• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI SHALAT DHUHA DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH SEORANG SISWA DI MADRASAH ALIYAH HASYIM ASYARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TERAPI SHALAT DHUHA DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH SEORANG SISWA DI MADRASAH ALIYAH HASYIM ASYARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Akhmad Marzuqi (B73213079). Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah Bagi Siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

Fokus penelitian adalah 1) Bagaimana pelaksanaan terapi shalat dhuha dalam meningkatkan kedisiplinan masuk sekolah bagi seorang siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo? 2) Bagaimana hasil akhir dari terapi shalat dhuha dalam meningkatkan kedisiplinan masuk sekolah bagi seorang siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif komparatif. Dalam menganalisa hasil akhir dari pelaksanaan Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah Bagi Siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo, menggunakan analisa deskriptif komparatif, yang mana penulis membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan.

Proses yang dilakukan konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjutnya treatment dengan langkah yang pertama adalah konselor menjelaskan pada klien tentang pentingnya shalat dhuha dan keutamaannya. Kedua, menjelaskan pada klien tentang keterkaintan antara shalat dhuha dengan kedisiplinan. Ketiga, mengajak klien untuk shalat dhuha. Dan yang keempat adalah mendeskripsikan terapi shalat dhuha. Setelah proses konseling selesai, langkah terakhir adalah konselor melakukan Follow Up atau menindaklanjuti masalah yang dialami oleh klien.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa masalah yang terjadi adalah kurangnya kedisiplinan masuk sekolah, sehingga menyebabkan klien sering terlamabat masuk sekolah. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil, yang mana dari hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada perilaku klien yang sudah tidak terlambat lagi ketika masuk sekolah. Klien sekarang masuk sekolah tetap waktu pada pukul 06.30.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 11

3. Jenis dan Sumber Data ... 12

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

6. Teknik Analisis Data ... 21

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23

G.Sistematika Pembahasan ... 27

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik ... 29

(8)

a. Pengertian Terapi ... 29

b. Terapi Shalat Dhuha dalam kaitannya dengan BKI ... 30

c. Pengertian Shalat Dhuha Secara Umum ... 34

1) Hukum Shalat Dhuha ... 36

2) Niat Shalat Dhuha ... 37

d. Aspek-Aspek Terapi dalam Shalat Dhuha ... 37

e. Terapi Shalat Dhuha ... 40

2. Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 40

a. Pengertian Kedisiplinan ... 40

b. Macam-Macam Kedisiplinan ... 41

c. Tujuan Kedisiplinan ... 42

d. Faktor-Faktor Kedisiplinan ... 42

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 45

BAB III PENYAJIAN DATA A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 49

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

a. Letak Geografis ... 49

b. Sejarah Berdirinya Sekolah ... 53

2. Deskripsi Konselor ... 55

a. Identitas... 55

b. Riwayat Pendidikan ... 56

3. Deskripsi Klien ... 57

a. Latar Belakang Keluarga ... 58

b. Latar Belakang Ekonomi ... 59

c. Latar Belakang Keagamaan ... 59

d. Latar Belakang Sosial ... 59

e. Kondisi Klien di Sekolah ... 60

4. Deskripsi Masalah ... 61

(9)

1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Dhuha dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 62

a. Identifikasi Masalah... 63

b. Diagnosis ... 66

c. Prognosis... 66

d. Treatment ... 67

e. Evaluasi dan Follow Up... 80

2. Deskripsi Hasil Akhir Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 85

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah... 89

B. Analisis Hasil Akhir Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ...

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat ialah suatu ibadah yang dikerjakan dengan penuh kekhusyukan

dan keikhlasan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan

shalam serta sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yeng telah

ditentukan.1 Dhuha adalah waktu matahari naik setinggi tombak, kira-kira

pukul delapan atau Sembilan, sampai tergelincirnya matahari.

Shalat dhuha ialah shalat sunnah dua rakaat atau lebih,

sebanyak-banyakya dua belas rokaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha, yaitu

waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9 sampai

tergelincir matahari.2

Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak, watak, latihan

pengembangan dan pengendalian perasaan, pikiran, kehendak dan watak

untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.3 Dari kata disiplin

muncullah kata kedisiplinan, disiplin mendapatkan imbuhan awalan ke- dan

akhiran –an. Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat konfiks ke – an yang mempunyai arti latihan batin

1Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra,

2013), hal. 32.

(11)

2

dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata

tertib.4

Kedisiplinan adalah ketaatan terhadap atauran dan tata tertib.5 Tata

tertib berarti seperangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi

yang tertib dan teratur.6 Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan

bahwa kedisipinan adalah ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang

dilakukan dengan rasa senang hati dan kesadaran diri individu.

Di Sekolah banyak sekali kita jumpai siswa-siswi yang terlambat masuk

ke Sekolah. Berbagai alasan yang mereka katakana ketika sedang ditanya

oleh guru. Terlambat masuk Sekolah merupakan salah satu kebiasaan yang

dialami oleh siswa-siswi di Sekolah manapun. Hal demikianlah yang

menjadikan guru-guru resah. Padahal sudah ada peraturan jam masuk tetapi

masih saja ada siswa-siswi yang datang terlambat. Hal tersebut sudah tidak

dapat dipungkiri lagi, memang terlamabat adalah salah satu masalah yang

dihadapi oleh pelajar sekarang ini. Selain pelajar, Gurupun juga terkadang

dating terlambat. Bahkan dosen pun juga ada yang dating terlamabat dari jam

yang telah ditentukan. Semua itu terjadi karena kurangnya kedisiplinan pada

diri individu.

4 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1997), hal. 254.

5Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry’, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,

2001), hal. 121.

6 A.S Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organissi terhadap Pembinaan Kepegawaian,

(12)

3

Setelah peneliti melakukan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di

Madrasah Aliyah Hasyim Asyari, peneliti menemukan fenomena siswa-siswi

tang sering sekali dating terlambat. Padahal bel tanda masuk di Madrasah

Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo adalah pukul 06.30 wib.

Hal itu pun semua siswa harus masuk kelasnya masing-masing untuk

melakukan do’a sebelum belajar, yasin, asma’al husna dan lain sebagainya. Ketika pukul 06.45 pintu gerbang pun di tutup oleh mas Bukin satpam

sekolahan. Ketika gerbang sudah di tutup, kalau masih ada siswa-siswi yang

mau masuk gerbang, mereka harus menulis identitasnya di buku terlambat.

Ketika sudah menulis dibuku terlambat, kalau cowok dikasih hukuman push

up 10 kali dan kalau cewek yang terlambat disuruh sit up 10 kali serta denda

administrasi. Hukuman push up dan sit up 10 kali tersebut diberikan jika

siswa-siswi terlambat di bawah pukul 07.00, jika terlambat di atas jam

07.00-07.15 maka hukumannya dinaikkan menjadi push up 20 kali untuk cowok dan

sit up 20 kali untuk cewek serta denda administrasi. Jika masih ada

siswa-siswi yang terlambat di atas pukul 07.15 maka mereka dipulangkan.

Meskipun sudah ada peraturan yang berlaku dan hukuman bagi yang

melanggarnya tetapi masih ada saja yang terlambat untuk masuk ke Sekolah

tersebut. Namun mereka semua tidak pernah jerah walaupun sudah diberi

hukuman dan denda administrasi. Sebagian ada yang sering terlambat da nada

juga yang jarang terlambat serta ada sebagian kecil yang tidak pernah

terlambat. Berbagai alasan dari siswa-siswi yang terlambat tersebut, ada yang

(13)

4

bensin dan berbagai alasan lainnya. Semua hal itu saya mengetahuinya

setelah membaca buku terlambat tersebut.

Kata Mas Bukin, bagi siswa-siswi yang sering terlambat dalam 1 bulan

akan dipanggil oleh wali kelas dan diserahkan ke guru Bimbingan Konseling.

Ketika sudah ditangani oleh guru Bimbingan Konseling dan siswa-siswi

tersebut masih mengulangi perbuatannya tersebut, maka guru Bimbingan

Konseling akan menyerahkan siswa-siswi tersebut ke bagian kesiswaan.

Ketika sudah ditangani oleh bagian kesisiwaan, maka siswa-siswi tersebut

diberi surat panggilan Orang Tua. Ketika surat tersebut diberikan kepada

siswa-siswi, maka kedua Orang Tuanya harus wajib hadir ke Sekolahan,

kalau dalam waktu 3 hari mereka belum datang, maka salah satu guru

Bimbingan Konseling akan mendatangi rumah siswa-siswi tersebut. Guru

Bimbingan Konseling di Sekolahan Madrasah Aliyah Hasyim Asyari ini ada

3, yaitu: Ibu Nur, Ibu Nanik, dan Ibu Indi sedangkan bagian kesiswaannya

adalah Bapak Sofyan.

Ketika Orang Tua siswa-siswi datang ke Sekolahan, maka

diberitahukan bahwa anaknya sering telat. Kalau Orang Tuanya sudah

mengetahui, jika siswa-siswi ada yang selalu terlambat dalam 1 minggu,

maka siswa-siswi tersebut di skor selama 3 hari tidak boleh masuk Sekolah.

Hal itu dilakukan oleh Bapak Sofyan agar sisiwa-siswi yang lainnya tidak

sampai seperti itu dan agar mereka mentaati peraturan Sekolah serta tidak

(14)

5

Selama peneliti melakukan PPL disitu, ada salah satu siswa yang sering

terlambat Sekolah, dia adalah Aji Saputra, alamat rumahnya di Desa

Sumantoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Aji adalah salah satu

siswa di Madrasah Aliyah Hasyim Asyari yang sering terlambat. Selama

peneliti PPl 2 bulan, Aji terlambat Sekolah sebanyak 16 kali. Padahal jarak

rumahnya Aji dengan Madrasah Aliyah Hasyim Asyari tidak begitu jauh,

sekitar 2 km. Namun, Aji sering saja terlambat ketika masuk Sekolah. Hal itu,

karena dia sering begadang malam bersama teman-teman di Desanya. Hampir

mulai kelas 1 Madrasah, dia juga sering terlambat sapai kelas 3 Madrasah pun

masih saja sering terlambat. Setelah saya teliti, ternyata dia terlambat karena

bergadang setiap malam.

Melihat Aji yang sering terlambat mulai kelas 1-3 Madrasah, begadang

setiap malam, suka bermain game, jarang belajar, sering ke Kantin ketika

pelajaran dimulai, jarang mengerjakan PR, sering dipanggil oleh guru BK,

ganti-ganti pacar dan sering terlambat masuk Sekolah membuat orang tuanya

khawatir karena mendekati Ujian Nasional. Peneliti juga pernah melakukan

home visit dan menemui orang tuanya. Kedua orang tuanya pun juga ingin

melihat Aji lebih rajin dan disiplin, supaya tidak terlambat lagi ketika masuk

Sekolah. Peneliti merasa prihatin melihat semua itu, akhirnya peneliti

mengangkat tema tersebut. Peneliti ingin melihat Aji bisa disiplin waktu

ketika Sekolah. Sesuai dengan pengalaman peneliti ketika Sekolah, yaitu

memakai shalat dhuha. Atas dasar ini maka peneliti mengangkat judul

(15)

6

siswa di kelas Xll Ipa Madsarah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo”.

Peneliti sangat sadar sekali, jika hanya dikasih hukuman saja, individu

tersebut sulit untuk sadar. Jalan satu-satunya adalah dengan meyadarkan

dirinya melalui shalat. Karena dengan shalat yang khusyuk akan

menenangkan hati individu tersebut dan menumbuhkan kesadaran diri agar

dia menjadi pribadi yang disiplin. Sehingga tidak terlambat lagi untuk masuk

Sekolah. Peneliti memakai shalat dhuha untuk meningkatkan kedisiplinan

individu tersebut. Karena dengan shalat dhuha yang istiqamah dan khusyuk

akan memunculkan kedisiplinan individu tersebut. Itulah alasan peneliti

mengambil tema tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka, untuk lebih

memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini. Peneliti, menyajikan

rumusan masalah dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan terapi shalat dhuha dalam meningkatkan

kedisiplinan masuk sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim

Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil akhir dari terapi shalat dhuha dalam meningkatkan

kedisiplinan masuk sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim

(16)

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas. Maka, peneliti mempunyai tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan terapi shalat dhuha dalam meningkatkan

kedisiplinan masuk Sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim

Asyari Bangsri Sokodono Sidoarjo.

2. Menjelaskan hasil akhir shalat dhuha dalam meningkatkan kedisiplinan

masuk Sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri

Sokodono Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti lain dalam

bidang Bimbingan dan Konseling Islam tentang Shalat Dhuha dalam

meningkatkan kedisiplinan individu yang sering terlambat masuk

Sekolah.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang shalat dhuha dalam

meningkatkan kedisiplinan individu yang sering terlambat masuk

Sekolah.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan individu yang menjadi objek penelitian ini

(17)

8

b. Bagi Konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam mengatasi individu

yang sering terlambat ketika masuk Sekolah.

E. Definisi Konsep

Pada pembahasan ini perlu kiranya peneliti menjelaskan dari sejumlah

konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Shalat Dhuha dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah Individu Siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sokodono Sidoarjo”. Adapun yang jadi definisi konsep dari penelitian ini antara lain:

1. Terapi Shalat Dhuha

Terapi ialah pengobatan, mengobati, menyembuhkan.7Adapun

menurut Hamdani Bakran terapi bermakna pengobatan dan

penyembuhan.8

Shalat ialah suatu ibadah yang dikerjakan dengan penuh

kekhusyukan dan keikhlasan yang diawali dengan takbiratul ihram dan

diakhiri dengan shalam serta sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun

yeng telah ditentukan.9 Dhuha adalah waktu matahari naik setinggi

tombak, kira-kira pukul delapan atau Sembilan, sampai tergelincirnya

matahari.

7 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

1989), hal. 120.

8 Hamdany Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

Purtaka Baru, 2002), hal. 227.

9Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Semarang,

(18)

9

Shalat dhuha ialah shalat sunnah dua rakaat atau lebih,

sebanyak-banyakya dua belas rokaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha, yaitu

waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9

sampai tergelincir matahari.10

Terapi Shalat dhuha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

shalat yang dikerjakan sebanyak 4 rakaat, dua rakaat salam. Rakaat

pertama membaca Surat Al-Ihlas sebanyak 3 kali, lalu rakaat kedua

membaca Surat Al-Ihlas sebanyak 1 kali. Shalat dhuha tersebut dikerjakan

secara rutin setiap hari pada pukul 09.30 wib secara munfarid atau

individu. Sehabis sholat membaca istihgfar, sholawat, dzikir.

Masing-masing dibaca sebanyak 100 kali.

2. Kedisiplinan Masuk Sekolah

Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak, watak, latihan

pengembangan dan pengendalian perasaan, pikiran, kehendak dan watak

untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.11 Dari kata

disiplin muncullah kata kedisiplinan, disiplin mendapatkan imbuhan

awalan ke- dan akhiran –an. Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat konfiks ke – an yang mempunyai arti latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya

selalu mentaati tata tertib.12 Kedisiplinan adalah ketaatan terhadap atauran

(19)

10

dan tata tertib.13 Tata tertib berarti seperangkat peraturan yang berlaku

untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.14

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud sebagai kedisipinan masuk Sekolah dalam penelitian ini adalah

ketaatan dan kepatuhan pada peraturan tata tertib Sekolahan yang

dilakukan dengan rasa senang hati dan kesadaran diri individu.

Tujuan kedisiplinan masuk Sekolah dalam penelitian ini adalah agar

klien mematuhi tata tertib Sekolah dan berangkat Sekolah tidak terlambat

lagi serta ketika pelajaran di Kelas tidak meninggalkan Kelas.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Peneliti kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian secara holistic

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.15

Jadi pendekatan kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini

adalah untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara

13Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry’, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,

2001), hal. 121.

14 A.S Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organissi terhadap Pembinaan Kepegawaian, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983), hal. 181.

15 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(20)

11

menyeluruh dan dideskripsikan dengan menyeluruh, sehingga dapat

dipahami dengan jelas tentang shalat dhuha dalam meningkatkan

kedisiplinan masuk Sekolah.

Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah studi kasus.

Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian

yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan atau

khas dari keseluruhan personalitas.16 Jadi jenis penelitian yang dimaksud

disini adalah untuk mengamati tingkah laku apa saja yang dilakukan oleh

klien selama di Sekolah dan dirumahnya.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah seorang siswa yang sering datang

terlambat ketika masuk Sekolah. Serta informan pendukung yang dapat

menggali sikap klien secara mendalam, yakni orang tua, guru terdekat

yang ada di sekolah dan juga wali kelas klien, buku keterlambatan masuk

Sekolah dan teman sekelas klien serta teman bermain klien di rumah.

Lokasi penelitiannya adalah di Kelas Xll Ipa Madrasah Aliyah

Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo, dengan penentuan lokasi

tersebut yang nantinya dapat membantu dalam menggali informasi seputar

(21)

12

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut sumbernya, data penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:17

a. Jenis Data.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang

bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam

bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data tersebut ialah:

1.) Data Primer

Data primer (data tangan pertama) merupakan data yang

diperoleh langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui

wawancara, observasi, dan alat lainnya. Data primer ini masih

dalam bentuk yang mentah dan sangat polos, tidak

menutup-nutupi atau mengganti dengan jalan pikirannya, diceritakan sesuai

yang ia dapat atau ia lihat sendiri sesuai dengan keadaan yang

nyata.

2.) Data Sekunder

Data sekunder (data tangan kedua) merupakan data yang

diperoleh dari bahan kepustakaan. Data ini biasanya digunakan

untuk melengkapi data primer, karena data primer dapat dikatakan

sebagai data praktek yang ada secara langsung dalam praktek di

(22)

13

lapangan atau ada di lapangan karena penerapan suatu teori, agar

dapat melihat penerapannya, maka diperlukan data primer tersebut

untuk dijadikan pemandu dari data sekunder itu.

b. Sumber Data

Untuk mendapat keterangan dan informasi, penulis

mendapatkan informasi dari sumber data, yang di maksud dengan

sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.18

Adapun sumber data dalam penelitian ini ialah:

1. Sumber Data Primer: Peneliti berhasil mengumpulkan data klien

antara lain ialah klien biasanya begadang setiap malam, suka

bermain game, jarang belajar, sering ke Kantin ketika pelajaran

dimulai, jarang mengerjakan PR, sering dipanggil oleh guru BK,

ganti-ganti pacar. Semua data tersebut didapatkan oleh peneliti

melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara

tersebut dilakukan oleh peneliti melalui Orang tua klien, tetangga

klien, teman klien, Guru Bimbingan Konseling Madrasah Aliyah

Hasyim Asyari, badan kesiswaan, dan semua Guru yang mengajar

di kelas XII ipa. Observasi terhadap klien dilakukan peneliti selama

PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di Sekolah klien tersebut.

Peneliti melakukan observasi sekitar 2 bulan. Jadi peneliti

(23)

14

mengetahui betul tingkah laku klien saat di Sekolah dan peneliti

juga sudah 4 kali melakukan home visit.

2. Sumber Data Sekunder: Peneliti disini mengambil data sekunder

melalui buku catatan keterlambatan masuk Sekolah Madasah

Aliyah Hasyim Asyari. Buku tersebut berisikan tentang nama-nama

siswa-siswi yang terlambat masuk Sekolah. Buku tersebut

dikoordinasi oleh mas Bukin. Di buku tersebut peneliti melihat

keterlambatan klien selama peneliti PPL terdapat 16 catatan kalau

klien tersebut terlambat masuk Sekolah.

Jadi peneliti disini menggunakan sumber dan jenis data 2,

yaitu: data primer dan data sekunder. Kedua data tersebut dapat

saling melengkapi sehingga peneltian yang dilakukan mendapatkan

bukti yang semakin kuat.

4. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

Peneliti dalam tahap ini melakukan berbagai persiapan, antara lain:

1) Menyusun rancangan penelitian.

Pada tahap ini peneliti mencoba memahami tentang

tingkahlaku klien di Sekolah maupun di Rumahnya. Serta alasan

mengapa klien sering sekali terlambat masuk Sekolah. Setelah

(24)

15

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi

konsep dan membuat rancangan data yang peneliti butuhkan.

2) Mengidentifikasi masalah.Menentukan fokus masalah.

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data, data yang

terkumpul tentang klien antara lain ialah: begadang setiap malam,

suka bermain game, jarang belajar, sering ke Kantin ketika

pelajaran dimulai, jarang mengerjakan PR, sering dipanggil oleh

guru BK, ganti-ganti pacar dan sering terlambat masuk Sekolah.

Setelah peneliti mengatahui tingkahlaku dan permasalahan

klien, maka peneliti akan menentukan menfokuskan masalah klien,

yaitu keterlambatan masuk Sekolah.

3) Memilih lokasi penelitian.

Pada tahap ini peneliti memilih lokasi di Madrasah Aliyah

Hasyim Asyari Bangsri Sukodono.

4) Menentukan klien

Pada tahap ini peneliti mengambil klien yang bernama Aji

Saputro. Aji saputro adalah salah satu siswa kelas XII Ipa

Madrasah Aliyah Hasim Asyari Bangsri Sukodono yang sering

terlambat masuk Sekolah. Aji ini adalah siswa yang paling sering

(25)

16

b. Tahap Kerja

Peneliti dalam tahap ini mulai terjun lapangan, kegiatannya,

antara lain:

1) Melakukan observasi ke lokasi.

Pada tahap ini peneliti bisa memantau kegiatan klien saat di

Sekolah karena kebetulan peneliti juga PPL (Praktik Pengalaman

Lapangan) di Madrasah Aliyah Hasyim Asyari selama 2 bulan.

Jadi peneliti mengetahui dengan jelas kalau klien sering sekali

terlambat masuk Sekolah.

2) Membatasi masalah yang akan diteliti.

Pada tahap ini peneliti mendapatkan banyak sekali data

tentang klien, namaun peneliti membatasi lingkup penelitiannya.

Peneliti menfokuskan klienn pada kurangnya kedisiplinan

sehingga klien sering terlambat masuk Sekolah.

3) Mengumpulkan data sesuai dengan fokus masalah.

Pada tahap ini peneliti mencari data dari Guru BK, bagian

kesiswaan, orang tua, teman dekatnya, serta dari buku

keterlambatan masuk Sekolah.

Data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti antara lain:

begadang setiap malam, suka bermain game, jarang belajar,

(26)

17

PR, sering dipanggil oleh guru BK, ganti-ganti pacar dan sering

terlambat masuk Sekolah.

4) Mendefinisikan data yang terkumpul.

Pada tahap ini peneliti mengetahui bahwa keterlambatan Aji

karena sering begadang setiaap malam.

c. Tahap Akhir

1) Menganalisis data.

Peneliti mengorganisasikan dan mengurutkan data yang

telah terkumpul menjadi suatu pola dan kategori sehingga dapat

ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa.

2) Menyimpulkan hasil data penelitian tersebut.

Pada tahap ini peneliti menyimpulkan data yang telah

dianalisis tersebut.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data

yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunakan teknik:

(27)

18

b. Pengamatan, (observation).19

c. Dokumentasi20

Disini peneliti hanya menggunakan 3 instrument dalam

pengumpulan data, yaitu:

1) Wawancara.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berhadapan langsung dengan responden sambil mengajukan

pertanyaan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi

diri klien, yang meliputi: identitas klien, kondisi keluarga,

lingkungan, ekonomi dan permasalahan yang dimiliki oleh

klien.

Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai klien ketika di

Rumahnya dan di Sekolahan dan Guru BK, Mas Bukin selaku

satpam dan koordinasi buku keterlambatan masuk Sekolah serta

teman-teman klien ketika sedang istirahat.

Peneliti mendapatkan data klien dari hasil wawancara

antara lain: begadang setiap malam, suka bermain game, jarang

belajar, sering ke Kantin ketika pelajaran dimulai, jarang

19 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 138.

20 Sugiarto, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),

(28)

19

mengerjakan PR, sering dipanggil oleh guru BK, ganti-ganti

pacar dan sering terlambat masuk Sekolah.

2) Observasi.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan kepada klien.

Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

diri klien, yang meliputi: kondisi klien, kegiatan klien di rumah

maupun di Sekolah.

Disini peneliti melakukan observasi terhadap klien kurang

lebih selama 2 bulan bersamaan dengan PPL. Peneliti

mengetahui kalau Aji sering sekali terlambat masuk Sekolah,

sering keluar kelas saat pelajaran dimulai. Peneliti juga sering

menjaga buku keterlambatan di Madrasah Aliyah Hasyim

Asyari tersebut.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dokument yang berbentuk

tulisan meliputi: catatan harian, sejarah kehidupan dan lain-lain.

Sedangkan dokumen yang berbentuk gambar meliputi: foto dan

(29)

20

Peneliti disini memakai buku catatan keterlambatan milik

Madrasah Aliyah Hasyim Asyari sebagai bukti kalau Aji sering

terlambat ketika masuk Sekolah. Setelah peneliti melihat buku

keterlambatan masuk Sekolah, ternyata Aji adalah siswa yang

paling sering terlambat masuk Sekolah. Selama peneliti PPL 2

bulan di Madrasah Aliyah tersebut, ternyata Aji sudah terlambat

mmasuk Sekolah sebanyak 16 kali.

Alasan mengapa peneliti menggunakan ke tiga cara pengumpulan data tersebut karena: Memudahkan peneliti dalam

pengambilan dan pengumpulan data responden serta peneliti

selama PPL dua bulan selalu bertemu dengan responden ketika

di sekolahan.

Pada penelitian ini, dalam proses konseling yang peneliti

lakukan adalah:

a) Identifikasi: peneliti melakukan wawancara dan observasi

kepada klien dan wali kelas atau salah satu guru terdekat

dengan klien di Sekolah, meliputi dokumen yang ada di

sekolah yang nantinya diperoleh data tentang diri klien, serta

keadaan klien saat proses pembelajaran di sekolah selama ini.

b) Diagnosis: disini peneliti merumuskan masalah-masalah yang

dialami klien berdasarkan data yang diperoleh dari langkah

(30)

21

c) Prognosis: pada langkah ini peneliti merumuskan jenis

bantuan yang tepat untuk klien. Dengan melihat data yang

telah diperoleh tentang klien pada tahap identifikasi.

d) Treatment: hal ini peneliti lakukan dengan menggunakan

pendekatan pada Shalat Dhuha.

e) Follow up: disini peneliti melihat sejauh mana perubahan

yang terjadi pada klien. Dari perubahan sikap, hingga

kebiasaan yang sering dimunculkan. Hal ini peneliti lakukan

dengan observasi dan wawancara langsung dengan diri klien

dan juga informan yang membantu proses ini. Tak lupa

dengan melihat sikap sebelum dan sesudah klien diberi

treatment tersebut.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-memilah menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Lexy J. Moleong menjelaskan, bahwa analisis data kualitatif dapat

dilakukan sebagai berikut:

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi

(31)

22

bahwa pemberian tanda dapat menjadi ukuran sejauh mana keberhasilan

sebelum dan sesudah diadakannya sebuah penelitian. Pada tahap ini

peneliti mencatat semua tentang klien, antara lain: identitas, kebiasaan

klien di Sekolah dan di rumah.

b. Mengumpulkan, memilah-milih, mengklasifikasikan, dan membuat

indeks dari beberapa informasi dan data yang telah didapat, agar

memperoleh sebuah data yang tepat guna penyusunan hasil laporan

penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data, antara lain:

identitas klien, kondisi rumah, pekerjaan orang tua, kebiasaan klien di

rumah maupun di Sekolah dan lain sebagainya.

c. Berfikir, dengan jalan membuat kesimpulan agar kategori data itu

mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola

hubungan-hubungan, membuat temuan-temuan umum.21 Pada tahap ini peneliti

menemukan, bahwa klien termasuk seorang siswa yang tidak dapat

mengatur waktunya dengan baik atau kurangnya sikap disiplin.

d. Dalam penelitian ini Teknik Analisis Data yang dipakai adalah

Deskriptif Komparatif atau bisa disebut Metode Perbandingan Tetap.

Teknik ini secara tetap membandingkan satu data dengan data yang

lain, kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori

yang lain.

Setelah data terkumpul dan diolah, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisa data tersebut. Analisa yang dilakukan untuk

(32)

23

mengetahui perkembangan emosional, faktor-faktor yang menyebabkan

keterlambatan klien. Selanjutnya proses pelaksanaan shalat dhuha untuk

meningkatkan kedisiplinan klien yang dilakukan dengan teknik

deskriptif komparatif, yakni membandingkan pelaksanaan Shalat Dhuha di lapangan dengan teori pada umumnya, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilaksanakannya proses konseling.

7. Teknik Pemeriksahan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam

penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantaan validitas data.

Dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai

berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar

penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tiggal dilapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, jika hal itu

dilakukan maka akan membatasi:

1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.

(33)

24

3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak

biasa atau pengaruh sesaat. Pada tahap ini, peneliti mengikuti

kegiatan klien selama 2 bulan di Sekolahnya. Peneliti juga sudah

akrab dengan klien.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti mencari secara kosisten interpretasi

dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang

konstan atau tentatif mencari suatu usaha, membatasi berbagai pengaruh, mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak

dapat diperhitungkan.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dcari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci

secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.

Kemudian menelaah secara rinci sampai pada pemerikasaan tahap awal

tampak salah satu seluruh faktor yang dielaah sudah dipahami dengan

cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntun agar peneliti

mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara

(34)

25

c. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi dibedakan atas empat

macam yakni:

1) Trianggulasi data (data triangulation) atau trianggulasi sumber, adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang

berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis. Pada tahap ini,

peneliti mengumpulkan data hasil dari wawancara lalu

mencocokkannya dengan hasil observasi di lapangan. Sehingga

peneliti mengetahui kebenaran data tersebut. Data yang berhasil

terkumpul, antara lain: Klien tidak sadar membutuhkan pelayanan

dan tidak menyadari kesalahannya, klien suka bermain plystation

dan ke warung kopi internetan sampai malam, klien sering

meninggalkan pelajaran dan pergi ke kantin untuk makan, klien

sering terlambat ketika masuk Sekolah, klien sering tidak

mengerjakan PR.

2) Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud dengan cara trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun

simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji

validitasnya dari beberapa peneliti.

(35)

26

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau

metode pengumpulan data yang berbeda. Pada tahap ini, peneliti

peneliti mengumpulkan data, antara lain: Klien tidak sadar

membutuhkan pelayanan dan tidak menyadari kesalahannya, klien

suka bermain plystation dan ke warung kopi internetan sampai

malam, klien sering meninggalkan pelajaran dan pergi ke kantin

untuk makan, klien sering terlambat ketika masuk Sekolah, klien

sering tidak mengerjakan PR. Peneliti mengumpulkan data tersebut

dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan

dokumentasi.

4) Trianggulasi teoritis (theoritical triangulation). Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari

satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Adapun trianggulasi yang peneliti terapkan dalam penelitian ini

adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode. Dalam trianggulasi

data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk

mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama. Artinya

bahwa data yang ada di lapangan diambil dari beberapa sumber

peneitian yang berbeda-beda dan dapat dilakukan dengan:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b) Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum

(36)

27

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti terapkan bahwa

pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode atau teknik

pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu

kesempatan peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat

yang lain menggunakan observasi, dokumentasi, dan seterusnya.

Penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini

sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan

dari satu teknik tertentu sehingga data yang diperoleh benar-benar

akurat.22

G. Sistematika Pembahasan

Sedangkan untuk mendapatkan susunan yang sesuai dengan yang

diingikan, agar terarah dan pembaca dapat memahami dan mengerti isi

skripsi, maka dalam penulisan ini dibagi menjadi 5 Bab, diantaranya:

(37)

28

Bab pertama merupakan Pendahuluan, yang berisi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan Kajian teori, yang berisi deskripsi Shalat Dhuha

dan Kedisiplinan serta keterkaitan Shalat Dhuha dengan kedisiplinan.

Bab ketiga merupakan Penyajian Data, yang berisi tentang penyajian

data secara umum objek penelitian meliputi data konseli, konselor, dan

masalah yang tengah dialami, sedangkan deskripsi hasil penelitian meliputi

kendala, proses, dan hasil akhir.

Bab keempat merupakan Analisis Data, yang berisi tentang secara

kesuluruhan yang meliputi kendala, proses, dan hasil akhir penelitian.

(38)

BAB II

TERAPI SHALAD DHUHA DAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH

A.Kajian Teoritik

1. Terapi Shalat Dhuha

a. Pengertian Terapi

Terapi ialah pengobatan, mengobati, menyembuhkan.1 Adapun

menurut Hamdani Bakran terapi bermakna pengobatan dan

penyembuhan.2 Asy Syifa (terapi) adalah terbebas dari penyakit dengan cara meminum ramuan dan petunjuk yang menjamin.3

Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi berarti

“usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit”.4

Didalam kamus ilmu-ilmu sosial juga ditemui kata therapy yang

berarti “perlakuan atau cara-cara menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seorang individu”. Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Psikologi

1 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

1989), hal. 120.

2 Hamdany Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

Purtaka Baru, 2002), hal. 227.

3 Ahmad Husain Ali Islam, Terapi Al Qur’an Untuk Penyakit Fisik dan Psikis Manusia,

(Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2006), hal. 227.

(39)

30

kata therapy berarti “suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan

kepada penyembuhan satu kondisi patologis”.5

b. Terapi dalam kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling Islam

Setelah kita memahami makna dari terapi, selanjutnya adalah kaitan

terapi dengan Bimbingan Konseling Islam. Ketika kita sedang membahas

terapi, pasti semua itu tidak akan bisa lepas dengan bimbingan konseling

islam, karena didalam proses konseling itu terdapat terapi yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dialami oleh klien.

Terapi yang berada di bimbingan konseling Islam itu, ada terapi dari

barat dan terapi Islam. Pada bab ini kita akan membahas tentang terapi

islam dalam bimbingan konseling islam.

Terapi Islam adalah terapi yang digunakan oleh konselor untuk

mengatasi masalah klien yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Objek kajian dalam terapi Islam adalah:

1) Mental

Yaitu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau

proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan ingatan.6 Hal ini pun

berkaitan dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain.

5 Chaplin, C.P, Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 34.

6 Chaplin, C.P, Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT

(40)

31

2) Spiritual

Yaitu berhubungan dengan masalah ruh, semangat, jiwa, religious

yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan.7 Ruh

disebutkan sebanyak 25 kali dalam Al-Qur’an salah satunya yang

artinya: “yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik -baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah kemudian

dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina, kemudian

dia menyempurnakan kedalam tubuhnya ruh dan dia menjadikan

baginya pendengaran, penglihatan serta hati. Akan tetapi kalian sedikit

sekali bersuyukur” (As- Sajdah, 7-9). Sekali lagi Allah berfirman dalam Surat al hijr ayat 29 yang artinya ketika Rabbmu berfirman

kepada para malaikat; “bahwa aku akan menciptakan manusia dari

tanah. Dan setelah aku menyelesaikan penciptaan itu, lalu aku tiupkan

sebagian dari ruh-Ku, dan jadilah kalian semua sujud kepadanya”. 8 3) Moral

Yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang

didalammnya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui

proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian. Ataupun sikap mental

atau watak yang terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara,

7 Chaplin, C.P, Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 480.

(41)

32

bertingkah laku dan sebagainya, sebagai ekspresi jiwa.9 Moral ataupun

akhlak merupakan cerminan kondisi jiwa dan spiritual. Keduanya

muncul dan hadir secara spontanitas dan otomatis, tidak dapat

dibuat-buat ataupun direkayasa, perdibuat-buatan dan tingkah laku itu

kadang-kadang sering tidak disadari oleh individu, bahwa perbuatan dan

tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama (Islam) dan

kahirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Contihnya:

pemarah, dengki, dendam, pemalas dan sebagainya. Untuk

menyembuhkan penyakit, itulah Rasululllag diutus ke dunia ini.

Perkataan, perbuatan, sikap dan gerak-geriknya merupakan

keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi manusia.10

4) Fisik (jasmaniyah)

Yaitu bagian organ tubuh manusia yang bisa dilihat oleh mata.

Tidak semua gangguan yang berkaitan dengan fisik dapat

disembuhkan dengan terapi Islam, kecuali memang ada izi dari Allah

SWT. Namun, kadangkala sering dilakukan secara kombinasi dengan

terapi medis atau melalui ilmu kedokteran pada umumnya. Terapi

fisik (jasmaniyah) yang paling berat dilakukan terapi Islam, apabila

9 Shodiq, Shalahuddin Chaery, Kamus Istilah Agung, (Jakarta: CV. Slentarama, 1983),

hal. 20.

10 Hamdany Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

(42)

33

penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa dan kedurhakaan ataupun

kejahatan yang telah dilakukan oleh individu tersebut.11

Setelah kita mengetahui objek kajian terapi Isalam tersebut,

semua itu merupakan sumber munculnya penyakit. Dengan kata lain,

jika individu sedang mengalami masalah dengan mentalnya, bisa

ditangani dengan terapi Islam.

Didalam proses konseling terdapat langkah-langkah.

Langkah-langkah tersebut adalah:

a) Identifikasi Masalah

Pada langkah ini dimaksudkaan untuk mengetahui masalah

beserta gejala-gejala yang nampak.

b) Diagnosis

Langkah diagnose yaitu langkah untuk menetapkann masalah

yang dihadapi beserta latar belakangnya.

c) Prognosis

Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis

bantuan apa yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan

masalah.

(43)

34

d) Treatment (terapi).

Langkah ini adalah pelaksanaan bantuan apa yang telah

ditetapkan dalam langkah prognosa.

e) Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk mengatakan sejauh mana

langkah konseling yang telah dilakukan mencapai hasilnya. Dalam

langkah Follow Up atau tindak lanjut, dilihat perkembangannya selanjutnya dalam jangka waktu yang labih jauh.12

Setelah kita mengetahui tahapan proses konseling, maka

dapat diketahui, bahwa antara terapi dan bimbingan konseling

Islam itu sangat erat kaitannnya. Karena terapi merupakan salah

satu bentuk dari langkah-langkah yang ada dalam proses konseling.

c. Pengertian Shalat Dhuha Secara Umum

Shalat menurut bahasa artinya do’a, sedangkann menurut syari’at adalah suatu ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan

yang diawali dengan takbiratul ihram (mengucapkan Allahu Akbar) dan diakhiri dengan Salam.13

12 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Banndung: CV.

Ilmu, 1975), hal. 104-105.

13 Muhammmad Makhdlori, Menyingkap Mukkjizat Shalat Dhuha, (Yogyakarta: Diva

(44)

35

Shalat dhuha ialah shalat Sunnah dua rakaat atau lebih,

sebanyak-banyakya dua belas rokaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha,

yaitu waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9

sampai tergelincir matahari.14

Oleh karena itu kata Dhuha dipahami sebagian ulama berdasarkan

Surat Adh-Dhuha dan Asy Syams, secara umum yang berarti cahaya

matahari. Sedangkan secara khusus berarti kehangatan cahaya matahari.

Makna Dhuha ini dapat kita temukan juga dalam kamus bahasa Arab.

Dhuha diartikan sebagai Forenoon, artinya pagi hari atau sebelum tengah hari atau diartikan dalam bentuk kata kerjanya sebagai become appear/visible, menjadi tampak atau terlihat.15

Shalat Dhuha dikerjakan umat Islam setidaknya memiliki tiga

makna, yaitu:

1) Menumbuhkan sikap optimisme, semangat membaca dan konsentrasi

tinggi untuk mmenggapai harapan dengan tetap mengingat kepada

Allah.

2) Shalat Dhuha merupakan perwujudan bentuk syukur, mampu

menggugah kesadaran akan perlunya berkonsultasi kepada Allah dan

meminta petunjuk-Nya sebagai bekal bekerja agar tetap dijalan yang

diridhai oleh Allah.

(45)

36

3) Shalat Dhuha merupakan bentuk tawakkal kepada Allah sebelum

memulai aktivitas sehari-hari karena Allah yang mengetahui apa yang

akan terjadi dan yang akan diraih. Manusia hanya berencana dan

berusaha, namun semuanya Allah yang menentukan.16

a) Hukum Shalat Dhuha

Hukum shalat dhuha ini ada di dalam Al-Qur’an dan hadits.

Kalau dari Al-Qur’an, dapat kita lihat pada Surat Ad-Dhuha. Di

Surat Ad-Dhuha tersebut sudah sangatlah jelas bahwa shalat dhuha

itu sangat dianjurkan oleh Allah. Hal itu agar semua manusia tidak

pernah melupakan Allah meskipun sedang dalam kesibukan

mereka masing-masing.

Shalat dhuha hukumnya sunnah muakkad (yang ditekankan)

karena Nabi malakukannya dan menganjurkan para sahabatnya

untuk melakukan shalat dhuha.

Hadits dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah

Radhiyallaahu Anhu, Ia berkata:

(46)

37

Kekasihku Shallallahu Alaihi wa Sallam berwasiat kepadaku tiga perkara: Puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at shalat dhuha,

dan agar aku melakukan shalat witir sebelum saya tidur.”17

b) Niat Shalat Dhuha

.ىل اعت ه ني عكر ىحضلاةنس ي صا

ه

ا

ْك ب

ْر

“Aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat, karena Allah Ta’ala”.

d. Aspek-Aspek Terapiutik dalam Shalat Dhuha

1) Takbiratul Ihram

Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah

bening (limfe) dan kekuatan otot lengan posisi jantung di bawah otak

memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat

mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah

kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan

didepan perut atau dada bagian bawah, sikap ini menghindarkan dari

berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

2) Ruku’

Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta

fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh

dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah

maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut

(47)

38

juga merupakan sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate

dapat dicegah.

3) I’tidal

Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi

organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan

didalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara

bergantian. Hal inilah yang nantinya akan memberi efek melancarkan

pencernaan.

4) Sujud

Gerakan ini bermanfaat untuk memompa getah bening kebagian

leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan daerah kaya

oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada

daya pikir seseorang. Oleh karena itu sebaiknya lakukan sujud dengan

tuma’ninah dan tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya

di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan

wasir. Khusus wanita, baik Ruku’ maupun Sujud memiliki manfaat

luar biasa untuk kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

5) Duduk diantara Sujud

Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu Iftirosy (tahiyat

awal) dan Tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi

telapak kaki. Pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha

(48)

39

menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan

penderitaan tidak mampu berjalan. Duduk Tawarru’ sangat baik bagi

pria sebab tumit menekan aliran kantung kemih (uretra), kelenjar

kelamin pria (prostate) dan saluran vas deverenns. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi

posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh

otot tungkai turut meregang dan kkemudian rilaks kembali. Gerak dan

tekanan harmonis inilah yang akan menjaga kelenturan organ-organ

gerak kita.

6) Salam

Gerakan ini bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher

dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga

mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.18

Dengan melakukan shalat dhuha sama saja seperti menyucikan

jiwa. Dengan menyucikan jiwa tersebut akan membuat semangat baru

seseorang dalam mengawali segala aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan

isi kandungan Surat Asy Syams.

Dari semangat pagi inilah, yang akan membuat suasana baru

dalam kehidupan seseorang. Sehingga seseorang tersebut akan

(49)

40

mendapatkan pemurnian jiwa yang menjadi semangat pagi dalam

semua aktivitasnya.

e. Terapi Shalat Dhuha

Setelah kita membahas tentang shalat dhuha pada umumnya, pada

bagian ini akan dijelaskan tentang terapi shalat dhuha yang sesuai dengan

kajian penelitian ini.

Terapi Shalat Dhuha yang di bahas pada penelitian ini adalah shalat

yang dikerjakan sebanyak 4 rakaat, dua rakaat Salam. Rakaat pertama

membaca Surat Al-Ihlas sebanyak 3 kali, lalu rakaat kedua membaca Surat

Al-Ihlas sebanyak 1 kali. Shalat dhuha tersebut dikerjakan secara rutin

setiap hari pada pukul 09.30 wib secara munfarid atau individu. Sehabis

sholat membaca istihgfar, sholawat, dzikir. Masing-masing dibaca

sebanyak 100 kali.

2. Kedisiplinan Masuk Sekolah

a. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak, watak, latihan

pengembangan dan pengendalian perasaan, pikiran, kehendak dan watak

untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.19 Dari kata

disiplin muncullah kata kedisiplinan, disiplin mendapatkan imbuhan

awalan ke- dan akhiran –an. Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan

(50)

41

berasal dari kata disiplin yang mendapat konfiks ke – an yang mempunyai

arti latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya

selalu mentaati tata tertib.20

Disiplin atau peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur

perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.21 Disiplin adalah patuh

terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya

tujuan itu.22

Sedangkan menurut Amir Daien Indrakusuma menyebutkan bahwa

disiplin merupakan kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang

didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya

peraturan-peraturan dan larangan tersebut.23

b. Macam-macam Kedisiplinan

Adapun macam-macam kedisiplinan berdasarkan ruang lingkup

berlakunya ketentuan atau peraturan yang harus dipatuhi, dapat dibedakan

sebagai berikut:

20 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1997), hal. 254.

21 Arikunto, Prosedur Pemilihan Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

1993), hal. 122.

22 Subari, Super Visi Pendidikan (dalam rangka perbaikan situasi belajar), (Jakarta: Bina

Aksara, 1994), hal. 164.

(51)

42

1) Disiplin Diri (disiplin pribadi) adalah peraturan-peraturan atau

ketentuan-ketentuan itu hanya berlaku bagi diri seseorang. Misalnya:

disiplin belajar, disiplin bekerja dan disiplin beribadah.

2) Disiplin Sosial adalah peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu

harus dipatuhi oleh masyarakat. Misalnya: disiplin lalu lintas.

3) Disiplin Nasional adalah peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan

itu merupakan Norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus

dipatuhi oleh seluruh rakyat. Misalnya: disiplin membayar pajak.24

c. Tujuan Kedisiplinan

Tujuan dari kedisiplinan adalah sebagai berikut:

1) Menolong anaknya menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat

ketergantungan ke arah tidak ketergantungan.

2) Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi

atau kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang

ada dengan penuh perhatian.25

d. Faktor-faktor Kedisiplinan

Kedisiplinan seseorang juga terbentuk oleh faktor-faktor tertentu, salah

satunya adalah sebagai berikut:

24Mas’udi Asy, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT. Tiga

Serangkai, 2000), hal. 88.

25 Piet. A. Sahertain, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta:

(52)

43

1) Faktor Genetik

Adalah segala hal yang dibawah oleh anak sejak lahir sebagai

warisan dari orang tuanya.26 Genetik ini juga sangat mempengaruhi

terhadap pribadi anak, karena terkadang anak itu mewarisi kebiasaan

orang tuanya. Terkadang juga kebiasaan yang baik dan tidak baik.

Contohnya: orang tuanya kebiasaanya malas, anaknya juga malas.

2) Faktor Pendidikan

Adalah bimbingan dan pimpina secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.27 Pendidikan juga berpengaruh terhadap

kedisiplinan anak, karena pribadi seseorang terbentuk juga melalui

pendidikan.

Contohnya: seorang siswa yang dulunya SMP di swasta lalu SMA’nya

di Sekolah Negeri. Ketika pertama di swasta, terlambat itu sudah biasanya

namun sejak SMA mulai berubah. Hal itu karena kualitas pendidikannya

sudah berbeda.

26 Mahfud Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikann, (Surabaya: PT. Bina Ilmu.

1990), hal. 81.

(53)

44

3) Faktor Pengalaman

Adalah keseluruhan peristiwa yang pernah dialami oleh individu, baik

secara langsung ataupun tidak langsung dalam perjalanan hidupnya.28

Pengalaman seseorang juga berpengaruh terhadap kedisiplinan. Karena

seseorang biasanya belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya.

Akhirnya menyadarkannya untuk disiplin.

Contoh: seorang pegawai terlambat masuk jam kerja lalu dia dimarahi

oleh bosnya. Kemudian dia merasa malu dan akhirnya dia tidak terlambat

lagi.

4) Faktor Lingkungan

Adalah semua hal yang berhubungan dengan aktifitas seseorang

sehari-hari. Dari berbagai faktor-faktor kedisiplinan tersebut, faktor

lingkunganlah yang paling berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan

seseorang. Karena kebanyakan pribadi seseorang itu dibentuk oleh

lingkungan.29

Contoh: seorang anak berada di keluarga Angkatan Laut, setiap

kegiatan yang akan dilakukan terjadwal dengan teratur, sehingga tidak

ada satupun kegiatan yang dilakukannya secara sia-sia. Anak tersebut

telah dewasa dan kebiasaan tersebut sudah melekat dalam dirinya.

28 Evi Chumaidah, “Upaya Peningkatan Kedisiplinan Shalat berjama’ah di MTSN

Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), hal. 34-38.

29 Evi Chumaidah, “Upaya Peningkatan Kedisiplinan Shalat berjama’ah di MTSN

(54)

45

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan

Setelah mencari penelitian yang relevan, akhirnya peneliti menemukan

penelitian yang relevan dengan yang peneliti kaji. Ada dua penelitian yang

relevan sesuai dengan penelitian yang di kaji peneliti dengan judul, yaitu:

1. Pengaruh Shalat Dhuha Terhadap Kedisiplinan Siswa Sekolah Dalam

Bidang Pendidikan Agama Islam Bagi Anak-anak Panti Asuhan Al-Fatimah

Surabaya.

Identitas peneliti:

Nama : Adip Murobbi

Nim : D01208130

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah

Tahun Penelitian: 2013

Penelitian tersebut membuat kesimpulan sebagai berikut:

1) Pembiasaan shalat dhuha di panti asuhan al Fatimah dilakukan setiap

hari. Shalat ini dilaksanakan pada pukul 08.00 sampai 09.00 Wib.

Kegiatan ini dilaksanakan secara berjamaah empat rakaat. Setelah shalat

dhuha selesai anak-anak panti membaca do’a shalat dhuha bersama-sama

(55)

46

2) Ada pengaruh antara shalat dhuha berjamaah dan kedisiplinan siswa

sekolah dalam bidang pendidikan Agama Islam bagi anak-anak panti

asuhan Al-Fatimah Surabaya. Persamaan dengan penelitian yang sya

lakukan adalah:

Persamaan dengan penelitian yang saya lakukan adalah:

a.Shalat dhuha dikerjakan sebanyak 4 rakaat.

Perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan adalah:

a.Shalat dhuha disini dilakukan secara berjamaah.

b.Shalat Dhuha dilaksanakan jam 08.00 dan 09.00.

c.Setelah shalat dhuha selesai, kemudian imam membaca do’a shalat

dhuha.

d.Rakaat pertama membaca Surat Ad Dhuha dan rakaat kedua membaca

Surat Asy Syam.

2. Pengaruh Kebiasaan Shalat Dhuha Berjamaah Terhadap Sikap Religius

Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Gedangan Sidoarjo.

Nim D01208107. PAI 2014

Identitas peneliti:

Nama : Rina Nur Malina

Nim : D01208107

(56)

47

Fakultas : Tarbiyah

Tahun Penelitian: 2014

Penelitian tersebut membuat kesimpulan sebagai berikut:

1) Dengan melihat dari angket bahwa kebiasaan shalat dhuha berjamaah

siswa kelas XI di SMAN 1 Gedangan Sidoarjo, berjalan dengan baik, hal

ini dapat dibuktikan dengan sebanyak 73,9% dari respon yang telah

mendukung dengan baik dalam proses pelaksanaan shalat dhuha

berjamaah siswa kelas XI di SMAN 1 Gedangan Sidoarjo.

2) Dengan melihat nilai angket bahwa sikap religius siswa kelas XI di

SMAN 1 Gedangan Sidoarjo, dengan keadaan baik, hal ini dapat

dibuktikan dengan sebanyak 64% yang berarti baik.

3) Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

kebiasaan shalat dhuha berjamaah terhadap sikap religius siswa kelas XI

di SMAN 1 Gedangan Sidoarjo. Tetapi pengaruh tersebut sangat lemah

atau sangat rendah sehingga pengaruh itu diabaikan (dianggap tidak

ada pengaruh antara kebiasaan shalat dhuha berjamaah dan sikap

religius).

Persamaannya dengan penelitian yang saya lakukan adalah:

a) Shalat dhuha dilaksanakan sebanyak 4 rakaat

(57)

48

b) Setelah shalat dhuha membaca do’a shalat dhuha yang dipimpin oleh

imamnya.

c) Rakaat pertama membaca Surat Ad Dhuha dan rakaat kedua membaca

(58)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A.Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Pada bab ini peneliti akan menyajikan gambaran lokasi yang

dijadikan sebagai objek penelitian. Hal ini sangat penting demi menggali

informasi tentang klien, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap

pembentukak kepribadian. Oleh karena itu peneliti akan menulis dengan

jelas letak Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukudono Sidoarjo.

Adanya lokasi penelitian tersebutlah yang akan membantu peneliti

untuk penggalian data tentang diri klien dan kebiasaannya ketika sedang

berada di lingkungan Sekolah. Semua itu dilakukan oleh peneliti

bertujuan untuk mengetahui aktivitas klien ketika di Sekolahan,

kehidupan bersosial, kehidupan ekonomi klien sehingga peneliti

mengetahui dengan jelas lingkungan klien itu seperti apa dan kondisi

keluarganya bagaimana serta lingkungan masyarakat yang berhubungan

dengan masalah klien.

Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian skripsi adalah

Madrasah Aliyah Hasyim Asyari, Sekolahan tersebut berada di Desa

Gambar

 Tabel 3.1
Tabel 3.3
tabelnya:
 Tabel 3.5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang diamati meliputi daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun trifoliate, jumlah tunas cabang, umur berbunga, umur panen, periode panen, jumlah buku,

Maka dari itu terbentuklah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan merubah

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan metode microwave digestion dengan penambahan HN03 untuk analisis logam berat telah memenuhi semua persyaratan

And Content Knowledge (TPACK) Guru Madrasah aliah se Kabupaten Hulu Sungai Utara, ditulis oleh Muhammad Abraar, telah diujikan dalam Sidang Tim Penguji

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang ukuran perusahaan, leverage ,

Use Case diagram, Class diagram, dan Activity diagram, serta perancangan arsitektur aplikasi. 3) Perancangan aplikasi, pada tahap ini dilakukan pembuatan aplikasi Sistem

Secara umum, pen#ebab otitis media efusi adalah infeksi virus pada saluran nafas atas, tekanan negatif $uga dapat ter$adi pada telinga tengah #ang sehat karena

(b) Jika hanya satu baris (kolom) dengan penawaran (permintaan) positif yang belum disilang tentukan variabel dasar dalam baris (kolom) tersebut dengan metode biaya terendah.