• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi komparasi antara Strategi Problem Solving dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri pada tingkat pemahaman siswa tentang mata pelajaran Fiqih di MTs. al Fatich Benowo Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi komparasi antara Strategi Problem Solving dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri pada tingkat pemahaman siswa tentang mata pelajaran Fiqih di MTs. al Fatich Benowo Surabaya."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI ANTARA STRATEGI PROBLEM SOLVING

DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATA PELAJARAN FIQIH

DI MTs. AL-FATICH BENOWO SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

AMINATUS ZUHRIYAH

NIM. D01213007

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Strategi dan Metode pembelajaran merupakan instrumen penting dalam proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan praktis. Beberapa tahun silam, metode pembelajaran yang mendominasi dalam dunia pendidikan adalah metode ceramah, dimana guru menjadi pusat pembelajaran. Namun seiring berkembangnya dunia pendidikan, beberapa tokoh pendidikan mengkritisi keefektifan penggunaan metode ceramah karena dinilai membosankan, monoton dan siswa cenderung pasif ketika pembelajaran berlangsung. Adanya kritikan terkait metode ceramah yang cenderung membosankan juga dibarengi dengan munculnya metode-metode pembelajaran yang variatif, kreatif, dan inovatif,

diantaranya yaitu strategi problem solving dan strategi pembelajaran inkuiri yang

menjadikan guru sebagai fasilitator sedang siswa menjadi pusat pembelajaran (student centered). Diantara tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran adalah sejauh mana pemahaman siswa pada mata pelajaran tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data berdasarkan hasil wawancara, observasi dan tes. Hasil dari penelitian ini yaitu 1) Tingkat pemahaman siswa tentang mata pelajaran fiqih yang disampaikan dengan

menggunakan strategi problem solving di MTs. Al-Fatich Benowo Surabaya

tergolong cukup baik. Karena dilihat dari hasil prosentasenya mencapai angka 37,037%. 2) Tingkat pemahaman siswa tentang mata pelajaran fiqih yang disampaikan dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri di Mts. Al-Fatich Benowo Surabaya tergolong cukup baik. Karena dilihat dari hasil prosentasenya mencapai angka 44,44%. 3) Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan

dibuktikan dengan teknik analisis independent sample t test, diperoleh hasil thitung

> ttabel (2,965 > 2,0067) dan signifikansi 0,005 < 0,05 yang berarti H0 ditolak,

artinya terdapat perbedaan pemahaman antara siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan strategi problem solving dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan strategi inkuiri. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran inkuiri dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Hipotesis Penelitian ...10

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional... 12

H. Metodologi Penelitian ... 16

(8)

BAB II LANDASAN TEORI ... 29

A. Tinjauan Tentang Strategi Problem Solving ... 29

1. Pengertian Strategi Problem Solving ... 29

2. Langkah-langkah Strategi Problem Solving... 31

3. Kelebihan Strategi Problem Solving ... 37

4. Kekurangan Strategi Problem Solving ... 38

B. Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 40

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 40

2. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 47

3. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 50

4. Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 55

5. Kekurangan Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 56

C. Tinjauan Tentang Pemahaman Mata Pelajaran Fiqih ... 56

1. Pengertian Pemahaman Mata Pelajaran Fiqih ... 56

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih ... 61

3. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 64

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 64

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 65

1. Variabel ... 65

2. Indikator ... 66

3. Instrumen Penelitiian ... 67

C. Populasi dan Sampel ... 68

D. Teknik Pengumpulan Data ... 69

E. Teknik Analisis Data ... 74

(9)

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 78

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren ... 78

2. Visi Madrasah ... 80

3. Misi Madrasah ... 81

4. Tujuan Madrasah ... 82

5. Gambaran Kondisi Lingkungan Pondok ... 83

6. Struktur Organisasi MTs. Al-Fatich ... 83

7. Sarana Prasarana ... 84

8. Rekap Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) ... 88

9. Kegiatan Belajar Mengajar dan Ekstra Kurikuler ... 89

B. Penyajian Data ... 92

1. Data tentang Implementasi Metode Ceramah ... 92

2. Data tentang Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri... 94

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 95

1. Penggunaan Strategi Problem Solving dan Strategi Pembelajaran Inkuiri dalam Mata Pelajaran Fiqih di Mts. Al-Fatich Benowo Surabaya ... 95

2. Tingkat Pemahaman Siswa tentang Mata Pelajaran Fiqih yang Disampaikan Dengan Menggunakan Strategi Problem Solving di MTs. Al-Fatich Benowo Surabaya ... 97

3. Tingkat Pemahaman Siswa tentang Mata Pelajaran Fiqih yang Disampaikan dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri di Mts. Al-Fatich Benowo Surabaya ...99

4. Perbandingan Tingkat Pemahaman Siswa tentang Mata Pelajaran Fiqih yang Disampaikan Menggunakan Strategi Problem Solving dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri di Mts. Al-Fatich Benowo Surabaya ...102

(10)

A. Simpulan ... 108

B. Saran ... 110

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa,

dimana guru mentransfer sejumlah ilmu pengetahuan terhadap

siswa-siswanya dengan menggunakan media dan metode tertentu agar proses

pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Strategi maupun metode pembelajaran merupakan instrumen

penting dalam proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan

praktis. Metode pembelajaran sekaligus juga menjadi variabel penting

dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran.

Muhaimin (1993) menegaskan bahwa dalam proses pelaksanaan

pendidikan agama Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat, agar dapat

menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan.1

Beberapa tahun silam, metode pembelajaran yang mendominasi

dalam dunia pendidikan adalah metode ceramah, dimana guru menjadi

pusat pembelajaran, guru menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan

bagi siswa. Metode ceramah atau disebut juga dengan metode mauidzah

khasanah merupakan metode pembelajaran yang sangat populer di

kalangan para pendidik agama Islam. Metode ini menekankan pada

1

(12)

2

pemberian dan penyampaian informasi kepada anak didik. Dalam

pelaksanaannya, pendidik bisa menyampaikan materi agama dengan cara

persuasif, memberikan motivasi, baik berupa kisah teladan atau

memberikan metafora (amtsal) sehingga peserta didik dapat mencerna

dengan mudah apa yang disampaikan.2 Metode ini juga terdapat dalam

Al-Qur’an surah An-Nahl [16] ayat 125 :









“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.”

[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat

membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Metode ini tidak dipungkiri sudah lama digunakan para pengajar,

baik di sekolah maupun di perguruan tinggi. Sebagai sebuah metode,

metode ceramah mempunyai berbagai kelebihan di samping juga

kelemahan. Di antara sisi positif metode ini adalah sangat cocok untuk

2

(13)

3

menjelaskan persoalan-persoalan yang tidak mungkin disampaikan dengan

metode yang lain. Disamping itu, dengan ceramah suatu topik yang

sederhana dapat dibuat menjadi menarik. Guru dapat menyampaikan topik

itu dengan penuh perasaan, intonasi, tekanan suara, atau gerak-gerik

tangan.3

Namun seiring berkembangnya dunia pendidikan, beberapa tokoh

pendidikan mengkritisi keefektifan penggunaan metode ceramah karena

dinilai membosankan, monoton dan siswa cenderung pasif ketika

pembelajaran berlangsung. Meski begitu, beberapa guru masih

mempraktekkan metode tersebut karena faktor kebiasaan atau adanya

alasan-alasan tertentu.

Adanya kritikan terkait metode ceramah yang cenderung

membosankan juga dibarengi dengan munculnya metode-metode

pembelajaran yang variatif, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran yang

demikian, menjadikan guru sebagai fasilitator sedang siswa menjadi pusat

pembelajaran (student centered). Metode-metode tersebut memberikan

ruang kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan

adanya metode tersebut, menjadikan siswa semakin bersemangat dalam

belajar serta dapat menimbulkan suasana kelas yang menyenangkan.

Terdapat banyak metode atau strategi pembelajaran yang

menjadikan siswa sebagai subjek dalam sebuah proses pembelajaran.

3

(14)

4

Diantaranya yaitu strategi problem solving dan strategi pembelajaran

inkuiri (inquiry).

Strategi pemecahan masalah merupakan suatu proses memecahkan

suatu masalah dan yang menyangkut merubah keadaan yang aktual

menjadi keadaan seperti yang dikehendaki.4

Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan suatu

strategi pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang

membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

Sedangkan menurut Purwanto, Strategi Pemecahan Masalah adalah

suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk

menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai dengan

keinginan yang telah ditetapkan.5

Inkuiri berasal dari kata to inquire (inquiry) yang berarti ikut serta

atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari

informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan

untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun

4

Oemar dan Weney, Enquiry Discovery Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Pengajaran IPS, (Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud, 1980), h. 7.

5

Edy Purwanto, Desain Teks Untuk Belajar “Pendekatan Pemecahan Masalah”, Jurnal

(15)

5

kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses

berpikir reflektif.6

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah

sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses menemukan

sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang

tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan

siswa berkembang secara utuh, baik intelektual, mental, emosi, maupun

pribadinya. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, guru bukanlah

mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, tetapi merancang

pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi

yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi

kegiatan peneman (inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan

keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil dari mengingat

sejumlah fakta).7

Munculnya metode pembelajaran yang variatif, kreatif, dan

inovatif tersebut, sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselengarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

6

Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 31.

7

(16)

6

prakarsa, kreativitatas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan

pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan proses

pembelajaran serta penilaian proes pembelajaran untuk mengaitkan

efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.8

Begitu kompleks tugas seorang guru dalam kurikulum 2013, tak

dapat dipungkiri ada guru yang merasa kerepotan dengan tugas-tugasnya

juga terkadang guru menjadi lebih fokus terhadap metode pembelajaran

sehingga cenderung mengabaikan kesiapan dan ketersampaian materi

pembelajaran.

MTs. Al-Fatich merupakan lembaga pendidikan formal yang

terletak di kecamatan Benowo-Surabaya. Dalam pelaksanaan

pembelajarannya, sekolah tersebut telah menggunakan berbagai macam

metode sesuai dengan kurikulum yang digunakan untuk mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab yaitu kurikulum 2013.

Dua strategi yang telah peneliti jelaskan di atas sudah pasti

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan keduanya

memiliki perbedaan. Dalam praktek penggunaan dua strategi tersebut,

manakah yang lebih memahamkan siswa tentang materi pelajaran fiqih.

Maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam

8

(17)

7

terkait dengan “Studi Komparasi antara Strategi Problem Solving dengan

Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Tingkat Pemahaman Siswa tentang

Mata Pelajaran Fiqih di Mts. Al-Fatich Benowo Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

diungkapkan yaitu:

1. Bagaimana penggunaan strategi problem solving dan strategi

pembelajaran inkuiri dalam mata pelajaran fiqih di Mts.

Al-Fatich Benowo Surabaya ?

2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa tentang mata pelajaran

fiqih yang disampaikan dengan menggunakan strategi problem

solving di MTs. Al-Fatich Benowo Surabaya ?

3. Bagaimana tingkat pemahaman siswa tentang mata pelajaran

fiqih yang disampaikan dengan menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri di MTs. Al-Fatich Benowo Surabaya ?

4. Bagaimana perbandingan tingkat pemahaman siswa tentang

mata pelajaran fiqih yang disampaikan menggunakan strategi

problem solving dengan strategi pembelajaran inkuiri di MTs.

(18)

8

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui penggunaan strategi problem solving dan

strategi pembelajaran inkuiri dalam mata pelajaran fiqih di Mts.

Al-Fatich Benowo Surabaya.

2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang mata

pelajaran fiqih yang disampaikan dengan menggunakan strategi

problem solving di MTs. Al-Fatich Benowo Surabaya.

3. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang mata

pelajaran fiqih yang disampaikan dengan menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri di MTs. Al-Fatich Benowo Surabaya.

4. Untuk mengetahui perbandingan tingkat pemahaman siswa

tentang materi pelajaran fiqih yang disampaikan menggunakan

strategi problem solving dengan strategi pembelajaran inkuiri

di MTs. Al-Fatich Benowo Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, yakni secara

(19)

9

1. Manfaat teoritis

a. Dapat memberikan sumbagan pemikiran yang berguna

untuk kemajuan dunia pendidikan yang selalu mengalami

perubahan dan perkembangan.

b. Dapat menjadi penguat dari teori-teori yang sudah ada.

c. Dapat menjadi rujukan bagi penelitian di masa mendatang.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Dapat menjadi pedoman ketika peneliti menjadi seorang

guru.

b. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa dalam mata pelajaran fiqih.

c. Bagi guru

Dapat membantu guru dalam memilih dan menggunakan

metode yang cocok untuk menyampaikan mata pelajaran

fiqih.

d. Bagi sekolah dan pendidikan secara umum

Penelitian ini memberikan sumbangan positif tentang

metode pembelajaran mata pelajaran fiqih, menanggulangi

kesulitan pembelajaran mata pelajaran fiqih dan

(20)

10

peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam

mata pelajaran fiqih.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis secara etimologis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo

dan kata thesis. Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat. Kemudian

dua kata ini digabung menjadi hypothesis dan di-Indonesia-kan menjadi

hipotesis dengan arti suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih

belum sempurna.9

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi

hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.10

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:11

1. Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha)

9

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologis, Kebijakan, Publik, Komunikasi, Manajemen, dan

Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 90.

10

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 96.

11

(21)

11

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan anatara variabel

X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.

Yaitu : “Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat

pemahaman siswa MTs. Al-Fatich tentang mata pelajaran fiqih

yang disampaikan dengan menggunakan strategi problem

solving dengan pemahaman siswa MTs. Al-Fatich tentang mata

pelajaran fiqih yang disampaikan dengan menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri.”

2. Hipotesis nol atau hipotesis nihil (Ho)

Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua

variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap

variabel Y.

Yaitu : “Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat

pemahaman siswa MTs. Al-Fatich tentang mata pelajaran fiqih

yang disampaikan dengan menggunakan strategi problem

solving dengan pemahaman siswa MTs. Al-Fatich tentang mata

pelajaran fiqih yang disampaikan dengan menggunakan strategi

(22)

12

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak menimbulkan kekeliruan,

maka peneliti memberikan batasan masalah dengan fungsi sebagai

penyempit obyek yang akan diteliti, antara lain:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas VII MTs.

Al-Fatich Benowo-Surabaya.

2. Materi pelajaran fiqih dalam penelitian ini hanya terbatas pada

satu materi saja tidak mencakup semua materi yang terdapat

dalam mata pelajaran fiqih kelas VII.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul ini

dan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang judul ini, maka

peneliti akan memberikan pengertian yang jelas terkait dengan istilah yang

terdapat dalam judul tersebut, antara lain:

1. Studi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ini

mengandung arti: penelitian ilmiah; kajian dan telaah.12

2. Komparasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ini

mengandung arti: perbandingan. Sedangkan perbandingan

12

(23)

13

sendiri berasal dari kata banding yang berarti; persamaan, tara,

imbangan. Kemudian mendapat tambahan awalan per- dan

akhiran -an mengandung arti perbedaan (selisih) kesamaan.13

Jadi, studi perbandingan dalam penelitian ini merupakan

kajian ilmiah untuk memperoleh perbedaan antara dua hal,

yaitu: antara tingkat pemahaman siswa MTs. Al-Fatich tentang

mata pelajaran fiqih yang disampaikan dengan menggunakan

strategi problem solving dengan pemahaman siswa MTs.

Al-Fatich tentang mata pelajaran fiqih yang disampaikan dengan

menggunakan strategi pembelajaran inkuiri.

3. Strategi problem solving

Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan

suatu strategi pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya

permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni

penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari

permasalahan yang nyata.

4. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari kata to inquire (inquiry) yang berarti

ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.

Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi

13

(24)

14

siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual

(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir

reflektif.14

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada

pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara

sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari

mengingat, tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar

pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak

terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah,

diharapkan siswa berkembang secara utuh, baik intelektual,

mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu, dalam

proses pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah

materi yang harus dihafal, tetapi merancang pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang

harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi

kegiatan peneman (inquiry) agar siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri

(bukan hasil dari mengingat sejumlah fakta).15

14

Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, ibid., h. 31.

15

(25)

15

5. Pemahaman

Kata pemahaman berasal dari kata paham, dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia berarti : pengertian. Kemudian kata

tersebut mendapatkan awalan pe- dan akhiran –an yang berarti:

proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.16

6. Mata Pelajaran Fiqih

Fiqih merupakan salah satu unsur dari mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang terdapat di madrasah. Fiqih

memuat tentang materi-materi yang berhubungan dengan

syari’at Hukum-hukum agama Islam).

Berdasarkan definisi beberapa istilah di atas, maka yang

dimaksud dengan judul “Studi Komparasi antara Metode

Ceramah dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Tingkat

Pemahaman Siswa tentang Mata Pelajaran Fiqih” adalah suatu

kegiatan yang membandingkan antara penggunaan dua metode

pada satu materi yang sama, kemudian manakah dari kedua

metode tersebut yang memberi pemahaman lebih besar kepada

siswa tentang materi pelajaran fiqih yang disampaikan oleh

guru. Sehingga diharapkan guru mampu mengetahui metode

yang sesuai untuk menyampaikan materi pelajaran fiqih.

16

(26)

16

H. Metodologi Penelitian

Metodologi adalah sebuah proses, prinsip dan prosedur yang

digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawaban.

Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang

ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan

prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan

kebenaran.17

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah

berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu,

rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu

dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Empiris yaitu cara-cara yang

dilakukan dapat diamati oleh indera manusia. Sistematisi artinya proses

yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah

tertentu yang bersifat logis.18 Data yang diperoleh melalui penelitian itu

adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu

valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan anatara data yang

sesungguhmya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan

oleh peneliti.19

17

Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 24.

18

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 1.

19

(27)

17

Berkaitan dengan metodologi penelitian, disini peneliti akan

memaparkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian Studi Komparasi

antara Strategi Problem Solving dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri

pada Tingkat Pemahaman Siswa tentang Mata Pelajaran Fiqih di Mts.

Al-Fatich Benowo Surabaya ini adalah penelitian non eksperimen,

karena data yang diteliti sudah ada dan menggunakan metode survey.

Hal ini karena peneliti ingin mengetahui dan mendapatkan

informasi tentang suatu hal dengan pembuktian langsung ke lapangan.

Dengan kata lain peneliti langsung datang ke lapangan untuk

melakukan survey pada obyek yang akan di teliti. Metode survey

digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah,

tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam mengumpulkan data dengan

mengedarkan kuesioner, tes (tes tulis), wawancara dan sebagainya.20

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa

angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian, dan dianalisis dengan

menggunakan metode statisika. Pendekatan kuantitatif pada penelitian

ini adalah untuk menganalisis data, yang kemudian dianalisis dengan

20

(28)

18

statistic parametic yaitu dengan menggunakan uji t (Independent

sample t-test).21

Penelitian ini dilakukan di MTs. Al Fatich Benowo Surabaya.

Peneliti memilih tempat tersebut karena di sekolah tersebut sudah

menggunakan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam, sehingga dalam proses pembelajarannya tentu

menggunakan bermacam-macam metode dan strategi pembelajaran

termasuk strategi yang tercantum dalam judul penelitian ini,

diharapkan penelitian ini bisa berjalan dengan lancar ke depannya.

2. Jenis dan Sumber data

a. Jenis Data

1) Data kualitatif

Data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta

uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek.22 Adapun

yang termasuk data kualitatif yaitu:

a) Sejarah berdirinya MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

b) Profil MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

c) Letak geografis MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

d) Visi dan misi MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

e) Tujuan MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

21

Margono, Metode Penelitian Pendidikan, ibid., h. 103.

22

(29)

19

f) Struktur organisasi MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

g) Keadaan guru MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

h) Keadaan siswa MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

i) Sarana prasarana MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya.

2) Data Kuantitatif

Adapun yang termasuk data kuantitatif yaitu:

a) Data yang diperoleh dari latihan-latihan soal yang

menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi

yang telah disampaikan.

b. Sumber Data

Ada dua jenis sumber data yang biasanya digunakan dalam

penelitian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.23

1) Sumber data primer

Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah

sumber data primer.

23

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-Format Kuanstitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologis, Kebijakan, Publik, Komunikasi, Manajemen, dan

(30)

20

3. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel diartikan sebagai obyek penelitian, atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian.24 Berdasarkan pengertian tersebut dan

bertolak pada judul penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

dalam penelitian ini variabel yang menjadi obyek penelitian atau titik

perhatian adalah :

a. Pemahaman siswa tentang mata pelajaran fiqih yang disampaikan

dengan menggunakan strategi problem solving di MTs. Al-Fatich

Benowo Surabaya.

b. Pemahaman siswa tentang mata pelajaran fiqih yang disampaikan

dengan menggunakan Strategi pembelajaran inkuiri di MTs.

Al-Fatich Benowo Surabaya.

Jadi, variabel dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa

tentang mata pelajaran fiqih baik yang dijelaskan menggunakan

strategi problem solving maupun strategi pembelajaran inkuiri di MTs.

Al-Fatich Benowo Surabaya. Dengan indikator pemahaman sebagai

berikut :

a. Siswa dapat menjelaskan kembali materi yang disampaikan oleh

guru.

b. Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

24

(31)

21

c. Siswa dapat memberi contoh tentang materi yang disampaikan oleh

guru.

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.25

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.26

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel ini, tidak ada ketentuan

yang baku. “tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti

tentang besarnya sampel”.27

Namun penulis berpedoman pada Arikunto yang

menyatakan bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100%, lebih

baik diambil semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar maka dapat

diambil diantara 10-15% atau 20-25% atau lebih.28

25

Margono, Metode Penelitian Pendidikan, ibid., h. 117.

26

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ibid., h.131.

27

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ibid., h. 72.

28

(32)

22

5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data dalam sebuah

penelitian merupakan hal yang sangat dibutuhkan, karena baik

buruknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh teknik

pengumpulan datanya.

Berikut beberapa metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini, yang bertujuan agar peneliti

memperoleh data yang akurat untuk mempermudah

penyusunan skripsi.

1) Interview atau wawancara

Interview atau wawancara adalah suatu alat

pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah

pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

Wawancara (interview) sering disebut juga dengan

kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dan

terwawancara.29

Adapun yang menjadi sumber wawancara disini adalah

guru mata pelajaran fiqih di MTs. Al Fatich Benowo

Surabaya.

29

(33)

23

2) Metode tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat

yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok.30

3) Metode Observasi

Didalam pengertian psikologis, observasi atau

pengamatan adalah merupakan seluruh kegiatan

pengamatan terhadap objek dengan menggunakan seluruh

alat indra. Jadi observasi dapat dilakukan dengan

penciuman, penglihatan, pendengaran, peraba dan

pengecap.31 Metode ini digunakan dalam rangka mengamati

tentang aktivitas siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran.

4) Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,

baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.32

Metode ini digunakan untuk mencari data berupa latar

30

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ibid., h. 150.

31

Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis,

(Jakarta: Indeks, 2009), h. 82.

32

(34)

24

belakang sekolah, data guru, siswa, dan lain-lain yang

terkait dengan MTs. Al Fatich Benowo Surabaya.

b. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam

arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah.33

Berdasarkan metode pengumpulan data yang

digunakan, berikut instrumen pengumpulan datanya:

1) Interview atau Wawancara

Pedoman interview berupa garis-garis besar

pertanyaan yang berkaitan dengan data yang ingin

dikumpulkan melalui narasumber.

2) Metode Tes

Dalam hal ini, pedomannya berupa

latihan-latihan soal yang berisi tentang materi fiqih yang

telah diajarkan oleh guru selama penelitian ini

berlangsung.

33

(35)

25

Dalam penelitian ini tes yang di gunakan

adalah tes tulis. Dengan kriteria penilaian sebagai

berikut :

a) 86-100 = Sangat Baik

b) 71-85 = Baik

c) 56-70 = Cukup

d) 41-55 = Kurang

e) 0-40 = Sangat Kurang

3) Metode Observasi

Pedoman observasi berupa alat bantu yang

dipergunakan dalam mengamati aktivitas siswa

selama mengikuti proses pembelajaran.

4) Metode Dokumentasi

Pedoman dokumentasi adalah alat bantu

yang dipergunakan dalam pengumpulan

benda-benda tertulis yang telah didokumentasikan,

misalnya data hasil belajar siswa, data guru, dan

berbagai aspek mengenai obyek penelitian di MTs.

(36)

26

6. Teknik Analisis Data

Data-data yang sudah ada (terkumpul), sebelum dianalisis, terlebih

dahulu dilakukan pengolahan data. Pengolahan data melalaui proses

sebagai berikut:34

a. Persiapan, yaitu dengan mengecek kelengkapan data, mengecek

macam isian data.

b. Tabulasi, yang termasuk dalam kegiatan tabulasi adalah :

1) Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu

diberi skor, seperti tes tulis.

2) Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

3) Memberikan kode (coding), yaitu memberi kode/tanda dalam

pengolahan data.

4) Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian, yaitu

pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada.

Setelah pengolahan data selesai maka dilakukan analisis data

untuk membuktikan sejauhmana perbandingan tingkat pemahaman

siswa terhadap materi fiqih yang disampaikan menggunakan

metode ceramah maupun strategi pembelajaran inkuiri dan apakah

ada perbedaan tingkat pemahaman siswa terhadap materi fiqih

yang disampaikan menggunakan metode ceramah maupun strategi

34

(37)

27

pembelajaran inkuiri sesuai dengan jenis data pada variabel

tersebut, maka penulis menggunakan teknik analisis data dengan

menggunakan rumus independent sample t-test, yaitu :

̅̅̅ ̅̅̅ √

I. Sistematika Pembahasan

Guna mempermudah penulisan skripsi ini, maka perlu adanya

sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasannya ialah

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, hipotesis, batasan penelitian, definisi

operasional, metodologi penelitian dan sistematika

pembahasan.

BAB II : Landasan teori, dalam hal ini terdapat beberapa sub bab,

yaitu: tinjauan tentang strategi problem solving yang

meliputi pengetian pengertian strategi problem solving,

langkah-langkah strategi problem solving, kelebihan dan

kekurangan strategi problem solving. Tinjauan tentang

(38)

28

strategi pembelajaran inkuiri, prinsip-prinsip strategi

pembelajaran inkuiri, langkah-langkah strategi

pembelajaran inkuiri, kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran inkuiri. Tinjauan tentang pemahaman mata

pelajaran fiqih yang meliputi pengertian pemahaman mata

pelajaran fiqih, ruang lingkup mata pelajaran fiqih dan

tujuan mata pelajaran fiqih.

BAB III : Metodologi penelitian, yang berisi tentang jenis dan

rancangan penelitian, jenis dan sumber data, variabel dan

indikator penelitian, populasi dan sampel, teknik dan

instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian, menguraikan tentang gambaran umum

MTs. Al-Fatich Benowo-Surabaya, penyajian data, analisis

data dan pengajuan hipotesis.

(39)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Strategi Problem Solving

1. Pengertian Strategi Problem Solving

Strategi pemecahan masalah merupakan suatu proses

memecahkan suatu masalah dan yang menyangkut merubah

keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang dikehendaki.36

Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan

suatu strategi pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya

permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni

penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari

permasalahan yang nyata. Sedangkan menurut Purwanto, Strategi

Pemecahan Masalah adalah suatu proses dengan menggunakan

strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru,

agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai dengan keinginan yang

telah ditetapkan.37

Menurut Dewey belajar memecahkan masalah adalah

interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan

antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi

36

Oemar dan Weney, Enquiry Discovery Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Pengajaran IPS, (Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud, 1980), h. 7.

37

Edy Purwanto, Desain Teks Untuk Belajar “Pendekatan Pemecahan Masalah”,

(40)

30

masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan

sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif

sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis

serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang

diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan

materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman

dan tujuan belajarnya.

Menurut Pepkin strategi pembelajaran Problem Solving

adalah suatu strategi pembelajaran yang melakukan pemusatan

pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang

diikuti dengan penguatan keterampilan memecahkan masalah atau

memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan

cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah

memperluas proses berpikir.

Menurut Skeel Problem Solving adalah suatu proses di

mana individu mengidentifikasi suatu situasi bermasalah,

memformulasikan ekspansi tentatif atau hipotesis, memverifikasi

hipotesis tentatif tersebut dengan mengumpulkan dan

mengevaluasi data, dan menyatakan kembali hipotesis hingga

menjadi suatu generalisasi.38

38

(41)

31

Berdasarkan beberapa konsep tentang Pemecahan Masalah

(Problem Solving) seperti tersebut di atas, yang dimaksud Problem

Solving dalam penelitian ini adalah suatu strategi pembelajaran

yang mengaktifkan siswa yang dapat melatih siswa untuk

menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan

masalah atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut.

2. Langkah-langkah Strategi Problem Solving

Menurut Taryadi secara ringkas epistemologi Problem

Solving mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Objektif

b. Rasional

c. Kritis

d. Evolusioner

e. Realistis

f. Pluralistik.

Osborn, mengatakan bahwa strategi Problem Solving

mempunyai 3 prosedur, yaitu:

a. Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah,

mengumpulkan dan meneliti data dan informasi yang

bersangkutan.

b. Menemukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan

(42)

32

c. Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak

pemecahan masalah.

Di dalam proses Problem Solving terdapat dua fase kreatif

dalam pemecahan masalah menurut Von Oech, yaitu fase

imaginatif dan fase praktis. Dalam fase imaginatif gagasan strategi

pemecahan masalah diperoleh, dan dalam fase praktis, gagasan

tersebut dievaluasi dan dilaksanakan.

Langkah-langkah Problem Solving dalam pembelajaran

sebagai hasil gabungan prosedur Von Oech dan Osborn sebagai

berikut:

a. Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada

siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat

memahami tentang penyelesaian yang diharapkan

b. Pengungkapan gagasan, siswa dibebaskan untuk

mengungkapkan gagasan tentang berbagai macam strategi

penyelesaian masalah

c. Evaluasi dan seleksi, setiap kelompok mendiskusikan

pendapat-pendapat atau strategi-strategi yang cocok untuk

menyelesaikan masalah.

d. Implementasi, siswa menentukan strategi yang dapat

(43)

33

menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari

masalah tersebut.39

Proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan

bermacam-macam cara tergantung pada sifat masalah, kemampuan

memecahkan masalah dan cara memecahkan masalah tersebut.

Dalam pembelajaran strategi pemecahan masalah harus

disiapkan permasalahan yang akan diberikan pada siswa untuk

dipecahkan.

Cara untuk mempersiapkan pemecahan masalah yang

efektif menurut Alipandie yaitu:

a. Problema yang diajukan hendaknya benar-benar sesuai

dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid.

b. Para murid hendaknya terlebih dahulu diberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan serta cara-cara memecahkan

masalah yang dimaksud.

c. Masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya

bersifat aktuil dan erat hubungannya dengan kehidupan

masyarakat, sehingga menimbulkan motivasi dan minat

belajar para murid

39

(44)

34

d. Di samping bimbingan guru secara kontinue hendaknya

tersedia sarana pengajaran yang memadai serta waktu yang

cukup untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi.40

Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap

strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut :

a. Saya mampu/bisa (I can) : tahap membangkitkan motivasi

dan membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.

b. Mendefisinisikan (Define) : membuat daftar hal yang yang

diketahui dan tidak diketahui, menggunakan gambar grafis

untuk memperjelas permasalahan.

c. Mengeksplorasi (Explore) : merangsang siswa untuk

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk

menganalisis dimensi-dimensi permasalahan yang dihadapi.

d. Merencanakan (Plan) : mengembangkan cara berpikir logis

siswa untuk menganalisis masalah dan menggunakan

flowchart untuk menggambarkan permasalahan yang

dihadapi.

40

(45)

35

e. Mengerjakan (Do it) : membimbing siswa secara sistematis

untuk memperkirakan jawaban yang mungkin untuk

memecahkan masalah yang dihadapi.

f. Mengoreksi kembali (Check) : membimbing siswa untuk

mengecek kembali jawaban yang dibuat, mungkin ada

beberapa kesalahan yang dilakukan.

g. Generalisasi (Generalize) : membimbing siswa untuk

mengajukan pertanyaan: apa yang telah saya pelajari dalam

pokok bahasan ini? Bagaimanakah agar pemecahan masalah

yang dilakukan bisa lebih efisien? Jika pemecahan masalah

yang dilakukan masih kurang benar, apa yang harus saya

lakukan? Dalam hal ini dorong siswa untuk melakukan

umpan balik/refleksi dan mengoreksi kembali kesalahan

yang mungkin ada.

Secara operasional dan ringkas kegiatan guru dan siswa

selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut.41

No. Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Saya

mampu/bisa

Membangkitkan motivasi dan membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.

Menumbuhkembangkan motivasi belajar dan keyakinan diri dalam

41

(46)

36

menyelesaikan permasalahan.

2. Mendefisinisikan Membuat daftar hal yang yang

diketahui dan tidak diketahui dalam suatu permasalahan.

Menganalisis dan

membuat daftar hal

yang diketahui dan

tidak diketahui dalam suatu permasalahan.

3. Mengeksplorasi Merangsang siswa untuk

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi permasalahan yang dihadapi.

Mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

pada guru, untuk

melakukan pengkajian

lebih dalam tahap

permasalahan-permasalahan yang

dibahas.

4. Merencanakan Mengembangkan cara berpikir

logis siswa untuk

menganalisis masalah.

Berlatih

mengembangkan cara

berpikir logis untuk

menganalisis masalah

yang dihadapi.

5. Mengerjakan Membimbing siswa secara

sistematis untuk

memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Mencari berbagai

alternatif pemecahan

masalah.

6. Mengoreksi

kembali

Membimbing siswa untuk

mengecek kembali jawaban yang dibuat

Mengecek tingkat

kebenaran jawaban

(47)

37

7. Generalisasi Membimbing siswa untuk

mengajukan pertanyaan:

 Apa yang telah saya

pelajari dalam pokok

bahasan ini?

 Bagaimanakah agar

pemecahan masalah yang

dilakukan bisa lebih

efisien?

 Jika pemecahan masalah

yang dilakukan masih kurang benar, apa yang harus saya lakukan?

 Dalam hal ini dorong

siswa untuk melakukan umpan balik/refleksi dan

mengoreksi kembali

kesalahan yang mungkin ada.

Memilih/menentukan jawaban yang paling tepat.

3. Kelebihan Strategi Problem Solving

Berikut ini beberapa kelebihan dari strategi problem solving :

a. melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan dan berpikir

serta bertindak kreatif.

b. Problem Solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk

(48)

38

c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya dunia kerja.

h. Problem Solving dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab

dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

i. Problem Solving dapat memberikan kesempatan pada siswa

untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam

dunia nyata.

4. Kelemahan Strategi Problem Solving

Selain kelebihan, strategi ini juga memiliki kekurangan,

diantaranya :

a. Guru mengalami kebingungan melaksanakan strategi problem

solving dalam pembelajaran karena banyaknya metode yang

juga digunakan.

b. Jika kurang cermat, maka guru akan mengalami kesulitan

(49)

39

c. Pemecahan masalah dalam kretivitas sulit dibedakan karena

keduanya menuntut hasil yang baru.42

d. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai

dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya

serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa,

sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

e. Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa

mengambil waktu pelajaran lain.

f. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak

berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok,

yang terkadang memerlukan berbagai sumber belajar,

merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

g. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan

strategi ini.43

42

http://adebatari.blogspot.co.id/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_8.html?m=1 diakses pada tanggal 25 April 2017 pukul 08.53 WIB.

43

(50)

40

B. Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri

Sebelum jauh kita membahas tentang makna dari inkuri

sendiri, terlebih dahulu perlu dipahami tentang makna dari model

dan strategi pembelajaran. Karena terdapat ketidakseragaman

penyebutan inkuiri. Beberapa literatur menyebutnya sebagai model

pembelajaran, namun disisi lain juga disebut sebagai strategi

pembelajaran.

Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan

sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya,

seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita

hidup. Dalam istilah selanjutnya, istilah model digunakan untuk

menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka

konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud

dengan “model belajar mengajar” adalah kerangka konseptual dan

prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai

pedoman bagi perancang pengajaran, serta para guru dalam

(51)

41

Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar benar-benar

merupkan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis.

Dewey dalam Joyce dan Weil (1986) mendefinisikan model

pembelajaran sebagai “a plan or pattern that we can use to design

face to face teaching in the classroom or tutorial setting and to

shape instructional material” (suatu rencana atau pola yang dapat

kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas, atau

pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi

pengajaran).

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain

(Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model

pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk

membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.44

Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer

yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer

44

(52)

42

yang untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah

strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang

bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam

mencapai tujuan.

Istilah strategi (strategy) berasala dari kata benda dan kata

kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos

merupakan gabungan dari kata stratos (militer) dengan ago

(memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to

plan).

Semakin luasnya penerapan strategi, Mintzberg dan Waters

(1983) mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang

keputusan atau tindakan. Hardy, Langley, dan Rise dalam Sudjana

(1986) menemukakan, strategi dipahami sebagai rencana atau

kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat

dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan

dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau

tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat

dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang

kegiatan.45

45

(53)

43

Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction)

bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau

kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai

strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang

telah direncanakan. Beberapa ahli mengemukakan tentang

pengertian pembelajaran, diantaranya :

a. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran

merupakan subjek khusus dari pendidikan (Corey, 1986);

b. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

(UU SPN No. 20 tahun 2003);

c. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Muhammad

Surya)

Pada prinsipnya, pembelajaran tidak hanya terbatas pada

event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua

events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar

(54)

44

cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun

kombinasi dari bahan-bahan tersebut46

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran

merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau

kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan

tertentu, yakni tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh

dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan

kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran,

yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar

tertentu.47

Berdasarkan penjelasan di atas tentang pengertian model

dan strategi, peneliti lebih condong terhadap strategi meskipun

dalam penjelasan di bawah ini masih terdapat beberapa istilah

model karena lebih banyak literatur yang menyebut inkuiri sebagai

strategi pembelajaran.

46

Ibid., h. 4.

47

(55)

45

Inkuiri berasal dari kata to inquire (inquiry) yang berarti

ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran

inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk

membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir)

terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.48

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada

pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi

hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya

merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara

mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa

berkembang secara utuh, baik intelektual, mental, emosi, maupun

pribadinya. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, guru

bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,

tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran

adalah proses memfasilitasi kegiatan peneman (inquiry) agar siswa

48

(56)

46

memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya

sendiri (bukan hasil dari mengingat sejumlah fakta).49

Inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif.

Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental

dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang

dimiliki setiap individu secara optimal. Menurut teori-teori belajar

yang beraliran kognitif, belajar pada hakikatnya bukan peristiwa

behavioral yang dapat diamati, tetapi proses mental sesorang untuk

memaknai lingkunannya sendiri. Proses mental itulah yang

sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar.

Koffka misalnya, melalui teori belajar Gestalt menjelaskan bahwa

perubahan perilaku itu disebabkan karena adanya insight dalam diri

siswa, dengan demikian tugas guru adalah menyediakan

lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa bisa

menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri. Demikian juga

dalam teori medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin,

menekankan bahwa belajar itu pada dasarnya adalah proses

pengubahan struktur kognitif. Selanjutnya, Lewin juga

menekankan akan pentingnya hadiah dan kesuksesan sebagai

faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar setiap individu.

49

(57)

47

Teori belajar lain adalah teori belajar kontruktivistik. Teori

belajar ini dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget,

pengrtahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan

sendiri oleh siswa. Sejak kecil, menurut Piaget, setiap individu

berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri

melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu

secara terus-menerus diperbarui dan diubah melalui proses

asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, tugas guru adalah

mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk

melalui proses asimilasi dan akomodasi itu.50

2. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang

menekankan kepada intelektual anak. Perkembangan mental

(intelektual) itu menurut Piaget, dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu

maturation, physical experience, social experience, dan

equilibrium. Atas dasar itu, maka dalam penggunaan strategi

pemebelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus

diperhatikan guru.

50

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan,

(58)

48

Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penggunaan

inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh

setiap guru. Setiap prinsip tersebut dijelaskan di bawah ini : 51

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari model inkuiri adalah

pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,

model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil

belajar juga berorientasi pada proses pembelajaran dengan

menggunakan model inkuiri bukan ditentukan sejauh mana

siswa dapat menguasai materi pelajaran, tetapi sejauh mana

siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

b. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses

interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi

antara siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan

lingkungan sekitarnya. Pembelajaran sebagai proses

interaksi berarti menempatkan guru bukan hanya sebagai

sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau

pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan

(directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan

51

(59)

49

berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru

untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang

mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat

mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya, interaksi

hanya berlangsung antar siswa yang mempunyai

kemampuan berbicara saja, walaupun pada kenyataannya

pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang

dibicarakan sangat kurang, atau guru justru menanggalkan

peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam

menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah guru

sebagai penanya, sebab kemampuan siswa untuk menjawab

setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian

dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk

bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

Berbagai jenis teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap

guru, apakah bertanya untuk melacak, bertanya untuk

mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk

(60)

50

d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,

tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think),

yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.

e. Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai

kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh

sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba

sesuai dengan kemampuan perkembangan logika dan

nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah

pembelajaran yang

Gambar

  Tabel 4.2 Penggunaan Tanah
 Tabel 4.3
Tabel 4.4
 Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penentuan tarif pengiriman barang di PT Supra Raga Transport tepat karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Berdasarkan latar belakang diatas, proses permintaan alat kontrasepsi KB (Keluarga Berencana) yang diterima Sub-Bagian Keuangan dan BMN masih terdapat beberapa

The Correlation between Students’ Learning Autonomy and Learning Achievement of Undergraduate Students Majoring.. a

Skripsi dengan judul “Analisis Kesesuaian Instrumen Penilaian Hasil Belajar dengan Indikator Pencapaian Kompetensi pada Skripsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Universitas

3499494 R,Selamat pagi, Untuk Jaminan Penawaran, surat dukungan bank dan Surat Penawaran ditujukan kepada Pokja Pengadaan Barang unit layanan pengadaan ( ULP) Kabupaten

Ketiga, perspektif ini memberikan pencerahan bahwa semua sumberdaya yang dimiliki perusahaan dapat menjadi sumber keunggulan bersaing berkelanjutan dengan

Justru yang banyak terjadi berkenaan dengan CB adalah bahwa kemampuan eidetic tersebut yang belum dimiliki secara baik oleh masyarakat masa kini. Akibatnya dapat

Pada gangguan satu fasa ke tanah misal fasa A mengalami gangguan akan menyebabkan kenaikan arus pada fasa A dan drop tegangan di phasa A (menjadi nol) sedangkan arus pada phasa