PENGARUH PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA DI MA DARUL ULUM WARU SIDOARJO
SKRIPSI
OLEH:
HALIMATUS SA’DIAH NIM. D31213063
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
ABSTRAK
Halimatus Sa’Diah, D31213063, 2017. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru terhadap Hasil Belajar Siswa di MA Darul Ulum Waru.
Skripsi. Pendidkan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci:Pendekatan Sosio Emosional, Hasil Belajar, Guru dalam Pembelajaran, Aqidah Akhlak
Guru yang professional akan mampu memahami keadaan fisik dan psikis anak, dengan hal ini guru dapat mengubah dan menyesuaikan strategi atau pendekatan yang harus digunakan. Karena masing masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Salah satu pendekatan dalam mengelola kelas adalah pendekatan sosio emosional. Pendekatan sosio emosional adalah suatu pendekatan yang menekankan pada hubungan interpersonal.
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak, bagaimana hasil belajar siswa, serta bagaimana pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik regresi linier sederhana. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah Observasi, Interview, Angket serta Dokumentasi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Peneliian ... 6
E. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian... 7
F. Definisi Operasional ... 8
G. Sistematika Pembahasan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendekatan Sosio Emosional ... 12
1. Pengertian Pendekatan Sosio Emosional ... 12
2. Tujuan Pendekatan Sosio Emosional... 20
3. Ciri-ciri Pendekatan Sosio Emosional ... 21
4. Kelebihan dan Kelemahan Sosio Emosional... 23
B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar MP Aqidah Akhlak ... 24
1. Pengertian Hasil Belajar... 24
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 26
3. Indikator Hasil Belajar... 30
4. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 36
5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 39
6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 40
C. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar ... 41
D. Hipotesis Penelitian... 43
B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 48
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 50
D. Teknik Pengumpulan Data... 53
E. Teknik Analisis Data... 56
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 62
1. Sejarah Singkat Beridirinya MA Darul Ulum ... 62
2. Identitas Sekolah... 66
3. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi ... 66
4. Program Madrasah... 69
5. Struktur Organisasi ... 70
6. Keadaan Guru Dan Karyawan ... 71
7. Keadaan Siswa... 74
8. Keadaan Sarana Dan Prasana ... 75
9. Profil Civitas Akademika ... 76
10. Potensi di Sekolah... 79
B. Penyajian Data ... 80
1. Data Observasi... 80
2. Data Wawancara... 81
3. Data Angket ... 82
4. Data Dokumentasi ... 85
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 88
2. Analisis Data tentang Hasil Belajar... 101 3. Pengujian Hipotesis ... 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 121 B. Saran ... 122 C. Diskusi... 124
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar ... 31
Tabel 3.1 Jumlah Siswa-siswi MA Darul Ulum ... 50
Tabel 4.1 Prestasi Madrasah ... 64
Tabel 4.2 Struktur Organisasi ... 70
Tabel 4.3 Guru dan Karyawan ... 71
Tabel 4.4 Keadaan Siswa ... 74
Tabel 4.5 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 75
Tabel 4.6 Hasil Angket Pendekatan Sosio Emosional ... 83
Tabel 4.7 Nilai Raport Aqidah Akhlak ... 85
Tabel 4.8 Nama-nama Responden ... 89
Tabel 4.9 Guru Menggunakan Pujian-Pujian yang Bersifat Menghargai Siswa ... 91
Tabel 4.10 Guru Memberikan Contoh yang Baik Kepada Siswa ... 91
Tabel 4.11 Guru Menunjukkan Sikap Menerima Sehingga Siswa Merasa Dipercaya Oleh Guru... 92
Tabel 4.12 Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Berperan Aktif Di Dalam Kelas ... 93
Tabel 4.13 Siswa Merasa Nyaman Ketika Proses Pembelajaran... 93
Siswa ... 95 Tabel 4.16 Guru Memahami Kondisi Siswa Ketika Siswa Merasa
Kesulitan... 95 Tabel 4.17 Guru Peduli terhadap Seluruh Siswanya Tanpa
Membeda-bedakan Satu Sama Lain... 96 Tabel 4.18 Guru Membantu Siswa Merencanakan Tindakan
Yang Lebih Baik ... 97 Tabel 4.19 Guru Di Dalam Kelas Sebagai Fasilitator Sehingga
Pembelajaran Berpusat Pada Siswa... 97 Tabel 4.20 Guru Mengajak Berdiskusi Dalam Menyelesaikan Suatu
Permasalahan Dalam Pembelajaran ... 98 Tabel 4.21 Data Rekapitulasi Pendekatan Sosio Emosional Guru ... 99 Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Raport Aqidah Akhlak... 101 Tabel 4.23 Skor Pendekatan Sosio Emosional Guru dan Hasil
Belajar Siswa... 105 Tabel 4.24 Persiapan Untuk Menghitung Persamaan Regresi dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Bukti Penelitian
Lampiran 3 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi Lampiran 4 : Kartu Konsultasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals,aktivitas kepercayaan.1
Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang bisa digunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib (mendidik), dan tarbiyah (mendidik). Namun menurut al-Attas (1980) dalam Hasan Langgulung, bahwa katata’dib yang lebih tepat digunakan dalam pendidikan agama Islam, karena tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja, dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata terbiyah juga digunakan untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara. Dalam perkembangan selanjutnya, bidang speliasisai dalam ilmu pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan, dan tarbiyah digunakan dalam pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang.2 Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.
1Ramayulis,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 3 2 Nazarudin Rahman,
2
Adanya pendidikan agama Islam di madrasah atau sekolah sebenarnya memiliki banyak fungsi, seperti: meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt, pedoman hidup, menyesuaikan diri dengan lingkungan, sebagai perbaikan diri dan menyangkal hal-hal negatif dari lingkungannya.3
Namun saat ini PAI kurang diminati siswa, karena banyak hal. Misal saja karena PAI tidak termasuk di dalam mata pelajaran yang di ujikan saat ujian nasional. Selain itu materi-materi yang diajarkan hampir semua sama, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah dan juga keterbatasan guru dalam mengelola kelas. Pelaksanaan PAI di sekolah masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Di samping itu kelulusan peserta didik dalam pendidikan agama Islam hanya diukur dengan seberapa banyak hafalan dan kemampuan mengerjakan ujian tertulis di kelas, penanaman kepribadian dan akhlak karimah kurang mendapat perhatian padahal materi agama Islam syarat dengan muatan nilai-nilai.4
Kondisi yang demikian dapat disebabkan oleh banyak hal. Misalnya kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Kenyataan di lapangan menunjukkan terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain: 1) adanya keragaman dalam proses pembelajaran dan penggunaan pengetahuan, 2) belum adanya alat ukur yang akurat untuk
3
mengetahui kemampuan guru, 3) pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan, dan 4) kesejahteraan guru belum memadai.5
Untuk menanggulangi hal tersebut dibutuhkannya peran seorang guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas perlu dinilai dengan baik, karena jika guru mampu mengelola kelas dengan baik maka tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.6 Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru dalam mengelola kelas. Indikator dari kegagalan tersebut ditunjukkan dengan prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan.
Pendekatan merupakan suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.7 Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan. Selain metode memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses belajar mengajar.
Oleh karena itu salah satunya yakni pendekatan sosio emosional. Menurut Djamarah dan Zain mengatakan bahwa pendekatan sosio emosional dalam pembelajaran adalah suasana perasaan dan suasana sosial
(social-5Depdiknas, KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 6 6Euis Karwati dan Donni Juni Priansa,
Manajemen Kelas,(Bandung: Alfabeta, 2014), h.66
4
emostionalclimate appoach) di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan Psikologi Klinis dan konseling (penyuluhan).8
Hasil belajar merupakan gambaran tentang bagaimana siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau huruf yang didapat siswa setelah menerima materi pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil belajar tersebut guru dapat menerima informasi seberapa jauh siswa memahami materi yang dipelajari. Menurut penelitian Wasty (2003) pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga dengan demikian peningkatan hasil belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar yang telah diraih sebelumnya.
Hasil belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil. Masukan itu berupa rancangan dan pengelolaan motivasional yang tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguhsungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil belajar yang diharapkan biasanya berupa prestasi belajar yang baik atau optimal. Namun dalam
5
pencapaian hasil belajar yang baik masih saja mengalami kesulitan dan prestasi yang didapat belum dapat dicapai secara optimal.9
Dalam peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yakni motivasi untuk belajar. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya dilakukan yaitu dengan peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan berhasil kalau dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar.
Di MA Darul Ulum guru dituntut mampu menyampaikan materi pelajaran serta dapat menguasai kelas, hal ini di terapkan dengan harapan siswa mendapatkan hasil belajar yang baik atau paling tidak memenuhi ketuntasan minimal penguasaan materi pembelajaran yang telah ditetapkan.
Tertarik dengan fenomena diatas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dan mengkaji lebih lanjut terkait pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran dengan hasil belajar siswa yang akan dibahas dalam skripsi “PENGARUH PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MA DARUL ULUM WARU SIDOARJO”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah
akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak di MA
Darul Ulum Waru Sidoarjo?
3. Bagaimana pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam
pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul
Ulum Waru Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin di capai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran
aqidah akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak
di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam
pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul
7
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, diharapkan berguna untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan
2. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan wawasan dan bahan
tambahan referensi kepada pembaca umum
E. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tidak terlepas dari variabel
yang tercantum pada judul penelitian. Dalam penelitian terdapat pendekatan
sosio emosional guru sebagai variabel X , dan varibel Y nya adalah hasil
belajar. Dengan subjek penelitian para siswa-siswa dan pelaku pendidikan
yang berlokasikan di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.
Agar tidak terjadi pembahasan yang meluas, maka peneliti memaparkan
batasa-batasan masalah. Hal ini berguna agar tidak keluar dari lingkup
permasalahan penelitian. Adapun batasan-batasan tersebut adalah:
1. Penelitian ini membicarakan tentang pengaruh pendekatan sosio emosional
guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa.
2. Penelitian ini difokuskan pada pendekatan sosio emosional pada siswa
8
F. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tetang judul penelitian
ini, maka penulis perlu menjelaskan sedikit teori yang terdapat dalam judul
penelitian ini yaitu “Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru PAI
terhadap Hasil Belajar Siswa Di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo”.
1. Pendekatan Sosio Emosional : Secara etimologi pendekatan berasal dari
kata dekat, artinya tidak jauh, setelah mendapat awalan pe dan akhiran an
maka artinya yaitu: Proses, perbuatan, cara mendekati; Usaha dalam
rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang
yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang
masalah penelitian.10
Sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan kerjasama.11
Sedangkan emosi merupakan hasil informasi antara faktor subjektif
(proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologi
(proses hormonal).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosio emosional
merupakan bentuk hubungan antara guru dan siswanya di mana hal ini
adanya keterkaitan antar keduanya dalam menciptakan suatu kondisi
belajar yang baik, efektif serta efisien.
10Depdiknas,KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 11Yusuf, Syamsu L.N. dan Nani M. Sugandhi,
9
Maksud dari pendekatan sosio emosional yang akan dibahas peneliti yaitu
bagaimana pendekatan interpersonal antara guru dengan siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar siswanya.
Indikatornya : keterbukaan antara guru dan siswa, penerimaan, dan
kepercayaan guru kepada siswa atau sebaliknya, rasa simpati guru
terhadap siswanya, guru berkomunikasi secara efektif, guru dalam
mengembangkan kreatifitas serta kepribadian siswa, serta suasana kelas
yang demokratis.
2. Hasil Belajar : Sebuah perubahan tingkah laku yang tampak setelah
berakhirnya perbuatan belajar baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan karena didorong dengan adanya usaha dari rasa ingin terus
maju untuk menjadikan diri menjadi lebih baik.12
Indikatornya : nilai raport A atau tergolong Baik –Amat Baik dalam mata
pelajaran aqidah akhlak semester gasal 2016/2017.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan suatu aspek yang sangat penting karena
sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca
dalam mengetahui isi skripsi ini. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini
diklasifikasikan menjadi lima bab yang terbagi menjadi sub-sub bab yang
saling berkaitan. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut
BAB I : PENDAHULUAN
12
10
Merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari A) Latar belakang masalah B)
Rumusan masalah C) Tujuan penelitian D) Kegunaan penelitian E) Penelitian
terdahulu F) Ruang lingkup dan batasan masalah G) Definisi operasional H)
Sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini memuat hal yang berkaitan dengan teori-teori yang telah peneliti
pelajari dari literatur yang ada. Pada bab ini akan dibahas mengenai A)
tinjauan tentang pendekatan sosio emosional : pengertian pendekatan sosio
emosional, tujuan pendekatan sosio emosional, ciri-ciri pendekatan sosio
emosionanl, kelebihan dan kelemahan dari pendekatan sosio emosional B)
Tinjauan tentang hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak : pengertian hasil
belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, indikator dalam hasil
belajar, penilaian hasil belajar, pengertian mata pelajaran aqidah akhlak,
fungsi dan tujuan mata pelajaran aqidah akhlak, ruang lingkungan mata
pelajaran aqidah akhlak, metode mengajar mata pelajaran aqidah akhlak,
evaluasi mata pelajaran aqidah akhlak C) Pengaruh pendekatan sosio
emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar
siswa D) Hiposis penelitian,
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang A) Jenis penelitian, B) Indentifikasi variable dan
indikator C) Instrumen penelitian, D) Penentuan populasi, sempel, dan
11
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Merupakan bab metode penelitian, yang berisi tentang : A) Gambaran umum
obejk penelitian B) Penyajian data C) Analisis data dan Pengujian hipotesis.
BAB V : PENUTUP
12
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendekatan Sosio Emosional
1. Pengertian Pendekatan Sosio Emosional
Kata pendekatan sering di sinonimkan dengan kata approach yang
berasal dari bahasa Inggris. Pendekatan sendiri secara bahasa berasal dari
kata dekat yang berarti pendek, tidak jauh, hamper, akrab, dan menjelang.
Sementara pendekatan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses atau
cara perbuatan mendekati.13
Memang secara bahasa, pendekatan merupakan proses atau cara
perbuatan mendekati. Tetapi secara istilah, pendekatan bersifat aksiomatis
dan menyatakan suatu pendirian, filsafat, keyakinan atau paradigm
terhadap subject matter.14 Jadi, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa pendekatan merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu subjek.
Sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.15
Sedangkan emosi merupakan hasil informasi antara faktor subjektif
(proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologi
(proses hormonal).
13Hasan Alwi dkk,
Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.246. 14
Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan MonokhotomikHolistik, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), h.185.
15
13
Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap
individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku
individu.
Dalam pendekatan sosio emosional dalam manajemen kelas
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan iklim sosio
emosional yang positif di dalam kelas. Sosio emosional yang positif berarti
ada hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik dan peserta
didik dengan peserta didik. Dalam pendekatan ini guru menjadi kunci
dalam pembentukan hubungan pribadi dan peranannya adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat.16
Dari deskripsi di atas, pendekatan sosio emosional dapat diartikan
sebagai cara pandang yang menganggap bahwa kelas yang kondusif dapat
dicapai dengan menciptakan hubungan yang harmonis antaraguru dengan
peserta didik serta antar peserta didik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi
kelas yang kondusif dapat tercapai jika hubungan antara guru dengan
peserta didik dan antar peserta didik terjalin dengan baik. Untuk
mewujudkan jalinan tersebut, seorang guru harus mampu membangun
komunikasi dan interaksi secara positif dengan peserta didiknya.
Pendekatan sosio emosional ini mendasarkan pada asumsi sebagai
berikut:17
16
Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 147.
17
14
• Iklim sosio dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat
hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru,
guru dengan siswa serta siswa dengan siswa, merupakan kondisi
yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif. Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas berusaha
menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh
hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan
saling menghormati antarpersonal di kelas. Setiap personal diberi
kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan
kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan
emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
• Iklim sosio dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam
usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari
dengan hubungan manusiawi yang efektif. Dari asumsi ini berarti
dalam pengelolaan kelas seorang wali/guru kelas harus berusaha
mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia mewujudkan
hubungan manusiawi yang saling penuh perhatian, hormat
menghormati dan saling menghargai. Guru harus didorong menjadi
pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu terbuka pada
kritik. Di samping itu, berarti guru harus mampu dan bersedia
mendengarkan pemdapat, saran, gagsan, dan lain-lain dari siswa
15
Dalam pendekatan iklim sosio emosional dalam pengelolaan kelas
terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu:
a. Menurut Carl A. Rogers
Ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim sosio emosional
ini dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran
Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap
peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan
interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai
pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru
untuk membantu siswa belajar adalah:18
1) Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak
berpura-pura.
Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan
dirinya sendiri sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari
perasaan-perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu
mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai
dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura-pura. Pengembangan
hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif amat
dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya
sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan diri sebagaimana
adanya merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi
proses belajar.
18
16
2) Sikap menerima, menghargai, mau membantu dan percaya.
Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat
penting dalam membantu siswa belajar. Perimaan guru
mengisyaratkan bahwa guru memandang siswa sebagai individu
yang berharga.19 Hal ini juga menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru, maka siswa itu
akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan demikian,
guru yang menghormati dam mempercayai siswa akan mempunyai
kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional
yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.
3) Sikap mau mengerti dengan penuh empati
Pengertian penuh emapti merupakan kemampuan guru untuk
memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu
sendiri. Kemampuan ini menunjukan kepekaan guru terhadap
perasaan-perasaan siswa dan kepekaan gutu untuk tidak memberikan
penilaian terhadap keadaan siswa. Pengertian mendalam yang tanpa
disertai penilaian ini perlu dilengkapi empati dari guru terhadap
siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa bahwa guru
mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan
demikian, hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang
positif akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap
kegiatan belajar siswa.
17
b. Menurut Haim C. Ginnot
Dalam pengembangan iklim sosio emosional yang positif ginot
menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru.
Yang perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru
hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan
tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa.20 Jika guru di hadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru
disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan,
dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot
mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya
dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai
berikut:
1) Alternative pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai
sifat atau pribadi siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat
siswa.
2) Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah perasaan
tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan
keadaan itu.
3) Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari
anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang
keadaan yang mereka hadapi.
18
4) Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian
kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.
5) Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak
memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat
membangkitkan sikap mempertahankan diri.
6) Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta
perasaan-perasaan siswa yang dapat membangkitkan keasadaran akan harga
diri mereka.
7) Hindarkanlah usaha diagnosis dan prognosis yang menghasilkan
pemberian ciri-ciri tertentu pada siswa yang seringkali tidak tepat.
8) Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya.
Berikanlah bimbingan bukan kritik.
9) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang
dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.
10) Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal ituu dapat
menghilangkan harga diri siswa.
11) Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang
sedang dihadapi siswa, gunakan waktu yang tersedia untuk
membimbing siswa sehingga mereka mampu mengatasi sendiri
masalah itu.
12) Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari
pemberian ceramah yang panjang lebar dan bertele-tele karena hal
19
13) Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap
siswa.
14) Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal
itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian-pujian
atas pertimbangan-pertimbangan yang tidak wajar, karena hal itu
bersifat destruktif.
15) Dengarkanlah apa yang dikatakan para siswa dan doronglah
mereka untuk menyatakan ide-ide dan perasaan-perasaan mereka.
Dari uraian-uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan sosio emosional merupakan bentuk hubungan antara guru
dan siswanya dimana hal ini adanya keterkaitan antar keduanya dalam
menciptakan suatu kondisi belajar yang baik, efektif serta efisien.
Untuk menciptakan suasana belajar yang harmonis, disini guru
memiliki peranan penting dalam melaksanakan proses belajar-mengajar
itu sendiri. seorang guru harus berusaha mendorong siswa agar mampu
dan bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling
pengertian, hormat menghormati dan saling menghargai. Guru harus
mendorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu
terbuka pada kritik. Disamping itu berarti juga guru harus mampu dan
bersedia mendengarkan pendapat, sasaran, gagasan dan lain-lain dari
siswa sehingga terjadi suasana pembelajaran yang dinamis. Untuk
menciptakan hubungan baik dengan siswa, guru perlu menerapkan
20
menghargai siswa, empati dan demokratis. Sikap-sikap tersebut sangat
dibutuhkan apabila seorang pengajar mengingingkan secara maksimal
dalam membantu peserta didik dalam belajarnya.
2. Tujuan Pendekatan Sosio Emosional
Secara umum tujuan penerapan pendekatan Sosio Emosional sama
dengan tujuan penerapan pendekatan yang lain, yakni untuk menciptakan
suasana belajar yang efektif dan kondusif.
Tapi perbedaan pendekatan Sosio-Emosional menurut Djamarah,
yaitu "menekankan pada terciptanya iklim atau suasana emosional dan
hubungan sosial yang positif dalam kelas, artinya ada hungan yang baik,
yang positif antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa".21
Sementara itu Glasser dalam Rohani, menyatakan "bahwa
pendekatan Sosio-Emosional dapat membina rasa tanggung jawab, sosial
dan harga diri siswa dengan cara mengarahkan siswa untuk
mendeskripsikan masalah yang dihadapinya.22
Selanjutnya Dreikus dalam Rohani, mengemukakan "Pendekatan
Sosio-Emosional dapat menciptakan suasana pembelajaran dalam kelas
yang demokrasi, yang mana siswa diperlakukan sebagai manusia secara
21
Syaiful Bahri,Strategi Belajar, h. 203 22
21
bijaksana dalam mengambil keputusan, disamping diberikan kesempatan
untuk menanggung konsekuensi atas perbuatan siswa itu sendiri.23
Jadi tujuan dari Pendekatan Sosio-Emosional adalah untuk
menciptakan suasana belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina
rasa tanggung jawab sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin
hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
3. Ciri - ciri Pendekatan Sosio Emosional
Hubungan guru - siswa dikatakan adanya iklim Sosio Emosional
yang baik, apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat seperti yang dikatakan
Thomas Gordon.24
a. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur
dan terbuka diri satu sama lain.
b. Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai orang lain.
c. Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain.
d. Kebebasan, yang mernperbolehkan setiap orang tumbuh dan
mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya.
e. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang
pun yang terpenuhi.
Sedangkan menurut Arikunto, Pendekatan Sosio-Emosional yang
baik adalah adanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:25
23
Ibid, h. 143 24
22
a. Memiliki keterbukaan (Opennes or Tranperency) sehingga
masing-masing pihak merasa bebas dalam bertindak dan saling menjaga
kejujuran.
b. Mengandung rasa saling menjaga, saling mernbutuhkan serta saling
berguna bagi pihak lain.
c. Diwarnai oleh rasa saing tergantung satu sama lain.
d. Masing-masing pihak merasakan terpisah satu sama lain, sehingga
saling memberikan kesempatan untuk mengembangkan keuni kan,
kreatifitasnya dan individualisasinya.
e. Dirasakan masing-masing pihak sebagai tempat bertemunya
kebutuhan-kebutuhan, sehingga kebutuhan satu sama lain dapat terpenuhi
bersama-sama dengan melalui terpenu hinya kebutuhan pihak lain.
Disamping itu Ahmad Rohani berpendapat, pendekatan
Sosio-Emosional yang baik adalah adanya sikap :26
a. Guru bersikap "hangat" dalam membina sikap persahabatan dengan
semua siswa, menghargai siswa dan menerima siswa dengan berbagai
keterbatasannya.
b. Guru bersikap adil, sehingga siswa diperlakukan sama tanpa tumbuh
rasa dianak tirikan atau disisihkan.
c. Guru bersikap obyektif terhadap kesalahan siswa dengan melakukan
sanksi sesuai dengan tata tertib bila siswa melanggar disiplin yang telah
disetujui bersama.
25
Suharsimi Arikunto,Manajemen Pengajaran, (Jakarta: RIneka Cipta, 1993), h. 40 26
23
d. Guru tidak menghukum siswa di depan teman-temannya, sehingga
menyebabkan siswa kehilangan muka.
e. Guru tidak menuntut siswa untuk mengikuti aturan-aturan yang diluar
kemampuan siswa untuk mengikutinya.
f. Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi siswa
yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku
sebagai suru tauladan yang baik.
Jadi beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa berjalannya pendekatan Sosio-Emosional dalam kelas dengan baik
apabila adanya sikap : keterbukaan antara guru dan siswa (adanya sikap
bersahabat dengan siswa), saling menjaga hubungan baik (guru bersikap
adil, obyektif, tidak rnenuntut siswa, tidak menghukum siswa di depan
kelas, dan memberikan penghargaan serta hadiah atas perilaku siswa yang
berperilaku positif), kebebasan dalam berkreativitas, dan saling memenuhi
kebutuhan antara guru dengan siswa.
4. Kelebihan dan Kelemahan dari Pendekatan Sosio Emosional
a. Kelebihan Pendekatan Sosio Emosional
1) Siswa merasa nyaman di kelas karena terjalin hubungan yang baik
dengan guru.
2) Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui
24
3) Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa
nyaman, tentram, dan aman dengan situasi yang ada.
4) Terbinanya sikap demokratis.
5) Selalu ada penghargaan, jadi setiap kegagalan tidak akan
membunuh motivasi siswa.
6) Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.27 b. Kekurangan Pendekatan Sosio Emosional
1) Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu
baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
2) Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka
diperlukan keterampilan guru yang lebih baik untuk membuat iklim
sosio emosional yang kondusif.28
B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata yakni
“Hasil” dan “Belajar”. Hasil berarti sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan, dsb) oleh usaha. Belajar adalah usaha memperoleh kepandaian
atau ilmu.
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.29
27Euis dan Donni Juni,
Manajemen Kelas, h. 93 28
25
Menurut Warsito dalam Depdiknas (2006: 125) mengemukakan
bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan
perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang
belajar.30
Menurut Hamalik bukti bahwa seseorang telah belajar ialah
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati
dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.31 Berdasarkan hasil definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran
tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat
berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan,
keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain
sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang
telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang
dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan
adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat
29
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22
30
Depdiknas, Bunga Ramapi Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK dan SLB), (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 125
31
26
menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu
pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum
hasil belajar dipengaruhi oleh 2 hal yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologis
1) Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Foktor ini dibedakan menjadi dua macam
a) Keadaan jasmani, keadaan jasmani pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil
yang maksimal.
b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis, selama proses belajar
berlangsung peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca
27
indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaaan psikologis yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis
yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi,minat, sikap dan bakat.
a) Kecerdasan/intelegensi siswa
b) Motivasi
c) Ingatan
d) Minat
e) Sikap
f) Bakat
g) Konsentrasi belajar
h) Rasa percaya diri
i) Kebiasaan belajar
j) Cita-cita siswa
b. Faktor eksternal
Selain faktor endogen, faktor eskternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
28
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan
orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa
dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarha siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak baikk ataupun buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.
a) Lingkungan sosial sekolah
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bag siswa
untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan
dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b) Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,
banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar, paling tidak siswa kesulitan
ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
29
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat orang tua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial yaitu:
a) Lingkungan alamiah
Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan
berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan
kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar siswa.
Siswa akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar.
Dari kenyataan tersebut, orang cendurung akan lebih nyaman
belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu
tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus di
perhatikan, agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam
keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.33 b) Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
33
30
fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua,
software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebaginya.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, dosesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas
belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siwa.
3. Indikator Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah mengetahui garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi
tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau
diukur.34 Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dengan
31
Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik.35 Tabel 2.1
Indikator Hasil Belajar
Ranah/Jenis Prestasi Indikator
A. Ranah Kognitif
1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan
2. Dapat membandingkan
3. Dapat menghubungkan
2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan
2. Dapat menunjukkan
kembali
3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan
dengan lisan sendiri
4. Aplikasi/Penerapan 1. Dapat memberikan contoh
2. Dapat menggunakan
32
ah-milah
6. Sintesis (Membuat paduan
baru dan utuh)
1. Dapat menghubungkan
materi-materi, sehingga
menjadi kesatuan baru
2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat
menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
B. Ranah Sikap (Afektif)
1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap
menerima
2. Menunjukkan sikap
menolak
2. Sambutan 1. Kesediaan
berpartisipasi/terlibat
2. Kesediaan memanfaatkan
3. Apresiasi (Sikap menghargai) 1. Menganggap penting dan
bermanfaat
2. Menganggap indah dan
33
3. Mengagumi
4. Internalisasi (Pendalaman) 1. Mengakui dan Meyakini
2. Mengingkari
5. Karakterisasi (Penghayatan) 1. Melembagakan atau
meniadakan
2. Menjelmakan dalam
pribadi dan perilaku
sehari-hari
C. Ranah karsa/keterampilan
(Psikomotor)
1. Keterampilan bergerak dan
bertindak
Kecakapan
mengkoordinasikan gerak
mata, tangan, kaki, dan
anggota tubuh lainnya
2. Kecakapan ekspresi verbal
dan non-verbal
1. Kefasihan
melafalkan/mengucapkan
2. Kecakapan membuat
mimik dan gerakan
jasmani
34
Menurut Bloom dkk yang dikutip Harjanto dalam bukunya Nanang
H. dan Cucu S. Indikator-indikator dalam ketiga ranah adalah sebagai
berikut:36
a. Indikator aspek kognitif
1) Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan
mengingat bahan yang telah dipelajari.
2) Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap
pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.
3) Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan
yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.
4) Analisis (analysys), yaitu kemampuan menguraikan,
mengidentifikasi, dan mempersatukan bagian yang terpisah,
menghubungkan antar bagian guna membangun suatu keseluruhan.
5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan,
mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu
keseluruhan dan sebagainya.
6) Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga
sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan
suatu kriteria.
b. Indikator aspek afektif
1) Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan
dirinya untuk menerima atau memerhatikan pada suatu perangsang.
36Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana,
35
2) Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi,
menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.
3) Penghargaan (valuing), yaitu kepekatanggapan terhadap nilai atas
suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.
4) Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai
nilai yang berbeda, memecahkan konflik antarnilai, dan
membangun sistem nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai.
5) Pengkarakterisasian (charachterization), yaitu proses afeksi di
mana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang
mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang
membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola
umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.
c. Indikator aspek psikomotor
1) Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk
memimbing efektifitas gerak.
2) Kesiapan(set),yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.
3) Respons terbimbing (Guide respons), yaitu tahap awal belajar
keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang
dipertunjukkan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan
tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.
4) Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang
36
diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat
ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.
5) Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan
gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit,
aktivitas motoric berkadar tinggi.
6) Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah
dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah
gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang
khusus dalam suasana yang lebih problematis.
7) Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang
sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.
4. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata
yang
berarti ikatan. Sedangkan arti aqidah menurut istilah adalah :
Artinya : "Aqidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam artinya mereka menetapkannya atas kebenarannya.37
Menurut syara’ kepercayaan (aqidah) ialah iman yang kokoh
terhadap segala sesuatu yang disebut secara tegas oleh Al-Qur'an dan
hadits shahih.
37Moh. Rifa’I, Aqidah Akhlak untuk MTs Kelas I,
37
Sebagian ulama fiqih mendefinisikan aqidah sebagai sesuatu yang
diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirubahnya. Ia beriman
sesuai dengan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti iman
kepada Allah SWT, hari akhirat, kitab-kitab Allah dan rasul-rasul Allah
SWT.38
M. Rifa’i memberi batasan bahwa aqidah ialah sesuatu yang harus
dibenarkan oleh hati yang dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa
itu menjadi yakin dan mantap tidak dipengaruhi oleh syak wasangka.39 Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang
muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap
muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu jamaknya
yang artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral atau budi pekerti.
Sedangkan akhlak menurut istilah didefinisikan sebagai berikut:
a. Ibnu Maskawaih mendefinisikan
Artinya :"Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu).” b. Prof Dr. Ahmad Amin menjelaskan
38
Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1985), h. 115
39
38
Artinya : "Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak adalah kehendak yang dibiasakan artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamai
akhlak.”
c. Imam Al-Ghazali mengemukakan
Artinya : "Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan yang dengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan fikiran dan pertimbangan”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah
sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya artinya sesuatu perbuatan
atau sumber tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat dan perbuatan
yang dapat dilihat adalah gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam
dalam jiwa, jahat atau baiknya.40
Mata pelajaran Aqidah Akhlak ialah suatu usaha mata pelajaran yang
menjajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami
dan meyakini ajaran Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan
tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.41
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang
harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang
40
Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1984). h. 134
41
39
harmonis pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya bersifat
kognitif semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah
Akhlak harus senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat
berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian
pengajaran Aqidah Akhlak yang disampaikan oleh guru dapat diterima
oleh siswa semaksimal mungkin sehingga tujuan yang telah diprogramkan
dapat tercapai.
5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah berfungsi sebagai:
a. Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau
menghayati dan meyakini dengan keyakinan yang benar tentang
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari
akhirat dan qadla qadarNya.
b. Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam tentang akhlak baik
yang berhubungan dengan manusia dengan Allah, manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan
alam lingkungan.
Adapun tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah adalah :
a. Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan yang
40
tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
b. Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang
kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak
yang buruk baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan sehingga
menjadi manusia yang berakhlak manusia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Agar siswa memiliki aqidah yang benar serta akhlak yang baik untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Secara garis besar, pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi
keserasian, kesetaraan dan keseimbangan yang bermateri pokok sebagai
berikut :
a. Hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT, mencakup segi
aqidah yang meliputi : iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari akhirat dan qadla qadarnya.
Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia mencakup segi
akhlak yang meliputi kewajiban membiasakan akhlak yang baik
terhadap diri sendiri dan orang lain serta menjauhi akhlak yang buruk.
Hubungan manusia dengan alam lingkungan yang bersifat pelestarian
41
C. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pendekatan iklim sosio emosional merupakan salah satu jenis
pendekatan yang bisa di lakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas
selain jenis-jenispendekatan yang ada. Menurut saya pendekatan iklim sosio
emosional memang cukup baik jika di terapkan di dalam pengelolaan kelas.
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan
interpersonal yang baik antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa
lainnya dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio
emosional yang baik. Pembinaan hubungan yang baik (report) antara guru
dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting.
Dengan terciptanya hubungan baik guru dengan siswa senantiasa
gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistic, realistic dalam
kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap
hal-hal yang akan ada pada dirinya. Dalam hal-hal ini guru pengajar yang akan
menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu
menyadari kenyataan bahwa cinta da rasa harga diri merupakan dua
kebutuhan dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar jika pembelajar itu ingin
mengembangkan perasaan harga diri sukses. Suatu pengalaman sukses perlu
muncul pada diri pembelajar dan pembelajar perlu belajar meraih sukses
melalui pengalaman sendiri. Tugas belajar dalam pengelolaan kelas adalah
42
menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk
memandang dirinya sebagai individu yang berharga.
Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh
penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan
yang menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi,
kecemasan, tanpa harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah
laku menyimpang. Kelas yang di liputi oleh hubungan intrerpersonal yang
baik merupakan kondisi yang beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang
berkondisi dan bersituasi demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan
tentram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar oleh kekuasaan dan
penekanan tertentu.
Penekanan sistem sosio emosional berakar dari pandangan yang
mengutamakan hubungan saling menerima , sikap empati sebagai sesame
manusia. Melalui pendekatan ini peserta didik benar-benar percaya bahwa
seorang guru mempunyai dedikasi yang penuh dalam membina belajar
mereka. Apabila peserta didik berperilaku menyimpang maka seorang guru
dapat memisahkan kesalahan dari orang yang berbuat salah dan menolak
perbuatan menyimpang tersebut. Penciptaan iklim sosio emosional terjadi
bila terdapat keterlibatan pengajar dalam suasana belajar itu untuk
mengembangkan tanggung jawab sosial dan merasa dirinya berarti bagi orang
lain. Bagi mereka yang melakukan perilaku menyimpang hendaknya dibantu
untuk memperbaiki diri dan janganlah mengucilkan anak tersebut, karena hal
43
tidak berguna dan pada akhirnya peranan seorang guru sangatlah berpengaruh
terhadap apa yang terjadi pada anak didiknya tersebut.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis kerja/hipotesis alternatif yang berlambangkan (Ha). Hipotesis
ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel Independent
(X) dengan variable Dependent (Y). yakni adanya pengaruh yang
signifikan antara pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran
aqidah akhlak dengan hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.
2. Hipotesis nol/hipotesis nihil yang berlambangkan (Ho). Hipotesis ini
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel
Independent (X) dengan variabel Dependent (Y). Yakni tidak adanya
pengaruh antara pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang
tepat untuk melakukan sesuatu. Sedangkan metodologi adalah sebuah proses,
prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan
mencari jawaban.42
Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga
diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.43 Penelitian sangat erat hubungannya dengan metodologi. Penelitian bisa disebut sebagai cara
pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban
permasalahan atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention.44 Dengan demikian metode Penelitian merupakan rangkaian cara atau
kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi–asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi.45
42Deddy Mulyana,
Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.145.
43
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.2.
44
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.3.
45
45
Metodologi penelitian adalah kegiatan yang secara sistematis,
direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan
berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri.46
Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami
memecahkan, dan mengantisipasi masalah.47
Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis
untuk menguji jawaban-jawaban sementara. Agar dapat dikatakan sistematis,
maka diperlukan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara alamiah.
Adapun dalam penelitian ini rencana pemecahan bagi persoalan yang akan
diselidiki antara lain:
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Judul penelitian “Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Siswa di MA Darul
Ulum Waru”. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis
penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data kuantitatif.
46
Ibid., h.17. 47
46
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan
analisis data berupa angka untuk mengukur kebenaran mengenai apa yang
ingin diketahui, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada
realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit,
teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.48 2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar
penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan
karakteristik variabel dan tujuan penelitian.
a. Tahap Penelitian
Rancangan penelitian ini dibagi 3 tahap yakni:
1) Penentuan masalah penelitian
Dalam tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan yaitu
membaca buku-buku yang relevan dengan permasalahan peneliti
dan melakukan observasi awal terlebih dahulu.
2) Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data yaitu
buku-buku dan data lapangan.
48
47
3) Analisis data dan penyajian data
Yaitu menganalisis data yang masuk dan akhirnya ditarik
kesimpulan, berdasarkan judul yang diangkat dan permasalahan
yang ada, peneliti mengumpulkan informasi yang dikumpulkan dari
responden dengan menggunakan angket.
b. Sumber Data
Adapun sumber data dari penelitian ini terdapat dua jenis, yakni
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data tersebut
meliputi:
a. Sumber data primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber pertamanya.49 Adapun sumber pertama
dalam penelitian tentang Pengaruh Pendekatan Sosio
Emosional Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap
Hasil belajar Siswa di MA Darul Ulum Waru adalah siswa MA
Darul Ulum waru, guru aqidah akhlak, serta pihak-pihak
berkaitan.
b. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, yang berwujud
laporan, buku uraian dan sebagainya.50 Adapun sumber data sekunder diperoleh dengan mengutip dari sumber lain, yang
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.129. 50