PERTAMBANGAN PASIR ILEGAL DI SUNGAI PANCAR GLAGAS DI DESA PAKUNIRAN KECAMATAN PAKUNIRAN KABUPATEN PROBOLINGGO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
EVA FITRIYATUL KHOMSIYAH NIM. B95213070
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Eva Fitriyatul Khomsiyah, 2017, Pertambangan Pasir Ilegal di Sungai Pancar Glagas di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: pertambangan pasir ilegal.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah yakni bagaimana pertambangan pasir ilegal yang berlokasi di desa pakuniran dapat beroperasi, bagaimana dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, serta bagaimana respon masyarakat terhadap pertambangan illegal di sungai pancar glagas desa pakuniran kecamantan pakuniran kabupaten probolinggo.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada pertambangan pasir ilegal ini adalah teori kapitalisme karl marx.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa; (1) beroperasinya pertambangan ilegal di sungai pancarglagas ini karena ada pembiaran dari pihak pemerintahan dan penegak hukum setempat, adanya sistem kapitalisme yang menekan terhadap msyarakat kelas bawah agar tidak menjadi halangan bagi si pengusaha dalam misinya menguasai pertambangan tersebut; (2) dampak yanga dirasakan oleh masyarakat antara lain, yaitu banjir, longsor, kerusakan akses jalan, jalan terkadang licin dan berdebu, kebisingan akibat truk yang lewat dan
penggunaan begho, ,irigasi sawah yang tidak stabil bahkan sawah tidak dapat di
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI vi ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konseptual ... 7
F. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II : KAPITALISME- KARL MARX ... 11
A. Penelitian Terdahulu ... 11
B. Pertambangan ilegal ... 17
C. Konflik kelas ... 22
BAB III: Metode Penelitian ... 27
A.Jenis Penelitian ... 28
B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
C.Pemilihan subyek penelitian ... 32
D.Tahap-Tahap Penelitian ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Teknik Analisis Data ... 38
A. Masyarakat Desa Pakuniran Kecamatan
Pakuniran Kabupaten Probolinggo ... 43
B. Pertambangan Pasir Ilegal di Sungai Pancar
Glagas Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran
Kabupaten Probolinggo ... 53
C. Dampak Pertambangan Pasir Ilegal di Sungai
Pancar Glagas Desa Pakuniran Kecamatan
Pakuniran Kabupaten Probolinggo ... 74
D. Respon masyarakat terhadap Pasir Ilegal di
Sungai Pancar Glagas Desa Pakuniran
Kecamatan Pakuniran Kabupaten
Probolinggo ... 82
E. Konflik Kelas yang terjadi di pertambangan
pasir ilegal di Desa Pakuniran Kecamatan
Pakunira Kabupaten probolinggo ... 90
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kesempatan ini penulis membahas banyak tentang masalah
pertambangan pasir dan batu di sungai. Sungai pada dasarnya adalah sebagai sumber air yang sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meningkatkan pembangunan nasional. Didalam sungai
terdapat berbagai macam kekayaan sumber daya alam salah satunya berupa pasir dan batu sungai.
Pasir dan Batu merupakan bahan galian yang banyak dipakai sebagai
bahan bangunan. Seiring meningkatnya pembangunan di era sekarang maka kebutuhan akan pasir dan batu ikut meningkat sehingga penambangan
terhadap pasir baik yang sifatnya legal atau illegal juga terus meningkat Disamping itu pengetahuan masyarakat akan bahaya pertambangan
terhadap pasir yang berlebihan juga harus disosialisasikan. Peran pemerintah disini sebenarnya sangat penting, karena jika masyarakat tidak diberikan arahan terhadap bahaya lingkungan akibat pertambangan yang berlebihan dari
pasir dan batu di sungai maka kegiatan pertambangan akan samakin marak
berkembang dan tidak terkendali. Pengetahuan warga negara (Civic
2
mengenai sebab akibat dari adanya pertambangan. Hak-hak warga Negara atau masyarakat harus bisa terjaga keutuhannya tanpa terkecuali masyarakat
yang menginginkan kelestarian lingkungan untuk masa yang akan datang. Masyarakat sekitar merasa bahwa adanya penambangan pasir yang
menggunakan alat berat di sungai Pancar Glagas khususnya di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo meresahkan masyarakat pada umumnya karena penambangan terhadap pasir di sungai
Pancar Glagas sudah pada titik menghawatirkan.
Secara ketatanegaraan, bentuk keterlibatan Negara dalam pengelolaan pertambangan ada tiga, yakni pengaturan (regulasi), pengusahaan (mengurus) dan pengawasan. Aspek pengaturan merupakan hak mutlak negara yang tidak boleh diserahkan kepada swasta dan merupakan aspek yang paling utama diperankan Negara di antara aspek
lainnya.2
Namun hal ini tidak terlihat, kemudian munculah sikap gejolak intergrasi dari masyarakat yang merasakan dampak langsung dari
pertambangan pasir di sungai Pancar Glagas yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pada beberapa waktu yang lalu masyarakat SeKecamatan Pakuniran
Kabupaten Probolinggo, khususnya warga Desa Pakuniran mengadakan aksi dengan tujuan suara rakyat didengar oleh pemerintah, karena sudah beberapa
kali masyarakat mengadukan keluhannya terhadap pemerintah namun tidak
2
3
ada tindak lanjut atau respon yang bisa menyelesaikan masalah pertambangan pasir di sungai pancar glagas tersebut.
Pada hari Senin 13 Maret 2017 Tertulis dalam Bhirawa Online (surat kabar online) bahwa :
warga Pakuniran, Kabupaten Probolinggo , kemarin mendatangi Gedung DPRD Jawa Timur, mengadukan penambangan galian C di sungai Pancar Glagas yang merusak lingkungan. masyarakat Pakuniran terkena dampak penambangan pasir dan batu yang merugikan masyarakat di Sungai Pancar Glagas sudah dialami sejak Tahun 2014. Pada akhir tahun 2016 galian C tersebut sudah dipolice line oleh Polda Jatim. Namun, sekitar awal tahun, police line tersebut dibuka dan penambangan dengan menggunakan alat berat kembali berjalan lagi. Warga meminta penambangan ini segera dihentikan, agar tidak
menimbulkan dampak yang lebih luas lagi.3
Dalam pertambangan pasir yang berlokasi di sungai pancar glagas tersebut ada isu yang menyebar di masyarakat bahwa pertambangan tersebut
dikuasai oleh pengusaha. Awalnya masyarakat setempat memiliki hak pakai yang diberikan izin oleh pihak pengairan untuk mengelola tanah yang ada di sungai sebagai lahan pertanian dan ada pula yang melakukan pertambangan
namun hanya dengan menggunakan alat sederhana yang tidak mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal. Namun pengelolahan yang ada di sungai pancar
glagas yang dikelola oleh masyakat diambil alih pengelolahannya secara paksa dengan diberi uang sebagai ganti rugi kepada yang memiliki hak pakai pengelolahan oleh pengusaha tersebut melalui pemerintah desa. Dengan
3
4
ancaman kalau pengelolahan tersebut tidak diberikan kepada si pengusaha maka hak pakai akan di cabut oleh pihak pengairan dengan tidak mendapatkan
ganti rugi. Ketika hak pakai tersebut telah diambil alih oleh pengusaha, lahan yang ada di sungai pancar glagas dijadikan pertambangan pasir yang
melakukan pertambangan secara besar-besaran dengan menggunakan alat berat, sehingga banyak sekali terjadi kerusakan atau dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar khususnya masyarakat Desa Pakuniran Kecamatan
Pakuniran Kabupaten Probolinggo.
Tindakan yang dilakukan pengusaha tersebut menimbulkan kerusakan
dan kerugian yang sangat luar biasa, misalnya lahan pertanian hilang, sungai semakin melebar dan dalam, kesulitan air sangat terasa pada saat musim kemarau, bronjong pengaman erosi hampir tidak bisa bertahan, rumah
penduduk yang dekat sungai terancam longsor bahkan terakhir akses jalan yang menghubungkan antara desa Pakuniran dan desa Patemon terputus dan
juga ada beberapa rumah warga yang dekat dengan sungai mengalami retak-retak, jalan Pakuniran sampai rusak karena beban truk bermuatan berat. Aparat pemerintahan seolah tak melihat dan tak mendengar jeritan
masyarakat, sungguh ironis karena dari sebagian pemuda, kepala desa, camat dan, Bupati, pihak kepolisian setempat, bahkan petugas yang berwenang dari
5
dilakukan secara besar-besaran karena kerugian dan kerusakan akibat penambangan pasir tersebut, ini dibuktikan atas dasar sedikit wawancara dan
pengamatan langsung di lokasi pertambangan pasir.
Sedangkan kontribusi terhadap pemerintah tidak jelas alur geraknya,
karena memang dalam pertambangan ini sifatnya ilegal, namun meskipun begitu pemerintah melihat pertambangan yang sifatnya ilegal ini dan sudah mendengar keluh kesah dari masyarakat, pemerintah setempat hanya diam
saja, seakan-akan tidak terjadi apa-apa, inilah yang menjadi daya tarik peneliti dan sekaligus menjadi pertanyaan bagaimana semua ini bisa terjadi seperti
kata pepatah apakah ada udang dibalik batu dalam pertambangan ini.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penambangan ilegal yang berdampak pada
masyarakat sekitar. Untuk itu dalam penelitian ini penulis menuangkan dalam skripsi ini dengan judul “Penambangan Pasir Ilegal di Sungai Pancar Glagas di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo”.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pertambangan pasir ilegal dapat beroperasi di sungai pancar
glagas di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo?
b. Bagaimana dampakpertambangan pasir illegal terhadap masyarakat Desa
6
c. Bagaimana respon masyarakat terhadap pertambangan pasir illegal di
sungai pancar glagas di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten
Probolinggo?
C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahuibagaimana pertambangan pasir ilegal dapat beroperasi di
sungai pancar glagas di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo.
b. Mengetahui dampak pertambangan pasir illegal terhadap masyarakat Desa
Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo.
c. Mengetahui respon masyarakat terhadap pertambangan pasir illegal di
sungai pancar glagas di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo.
D. Manfaat Penelitian
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
pengaruh positif bagi masyarakat khususnya masyarakat sekitar pertambangan pasir di Desa Pakuniran.
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengukur kemampuan peneliti
dalam menemukan suatu fenomena atau permasalahan yang terjadi di masyarakat serta menganalisisnya.
c. Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan bagi
7
d. Diharapkan bagi pengambil kebijakanuntuk memberikan kebijakan dan
mempertegas perizinan terkait dengan pertambangan.
e. Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik dan
lengkap.
E. Definisi Konseptual
Dalam judul penelitian iniPertambangan Pasir ilegal di desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo yaitu memiliki konsep-konsep
antara lain:
Pertambangan Pasir Illegal
Pertambangan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah “urusan
(pekerjaan dan sebagainya) yang berkenaan” dan kata ilegal dalam kamus
besar bahasa Indonesia adalah “tidak legal; tidak menurut hukum; tidak sah.”4
“Pertambangan merupakan suatu aktifitas penggalian, pembongkaran, serta
pengangkutan suatu endapanmineral yang terkandung dalam suatu area
berdasarkan beberapa tahapan kegiatan secara efektif dan ekonomis dengan menggunakan peralatan mekanis serta beberapa peralatan yang sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini”.5 Namun tetap mengikuti peraturan yang
sudah dibuat oleh pemerintah
4 Kamus Besar bahasa Indonesia
8
Di Indonesia banyak sekali kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki salah satunya adalah pertambangan pasir di sungai Pancar Glagas yang
terletak di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo meskipun pertambangan ini sifatnya ilegal, namun memiliki sisi positif dan
negative, salah satu sisi positifnya adalah mengurangi angka pengangguran dan perekonomian masyarakat lebih meningkat, sedangkan sisi negatifnya sebagian fasilitas umun rusak, mengakibatkan bencana alam banjir, dsb.
Pertambangan pasir yang terdapat di sungai pancar glagas yang sifatnya illegal, dikuasai oleh seorang pengusaha, meskipun usaha tersebut
tidak jelas legalitasnya. Tidak ada papan nama ataupun semacamnya yang menandakan bahwa penambangan ini memiliki ijin dan hak eksplorasi sungai Pacarglagas, kabarnya pada tahun 2016 pihak kepolisian pernah memberikan
tindakkan tegas terhadap kegiatan penambangan itu. Yakni, melakukan penyitaan semua alat berat yang digunakan hingga dipasang police line.
Namun, beberapa bulan aktivitas penambangan itu beroprasi lagi. Kemudian, warga protes dan menggelar demo dan aktivitas penambangan masih tetap berjalan.
Akibat penambangan pasir yang tidak mengikuti peraturan pemerintah ini terjadi kerusakkan lingkungan dan masyarakat yang harus menanggung
9
F. Sistematika Pembahasan
Dalam membahas suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan
yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri atas enam sub bab antara lain latar belakang
masalah yang menceritakan gambaran umum atau yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pertambangan pasir illegal
yang berlokasi di sungai pancar glagas kabupaten Probolinggo. Setelah itu rumusan masalah,tujuan penelitian,manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan
BAB II KAPITALISME- KARL MARX
Dalam bab ini memberikan gambaran tentang penelitian terdahulu
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang sekarang, setelah itu kajian pustaka yang menjelaskan tentang gambaran umum penelitian, serta teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah yang akan dipergunakan
untuk penelitian ini, dan dalam penelitian ini menggunakan teori kapitalisme dari karl marx
BAB III METODE PENELITIAN
10
bab yaitu pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik
keabsahan data.
BAB IV PERTAMBANGAN PASIR ILEGAl: TINJAUAN KARL MARX
Yaitu penyajian data tentang “Pertambangan Pasir illegal di Sungai
Pancar Glagas” , yang terdiri dari tiga sub bab yakni yang pertama deskripsi
umum obyek penelitian yang mana pada bagian ini peneliti akan memberikan
gambaran tentang berbagai hal misal, letak geografis, pendidikan penduduk, agama penduduk, dll dan sub bab kedua deskripsi hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, pada bagian ini memaparkan tentang data dan fakta objek penelitian dan menjawab rumusan masalah yang didasarkan atas hasil observasi, wawancara dan dokumentasidan subbab yang ketiga adalah analisis
data pada bagian ini peneliti memaparkan tentang penganalisaan data dengan menggunakan teori yang relevan yang terkait dengan pertambangan illegal di
sungai pancar glagas di desa pakuniran kecamatan pakuniran kabupaten probolinggo.
BAB V PENUTUP
Dalam bab penutup ini berisi tentang kesimpulan penelitian yang sudah di laksanakan dan saran dari hasil penelitian pada bab ini, di samping
BAB II
KAPITALISME KONFLIK KELAS -KARL MARX
A. Penelitian Terdahulu
1. ElokRahmawati,Penambangan Pasir Dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan Di Desa Ngares Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto
Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Perda Jatim No 1 Tahun 2005, Desa
Ngares Kecamatan Gedeg Kabupaten, 2010.6
Dari penelitian terdahulu ini secara umum meneliti tentang:
1. Proses penambangan pasir di Desa Ngares Kecamatan Gedeg dilakukandengan cara tradisional dan melanggar peraturan pemerintah
daerah (Perda)Jatim No. 1 Tahun 2005
2. Dampak penambangan pasir di Desa Ngares Kecamatan Gedeg
KabupatenMojokerto terhadap lingkungan, mengakibatkan terjadinya,
pengelupasantanah penutup yang menyebabkan kerusakan pada Top
Soil Tanah dan system air bawah tanah, Air hujan tidak dapat meresap
ke dalam tanah secarasempurna sehingga kantong-kantong air didalam tanah menjadi sedikit,tanggul sungai mengalami kerusakan dan
meningkatnya polusi udara.
3. Pandangan hukum Islam dan Perda Propinsi Jatim No 1 Tahun 2005 terhadapaktifitas penambangan pasir di Desa Ngares Kecamatan
12
Gedeg KabupatenMojokerto, Islam melarang bagi Manusia melakukan kegiatan yang merusakterhadap lingkungan, manusia berkewajibkan
untuk terus menjaga danmemelihara kelestarian lingkungan,
sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’ansurat al-A’raf ayat: 74.
Penambangan pasir yang ada desa Ngares merupakanpenambangan liar (ilegal) disebabkan tidak mempunyai izin Usaha daripemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4-10 Peraturan Daerah JatimNo.1
Tahun 2005 tentang ketentuan perizinan.
2. Marini, sumbangan baja, iqbal sultan. Penerimaan informasi Dampak
Penambangan Pasir bagi Kerusakan Lingkungan Hidup di Kalangan
Penambangan Pasir Ilegal di Das Jeneberang, kabupaten gowa, 2014.7 Proses komunikasi antara penambang pasir illegal dengan pihak
BLHD Kabupaten Gowa, dalam penelitian ini ditemukan bahwa pihak penambang pasir illegal menempuh jalur central route dalam menerima
pesan yang diberikan oleh pihak BLHD. Sementara pihak BLHD menggunakan tipe neutral argument dalam menyampaikan pesan ke pihak penambang illegal.
Dalam merespon pesan penambang illegal mengedepankan ego-involvement yang cukup besar sehingga kebenaran dan fakta akan dampak
dari aktivitas penambangan ilegal terhadap.lingkungan yang dilakukan
7 Marini dkk.,” Penerimaan informasi Dampak Penambangan Pasir bagi Kerusakan
13
tidak diterima baik. Bahkan cenderung melakukan pembelaan atas nama kebutuhan dan sulitnya mencari nafkah selain menambang secara ilegal.
Sehingga proses penerimaan informasi tidak lancar dan belum memberikan efek pada perubahan perilaku penambang pasir illegal. Faktor
lain dalam konsep ELT yakni kesempatan (intensitas menerima pesan) memang terlihat dari hasil penelitian ini sangat minim diterima oleh pihak penambang ilegal dari pihak BLHD Kabupaten Gowa. Padahal hal ini
menjadi salah satu faktor yang penting dalam proses persuasi.
Pemahaman penambang illegal tentang informasi dampak
penambangan pasir terhadap lingkungan mengalami hambatan disebabkan metode penyampaian pesan kurang memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi efektif serta lemahnya argumentasi pihak BLHD dalam
mempersuasif penambang. Penggunaan tipe pesan neutral argument harus ditingkatkan ke strong argument. Beberapa penggabungan pengolahan
pesan secara sentral dan periferal nampaknya tetap harus dipertimbangkan oleh pihak komunikator (BLHD), misalnya mempertimbangkan isyarat perifer (pembawa pesan, media) seperti siapa yang dapat diutus untuk
14
3. Catur Dewi Saputri, Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat Penambang
Pasir Pasca ErupsiMerapi Tahun 2010 di Dusun Kojor, Kelurahan Bojong,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.2012.8
Adanya letusan gunung berapi tersebut menimbulkan berbagai
dampak bagi kehidupan masyarakat yang ada disekitarnya. Adanya bencana tersebut mengakibatkan dampak perubahan diberbagai aspek kehidupan mereka. Dampak adanya bencana yang terjadi tentu saja dapat
berupa dampak negative dan positif bagi warga sekitar. Seperti yang terjadi di Dusun Kojor yang menjadi objek penelitian ini. Beberapa waktu
lalu dusun ini terkena lahar dingin merapi yang membawa material seperti pasir dan batu. Lahar dingin itu merusak sebagaian lahan pertanian warga yang berada tepat dipinggir sungai serta saluran irigasi menjadi rusak.
Tentu saja kejadian itu membawa dampak yang besar bagi penduduk sekitar yang memang mata pencahariannya sebagain besar bekerja sebagai
petani. Awal-awal setelah terjadinya lahar dingin tersebut, sempat mengganggu perekonomian warga, terutama yang bekerja sebagai petani karena merekatidak bisa menelola sawahnya karena saluran irigasi masih
rusak dan tanaman-tanaman juga tertutup oleh abu vulkanik merapi. Namun, menyadarimaterial pasir yang dibawa oleh banjir lahar dingin itu
sangat banyak,sebagain warga terutama petani yang lahan pertaniannya
15
tertimbun olehmaterial pasir tersebut memanfaatkannya untuk mengambil pasir dan batuuntuk di jual. Setelah mendapat izin dari pemerintah
setempat, makakemudian dibukalah pertambangan rakyat.Hal tersebut dimanfaatkan oleh sebagian warga untuk bekerja menjadipenambang
pasir. Awal-awal dulu memang banyak sekali warga Dusun Kojoryang
menjadi penambang pasir, karena pasir yang ada memang
begitumelimpah. Namun, karena diambil setiap hari, makin ke sini pasir
semakinberkurang dan susah untuk dicari. Jadi, untuk saat ini jumlah penambang pasir semakin berkurang, misalnya masih bertahan menjadi
penambang itujuga hanya sebagai pekerjaan sampingan saja.Dampak adanya lahar dingin tersebut juga berpengaruh terhadapkehidupan sosial mereka. Dimana setelah adanya bencana lahar dingin yangmenerjang
dusun mereka semakin membuat interaksi diantara para
anggotamasyarakat semakin terjalin erat.
Persamaan
Dalam ke tiga penelitian terdahulu tersebut sama-sama membahas tentang dampak dan respon atau persepsi masyarakat mengenai
pertambangan pasir terhadap lingkungan, dampak dari penambangan pasir ini, mengakibatkan pengelupasan tanah penutup yang menyebabkan
16
udara.Adanya eksploitasi sumber daya alam yang digunakan
untukkepentingan manusia sehingga menimbulkan keresahan bagi
masyarakat akibat dampak dari pertambangan illegal tersebut.
Pada kedua peneitian ini (1&2) juga memiliki persamaan dalam
metode penelitian yaitu menggunakan metode kualitatif desriptif begitu juga pada penelitian yang saat ini di lakukan juga menggunakan metode penelitian kualitatif. Data kualitatif meliputi argumentasi, respond an
pandangan dari pihak yang terkait melalui sumber data yang primer dan data sekunder. Namun penelitian terdahulu yang ke tiga bebeda karena
menggunakan metode kuantitatif. Perbedaan
Dalam penelitian terdulu yang ke 1
Dalam penelitian terdahulu ini menganalisa tentang pandangan hukum Islam dan Perda Propinsi Jatim No 1 Tahun 2005 terhadap aktifitas
penambangan pasir. Dan juga menggunakan Analisis hukum Islam terhadap penambangan menunjukkan bahwa Islam melarang kegiatan penambangan yang merusak terhadap lingkungan, dan diwajibkan untuk
menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Penelitian terdahulu yang ke 2
17
Penelitian terdahulu yang ke 3
Dalam penelitian terdahulu iniyang berbeda dari penelitian yang saat
ini di lakukan yaitu mengkaji dan menganalisis tentang tingkat erosi di lokasi perambangan pasir, serta mengjukan model pengelolahan
lingkungan lokasi penambangan.
Sedangkan dalam penelitan yang sekarang menganalisis fonomena yang terjadi secara sosiologis dan dikaitkan dengan teori yang relevan
yaitu konflik kelas yang di paparkan oleh Karl marx atau lebih di kenal dengan teori Marxian pada teori sosiologi modern selain itu juga mengkaji
tentang dampak, system pertambangan, serta respon dari masyarakat sekitar tentang pertambangan tersebut.
B. Pertambangan Ilegal
1. Pengertian Pertambangan
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tambang di Indonesia telah
dimulai sejak masa colonial berkuasa. Namun pada masa kemerdekaan hingga
saat ini pembangunan pertambangan terus dilakukan dengan
penganekaragaman hasil tambang serta pengelolaan usaha pertambangan
secara efisien.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara “Pertambangan adalah sebagian
18
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang”.
Menurut Adrian “Pertambangan adalah kegiatan yang memiliki resiko
yang relatif tinggi dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan fisik dan sosial yang lebih besar daripada komoditi lain”.9
Menurut Sembiring “Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam
rangka upaya penyelidikan pendahuluan (prospecting), pencarian (eksplorasi),
penambangan atau penggalian (eksploitasi), pengolahan, pemurnian, pengangkutan, serta penjualan bahan galian”.
Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pertambangan adalah kegiatan yang diawali dengan pendahuluan atau penyelidikan umum, penambangan, pengelolaan, dan pemurnian kembali serta memiliki dampak
social ataupun fisik yang cukup besar. Pendapat lain menurut Badan Pusat Statistik (2015) bahwa “Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan
endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air”. 10
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pertambangan adalah kegiatan pengoptimalan bahan galian yang memiliki
nilai ekonomis dan kegiatan ini di lakukan melalui beberapa tahapan yang
9Adrian Sutedi 2011. Hukum Pertambangan. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika. Hal 43 10 Badan Pusat Statistik. 2015. Pertambangan.
19
sudah diatur oleh undang-undang. Penggolongan bahan galian pertambangan diatur dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang
Penggolongan Bahan Galian, yaitu: 1. Bahan galian strategis
Bahan galian strategis merupakan bahan galian untuk kepentingan pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara. Bahan galian strategis ini biasa disebut bahan galian A. Dalam pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Galian ditentukan golongan bahan galian strategis, yaitu:
1. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; 2. Bitumen padat, aspal;
3. Antarsit, batu bara, batu bara muda;
4. Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radio-aktif lainnya; 5. Nikel, kobal;dan
6. Timah. 2. Bahan galian vital
Bahan galian vital merupakan bahan galian yang dapat menjamin hajat
hidup orang. Bahan galian vital ini biasa disebut dengan bahan galian B. Bahan galian galian vital ini dibagi menjadi delapan golongan, yaitu:
1. Besi, mangan, molibden, khorm, wolfram, vanadium, titan; 2. Bauksit, tembaga, timbal, seng;
3. Emas, platina, perak, air raksa, intan;
20
5. Yttrium, rtutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya; 6. Berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;
7. Kriolit, flourspar, barit; dan 8. Yodium, brom, klor, belerang.
3. Bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis dan vital.
Bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis dan vital yaitu bahan galian yang biasa disebut dengan bahan galian C. Bahan galian ini
dibagi menjadi Sembilan golongan, yaitu:
1. Nitrat-nitrat (garam dari asam sendawa), pospat-pospat, garam batu;
2. Asbes, talk, mika, grafit magnesit; 3. Yarosit, leusit, tawas, oker;
4. Batu permata, batu setengah permata;
5. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit;
6. Batu apung, tras, absidian, perlit, tanah diatome, tanah serap;
7. Marmer, batu tulis;
8. Batu kapur, dolomit, kalsit; dan
9. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, tanah pasir.
Kegiatan pertambangan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi dapat juga dilakukan oleh koperasi, badan atau perseorangan.
21
1. Instansi pemerintahyang ditunjuk oleh menteri; 2. perusahaan negara;
3. perusahaan daerah;
4. perusahaan dengan modal bersama antar negara dandaerah; 5. koperasi;
6. badan atau perseorangan swasta;
7. perusahaan dengan modal bersama antar negara dan atau daerah dengan koperasi dan atau badan/perseorangan swasta;
8. petambangan rakyat.
2. Pengertian Kejahatan Pertambangan Tanpa Izin (Ilegal)
Dalam Bahasa Inggris kegiatan pertambangan tanpa izin dikenal
dengan istilah illegal mining. Secara terminologi istilah illegal mining
terdiri dari 2 kata, yaitu :
a. Illegal, yang artinya tidak sah, dilarang atau bertentangan dengan hukum;
b. Mining, yang artinya penggalian bagian dari tanah yang mengandung logam berharga didalam tanah atau bebatuan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba mengemukakan
definisi dari kejahatan pertambangan tanpa izin/Illegal Mining, yaitu
kejahatan dalam usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan,
sekelompok orang, atau perusahaan yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki izin dari instansi pemerintah sesuai peraturan
22
Dengan demikian, izin, rekomendasi, kuasa pertambangan atau bentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang, atau
perusahaan/yayasan oleh instansi pemerintah diluar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai pertambangan tanpa
izin/illegal mining.
C. Teori Konflik kelas
Menurut pandangan Marx, kaum borjuis pada masa itu tidak punya unsur positif yang bisa dipertahankan. Kaum borjuis hanya melakukan penindasan terhadap kaum buruh dalam rangka memperbesar modalnya.Pemikiran Karl Marx yang mendasari pemikiran dalam marxisme mengantarkannya mendapat sebutan sebagai orang pertama
yang memberikan kontribusi terhadap persoalan
globalisasi. Hal ini berkaitan dengan teori marxisme yang cenderung lebih relevan dalam menjawab permasalahan masa kini apabila dibandingkan dengan masa awal munculnya teori ini. Marxisme dianggap sebagai pandangan yang dapat meramalkan keadaan dunia yang berkembang seiring dengan tumbuhnya kapitalisme. Tidak seperti liberalisme dan realisme, marxisme menggali lebih dalam mengenai politik dunia. Marxisme beranggapan
bahwa memahami politik dunia berarti mencari
pemahaman lebih jauh mengenai kapitalisme global.11
Dalam penelitian ini bisa dikatakan pengusaha menggunakan sistem politik untuk mengusai pertambangan pasir dan batu yang ada di desa
pakuniran Kecamatan pakuniran kabupaten Probolinggo, seperti yang di jelaskan pada latar belakang bahwa proses pengambil alihan pengelolahan
lahan yang ada di sungai pancar glagas melalui pemerintahan desa setempat.
23
“Teori Marxisme pada dasarnya merupakan analisis
mengenai kapitalisme. Dunia dalam kapitalisme
berpandangan bahwa terdapat dua kelas di dalam masyarakat, kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas, kaum kapitalis, merupakan kaum eksekutif dalam perindustrian yang menguasai produksi. Kelas bawah merupakan kelompok buruh yang cenderung mendapatkan perlakuan
eksploitatif dari kaum kapitalis”.12
Seperti yang terjadi pada kasus pertambangan ilegal di sungai Pancar Glagas dapat digambarkan bahwa pengusaha berusaha mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari pertambangan tersebut dengan cara
mengambil alih paksa pengelolaan yang kelola oleh masyarakat kelas bawah hanya di tukar dengan uang yang tidak seberapa nilainya. Namun masyarakat
kelas bawah tetap menerima apa yang dilakukan oleh pengusaha karena mereka diancam jika tidak memberikan hak pengelolahan tersebut maka hak mereka akan dicabut oleh pihak perairan dengan tidak mendapatkan apa-apa.
Masyarakat kelas bawah berfikir lebih baik diberikan kepeda pengusaha
dengan mendapatkan uang sebagai pesangon dari pada izin pengelolahan
tersebut dicabut oleh pihak pengairan tanpa mendapatkan uang. Mereka melakukan hal itu tanpa memikirkan jangka panjangnya seperti dampak yang akan mereka rasakan kalo diberikan kepada pengusaha, mereka hanya melihat
uangnya karena memang kondisi ekonominya kelas bawah rendah. Disadari atau tidak masyarakat kelas bawah telah mengalami penindasan dari kelas atas
(pengusaha yang bertingkah semaunya sendiri)
24
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar
akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.13
Dalam hal ini pemikiran marx sejalan dengan fenomena yang ada di
sungai pancar glagas, kaum kelas atas melakukan tindakan eksploiitasi atau penindasan secara tidak disadari oleh kelas bawah, kaum kelas bawah menyerah diri dan menerima keadaan karena ketidak berdayaannya atas kelas
atas. Namun tak akan selamanya berjalan sesuai dengai keinginan kelas atas atau penguasa ketika masyarakat menyadari bahwa mereka telah ditindas
maka gerakan sosial besar akan terjadi seperti yangterjadi di pertambangan pancar glagas terbukti dengan melakkan aksi demo besar-besaran.
Kapitalisme dalam marxisme memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, semua komponen produksi memiliki harga jual. Mulai dari bahan mentah hingga jasa dari tenaga buruh, semuanya memiliki nilai yang dapat ditukarkan. Karakteristik kedua adalah dalam industri pemilik semua produksi hanyalah satu kelas saja, kaum
25
kapitalis. Hal ini berkaitan dengan karakteristik ketiga yaitu kaum buruh yang berada dalam posisi ingin bertahan hidup di dunia yang terkuasai harus menjual jasa mereka kepada kaum kapitalis. Marxisme menyebutkan bahwa efek dari kapitalisme adalah semakin melebarnya
kesenjangan antara mereka yang kaya dan yang miskin.14
Kapitalisme muncul menjadi sebuah kekuatan pelopor munculnya karakter di zaman modern. Kapitalisme meciptakan masyarakat global,
menimbulkan perkembangan teknologi tiada henti, menggulingkan dunia tradisional. Kaum kapitalis lebih senang menggunakan alat yang bisa
memuaskan dirinya untuk mendapatkan sesuatu yang sangat menguntungkan, dengan menggunakan alat berat atau yang di sebut ekskavator untuk mengeruk pasir di sungai Pancar Glagas pengusaha bisa mendapatkan
beberapa kali lipat keuntungannya dari pada mengeruk pasir dengan alat tradisional, seperti yang di pakai oleh masyarakat Pakuniran
Dengan pemikiran demikian, Marx telah melakukan pendekatan konflik. Artinya masyarakat terpecah dan akan berkonflik ketika kelas tertentu memiliki faktor produksi sementara kelas yang lain tidak memiliki faktor
produksi. Dalam uraian selanjutnya, Marx menyebut kelas yang memiliki faktor produksi adalah kaum borjuis dan kelas yang tidak memilikifaktor
produksi adalah kaum proletar. Maka yang terjadi adalah adanya “penindasan” oleh kaum borjuis kepada kaum proletar “Penindasan” itu
berupa pemaksaan terhadap kaum proletar untuk memenuhi kepentingan
26
kaum borjuis. Inilah yang disebut ekploitasi ekonomi. Sekeras apapun usaha kaum proletar justru akan memperkaya kaum borjuis. Dampaknya, akanada
kemarahan yang berujung revolusi untuk membuat ketertiban sosial dari kaum proletar.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan
konflik karena adanya perbedaan kepentingan.15
27 BAB III
METODE PENELITIAN
“Skripsi ini tersusun dengan kelengkapan ilmiah yang disebut sebagai
metode penelitian, yaitu cara kerja penelitian sesuai dengan cabang – cabang
ilmu yang menjadi sasaran atau obyeknya”.16
“Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu
peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,
menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi sosial yang di teliti
dengan lebih jelas dan bermakna”.17 Cara kerja tersebut merupakan
pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis dalam upaya
pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah penelitian guna diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan solusinya.
Dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan kualitasnya dan dapat di pertanggung jawabkan validitasnya secara ilmiah. Untuk itu dalam bagian ini memberi tempat khusus tentang apa dan
bagaimana pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
16 Koencoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1981), Hal. 16
28
pemilihan subjek penelitian, tahap-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan etnografis, yang
mencoba melakukan pengumpulan, penggolongan (pengklasifikasian) dan penganalisaan terhadap masyarakat sekitar pertambangan pasir di sungai pancar glagas.
Sedangkan jenis penelitian ini termasuk jenis
penelitian kualitatif dengan berdasarkan pada data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Serta dengan metode penelitian deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada.
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan
praktek-praktek yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.18
Dengan demikian, metode deskriptif ini digunakan untuk
menggambarkan secara sistematis dan mendalam fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini kajian
29
tentang masyarakat sekitar pertambangan pasir di sungai pancar glagas, secara aktual dan cermat.
Metode deskriptif pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah berarti peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak berusaha memanipulasi variabel karena kehadirannya mungkin mempengaruhi gejala, peneliti
harus berusaha memperkecil pengaruh tersebut.19
Sedangkan metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu melakukan analisis terhadap pertambangan
pasir illegal di sungai Pancar Glagas studi di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo dari segi kehidupan serta dampak yang dirasakan oleh masyarakat di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran
Kabupaten Probolinggo
“…Penelitian kualitatif biasanya menekankan observatif
partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi”.20 Maka dalam
penelitian ini, peneliti menekankan pada observasi dan wawancara mendalam dalam menggali data bagi proses validitas penelitian ini, tetapi
tetap menggunakan dokumentasi.
19 ibid
30
Melihat konsepsi penelitian di atas, maka sudah sesuai dengan konteks permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Karena dalam
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui dampak dari Pertembanagan Pasir di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo
dari segi sistem pertambangannya serta bagaimana kontribusi pertambangan tersebut terhadap pemerintah setempat dengan adanya pertambangan pasir tersebut.
Setelah mendapatkan data atau informasi yang dimaksud, maka langkah selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti yaitu menggambarkan
informasi atau data tersebut secara sistematis untuk kemudian di analisis dengan menggunakan perbandingan dan perpaduan dengan teori yang sudah ada.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu di Desa
Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo. Pertambangan pasir yang ada di kecamatan Pakuniran memang ada beberapa desa salah namun satunya adalah Desa Pakuniran.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di atas dengan pertimbangan bahwa selain permasalahan penambangan pasir ilegal yang
31
tempat tersedianya data yang diperlukan, sehingga harapannya dapat memperoleh data yang lengkap guna membantu peneliti mendapatkan
informasi yang lebih mendalam.
Kehadiran peneliti seakan menjadi momok bagi mereka, Namun
tidak semua orang yang peneliti temui bersikap begitu menakutkan Beberapa orang atau informan yang saya temui terlihat takut untuk menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan, mereka mengira peneliti
adalah wartawan yang akan meliput. ada juga sangat senang dengan kehadiran peneliti dengan harapan peneliti bisa membantu memperbaiki
keadaan yang terjadi di lapangan, harapan dari mereka adalah kembali ke system yang lama yang mana system yang lama ini semua kendali dipegang oleh masyarakat pakuniran saja. Tidak seperti saat ini yang
telah dikuasai oleh pengusaha.
Keberadaan peneliti di sini statusnya tidak di ketahui oleh banyak
orang, hanya beberapa orang yang mengetahui, peneliti melakukan ini dengan alasan msyarakat sekitar khususnya yang bekerja di pertambangan masih agak sensitive terhadap kehadiran orang baru karena beberpa bulan
yang lalu tepatnya pada bulan februari masyarakat setempat yang kontra dengan adanya pertambangan yang menggunakan alat berat ini,
32
yang masih menjadi milik perorangan. Karena itulah masih banyak orang yang terlihat sensitive. Namun meski demikian tidak membuat peneliti
menyerah, ini adalah tantangan peneliti untuk mendapatkan informasi yang akurat, bagaimanapun caranya peneliti tetap percaya diri untuk
melanjutkan penelitian ini.
C. Pemilihan Subyek Penelitian
Dalam hal ini peneliti mengambil subyek masyarakat sekitar,
penambang pasir dan batu, para supir truck dan pick up yang mengangkut hasil penambangan, serta pihak-pihak yang terlibat lainnya, seperti
pemerintahan daerah setempat sebagai penanggung jawab atas pertambangan tersebut. Krakteristik responden sebagai berikut:
1. Ibu sumiatun, 51 tahun, beliau bekerja sebagai buruh tani, dan beliau juga bekerja
sebagai penambang pasir.
2. Pujiyono, 26 tahun, pekerjaan beliau sebagai karyawan gudang tembakau dan
sekarang sebagai tambahan penghasilan beliau juga menjadi penambang pasir.
3. Robiatul adawiyah, 22 tahun beliau bekerja sebagai buruh tani, dan beliau juga
bekerja sampingan sebagai penambang pasir.
4. Babat, 24 tahun, ia bekerja sebagai supir truk setelah berhenti dari pekerjaannya
sebagai satpam
5. Ibu Kristin, 39 tahun, bekerja sebagai perangkat desa di Desa Pakuniran
6. Sholehoddin, 45 tahun bekerja sebagai bendahara desa di desa Pakuniran ini
33
8. Azizah, 23 tahun, berprofsi sebgai tenaga pengajar di salah satu lembaga
pendidikan di desa Pakuniran
9. Halel, 40 tahun, beliau bekerja sebagai penambang pasir dan menjadi kuli
bangunan sebagai pekerjaan sampingan
10.Samin, 41 tahun beliau bekerja sebagai pedagang sosis keliling, dan bekerja
sebagai peambang sebagai sampingan
11.Sanusi, 44 tahun beliau bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu yayasan
yang ada di kecamatan pakuniran dan sebagai sekertaris BPD Desa Pakuniran
12.Kamiluddin, bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu yayasan yang ada di
kecamatan pakuniran dan seorang tokoh masyarakat yang di segani.
13.Salehuddin, 43 tahun ia bekerja sebagai supir, politikus, dan juga menjadi ketua
LSM
14.Sutarji, 51 tahun tahun beliau bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu
yayasan yang ada di kecamatan pakuniran dan sebagai tokoh yang di segani oleh
[image:41.612.125.529.126.657.2]masyarakat
Table 3.1 daftar informan
No Nama Jabatan Usia
1 Sumiatun Penambang 51 Tahun
2 Yono Penambang 26 Tahun
3 Robiatul Adawiyah Penambang 22 Tahun
4 Babat Supir truk 24 Tahun
5 Ibu kristin Pamong desa 39 Tahun
34
7 Sumiati Masyarakat sekitar 46 Tahun
8 azizah Masyarakat sekitar
(guru) 23 Tahun
9 Halel
Penambang-masyarakat sekitar 40 Tahun
10 Samin penambang-masyarakat
sekitar 41 Tahun
11 Sanusi BPD Desa Pakuniran 44 tahun
12 kamiluddin Masyarakt sekitar 50 tahun
13 Salehuddin Ketua LSM 43 tahun
14 Sutarji S pd.i Tokoh masyrakat 51 tahun
D. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
ada dua, yaitu:
1. Tahap Pra Lapangan
a. Menyusun Rancangan Penelitian.21
Dalam konteks ini, peneliti terlebih dahulu membuat rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian,
untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal
penelitian.
35
b. Memilih Lapangan Penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan
lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah
terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.22
c. Mengurus Perizinan
Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk
proposal, peneliti mengurus izin kepada atasan peneliti sendiri, ketua jurusan, dekan fakultas, kepala instansi seperti pusat dan
lain-lain.23
2. Tahap Orientasi
Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan pengumpulan data
secara umum, melakukan observasi dan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi luas mengenai hal-hal yang umum dari obyek
penelitian. Informasi dari sejumlah responden di analisis untuk memperoleh hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna bagi penelitian selanjutnya secara mendalam. Informasi seperti itulah
yang selanjutnya digunakan sebagai fokus penelitian.
3. Tahap Eksplorasi
22 ibid
36
Pada tahap ini, fokus penelitian lebih jelas sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan spesifik. Observasi ditujukan
pada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus.
Wawancara lebih berstruktur dan mendalam (dept interview) sehingga
informasi yang mendalam dan bermakna dapat diperoleh.24
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1. Metode Wawancara
Wawancara merupakan salah satu tehnik
pengumpulan data, dimana terjadi komunikasi secara verbal antara komunikan dan komunikator. Menurut Moeleong (2007: 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.25
Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, karena
dengan metode ini peneliti dapat menggali informasi langsung secara mendalam dari informan dan responden.
Wawancara kepada masyarakat sekitar yang ikut dan tidak ikut
24 Cik Hasan Bisri dan Eva Rufaida, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2002), hal. 224.
37
menambang pasir di aliran sungai pancar glagas dan supir truk dan pick up serta wawancara terhadap pemerintah setempat bertujuan
untuk mengetahui bagaimana dampak yang dirasakan, dan apakah ada monopoli dalam pertambangan ini, serta bagaimana kontribusi
pertambangan terhadap pemerintah dengan adanya pertambangan pasir tersebut. dan seperti apa respon masyarakat terhadap pertambangan pasir di sungai pancar glagas di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran
Kabupaten Probolinggo 2. Metode Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman pengamatan dan observasi partisipasi dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pertambangan pasir ilegal
di aliran sungai pancar glagas. Adapun cara yang digunakan adalah
mengadakan pengamatan langsung dengan cara melihat,
mendengarkan dan penginderaan lainnya.
Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kegiatan dalam keseharian
masyarakat desa pakuniran khususnya penduduk sekitar aliran sungai pancar glagas. Secara khusus mengamati tentang proses beroperasiya
38
3. Metode Dokumentasi
Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah
untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Pertambangan Pasir
Ilegal di Sungai Pancar Glagas khususnya di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo dari segi kehidupan masyarakat serta Latar belakang penambangan pasir tersebut Seperti
peta wilayah, foto-foto dokumenter aktivitas masyarakat sekitar aliran sungai pancar glagas khususnya di desa pakuniran. Teknik
dokumentasi ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi dan data-data sekunder yang berhubungan dengan fokus penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak di lakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Tahapan dalam penelitian
kualitatif adalah tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan
minitour question, analisis datanya dengan analisis domain. Tahap kedua
adalah menentukan focus, teknik pengumpulkan data dengan minitour
question, analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Selanjutnya pada tahap selection, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan
39
Jadi “analisis data kualitatif menurut miles and huberman
dilakukan secara interaktif melalui process data reduction, data display,
dan verification. Sedangkan menurut spradley dilakukan secara berurutan,
melalui proses domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya”.26
Dalam menganalisis data banyak versi yang di paparkan oleh para ahli, namun Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi.
Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk mengumpulkan
data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara triangulasi.
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti yang dirumuskan ada tiga macam yaitu, antara lain :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
“Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian”.27
Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi yang
26 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2010
40
berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan utama dalam upaya menggali informasi yang berkaitan
dengan fokus penelitian. Misalnya peneliti selalu bersama informan utama dalam melihat lokasi penelitian.
2. Ketekunan Pengamatan
“Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci”.28
Dalam konteks ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian,
peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu secara tekun dalam upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan obyek penelitian dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar S-1, yang pada
akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah, yaitu masalah Pertambangan Pasir Ilegal khususnya di Desa Pakuniran
Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo dari segi dampak lingkungan yang dirasakan oleh masyarakat, adanya sistem monopoli dalam pertambangan pasir tersebut, serta peran pemerintah yang dirasa
kurang bertanggung jawab terhadap dampak yang di rasakan oleh masyarakat khususnya di Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran
Kabupaten Probolinggo.
3. Triangulasi
41
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyedik dan teori”.29
Validitas dan objektivitas merupakan persoalan
fundamental dalam kegiatan ilmiah. Agar data yang diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektivitas yang tinggi, diperlukan beberapa persyaratan yang diperlukan. Berikut ini akan peneliti kemukakan metode yang digunakan untuk meningkatkan validitas dan objektivitas suatu penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif. Robert K. Yin (1996), mensyaratkan adanya
validitas design penelitian. Untuk itu, Paton (1984),
menyarankan diterapkan teknik triangulasi sebagai
validitas design penelitian.30
Adapun teknik triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini
adalah triangulasi data atau triangulasi sumber. Sebagaimana
dikemukakan Yin, triangulasi data dimaksudkan agar dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data.
Dalam konteks ini, upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan data yaitu dengan mengunakan sumber data dalam
penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa buku, majalah dan dokumen
29 ibid hal. 178
42
lainnya. Sedangkan metode atau cara yang digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kualitatif. Artinya analisis kualitatif dilakukan
dengan memanfaatkan data (kualitatif) dari hasil observasi dan wawancara mendalam, dengan tujuan memberikan eksplanasi dan pemahaman yang
lebih luas atas hasil data yang dikumpulkan. Dan kemudian peneliti melakukan langkah membandingkan atau mengkorelasikan hasil penelitian dengan teori yang telah ada. Hal itu dilakukan untuk mencari
BAB IV
PERTAMBANGAN PASIR ILEGAL: TINJAUAN KARL MARX
A. Masyarakat Desa Pakuniran Kecamatan Pakuniran kabupaten Probolinggo
1. Deskripsi wilayah kecamatan pakuniran
Kecamatan Pakuniran termasuk wilayah geografis kabupaten
Probolinggo yang terdiri dari 17 desa yang terletak di bagian tengah selatan kabupaten Probolinggo dengan batas-batas:
Utara : kecamatan Paiton dan Kotaanyar,
Timur : kabupaten Situbondo,
Selatan : kecamatan Gading,
Barat : Besuk.
Desa-desa dalam kecamatan Pakuniran tersebut adalah Ranon, Kedungsumur, Gunggungan kidul, Kalidandan, Blimbing, Gondosuli, Kertonegoro, Bimo, Pakuniran, Patemon Kulon, Gunggungan Lor, Sogaan,
Sumber Kembar, Alas Pandan, Bucor Wetan, Bucor Kulon, Glagah.
Luas wilayah 114,26 Km2 yang di huni oleh 15.608 rumah tangga dan berpenduduk 46.712 jiwa. Kepadatan penduduk akhir tahhun 2015 sebanyak
[image:51.612.141.530.191.459.2]408,82 per Km2 terdiri dari:
Table 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Pakuniran
Jenis kelamin Jumlah
44
Perempuan 23.762
Sumber: Capil Kab. Probolinggo
Ditinjau dari ketinggian di atas permukaan air laut, Kecamatan Pakuniran berada pada ketinggian 10 sampai 100 meter di atas permukaan air laut. Ibu kota Kecamatan Pakuniran Kira-kira berada pada kurang lebih 86
meter di atas permukaan air laut.
Iklim di kawasan kecamatan Pakuniran sebagaimana kecamatan lain di
kabupaten probolinggo. Kecamatan pakuniran beriklim tropis yang terbagi menjadi dua musim yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada bulan Desember sampai juni tetapi di bulan mei tidak
ada hujan dan musim kemarau pada bulan juli sampai nopember. Curah hujan terbesar : 139 mmHg
Curah hujan terkecil : 2 mmHg
Jumlah hari hujan : 59 hari
Curah hujan setahun :1215 mmHg
Sedangkan temperature udara di kecamatan pakuniran seperti
45
2. Deskripsi wilayah Desa Pakuniran
a. Letak Geografis
Di tinjau dari geografis, Desa pakuniran adalah salah satu desa yang ada di kecamatan pakuniran. Desa pakuniran terletak di kecamatan pakuniran
[image:53.612.128.524.214.517.2]kabupaten probolinggo yang berada di bagian tengah pusat Ibukota kecamatan Pakuniran, memiliki luas 858.200 Ha yang terdiri dari tanah sawah se luas 142.20 dan tanah kering seluas 716.00.
Table 4.2 Rincian luas tanah di Desa Pakuniran
Tanah Sawah Irigasi
Sederhana Tadah hujan jumlah
Teknis ½ teknis
- 96.20 46.00 - 142.20
Tanah Kering Bangunan/
pekarangan Tegalan Tanah hutan Lainnya jumlah
141.70 404.10 139.70 30.50 716.00
Sumber : registrasi
Adapun batas-batas desa pakuniran sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa sogaan
Sebelah Selatan : Desa Patemon
Sebelah Timur : Desa Bimo
46
Desa pakuniran merupakan desa terluas ke 4 di kecamatan pakuniran dan termasuk wilayah yang memiliki banyak potensi untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat dan tentunya juga harus dengan SDM yang mempuni.
b. Kependudukan
Berdasarkan administrasi pemerintahan desa tahun 2016 jumlah penduduk desa Pakuniran terdiri dari 1.749 KK dengan jumlah total 4.951
[image:54.612.127.530.160.654.2]jiwa dengan rincian 2422 jiwa (laki-laki) dan 2529 jiwa (perempuan). Sedangkan menurut kelompok umur sebagai berikut:
Grafik 4.1 Jumlah penduduk menurut umur
Sumber : BPS Kecamatan Pakuniran Tahun 2016 0
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
0-9 19-Oct 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-74 75+
47
Sedangkan mata pencaharian masyarakat desa Pakuniran sangat beragam ada yang berprofesi sebagai ABRI, Pegawai Negeri Sipil, Petani,
Buruh tani, pedagang, pensiunan, Buruh bangunan, jasa angkutan, dan lainnya seperti menjadi ibu rumah tangga dan sebagainya, namun mayoritas
[image:55.612.139.517.214.561.2]masyarakat pakuniran berprofesi sebagai petani. Menurut mata pencaharian masyarakat desa pakuniran sebagai berikut:
Tabel 4.3 Mata pencaharian masyarakat Desa Pakuniran
PEKERJAAN JUMLAH
ABRI 1
PNS 51
Petani 1.441
Buruh tani 256
Pedagang 44
Pensiunan 9
Buruh bangunan 27
Jasa Angkutan 37
Lain-lain/belum bekerja 3.085
Jumlah 4.951
Sumber: BPS Kecamatan Pakuniran Tahun 2016
Di desa Pakuniran memang beragam jenis mata pencarian nya, namun di
Desa Pakuniran mayoritas adalah bercocok tanam atau bertani dan buruh tani juga termasuk dalam data mata pencaharian tertinggi kedua setelah petani yang
48
bekerja disawah menggarap lahan milik orang lain. karena tanahnya yang subur dan dapat di Tanami berbagai macam tanaman Seperti halnya yang ada di Desa
Pakuniran ini yang memang sebagian besar warganya bekerja sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dalam bidang pertanian. Karena memang di
dukung dengan kondisi tanah yang subur dan juga irigasi yang lancar. Maka dari itu tak heran jika warga memanfaatkan kesuburan alam tersebut untuk menopang kehidupan mereka sehari-hari. berikut adalah table mengenai
[image:56.612.137.526.216.545.2]pertanian.
Table 4.4 Luas, Tanam, Panen dan Produksi
Jenis tanaman
Luas (Ha) Produkksi
(Ton)
Rata-rata produksi (kw/ha)
Tanam Panen
Padi 200 1901 1 140,00 6,00
Jagung 122 122 10 102 828,0
Kacang tanah
- - - -
Ubi kayu 50 50 625 125
Kapuk randu - 15 - 2250
Kelapa - 1 - 72
Tembakau 90,00 1 044,00
Sumber: BPS kecamatan Pakuniran tahun 2016
c. Prasarana Umum Desa
Jalan lingkungan yang menghubungkan antar dusun di desa pakuniran
49
warung 107 unit dan pengggadaian 1 unit. Fasilitas kesehatan yang tersedia di desa pakuniran ada I unit polindes, 5 posyandu, 1 pos KB, dan
tenaga medisnya ada 1 perawat gigi, 1 perawat, 1 dokter, 1 bidan
Sedangkan fasilitas pendidikan ada 14 lembaga yang terdiri dari Tingkat TK ada 6, tingkat Sekolah dasar ada 5, tingkat SLTP ada 1 dan
tingkat SLTA ada 1 serta pondok pesantren ada 1 lembaga dengan rincian
[image:57.612.140.521.209.594.2]sebagai berikut:
Table 4.5 Lembaga Pendidikan Desa Pakuniran
No Jenis lembaga Lembaga Guru /
ustadz
Siswa / santri
Negeri swasta
1 Taman
kanak-kanak 3 12 91
2 Sekolah dasar 2 1 41 243
3 Raudlatul Aftal 3 15 120
4 Madrasah
Ibtidaiyah 2 34 225
5 Madrasah
Tsanawiyah 1 25 179
6 Madrasah
Aliyah 1 26 203
7 Pondok
pesantren 1 6 49
Sumber data: DIKNAS Kecamatan dan sekolah ybs
50
lebih tinggi namun untuk perguruan tinggi harus keluar dari kecamatan
pakuniran karena di kecamatan pakuniran tidak tersedia.
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan adanya pendidikan kelak mereka akan bisa membangun suatu masyarakat yang maju. Adanya pendidikan ini juga akan mempengaruhi taraf hidup
mereka. Adanya pendidikan yang cukup memadai, mereka bisa mengembangkan bakat dan kreativitas mereka yang nantinya dapat
dijadikan penghasilan ekonomi ataupun lapangan pekerjaan bagi orang-orang sekitar. Dilihat dari tingkat pendidikan yang ada, bisa dikatakan
bahwa Desa Pakuniran masih kurang memperhatikan pentingnya pendidikan. Dari data yang diperoleh dari monografi kecamata Pakuniran termasuk di dalamnya Desa Pakunran, kebanyakan dari mereka
mengenyam pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar (SD).
Kurangnya pengetahuan akan pentingnya pendidikan ini membuat mereka susah untuk mencari pekerjaan baru yang bisa dikatakan lebih
baik dari pekerjaan sehari-hari mereka yang kebanyakan menjadi petani. Dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada, perlunya kerja sama
yang dilakukan oleh pemerintah dan warga sekitar. Adanya pandangan yang sama tentang pentingnya pendidikan akan memudahkan mereka
51
d. Keagamaan
Jika di tinjau dari segi agama di desa pakuniran mayoritas beragama
[image:59.612.145.513.185.496.2]islam, meskipun ada juga yang non muslim namun hubungan sosialnya tetap berjalan dengan rasa toleransi berikut jumlah penduduk menurut agama yang di anut :
Grafik 4.2 Agama yang di anut oleh masyarakat pakuniran
Sumber: BPS