunan media televisi nasional. Usulan itu didukung oleh
presiden Soekarno yang memutuskan untuk memasukkannya dalam
proyek pembangunan sarana Asian Games IV di bawah pimpinan Letnan
keputusan Menteri Penerangan No. 20/SKM/1961 tentang pembentukan
panitia persiapan televisi (P2T) pada 25 Juli 1961.
Setelah stasiun dan pemancar televisi selesai dibangun pada 22
Agustus 1962, media televisi yang disebut sebagai Televisi Republik
Indonesia (TVRI) melakukan tugasnya untuk menyiarkan Asia Games IV
dari 24 Agustus 1962 sampai 4 september 1962. Pada saat itu, siaran yang
dilakukan terbatas hanya untuk kota Jakarta Raya dan sekitarnya. Kepres
No. 318/1962 tentang pengintegrasian TVRI ke dalam Yayasan Gelora
Bung Karno menjadi langkah awal TVRI sebagai media televisi nasional.
Studio-1 TVRI diresmikan pada 11 Oktober 1962 dengan Sus Salamun
sebagai penyiar perempuan pertama on air.30
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun
penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi.
Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada
kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang
merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan
SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI.
Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan
industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan
masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun
2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro,
30
Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah. Tidak
ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan
berbagai program dalam dan luar negeri.
Setelah undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah
televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya
di daerah yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televisi publik, swasta,
berlangganan dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar
memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi.31
a. Televisi Dan Pemanfaatannya
1. Sebuah Media Keluarga
Mengacu pada percakapan juga memunculkan asumsi bahwa
hakikat televisi mencakup pemirsaan keluarga. Barangkali televisi
memang mencakup keluarga-keluarga, pasti berlangsung di suatu
tempat yang dinamakan rumah. Tetapi buktinya, beberapa keluarga
tidak selalu menonton televisi bersama. Lebih penting lagi, hanya 25
persen rumah tangga Inggris yang terdiri dari kedua orang tua dengan
satu atau lebih anak. Dan 64 persen dari semua rumah tangga memiliki
lebih dari satu pesawat televisi (1996). Jadi, konsep rumah keluarga
memerlukan pemikiran ulang. Persoalan seputar pengalaman
menonton televisi bersama keluarga adalah valid pada saat
mendiskusikan hakikat televisi dan barangkali efek yang
31
ditimbulkan.Tetapi, persoalan itu tetap perlu diletakkan dalam
perspektif.
2. Suatu Media Domestik
John Hartley (1992) menunjukan bahwa televisi pada dasarnya
merupakan media domestik. Menurutnya, rumah secara simultan
adalah konstruk ekonomi dan kultural, yang sebagaimana kita ketahui
penting bagi penyiaran dan konsumsi budaya. Ia menunjukan bahwa
rumah sebagai unit keluarga individual adalah sebuah kreasi dari abad
kedua puluh yang berhubungan dengan potensi kekacauan sosial dan
politik yang disebabkan oleh massa urban yang tertekan pada abad
kesembilan belas/dua puluh awal. Hiburan dan kesenangan yang
bergerak dari jalanan, publik, gedung musik, dan bahkan bioskop
menekan arena domestik yang bisa diidentifikasikan dan dikontrol.
3. Sebuah Agen Budaya–Komoditas Budaya
Frasa ini dipakai oleh John Fiske (1987). Fiske berbicara tentang
televisi sebagai pendorong dan sirkulator makna-makna. Bagi Fiske,
berbagai makna inilah yang menjadi fokus kajian televisi membuat
makna-makna yang melayani berbagai kepentingan dominan dalam
masyarakat dan mensirkulasikan makna-makna itu di tengah ragam
kelompok sosial yang luas yang merupakan khalayaknya. Fiske
mereka, yang misalnya, melihat sebagai sebuah praktik industrial atau
sebagai produsen komoditas yang mencari keuntungan.
Fiske sendiri sesungguhnya, dilain tempat (1991), mendefinisikan
televisi sebagai sebuah komoditas budaya (Cultural Commodity).
Sebuah program pada level finansial adalah produk yang memiliki
harga dan dijual kepada audiens. Namun, pada level kultural, program
menjadi jenis produk yang berbeda, di mana audiens memanfaatkan
makna-maknanya dan mendefinisikannya berdasarkan nilai budaya.32
4. Televisi Sebagai Media Massa
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dunia kini dirasakan
semakin sempit, karena dalam beberapa saat saja kita dapat
berhubungan dengan yang lain, walaupun kita di belahan bumi yang
berbeda, sehingga rasanya kita berada di dalam suatu tempat di dunia,
suatu masyarakat dunia. Akibat dari berkembang pesatnya teknologi
komunikasi ini mengakibatkan berkembangnya media massa, bukan
saja media elektronik seperti radio dan televisi, tetapi juga merambah
ke media cetak.33
32
Graeme Burton,Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2011), Hal. 15-16 33
5. Televisi Sebagai Media Dakwah
Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan
pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan
hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat
mencapai sasaran (tujuan) yang lebih optimal baik kuantitatif maupun
kualitatif.
Media dakwah dengan televisi ini sangat banyak memperoleh
kehebatan di banding dengan media-media dakwah lainnya, sebagian
kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh
seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya
hanya pada pusat pemberitaan (studio) saja.34
Secara ekstrim, George Gerbner menyebut televisi sebagai agama
masyarakat industri. Tafsir sederhananya adalah televisi telah
menggeser agama-agama konvensional. Khotbahnya didengar dan
disaksikan oleh jamaah agama apa pun. Rumah ibadahnya tersebar di
seluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya diikuti dengan penuh
kekhidmatan, dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati dan
mempengaruhi bawah sadar manusia daripada ibadah agama-agama
yang ada.35
34
Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 177
35
b. Jangkauan siaran
Berdasarkan jangkauan siaran yang dimiliki, maka stasiun
penyiaran dapat dibagi menjadi stasiun penyiaran lokal, stasiun
penyiaran nasional dan stasiun jaringan. Masalah jangkauan siaran ini
merupakan faktor yang sangat penting bagi pemasang iklan yang
merupakan perusahaan atau produsen dalam mempromosikan dan
memasarkan produknya (barang dan jasa) kepada khalayak karena
terkait dengan wilayah pemasaran yang dimilikinya.
1. Stasiun Lokal
Stasiun penyiaran radio dan televisi lokal merupakan
stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup
satu wilayah kota atau kabupaten. Undang-undang penyiaran
menyatakan, bahwa stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di
lokasi tertentu dalam wilayah negara republik Indonesia dengan
wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut. Ini berarti
syarat atau kriteria suatu stasiun dikategorikan sebagai penyiaran
lokal adalah : lokasi sudah ditentukan dan jangkauan siaran
terbatas.
Perusahaan lokal tentu saja tidak perlu memasang iklan
pada media massa yang memiliki daya jangkau siaran yang
meliputi sebagian besar wilayah negara karena tidak efektif dan
membutuhkan biaya besar. Perusahaan lokal dapat beriklan di
iklan lokal sebaiknya memilih media dengan cakupan siaran yang
terbatas pada wilayah pemasaran lokal.
2. Stasiun Nasional
Stasiun penyiaran nasional adalah stasiun radio atau televisi
yang menyiarkan programnya ke sebagian besar wilayah negara
dari hanya satu stasiun penyiaran saja. Negara-negara yang
memiliki sistem penyiaran tersentralisasi atau terpusat biasanya
memiliki stasiun radio atau televisi nasional, baik yang dikelola
pemerintah maupun swasta. Di Indonesia hingga tahun 2007,
terdapat 10 stasiun televisi yang berlokasi di Jakarta yang
melakukan siaran secara nasional. Sampai tahun 2016 sedikitnya
ada 15 media televisi yang melakukan siaran secara nasional.
3. Stasiun Jaringan
Berbagai Stasiun Radio yang pada awalnya memiliki
wilayah siaran terbatas di wilayah atau lokalnya masing-masing
dan hanya melayani komunitas atau masyarakatnya masing-masing
dapat melakukan siaran bersama sehingga membentuk wilayah
siaran yang lebih luas.36
36
B. Penelitian Terdahulu
1. Ditulis oleh Octarina Andanasari NIM B06210083 pada tahun 2014
mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya program studi ilmu komunikasi.
Judul skripsi : Strategi SBO dalam memperthankan eksistensi ditengah
persaingan televisi lokal Surabaya. Penelitian ini meneliti tentang strategi
yang dilakukan oleh SBO TV dalam mempertahankan keberadaannya
dalam ketatnya persaingan televisi lokal dengan pendekatan ekonomi
media. Adapun persamaannya dengan dengan penelitian ini adalah
sama-sama meneliti tentang strateginya. Sedangkan perbedaanya yakni dalam
konteks obyektifitasnya. Penelitian ini lebih fokus pada hal ekonomi.
2. Ditulis Zahrotus Saidah pada tahun 2012 mahasiswi UIN Sunan Ampel
Surabaya program studi ilmu komunikasi dengan judul : Strategi TV9
Surabaya dalam membangun citra televisi yang santun menyejukkan.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang strategi,
sedangkan perbedaannya ialah skripsi ini lebih menekankan pada citranya
daripada strateginya.
3. Ditulis oleh Ahmad Saidan pada tahun 2006 mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya program studi komunikasi dan penyiaran islam. dengan
judul Fungsi televisi sebagai media dakwah : kajian pemanfaatan televisi
sebagai media dakwah Ustadz Haryono. Persamaan dari penelitian ini
adalah sama-sama meneliti tentang televisi sebagai media dakwah,
sedangkan perbedaannya penelitian ini meneliti tentang fungsinya bukan
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian. Metode penelitian adalah hal yang penting. Metode
penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang
sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah
tertentu yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara
pemecahannya.37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatau proses yang lama yang bermula dari
ketertarikan seseorang untuk mengetahui proses tertentu atau fenomena
tertentu, baik dari segi sebab akaibat sesuatau terjadi. Yang selanjutnya
yaitu menentukan model penelitian apa yang akan digunakan apakah
kualitatif atau kuantitatifyang disesuaikan dengan apa yang akan diteliti.
Pendekatan penelitian yang akan dilakukan adalah fenomenologi.
Penelitian ini dipilih karena penelitian kualitatif mempunyai kelebihan
dalam penekanan analisis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif
serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang
diamati, dengan mengunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa
pendekatan kualitatif sama sekali tidak memerlukan kuantitatif, akan tetapi
penekananya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha
37
menjawab pertanyaan penelitian melaluai cara berfikir formal dan
argumentatif.
Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari data yang mendalam
dengan demikian diharapkan akan lebih mempermudah peneliti dan
menganalisis data yang diperoleh pada saat penelitian. Penelitian ini juga
mempunyai sikap penyesuaian yang lebih mudah di dalam menghadapi
kenyataan-kenyataan ganda yang bersifat kompleks. Dalam penelitian
kualitatif terdapat juga unsur hubungan yang intens antara peneliti dengan
informan di dalam upaya memperoleh pemahaman yang utuh tentang suatu
permasalahan yang akan dikaji.
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis kualitatif
deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitaian yang terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga
hanya merupakan penyingkapan fakta.38 Proses ini yang menghasilkan data
berupa kata-kata yang tertulis atau dari ucapan (lisan) dari para informan
yang diamati nantinya berdasarkan fenomena yang ada dilapangan. Data
tersebut akan di koreksi kebenarannya.
✕8
Hermawan Warsito,✖ ✗✘ ✙ ✚✘ ✛ ✚✜✢✗✛✣ ✤✣ ✥ ✣ ✙ ✦✖✗✘ ✗✥ ✦✛ ✦ ✚✘, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
B. Kehadiran Peneliti
Pada sebuah proses penelitian kualitatif kehadiran peneliti sangatlah
penting karena penelitian ini memang menganjurkan peneliti langsung turun
ke lapangan penelitian dikarenakan bahan atau data yang diperoleh
penelitian kualitatif adalah hasil dari pengamatan, pengambilan rekaman,
wawancara, partisipasi, dokumen tertulis, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk
memperoleh data yang akan dicari, seperti ketika mencari data dengan
melakukan wawancara peneliti diharuskan datang sendiri dan mengamati
secara langsung apa yang dipaparkan oleh informan, dan juga mengamati
proses wawancara yang meliputi mimik wajah informan dan kejelasan
informasi yang dipaparkan oleh informan.
Dengan melakukan penelitian secara langsung tanpa harus ada
perantara dalam mencari data dan informasi mengenai objek penelitian
diharapkan data yang didapatpun merupakan data yang valid dan
benar-benar nyata, karena dalam penelitian kualitatif, data menjadi sesuatu yang
harus terjamin kebenaranya karena data inilah yang akan dikelola dan di
analisis kemudian menjadi hasil penelitian.
Pada proses meneliti dan mencari data tentang Strategi Pengukuhan
eksistensi TV9 sebagai media dakwah, peneliti secara langsung
memberitahukan maksud dan tujuan kepada informan tentang tujuan
peneliti untuk melakukan penelitian, pemberitahuan tentang rencana
yang valid dan cara peneliti menghormati para informan, melihat para
informan adalah para crew stasiun televisi yang beraromakan Islami, yang
menurut sudut pandang peneliti bahwa para informan tidak akan
memberikan data yang palsu.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini bertempat di studio dan kantor TV9 yang terletak Jl.
Raya Darmo No. 96 Surabaya. Tempat ini berdekatan dengan taman yang
dinobatkan sebagai taman terindah di Asia Tenggara yakni Taman Bungkul
Surabaya. Di jalan Raya darmo juga ada markas besar salah satu supporter
terbesar di Jawa Timur yakni Bonek yang mendukung klub kebanggaan
mereka Persebaya Surabaya. Perjalanan dari kampus Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya ke studio TV9 yang berlokasi di Jalan Raya
Darmo tidaklah jauh. Jarak tersebut bisa ditempuh dengan estimasi waktu
kurang lebih 20 menit naik kendaraan bermotor tanpa macet.
Dari kampus bisa langsung putar balik di Taman Pelangi kemudian
langsung meluncur ke utara lurus mengikuti jalan. Sesampainya di Kebun
Binatang Surabaya ambil kanan setelah itu lurus saja mengikuti jalan. Tidak
lama kemudian akan ditemui studionya. TV9 berada dibawa naungan PT.
Dakwah Inti Media dan KH.Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S. H., MM.
sebagai pemiliknya serta dilaunching pada 31 Januari 2010 yang bertepatan
dengan Hari Lahir ke-84 Nahdlatul Ulama. Media ini diresmikan oleh
web bisa diakses melalui www.tv9.co.id dan mempunyai slogan santun
menyejukkan.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus
2016. Waktu ini dipilih atas dasar pertimbangan seminar proposal skripsi
yang dilakukan pada bulan april. Selain itu, pada bulan juni sudah
memasuki bulan suci romadhon. Jadi menurut peneliti crew stasiun
televisiakan sedikit mengurangi aktifitas di luar ruangan sehingga tidaklah
sulit untuk mencari informan.
D. Sumber Data
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sebuah data yang akan diperoleh dari
hasil wawancara dengan informan yaitu crew yang berkompeten dalam
penelitian ini. Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa hasil
wawancara yang mendalam mengenai strategi Pengukuhan eksistensi
TV9 sebagai media dakwah. Adapun informan yang dipilih adalah
sebagai berikut:
1. H. A. Hakim Jayli jabatan sebagai Direktur Utama.
2. Mohammad Sururi jabatan sebagai Manajer News dan
Pemimpin redaksi. (juga menjadi pimpinan tim riset TV9)
3. Kiswan jabatan sebagai Manajer Program.
4. Merry Damayanti jabatan sebagai Manajer Marketing dan
2. Sumber data skunder
Sumber data sekunder adalah data yang akan diperoleh oleh
peneliti dari para informan, yang berupa buku, arsip, foto, video dan
dokumen yang berkenaan dengan strategi Pengukuhan eksistensi TV9
sebagai media dakwah. Dalam penelitian ini ada sebuah buku yang
menjawab sebagian besar penelitian ini. Buku itu berjudul Televisi
Kaum Santri karangan Hakim Jayli yang diterbitkan sendiri oleh TV9.
Data sekunder berupa video yang akan peneliti cari di situs
Youtube.com, sedangkan arsip, foto dan dokumen bisa dicari di website
TV9 yakni www.tv9.co.id. Media internet saat ini sedang digandrungi
oleh masyrakat. Jadi, kalau suatu saat atau kapan pun membutuhkan
informasi, masyarakat cenderung akan lebih suka menggunakan internet
daripada media lainnya. Selain itu, peneliti juga akan melakukan
pencarian data kepada para crew lewat media sosial mereka. Semua
crew bukan tidak mungkin mengabadikan hasil kerjanya diakun jejaring
sosial miliknya seperti : Facebook, Path, Instagram, Youtube, Twitter
dan lain-lain.
E. Pengumpulan Data
Berdasarkan manfaat empiris, bahwa pengumpulan data adalah
sebuah instrumen yang paling penting dalam penelitian kualitatif.39apabila
kita salah dalam melakukan atau mengerjakannya itu akan berdampak fatal
✯✰
di dalam penelitian ini. Tahap-tahap pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Tujuan peneliti dalam melakukan observasi adalah ingin
mengetahui terlebih dahulu keadaan dan situasi tempat yang akan
diteliti, dengan begitu peneliti akan lebih faham akan situasi dan kondisi
yang ada di tempat penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan
pengumpulan data menegenai objek penelitian menggunakan metode
observasi hal ini dilakukan agar data yang terkumpul benar benar valid
dan sesuai dengan keadaan dilapangan.
Observasi mempunyai artimelihat, mengamati, dan mencermati
serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.40
Aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk melanjutkan suatu penelitian. Dalam hal ini peneliti akan
melakukan pengamatan atau observasi terhadap kegiatan ataupun upaya
yang dilakukan oleh TV9 sehingga bisa tetap eksis sebagai media
dakwah.
▼ ◆
2. Wawancara
Peneliti dalam melaksanakan wawancara pertama-tama akan
berbicara seperti biasa, bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai nama informan apabila belum kenal, keadaan informan
bagaimana kesehatannya yang sifatnya bisa disebut pemanasan sebelum
melakukan wawancara. Pertanyaan itu bertujuan agar terciptanya
keakraban yang lebih dekat karena menurut hemat peneliti apabila
terjadi keakraban maka data yang dibutuhkan akan mudah didapatkan
dan datannya pun akan sesuai dengan keadaan yang ada pada saat itu.
Wawancara akan digunakan untuk menggali secara mendalam dan
meluas data atau informasi yang diperlukan, pada saat melakukan proses
wawancara peneliti akan mendengarkan apa saja yang disampaikan oleh
informan, setelah melakukan proses wawancara terhadap informan maka
peneliti akan mencatat jawaban dari subjek, dalam hal ini adalah para
informan. Yang meliputi crew TV9 yang mengetahui sepak terjang
perusahaan medianya. Adapun bentuk wawancara yang dilakukan
adalah wawancara semiterstruktur.
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Peneliti memilih jenis wawancara ini karena dengan subyek
mengetahui tujuan dari wawancara, maka subyek akan merasa nyaman
dan terbuka. Selain itu subyek wawancara juga akan bersifat kooperatif
karena telah mengetahui maksud dari wawancara. Dengan terbukanya
subyek, maka data yang dihasilkan akan lebih maksimal dan membuat
peneliti tidak harus berbicara yang tidak penting.
Dari beberapa pertanyan yang diajukan, semuanya akan terus
dikembangkan agar memperoleh data yang mendalam. Dari beberapa
pertanyaan nantinya akan berkembang lagi pertanyaannya dan akan ada
lebih banyak pertanyaannya. Semuanya tergantung dari apa yang
diungkapkan oleh narasumber.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi, dan bahan-bahan yang lainnya dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.41
41