• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA DI MA DARUL ULUM WARU SIDOARJO

SKRIPSI

OLEH:

HALIMATUS SA’DIAH NIM. D31213063

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Halimatus Sa’Diah, D31213063, 2017. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru terhadap Hasil Belajar Siswa di MA Darul Ulum Waru.

Skripsi. Pendidkan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci:Pendekatan Sosio Emosional, Hasil Belajar, Guru dalam Pembelajaran, Aqidah Akhlak

Guru yang professional akan mampu memahami keadaan fisik dan psikis anak, dengan hal ini guru dapat mengubah dan menyesuaikan strategi atau pendekatan yang harus digunakan. Karena masing masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Salah satu pendekatan dalam mengelola kelas adalah pendekatan sosio emosional. Pendekatan sosio emosional adalah suatu pendekatan yang menekankan pada hubungan interpersonal.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak, bagaimana hasil belajar siswa, serta bagaimana pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik regresi linier sederhana. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah Observasi, Interview, Angket serta Dokumentasi

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Peneliian ... 6

(8)

E. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendekatan Sosio Emosional ... 12

1. Pengertian Pendekatan Sosio Emosional ... 12

2. Tujuan Pendekatan Sosio Emosional... 20

3. Ciri-ciri Pendekatan Sosio Emosional ... 21

4. Kelebihan dan Kelemahan Sosio Emosional... 23

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar MP Aqidah Akhlak ... 24

1. Pengertian Hasil Belajar... 24

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 26

3. Indikator Hasil Belajar... 30

4. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 36

5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 39

6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 40

C. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar ... 41

D. Hipotesis Penelitian... 43

(9)

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 48

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 50

D. Teknik Pengumpulan Data... 53

E. Teknik Analisis Data... 56

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 62

1. Sejarah Singkat Beridirinya MA Darul Ulum ... 62

2. Identitas Sekolah... 66

3. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi ... 66

4. Program Madrasah... 69

5. Struktur Organisasi ... 70

6. Keadaan Guru Dan Karyawan ... 71

7. Keadaan Siswa... 74

8. Keadaan Sarana Dan Prasana ... 75

9. Profil Civitas Akademika ... 76

10. Potensi di Sekolah... 79

B. Penyajian Data ... 80

1. Data Observasi... 80

2. Data Wawancara... 81

3. Data Angket ... 82

4. Data Dokumentasi ... 85

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 88

(10)

2. Analisis Data tentang Hasil Belajar... 101 3. Pengujian Hipotesis ... 104

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 121 B. Saran ... 122 C. Diskusi... 124

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar ... 31

Tabel 3.1 Jumlah Siswa-siswi MA Darul Ulum ... 50

Tabel 4.1 Prestasi Madrasah ... 64

Tabel 4.2 Struktur Organisasi ... 70

Tabel 4.3 Guru dan Karyawan ... 71

Tabel 4.4 Keadaan Siswa ... 74

Tabel 4.5 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 75

Tabel 4.6 Hasil Angket Pendekatan Sosio Emosional ... 83

Tabel 4.7 Nilai Raport Aqidah Akhlak ... 85

Tabel 4.8 Nama-nama Responden ... 89

Tabel 4.9 Guru Menggunakan Pujian-Pujian yang Bersifat Menghargai Siswa ... 91

Tabel 4.10 Guru Memberikan Contoh yang Baik Kepada Siswa ... 91

Tabel 4.11 Guru Menunjukkan Sikap Menerima Sehingga Siswa Merasa Dipercaya Oleh Guru... 92

Tabel 4.12 Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Berperan Aktif Di Dalam Kelas ... 93

Tabel 4.13 Siswa Merasa Nyaman Ketika Proses Pembelajaran... 93

(12)

Siswa ... 95 Tabel 4.16 Guru Memahami Kondisi Siswa Ketika Siswa Merasa

Kesulitan... 95 Tabel 4.17 Guru Peduli terhadap Seluruh Siswanya Tanpa

Membeda-bedakan Satu Sama Lain... 96 Tabel 4.18 Guru Membantu Siswa Merencanakan Tindakan

Yang Lebih Baik ... 97 Tabel 4.19 Guru Di Dalam Kelas Sebagai Fasilitator Sehingga

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa... 97 Tabel 4.20 Guru Mengajak Berdiskusi Dalam Menyelesaikan Suatu

Permasalahan Dalam Pembelajaran ... 98 Tabel 4.21 Data Rekapitulasi Pendekatan Sosio Emosional Guru ... 99 Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Raport Aqidah Akhlak... 101 Tabel 4.23 Skor Pendekatan Sosio Emosional Guru dan Hasil

Belajar Siswa... 105 Tabel 4.24 Persiapan Untuk Menghitung Persamaan Regresi dan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Bukti Penelitian

Lampiran 3 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi Lampiran 4 : Kartu Konsultasi Skripsi

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals,aktivitas kepercayaan.1

Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang bisa digunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib (mendidik), dan tarbiyah (mendidik). Namun menurut al-Attas (1980) dalam Hasan Langgulung, bahwa katata’dib yang lebih tepat digunakan dalam pendidikan agama Islam, karena tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja, dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata terbiyah juga digunakan untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara. Dalam perkembangan selanjutnya, bidang speliasisai dalam ilmu pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan, dan tarbiyah digunakan dalam pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang.2 Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.

1Ramayulis,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 3 2 Nazarudin Rahman,

(15)

2

Adanya pendidikan agama Islam di madrasah atau sekolah sebenarnya memiliki banyak fungsi, seperti: meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt, pedoman hidup, menyesuaikan diri dengan lingkungan, sebagai perbaikan diri dan menyangkal hal-hal negatif dari lingkungannya.3

Namun saat ini PAI kurang diminati siswa, karena banyak hal. Misal saja karena PAI tidak termasuk di dalam mata pelajaran yang di ujikan saat ujian nasional. Selain itu materi-materi yang diajarkan hampir semua sama, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah dan juga keterbatasan guru dalam mengelola kelas. Pelaksanaan PAI di sekolah masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Di samping itu kelulusan peserta didik dalam pendidikan agama Islam hanya diukur dengan seberapa banyak hafalan dan kemampuan mengerjakan ujian tertulis di kelas, penanaman kepribadian dan akhlak karimah kurang mendapat perhatian padahal materi agama Islam syarat dengan muatan nilai-nilai.4

Kondisi yang demikian dapat disebabkan oleh banyak hal. Misalnya kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Kenyataan di lapangan menunjukkan terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain: 1) adanya keragaman dalam proses pembelajaran dan penggunaan pengetahuan, 2) belum adanya alat ukur yang akurat untuk

(16)

3

mengetahui kemampuan guru, 3) pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan, dan 4) kesejahteraan guru belum memadai.5

Untuk menanggulangi hal tersebut dibutuhkannya peran seorang guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas perlu dinilai dengan baik, karena jika guru mampu mengelola kelas dengan baik maka tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.6 Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru dalam mengelola kelas. Indikator dari kegagalan tersebut ditunjukkan dengan prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan.

Pendekatan merupakan suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.7 Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan. Selain metode memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses belajar mengajar.

Oleh karena itu salah satunya yakni pendekatan sosio emosional. Menurut Djamarah dan Zain mengatakan bahwa pendekatan sosio emosional dalam pembelajaran adalah suasana perasaan dan suasana sosial

(social-5Depdiknas, KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 6 6Euis Karwati dan Donni Juni Priansa,

Manajemen Kelas,(Bandung: Alfabeta, 2014), h.66

(17)

4

emostionalclimate appoach) di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan Psikologi Klinis dan konseling (penyuluhan).8

Hasil belajar merupakan gambaran tentang bagaimana siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau huruf yang didapat siswa setelah menerima materi pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil belajar tersebut guru dapat menerima informasi seberapa jauh siswa memahami materi yang dipelajari. Menurut penelitian Wasty (2003) pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga dengan demikian peningkatan hasil belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar yang telah diraih sebelumnya.

Hasil belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil. Masukan itu berupa rancangan dan pengelolaan motivasional yang tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguhsungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil belajar yang diharapkan biasanya berupa prestasi belajar yang baik atau optimal. Namun dalam

(18)

5

pencapaian hasil belajar yang baik masih saja mengalami kesulitan dan prestasi yang didapat belum dapat dicapai secara optimal.9

Dalam peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yakni motivasi untuk belajar. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya dilakukan yaitu dengan peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan berhasil kalau dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar.

Di MA Darul Ulum guru dituntut mampu menyampaikan materi pelajaran serta dapat menguasai kelas, hal ini di terapkan dengan harapan siswa mendapatkan hasil belajar yang baik atau paling tidak memenuhi ketuntasan minimal penguasaan materi pembelajaran yang telah ditetapkan.

Tertarik dengan fenomena diatas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dan mengkaji lebih lanjut terkait pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran dengan hasil belajar siswa yang akan dibahas dalam skripsi “PENGARUH PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MA DARUL ULUM WARU SIDOARJO”.

(19)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah

akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak di MA

Darul Ulum Waru Sidoarjo?

3. Bagaimana pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam

pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul

Ulum Waru Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin di capai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran

aqidah akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak

di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam

pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul

(20)

7

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, diharapkan berguna untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan

2. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan wawasan dan bahan

tambahan referensi kepada pembaca umum

E. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tidak terlepas dari variabel

yang tercantum pada judul penelitian. Dalam penelitian terdapat pendekatan

sosio emosional guru sebagai variabel X , dan varibel Y nya adalah hasil

belajar. Dengan subjek penelitian para siswa-siswa dan pelaku pendidikan

yang berlokasikan di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

Agar tidak terjadi pembahasan yang meluas, maka peneliti memaparkan

batasa-batasan masalah. Hal ini berguna agar tidak keluar dari lingkup

permasalahan penelitian. Adapun batasan-batasan tersebut adalah:

1. Penelitian ini membicarakan tentang pengaruh pendekatan sosio emosional

guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa.

2. Penelitian ini difokuskan pada pendekatan sosio emosional pada siswa

(21)

8

F. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tetang judul penelitian

ini, maka penulis perlu menjelaskan sedikit teori yang terdapat dalam judul

penelitian ini yaitu “Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru PAI

terhadap Hasil Belajar Siswa Di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo”.

1. Pendekatan Sosio Emosional : Secara etimologi pendekatan berasal dari

kata dekat, artinya tidak jauh, setelah mendapat awalan pe dan akhiran an

maka artinya yaitu: Proses, perbuatan, cara mendekati; Usaha dalam

rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang

yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang

masalah penelitian.10

Sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap

norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan

dan saling berkomunikasi dan kerjasama.11

Sedangkan emosi merupakan hasil informasi antara faktor subjektif

(proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologi

(proses hormonal).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosio emosional

merupakan bentuk hubungan antara guru dan siswanya di mana hal ini

adanya keterkaitan antar keduanya dalam menciptakan suatu kondisi

belajar yang baik, efektif serta efisien.

10Depdiknas,KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 11Yusuf, Syamsu L.N. dan Nani M. Sugandhi,

(22)

9

Maksud dari pendekatan sosio emosional yang akan dibahas peneliti yaitu

bagaimana pendekatan interpersonal antara guru dengan siswa dalam

mempengaruhi hasil belajar siswanya.

Indikatornya : keterbukaan antara guru dan siswa, penerimaan, dan

kepercayaan guru kepada siswa atau sebaliknya, rasa simpati guru

terhadap siswanya, guru berkomunikasi secara efektif, guru dalam

mengembangkan kreatifitas serta kepribadian siswa, serta suasana kelas

yang demokratis.

2. Hasil Belajar : Sebuah perubahan tingkah laku yang tampak setelah

berakhirnya perbuatan belajar baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan karena didorong dengan adanya usaha dari rasa ingin terus

maju untuk menjadikan diri menjadi lebih baik.12

Indikatornya : nilai raport A atau tergolong Baik –Amat Baik dalam mata

pelajaran aqidah akhlak semester gasal 2016/2017.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan suatu aspek yang sangat penting karena

sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca

dalam mengetahui isi skripsi ini. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini

diklasifikasikan menjadi lima bab yang terbagi menjadi sub-sub bab yang

saling berkaitan. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN

12

(23)

10

Merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari A) Latar belakang masalah B)

Rumusan masalah C) Tujuan penelitian D) Kegunaan penelitian E) Penelitian

terdahulu F) Ruang lingkup dan batasan masalah G) Definisi operasional H)

Sistematika pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini memuat hal yang berkaitan dengan teori-teori yang telah peneliti

pelajari dari literatur yang ada. Pada bab ini akan dibahas mengenai A)

tinjauan tentang pendekatan sosio emosional : pengertian pendekatan sosio

emosional, tujuan pendekatan sosio emosional, ciri-ciri pendekatan sosio

emosionanl, kelebihan dan kelemahan dari pendekatan sosio emosional B)

Tinjauan tentang hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak : pengertian hasil

belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, indikator dalam hasil

belajar, penilaian hasil belajar, pengertian mata pelajaran aqidah akhlak,

fungsi dan tujuan mata pelajaran aqidah akhlak, ruang lingkungan mata

pelajaran aqidah akhlak, metode mengajar mata pelajaran aqidah akhlak,

evaluasi mata pelajaran aqidah akhlak C) Pengaruh pendekatan sosio

emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar

siswa D) Hiposis penelitian,

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang A) Jenis penelitian, B) Indentifikasi variable dan

indikator C) Instrumen penelitian, D) Penentuan populasi, sempel, dan

(24)

11

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Merupakan bab metode penelitian, yang berisi tentang : A) Gambaran umum

obejk penelitian B) Penyajian data C) Analisis data dan Pengujian hipotesis.

BAB V : PENUTUP

(25)

12

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendekatan Sosio Emosional

1. Pengertian Pendekatan Sosio Emosional

Kata pendekatan sering di sinonimkan dengan kata approach yang

berasal dari bahasa Inggris. Pendekatan sendiri secara bahasa berasal dari

kata dekat yang berarti pendek, tidak jauh, hamper, akrab, dan menjelang.

Sementara pendekatan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses atau

cara perbuatan mendekati.13

Memang secara bahasa, pendekatan merupakan proses atau cara

perbuatan mendekati. Tetapi secara istilah, pendekatan bersifat aksiomatis

dan menyatakan suatu pendirian, filsafat, keyakinan atau paradigm

terhadap subject matter.14 Jadi, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa pendekatan merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu subjek.

Sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap

norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu

kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.15

Sedangkan emosi merupakan hasil informasi antara faktor subjektif

(proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologi

(proses hormonal).

13Hasan Alwi dkk,

Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.246. 14

Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan MonokhotomikHolistik, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), h.185.

15

(26)

13

Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap

individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku

individu.

Dalam pendekatan sosio emosional dalam manajemen kelas

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan iklim sosio

emosional yang positif di dalam kelas. Sosio emosional yang positif berarti

ada hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik dan peserta

didik dengan peserta didik. Dalam pendekatan ini guru menjadi kunci

dalam pembentukan hubungan pribadi dan peranannya adalah

menciptakan hubungan pribadi yang sehat.16

Dari deskripsi di atas, pendekatan sosio emosional dapat diartikan

sebagai cara pandang yang menganggap bahwa kelas yang kondusif dapat

dicapai dengan menciptakan hubungan yang harmonis antaraguru dengan

peserta didik serta antar peserta didik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi

kelas yang kondusif dapat tercapai jika hubungan antara guru dengan

peserta didik dan antar peserta didik terjalin dengan baik. Untuk

mewujudkan jalinan tersebut, seorang guru harus mampu membangun

komunikasi dan interaksi secara positif dengan peserta didiknya.

Pendekatan sosio emosional ini mendasarkan pada asumsi sebagai

berikut:17

16

Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 147.

17

(27)

14

• Iklim sosio dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat

hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru,

guru dengan siswa serta siswa dengan siswa, merupakan kondisi

yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang

efektif. Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas berusaha

menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh

hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan

saling menghormati antarpersonal di kelas. Setiap personal diberi

kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan

kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan

emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

• Iklim sosio dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam

usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari

dengan hubungan manusiawi yang efektif. Dari asumsi ini berarti

dalam pengelolaan kelas seorang wali/guru kelas harus berusaha

mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia mewujudkan

hubungan manusiawi yang saling penuh perhatian, hormat

menghormati dan saling menghargai. Guru harus didorong menjadi

pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu terbuka pada

kritik. Di samping itu, berarti guru harus mampu dan bersedia

mendengarkan pemdapat, saran, gagsan, dan lain-lain dari siswa

(28)

15

Dalam pendekatan iklim sosio emosional dalam pengelolaan kelas

terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu:

a. Menurut Carl A. Rogers

Ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim sosio emosional

ini dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran

Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap

peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan

interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai

pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru

untuk membantu siswa belajar adalah:18

1) Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak

berpura-pura.

Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan

dirinya sendiri sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari

perasaan-perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu

mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai

dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura-pura. Pengembangan

hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif amat

dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya

sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan diri sebagaimana

adanya merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi

proses belajar.

18

(29)

16

2) Sikap menerima, menghargai, mau membantu dan percaya.

Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat

penting dalam membantu siswa belajar. Perimaan guru

mengisyaratkan bahwa guru memandang siswa sebagai individu

yang berharga.19 Hal ini juga menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru, maka siswa itu

akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan demikian,

guru yang menghormati dam mempercayai siswa akan mempunyai

kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional

yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.

3) Sikap mau mengerti dengan penuh empati

Pengertian penuh emapti merupakan kemampuan guru untuk

memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu

sendiri. Kemampuan ini menunjukan kepekaan guru terhadap

perasaan-perasaan siswa dan kepekaan gutu untuk tidak memberikan

penilaian terhadap keadaan siswa. Pengertian mendalam yang tanpa

disertai penilaian ini perlu dilengkapi empati dari guru terhadap

siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa bahwa guru

mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan

demikian, hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang

positif akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap

kegiatan belajar siswa.

(30)

17

b. Menurut Haim C. Ginnot

Dalam pengembangan iklim sosio emosional yang positif ginot

menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru.

Yang perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru

hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan

tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa.20 Jika guru di hadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru

disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan,

dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot

mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya

dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai

berikut:

1) Alternative pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai

sifat atau pribadi siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat

siswa.

2) Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah perasaan

tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan

keadaan itu.

3) Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari

anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang

keadaan yang mereka hadapi.

(31)

18

4) Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian

kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.

5) Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak

memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat

membangkitkan sikap mempertahankan diri.

6) Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta

perasaan-perasaan siswa yang dapat membangkitkan keasadaran akan harga

diri mereka.

7) Hindarkanlah usaha diagnosis dan prognosis yang menghasilkan

pemberian ciri-ciri tertentu pada siswa yang seringkali tidak tepat.

8) Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya.

Berikanlah bimbingan bukan kritik.

9) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang

dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.

10) Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal ituu dapat

menghilangkan harga diri siswa.

11) Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang

sedang dihadapi siswa, gunakan waktu yang tersedia untuk

membimbing siswa sehingga mereka mampu mengatasi sendiri

masalah itu.

12) Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari

pemberian ceramah yang panjang lebar dan bertele-tele karena hal

(32)

19

13) Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap

siswa.

14) Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal

itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian-pujian

atas pertimbangan-pertimbangan yang tidak wajar, karena hal itu

bersifat destruktif.

15) Dengarkanlah apa yang dikatakan para siswa dan doronglah

mereka untuk menyatakan ide-ide dan perasaan-perasaan mereka.

Dari uraian-uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendekatan sosio emosional merupakan bentuk hubungan antara guru

dan siswanya dimana hal ini adanya keterkaitan antar keduanya dalam

menciptakan suatu kondisi belajar yang baik, efektif serta efisien.

Untuk menciptakan suasana belajar yang harmonis, disini guru

memiliki peranan penting dalam melaksanakan proses belajar-mengajar

itu sendiri. seorang guru harus berusaha mendorong siswa agar mampu

dan bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling

pengertian, hormat menghormati dan saling menghargai. Guru harus

mendorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu

terbuka pada kritik. Disamping itu berarti juga guru harus mampu dan

bersedia mendengarkan pendapat, sasaran, gagasan dan lain-lain dari

siswa sehingga terjadi suasana pembelajaran yang dinamis. Untuk

menciptakan hubungan baik dengan siswa, guru perlu menerapkan

(33)

20

menghargai siswa, empati dan demokratis. Sikap-sikap tersebut sangat

dibutuhkan apabila seorang pengajar mengingingkan secara maksimal

dalam membantu peserta didik dalam belajarnya.

2. Tujuan Pendekatan Sosio Emosional

Secara umum tujuan penerapan pendekatan Sosio Emosional sama

dengan tujuan penerapan pendekatan yang lain, yakni untuk menciptakan

suasana belajar yang efektif dan kondusif.

Tapi perbedaan pendekatan Sosio-Emosional menurut Djamarah,

yaitu "menekankan pada terciptanya iklim atau suasana emosional dan

hubungan sosial yang positif dalam kelas, artinya ada hungan yang baik,

yang positif antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa".21

Sementara itu Glasser dalam Rohani, menyatakan "bahwa

pendekatan Sosio-Emosional dapat membina rasa tanggung jawab, sosial

dan harga diri siswa dengan cara mengarahkan siswa untuk

mendeskripsikan masalah yang dihadapinya.22

Selanjutnya Dreikus dalam Rohani, mengemukakan "Pendekatan

Sosio-Emosional dapat menciptakan suasana pembelajaran dalam kelas

yang demokrasi, yang mana siswa diperlakukan sebagai manusia secara

21

Syaiful Bahri,Strategi Belajar, h. 203 22

(34)

21

bijaksana dalam mengambil keputusan, disamping diberikan kesempatan

untuk menanggung konsekuensi atas perbuatan siswa itu sendiri.23

Jadi tujuan dari Pendekatan Sosio-Emosional adalah untuk

menciptakan suasana belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina

rasa tanggung jawab sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin

hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

3. Ciri - ciri Pendekatan Sosio Emosional

Hubungan guru - siswa dikatakan adanya iklim Sosio Emosional

yang baik, apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat seperti yang dikatakan

Thomas Gordon.24

a. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur

dan terbuka diri satu sama lain.

b. Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai orang lain.

c. Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain.

d. Kebebasan, yang mernperbolehkan setiap orang tumbuh dan

mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya.

e. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang

pun yang terpenuhi.

Sedangkan menurut Arikunto, Pendekatan Sosio-Emosional yang

baik adalah adanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dengan

ciri-ciri sebagai berikut:25

23

Ibid, h. 143 24

(35)

22

a. Memiliki keterbukaan (Opennes or Tranperency) sehingga

masing-masing pihak merasa bebas dalam bertindak dan saling menjaga

kejujuran.

b. Mengandung rasa saling menjaga, saling mernbutuhkan serta saling

berguna bagi pihak lain.

c. Diwarnai oleh rasa saing tergantung satu sama lain.

d. Masing-masing pihak merasakan terpisah satu sama lain, sehingga

saling memberikan kesempatan untuk mengembangkan keuni kan,

kreatifitasnya dan individualisasinya.

e. Dirasakan masing-masing pihak sebagai tempat bertemunya

kebutuhan-kebutuhan, sehingga kebutuhan satu sama lain dapat terpenuhi

bersama-sama dengan melalui terpenu hinya kebutuhan pihak lain.

Disamping itu Ahmad Rohani berpendapat, pendekatan

Sosio-Emosional yang baik adalah adanya sikap :26

a. Guru bersikap "hangat" dalam membina sikap persahabatan dengan

semua siswa, menghargai siswa dan menerima siswa dengan berbagai

keterbatasannya.

b. Guru bersikap adil, sehingga siswa diperlakukan sama tanpa tumbuh

rasa dianak tirikan atau disisihkan.

c. Guru bersikap obyektif terhadap kesalahan siswa dengan melakukan

sanksi sesuai dengan tata tertib bila siswa melanggar disiplin yang telah

disetujui bersama.

25

Suharsimi Arikunto,Manajemen Pengajaran, (Jakarta: RIneka Cipta, 1993), h. 40 26

(36)

23

d. Guru tidak menghukum siswa di depan teman-temannya, sehingga

menyebabkan siswa kehilangan muka.

e. Guru tidak menuntut siswa untuk mengikuti aturan-aturan yang diluar

kemampuan siswa untuk mengikutinya.

f. Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi siswa

yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku

sebagai suru tauladan yang baik.

Jadi beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa berjalannya pendekatan Sosio-Emosional dalam kelas dengan baik

apabila adanya sikap : keterbukaan antara guru dan siswa (adanya sikap

bersahabat dengan siswa), saling menjaga hubungan baik (guru bersikap

adil, obyektif, tidak rnenuntut siswa, tidak menghukum siswa di depan

kelas, dan memberikan penghargaan serta hadiah atas perilaku siswa yang

berperilaku positif), kebebasan dalam berkreativitas, dan saling memenuhi

kebutuhan antara guru dengan siswa.

4. Kelebihan dan Kelemahan dari Pendekatan Sosio Emosional

a. Kelebihan Pendekatan Sosio Emosional

1) Siswa merasa nyaman di kelas karena terjalin hubungan yang baik

dengan guru.

2) Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui

(37)

24

3) Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa

nyaman, tentram, dan aman dengan situasi yang ada.

4) Terbinanya sikap demokratis.

5) Selalu ada penghargaan, jadi setiap kegagalan tidak akan

membunuh motivasi siswa.

6) Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.27 b. Kekurangan Pendekatan Sosio Emosional

1) Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu

baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.

2) Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka

diperlukan keterampilan guru yang lebih baik untuk membuat iklim

sosio emosional yang kondusif.28

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata yakni

“Hasil” dan “Belajar”. Hasil berarti sesuatu yang diadakan (dibuat,

dijadikan, dsb) oleh usaha. Belajar adalah usaha memperoleh kepandaian

atau ilmu.

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.29

27Euis dan Donni Juni,

Manajemen Kelas, h. 93 28

(38)

25

Menurut Warsito dalam Depdiknas (2006: 125) mengemukakan

bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan

perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang

belajar.30

Menurut Hamalik bukti bahwa seseorang telah belajar ialah

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati

dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan

tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan

yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.31 Berdasarkan hasil definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah

mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran

tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat

berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan,

keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain

sebagainya yang menuju pada perubahan positif.

Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang

telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang

dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan

adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat

29

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22

30

Depdiknas, Bunga Ramapi Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK dan SLB), (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 125

31

(39)

26

menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu

pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum

hasil belajar dipengaruhi oleh 2 hal yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor

internal ini meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologis

1) Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Foktor ini dibedakan menjadi dua macam

a) Keadaan jasmani, keadaan jasmani pada umumnya sangat

mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang

sehat dan bugar akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik

yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil

yang maksimal.

b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis, selama proses belajar

berlangsung peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat

mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca

(40)

27

indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah

aktivitas belajar dengan baik pula.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaaan psikologis yang

dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis

yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,

motivasi,minat, sikap dan bakat.

a) Kecerdasan/intelegensi siswa

b) Motivasi

c) Ingatan

d) Minat

e) Sikap

f) Bakat

g) Konsentrasi belajar

h) Rasa percaya diri

i) Kebiasaan belajar

j) Cita-cita siswa

b. Faktor eksternal

Selain faktor endogen, faktor eskternal juga dapat

mempengaruhi proses belajar dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non

sosial.

(41)

28

Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan

orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa

dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi

kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarha siswa itu sendiri.

Sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,

semuanya dapat memberi dampak baikk ataupun buruk terhadap

kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.

a) Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan

harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bag siswa

untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan

dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat

menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b) Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan

mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,

banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat

mempengaruhi aktivitas belajar, paling tidak siswa kesulitan

ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam

alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

(42)

29

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.

Ketegangan keluarga, sifat orang tua, demografi keluarga (letak

rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi

dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara

anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang

harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar

dengan baik.

2) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial yaitu:

a) Lingkungan alamiah

Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan

berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan

kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar siswa.

Siswa akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar.

Dari kenyataan tersebut, orang cendurung akan lebih nyaman

belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu

tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus di

perhatikan, agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam

keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.33 b) Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.

Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,

33

(43)

30

fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua,

software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan

sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebaginya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan

siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, dosesuaikan

dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru

dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas

belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan

berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan

kondisi siwa.

3. Indikator Hasil Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap

ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses

belajar siswa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

adalah mengetahui garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi

tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau

diukur.34 Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dengan

(44)

31

Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi

tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik.35 Tabel 2.1

Indikator Hasil Belajar

Ranah/Jenis Prestasi Indikator

A. Ranah Kognitif

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan

2. Dapat membandingkan

3. Dapat menghubungkan

2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan

kembali

3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan

dengan lisan sendiri

4. Aplikasi/Penerapan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan

(45)

32

ah-milah

6. Sintesis (Membuat paduan

baru dan utuh)

1. Dapat menghubungkan

materi-materi, sehingga

menjadi kesatuan baru

2. Dapat menyimpulkan

3. Dapat

menggeneralisasikan

(membuat prinsip umum)

B. Ranah Sikap (Afektif)

1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap

menerima

2. Menunjukkan sikap

menolak

2. Sambutan 1. Kesediaan

berpartisipasi/terlibat

2. Kesediaan memanfaatkan

3. Apresiasi (Sikap menghargai) 1. Menganggap penting dan

bermanfaat

2. Menganggap indah dan

(46)

33

3. Mengagumi

4. Internalisasi (Pendalaman) 1. Mengakui dan Meyakini

2. Mengingkari

5. Karakterisasi (Penghayatan) 1. Melembagakan atau

meniadakan

2. Menjelmakan dalam

pribadi dan perilaku

sehari-hari

C. Ranah karsa/keterampilan

(Psikomotor)

1. Keterampilan bergerak dan

bertindak

Kecakapan

mengkoordinasikan gerak

mata, tangan, kaki, dan

anggota tubuh lainnya

2. Kecakapan ekspresi verbal

dan non-verbal

1. Kefasihan

melafalkan/mengucapkan

2. Kecakapan membuat

mimik dan gerakan

jasmani

(47)

34

Menurut Bloom dkk yang dikutip Harjanto dalam bukunya Nanang

H. dan Cucu S. Indikator-indikator dalam ketiga ranah adalah sebagai

berikut:36

a. Indikator aspek kognitif

1) Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan

mengingat bahan yang telah dipelajari.

2) Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap

pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.

3) Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan

yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

4) Analisis (analysys), yaitu kemampuan menguraikan,

mengidentifikasi, dan mempersatukan bagian yang terpisah,

menghubungkan antar bagian guna membangun suatu keseluruhan.

5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan,

mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu

keseluruhan dan sebagainya.

6) Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga

sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan

suatu kriteria.

b. Indikator aspek afektif

1) Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan

dirinya untuk menerima atau memerhatikan pada suatu perangsang.

36Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana,

(48)

35

2) Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi,

menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.

3) Penghargaan (valuing), yaitu kepekatanggapan terhadap nilai atas

suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.

4) Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai

nilai yang berbeda, memecahkan konflik antarnilai, dan

membangun sistem nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai.

5) Pengkarakterisasian (charachterization), yaitu proses afeksi di

mana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang

mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang

membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola

umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.

c. Indikator aspek psikomotor

1) Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk

memimbing efektifitas gerak.

2) Kesiapan(set),yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.

3) Respons terbimbing (Guide respons), yaitu tahap awal belajar

keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang

dipertunjukkan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan

tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.

4) Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang

(49)

36

diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat

ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.

5) Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan

gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit,

aktivitas motoric berkadar tinggi.

6) Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah

dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah

gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang

khusus dalam suasana yang lebih problematis.

7) Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang

sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.

4. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Aqidah menurut bahasa berasal dari kata

yang

berarti ikatan. Sedangkan arti aqidah menurut istilah adalah :

Artinya : "Aqidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam artinya mereka menetapkannya atas kebenarannya.37

Menurut syara’ kepercayaan (aqidah) ialah iman yang kokoh

terhadap segala sesuatu yang disebut secara tegas oleh Al-Qur'an dan

hadits shahih.

37Moh. Rifa’I, Aqidah Akhlak untuk MTs Kelas I,

(50)

37

Sebagian ulama fiqih mendefinisikan aqidah sebagai sesuatu yang

diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirubahnya. Ia beriman

sesuai dengan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti iman

kepada Allah SWT, hari akhirat, kitab-kitab Allah dan rasul-rasul Allah

SWT.38

M. Rifa’i memberi batasan bahwa aqidah ialah sesuatu yang harus

dibenarkan oleh hati yang dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa

itu menjadi yakin dan mantap tidak dipengaruhi oleh syak wasangka.39 Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang

muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap

muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu jamaknya

yang artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral atau budi pekerti.

Sedangkan akhlak menurut istilah didefinisikan sebagai berikut:

a. Ibnu Maskawaih mendefinisikan

Artinya :"Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu).” b. Prof Dr. Ahmad Amin menjelaskan

38

Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1985), h. 115

39

(51)

38

Artinya : "Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak adalah kehendak yang dibiasakan artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamai

akhlak.”

c. Imam Al-Ghazali mengemukakan

Artinya : "Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan yang dengan gampang dan mudah

tanpa memerlukan fikiran dan pertimbangan”.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah

sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya artinya sesuatu perbuatan

atau sumber tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat dan perbuatan

yang dapat dilihat adalah gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam

dalam jiwa, jahat atau baiknya.40

Mata pelajaran Aqidah Akhlak ialah suatu usaha mata pelajaran yang

menjajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami

dan meyakini ajaran Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan

tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.41

Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang

harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang

40

Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1984). h. 134

41

(52)

39

harmonis pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya bersifat

kognitif semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah

Akhlak harus senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat

berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian

pengajaran Aqidah Akhlak yang disampaikan oleh guru dapat diterima

oleh siswa semaksimal mungkin sehingga tujuan yang telah diprogramkan

dapat tercapai.

5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah berfungsi sebagai:

a. Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau

menghayati dan meyakini dengan keyakinan yang benar tentang

Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari

akhirat dan qadla qadarNya.

b. Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau

menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam tentang akhlak baik

yang berhubungan dengan manusia dengan Allah, manusia dengan

dirinya sendiri, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan

alam lingkungan.

Adapun tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah adalah :

a. Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan yang

(53)

40

tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

b. Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang

kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak

yang buruk baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya

sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan sehingga

menjadi manusia yang berakhlak manusia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Agar siswa memiliki aqidah yang benar serta akhlak yang baik untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Secara garis besar, pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi

keserasian, kesetaraan dan keseimbangan yang bermateri pokok sebagai

berikut :

a. Hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT, mencakup segi

aqidah yang meliputi : iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,

rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari akhirat dan qadla qadarnya.

Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia mencakup segi

akhlak yang meliputi kewajiban membiasakan akhlak yang baik

terhadap diri sendiri dan orang lain serta menjauhi akhlak yang buruk.

Hubungan manusia dengan alam lingkungan yang bersifat pelestarian

(54)

41

C. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pendekatan iklim sosio emosional merupakan salah satu jenis

pendekatan yang bisa di lakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas

selain jenis-jenispendekatan yang ada. Menurut saya pendekatan iklim sosio

emosional memang cukup baik jika di terapkan di dalam pengelolaan kelas.

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa

proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan

interpersonal yang baik antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa

lainnya dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio

emosional yang baik. Pembinaan hubungan yang baik (report) antara guru

dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting.

Dengan terciptanya hubungan baik guru dengan siswa senantiasa

gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistic, realistic dalam

kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap

hal-hal yang akan ada pada dirinya. Dalam hal-hal ini guru pengajar yang akan

menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu

menyadari kenyataan bahwa cinta da rasa harga diri merupakan dua

kebutuhan dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar jika pembelajar itu ingin

mengembangkan perasaan harga diri sukses. Suatu pengalaman sukses perlu

muncul pada diri pembelajar dan pembelajar perlu belajar meraih sukses

melalui pengalaman sendiri. Tugas belajar dalam pengelolaan kelas adalah

(55)

42

menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk

memandang dirinya sebagai individu yang berharga.

Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh

penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan

yang menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi,

kecemasan, tanpa harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah

laku menyimpang. Kelas yang di liputi oleh hubungan intrerpersonal yang

baik merupakan kondisi yang beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang

berkondisi dan bersituasi demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan

tentram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar oleh kekuasaan dan

penekanan tertentu.

Penekanan sistem sosio emosional berakar dari pandangan yang

mengutamakan hubungan saling menerima , sikap empati sebagai sesame

manusia. Melalui pendekatan ini peserta didik benar-benar percaya bahwa

seorang guru mempunyai dedikasi yang penuh dalam membina belajar

mereka. Apabila peserta didik berperilaku menyimpang maka seorang guru

dapat memisahkan kesalahan dari orang yang berbuat salah dan menolak

perbuatan menyimpang tersebut. Penciptaan iklim sosio emosional terjadi

bila terdapat keterlibatan pengajar dalam suasana belajar itu untuk

mengembangkan tanggung jawab sosial dan merasa dirinya berarti bagi orang

lain. Bagi mereka yang melakukan perilaku menyimpang hendaknya dibantu

untuk memperbaiki diri dan janganlah mengucilkan anak tersebut, karena hal

(56)

43

tidak berguna dan pada akhirnya peranan seorang guru sangatlah berpengaruh

terhadap apa yang terjadi pada anak didiknya tersebut.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis kerja/hipotesis alternatif yang berlambangkan (Ha). Hipotesis

ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel Independent

(X) dengan variable Dependent (Y). yakni adanya pengaruh yang

signifikan antara pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran

aqidah akhlak dengan hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.

2. Hipotesis nol/hipotesis nihil yang berlambangkan (Ho). Hipotesis ini

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel

Independent (X) dengan variabel Dependent (Y). Yakni tidak adanya

pengaruh antara pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran

(57)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang

tepat untuk melakukan sesuatu. Sedangkan metodologi adalah sebuah proses,

prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan

mencari jawaban.42

Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui

penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga

diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.43 Penelitian sangat erat hubungannya dengan metodologi. Penelitian bisa disebut sebagai cara

pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban

permasalahan atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention.44 Dengan demikian metode Penelitian merupakan rangkaian cara atau

kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi–asumsi dasar,

pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang

dihadapi.45

42Deddy Mulyana,

Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.145.

43

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.2.

44

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.3.

45

(58)

45

Metodologi penelitian adalah kegiatan yang secara sistematis,

direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan

berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri.46

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami

memecahkan, dan mengantisipasi masalah.47

Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis

untuk menguji jawaban-jawaban sementara. Agar dapat dikatakan sistematis,

maka diperlukan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara alamiah.

Adapun dalam penelitian ini rencana pemecahan bagi persoalan yang akan

diselidiki antara lain:

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Judul penelitian “Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Siswa di MA Darul

Ulum Waru”. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis

penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data kuantitatif.

46

Ibid., h.17. 47

(59)

46

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan

analisis data berupa angka untuk mengukur kebenaran mengenai apa yang

ingin diketahui, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada

realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit,

teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan data penelitian

berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.48 2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar

penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan

karakteristik variabel dan tujuan penelitian.

a. Tahap Penelitian

Rancangan penelitian ini dibagi 3 tahap yakni:

1) Penentuan masalah penelitian

Dalam tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan yaitu

membaca buku-buku yang relevan dengan permasalahan peneliti

dan melakukan observasi awal terlebih dahulu.

2) Pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data yaitu

buku-buku dan data lapangan.

48

(60)

47

3) Analisis data dan penyajian data

Yaitu menganalisis data yang masuk dan akhirnya ditarik

kesimpulan, berdasarkan judul yang diangkat dan permasalahan

yang ada, peneliti mengumpulkan informasi yang dikumpulkan dari

responden dengan menggunakan angket.

b. Sumber Data

Adapun sumber data dari penelitian ini terdapat dua jenis, yakni

sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data tersebut

meliputi:

a. Sumber data primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber pertamanya.49 Adapun sumber pertama

dalam penelitian tentang Pengaruh Pendekatan Sosio

Emosional Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap

Hasil belajar Siswa di MA Darul Ulum Waru adalah siswa MA

Darul Ulum waru, guru aqidah akhlak, serta pihak-pihak

berkaitan.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, yang berwujud

laporan, buku uraian dan sebagainya.50 Adapun sumber data sekunder diperoleh dengan mengutip dari sumber lain, yang

49

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.129. 50

Gambar

  Tabel 2.1
  Tabel 3.1
 Tabel 4.1
  Tabel 4.2STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH
+7

Referensi

Dokumen terkait