ABSTRAK
Akhmad Marzuqi (B73213079). Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah Bagi Siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo.
Fokus penelitian adalah 1) Bagaimana pelaksanaan terapi shalat dhuha dalam meningkatkan kedisiplinan masuk sekolah bagi seorang siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo? 2) Bagaimana hasil akhir dari terapi shalat dhuha dalam meningkatkan kedisiplinan masuk sekolah bagi seorang siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif komparatif. Dalam menganalisa hasil akhir dari pelaksanaan Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah Bagi Siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo, menggunakan analisa deskriptif komparatif, yang mana penulis membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan.
Proses yang dilakukan konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjutnya treatment dengan langkah yang pertama adalah konselor menjelaskan pada klien tentang pentingnya shalat dhuha dan keutamaannya. Kedua, menjelaskan pada klien tentang keterkaintan antara shalat dhuha dengan kedisiplinan. Ketiga, mengajak klien untuk shalat dhuha. Dan yang keempat adalah mendeskripsikan terapi shalat dhuha. Setelah proses konseling selesai, langkah terakhir adalah konselor melakukan Follow Up atau menindaklanjuti masalah yang dialami oleh klien.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa masalah yang terjadi adalah kurangnya kedisiplinan masuk sekolah, sehingga menyebabkan klien sering terlamabat masuk sekolah. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil, yang mana dari hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada perilaku klien yang sudah tidak terlambat lagi ketika masuk sekolah. Klien sekarang masuk sekolah tetap waktu pada pukul 06.30.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 11
3. Jenis dan Sumber Data ... 12
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 17
6. Teknik Analisis Data ... 21
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 23
G.Sistematika Pembahasan ... 27
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik ... 29
a. Pengertian Terapi ... 29
b. Terapi Shalat Dhuha dalam kaitannya dengan BKI ... 30
c. Pengertian Shalat Dhuha Secara Umum ... 34
1) Hukum Shalat Dhuha ... 36
2) Niat Shalat Dhuha ... 37
d. Aspek-Aspek Terapi dalam Shalat Dhuha ... 37
e. Terapi Shalat Dhuha ... 40
2. Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 40
a. Pengertian Kedisiplinan ... 40
b. Macam-Macam Kedisiplinan ... 41
c. Tujuan Kedisiplinan ... 42
d. Faktor-Faktor Kedisiplinan ... 42
B.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 45
BAB III PENYAJIAN DATA A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 49
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49
a. Letak Geografis ... 49
b. Sejarah Berdirinya Sekolah ... 53
2. Deskripsi Konselor ... 55
a. Identitas... 55
b. Riwayat Pendidikan ... 56
3. Deskripsi Klien ... 57
a. Latar Belakang Keluarga ... 58
b. Latar Belakang Ekonomi ... 59
c. Latar Belakang Keagamaan ... 59
d. Latar Belakang Sosial ... 59
e. Kondisi Klien di Sekolah ... 60
4. Deskripsi Masalah ... 61
1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Dhuha dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 62
a. Identifikasi Masalah... 63
b. Diagnosis ... 66
c. Prognosis... 66
d. Treatment ... 67
e. Evaluasi dan Follow Up... 80
2. Deskripsi Hasil Akhir Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 85
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah... 89
B. Analisis Hasil Akhir Terapi Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah ... 92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat ialah suatu ibadah yang dikerjakan dengan penuh kekhusyukan
dan keikhlasan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
shalam serta sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yeng telah
ditentukan.1 Dhuha adalah waktu matahari naik setinggi tombak, kira-kira
pukul delapan atau Sembilan, sampai tergelincirnya matahari.
Shalat dhuha ialah shalat sunnah dua rakaat atau lebih,
sebanyak-banyakya dua belas rokaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha, yaitu
waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9 sampai
tergelincir matahari.2
Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak, watak, latihan
pengembangan dan pengendalian perasaan, pikiran, kehendak dan watak
untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.3 Dari kata disiplin
muncullah kata kedisiplinan, disiplin mendapatkan imbuhan awalan ke- dan
akhiran –an. Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat konfiks ke – an yang mempunyai arti latihan batin
1Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra,
2013), hal. 32.
2
dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata
tertib.4
Kedisiplinan adalah ketaatan terhadap atauran dan tata tertib.5 Tata
tertib berarti seperangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi
yang tertib dan teratur.6 Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa kedisipinan adalah ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang
dilakukan dengan rasa senang hati dan kesadaran diri individu.
Di Sekolah banyak sekali kita jumpai siswa-siswi yang terlambat masuk
ke Sekolah. Berbagai alasan yang mereka katakana ketika sedang ditanya
oleh guru. Terlambat masuk Sekolah merupakan salah satu kebiasaan yang
dialami oleh siswa-siswi di Sekolah manapun. Hal demikianlah yang
menjadikan guru-guru resah. Padahal sudah ada peraturan jam masuk tetapi
masih saja ada siswa-siswi yang datang terlambat. Hal tersebut sudah tidak
dapat dipungkiri lagi, memang terlamabat adalah salah satu masalah yang
dihadapi oleh pelajar sekarang ini. Selain pelajar, Gurupun juga terkadang
dating terlambat. Bahkan dosen pun juga ada yang dating terlamabat dari jam
yang telah ditentukan. Semua itu terjadi karena kurangnya kedisiplinan pada
diri individu.
4 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1997), hal. 254.
5Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry’, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
2001), hal. 121.
6 A.S Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organissi terhadap Pembinaan Kepegawaian,
3
Setelah peneliti melakukan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di
Madrasah Aliyah Hasyim Asyari, peneliti menemukan fenomena siswa-siswi
tang sering sekali dating terlambat. Padahal bel tanda masuk di Madrasah
Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo adalah pukul 06.30 wib.
Hal itu pun semua siswa harus masuk kelasnya masing-masing untuk
melakukan do’a sebelum belajar, yasin, asma’al husna dan lain sebagainya. Ketika pukul 06.45 pintu gerbang pun di tutup oleh mas Bukin satpam
sekolahan. Ketika gerbang sudah di tutup, kalau masih ada siswa-siswi yang
mau masuk gerbang, mereka harus menulis identitasnya di buku terlambat.
Ketika sudah menulis dibuku terlambat, kalau cowok dikasih hukuman push
up 10 kali dan kalau cewek yang terlambat disuruh sit up 10 kali serta denda
administrasi. Hukuman push up dan sit up 10 kali tersebut diberikan jika
siswa-siswi terlambat di bawah pukul 07.00, jika terlambat di atas jam
07.00-07.15 maka hukumannya dinaikkan menjadi push up 20 kali untuk cowok dan
sit up 20 kali untuk cewek serta denda administrasi. Jika masih ada
siswa-siswi yang terlambat di atas pukul 07.15 maka mereka dipulangkan.
Meskipun sudah ada peraturan yang berlaku dan hukuman bagi yang
melanggarnya tetapi masih ada saja yang terlambat untuk masuk ke Sekolah
tersebut. Namun mereka semua tidak pernah jerah walaupun sudah diberi
hukuman dan denda administrasi. Sebagian ada yang sering terlambat da nada
juga yang jarang terlambat serta ada sebagian kecil yang tidak pernah
terlambat. Berbagai alasan dari siswa-siswi yang terlambat tersebut, ada yang
4
bensin dan berbagai alasan lainnya. Semua hal itu saya mengetahuinya
setelah membaca buku terlambat tersebut.
Kata Mas Bukin, bagi siswa-siswi yang sering terlambat dalam 1 bulan
akan dipanggil oleh wali kelas dan diserahkan ke guru Bimbingan Konseling.
Ketika sudah ditangani oleh guru Bimbingan Konseling dan siswa-siswi
tersebut masih mengulangi perbuatannya tersebut, maka guru Bimbingan
Konseling akan menyerahkan siswa-siswi tersebut ke bagian kesiswaan.
Ketika sudah ditangani oleh bagian kesisiwaan, maka siswa-siswi tersebut
diberi surat panggilan Orang Tua. Ketika surat tersebut diberikan kepada
siswa-siswi, maka kedua Orang Tuanya harus wajib hadir ke Sekolahan,
kalau dalam waktu 3 hari mereka belum datang, maka salah satu guru
Bimbingan Konseling akan mendatangi rumah siswa-siswi tersebut. Guru
Bimbingan Konseling di Sekolahan Madrasah Aliyah Hasyim Asyari ini ada
3, yaitu: Ibu Nur, Ibu Nanik, dan Ibu Indi sedangkan bagian kesiswaannya
adalah Bapak Sofyan.
Ketika Orang Tua siswa-siswi datang ke Sekolahan, maka
diberitahukan bahwa anaknya sering telat. Kalau Orang Tuanya sudah
mengetahui, jika siswa-siswi ada yang selalu terlambat dalam 1 minggu,
maka siswa-siswi tersebut di skor selama 3 hari tidak boleh masuk Sekolah.
Hal itu dilakukan oleh Bapak Sofyan agar sisiwa-siswi yang lainnya tidak
sampai seperti itu dan agar mereka mentaati peraturan Sekolah serta tidak
5
Selama peneliti melakukan PPL disitu, ada salah satu siswa yang sering
terlambat Sekolah, dia adalah Aji Saputra, alamat rumahnya di Desa
Sumantoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Aji adalah salah satu
siswa di Madrasah Aliyah Hasyim Asyari yang sering terlambat. Selama
peneliti PPl 2 bulan, Aji terlambat Sekolah sebanyak 16 kali. Padahal jarak
rumahnya Aji dengan Madrasah Aliyah Hasyim Asyari tidak begitu jauh,
sekitar 2 km. Namun, Aji sering saja terlambat ketika masuk Sekolah. Hal itu,
karena dia sering begadang malam bersama teman-teman di Desanya. Hampir
mulai kelas 1 Madrasah, dia juga sering terlambat sapai kelas 3 Madrasah pun
masih saja sering terlambat. Setelah saya teliti, ternyata dia terlambat karena
bergadang setiap malam.
Melihat Aji yang sering terlambat mulai kelas 1-3 Madrasah, begadang
setiap malam, suka bermain game, jarang belajar, sering ke Kantin ketika
pelajaran dimulai, jarang mengerjakan PR, sering dipanggil oleh guru BK,
ganti-ganti pacar dan sering terlambat masuk Sekolah membuat orang tuanya
khawatir karena mendekati Ujian Nasional. Peneliti juga pernah melakukan
home visit dan menemui orang tuanya. Kedua orang tuanya pun juga ingin
melihat Aji lebih rajin dan disiplin, supaya tidak terlambat lagi ketika masuk
Sekolah. Peneliti merasa prihatin melihat semua itu, akhirnya peneliti
mengangkat tema tersebut. Peneliti ingin melihat Aji bisa disiplin waktu
ketika Sekolah. Sesuai dengan pengalaman peneliti ketika Sekolah, yaitu
memakai shalat dhuha. Atas dasar ini maka peneliti mengangkat judul
6
siswa di kelas Xll Ipa Madsarah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo”.
Peneliti sangat sadar sekali, jika hanya dikasih hukuman saja, individu
tersebut sulit untuk sadar. Jalan satu-satunya adalah dengan meyadarkan
dirinya melalui shalat. Karena dengan shalat yang khusyuk akan
menenangkan hati individu tersebut dan menumbuhkan kesadaran diri agar
dia menjadi pribadi yang disiplin. Sehingga tidak terlambat lagi untuk masuk
Sekolah. Peneliti memakai shalat dhuha untuk meningkatkan kedisiplinan
individu tersebut. Karena dengan shalat dhuha yang istiqamah dan khusyuk
akan memunculkan kedisiplinan individu tersebut. Itulah alasan peneliti
mengambil tema tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka, untuk lebih
memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini. Peneliti, menyajikan
rumusan masalah dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan terapi shalat dhuha dalam meningkatkan
kedisiplinan masuk sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim
Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo?
2. Bagaimana hasil akhir dari terapi shalat dhuha dalam meningkatkan
kedisiplinan masuk sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas. Maka, peneliti mempunyai tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan terapi shalat dhuha dalam meningkatkan
kedisiplinan masuk Sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim
Asyari Bangsri Sokodono Sidoarjo.
2. Menjelaskan hasil akhir shalat dhuha dalam meningkatkan kedisiplinan
masuk Sekolah seorang siswa di Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri
Sokodono Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti lain dalam
bidang Bimbingan dan Konseling Islam tentang Shalat Dhuha dalam
meningkatkan kedisiplinan individu yang sering terlambat masuk
Sekolah.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang shalat dhuha dalam
meningkatkan kedisiplinan individu yang sering terlambat masuk
Sekolah.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan individu yang menjadi objek penelitian ini
8
b. Bagi Konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam mengatasi individu
yang sering terlambat ketika masuk Sekolah.
E. Definisi Konsep
Pada pembahasan ini perlu kiranya peneliti menjelaskan dari sejumlah
konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Shalat Dhuha dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Sekolah Individu Siswa Kelas Xll IPA Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sokodono Sidoarjo”. Adapun yang jadi definisi konsep dari penelitian ini antara lain:
1. Terapi Shalat Dhuha
Terapi ialah pengobatan, mengobati, menyembuhkan.7Adapun
menurut Hamdani Bakran terapi bermakna pengobatan dan
penyembuhan.8
Shalat ialah suatu ibadah yang dikerjakan dengan penuh
kekhusyukan dan keikhlasan yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan shalam serta sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukun
yeng telah ditentukan.9 Dhuha adalah waktu matahari naik setinggi
tombak, kira-kira pukul delapan atau Sembilan, sampai tergelincirnya
matahari.
7 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1989), hal. 120.
8 Hamdany Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Purtaka Baru, 2002), hal. 227.
9Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Semarang,
9
Shalat dhuha ialah shalat sunnah dua rakaat atau lebih,
sebanyak-banyakya dua belas rokaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha, yaitu
waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9
sampai tergelincir matahari.10
Terapi Shalat dhuha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
shalat yang dikerjakan sebanyak 4 rakaat, dua rakaat salam. Rakaat
pertama membaca Surat Al-Ihlas sebanyak 3 kali, lalu rakaat kedua
membaca Surat Al-Ihlas sebanyak 1 kali. Shalat dhuha tersebut dikerjakan
secara rutin setiap hari pada pukul 09.30 wib secara munfarid atau
individu. Sehabis sholat membaca istihgfar, sholawat, dzikir.
Masing-masing dibaca sebanyak 100 kali.
2. Kedisiplinan Masuk Sekolah
Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak, watak, latihan
pengembangan dan pengendalian perasaan, pikiran, kehendak dan watak
untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.11 Dari kata
disiplin muncullah kata kedisiplinan, disiplin mendapatkan imbuhan
awalan ke- dan akhiran –an. Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat konfiks ke – an yang mempunyai arti latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya
selalu mentaati tata tertib.12 Kedisiplinan adalah ketaatan terhadap atauran
10
dan tata tertib.13 Tata tertib berarti seperangkat peraturan yang berlaku
untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.14
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud sebagai kedisipinan masuk Sekolah dalam penelitian ini adalah
ketaatan dan kepatuhan pada peraturan tata tertib Sekolahan yang
dilakukan dengan rasa senang hati dan kesadaran diri individu.
Tujuan kedisiplinan masuk Sekolah dalam penelitian ini adalah agar
klien mematuhi tata tertib Sekolah dan berangkat Sekolah tidak terlambat
lagi serta ketika pelajaran di Kelas tidak meninggalkan Kelas.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Peneliti kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian secara holistic
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.15
Jadi pendekatan kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini
adalah untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara
13Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry’, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
2001), hal. 121.
14 A.S Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organissi terhadap Pembinaan Kepegawaian, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983), hal. 181.
15 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
11
menyeluruh dan dideskripsikan dengan menyeluruh, sehingga dapat
dipahami dengan jelas tentang shalat dhuha dalam meningkatkan
kedisiplinan masuk Sekolah.
Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian
yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan atau
khas dari keseluruhan personalitas.16 Jadi jenis penelitian yang dimaksud
disini adalah untuk mengamati tingkah laku apa saja yang dilakukan oleh
klien selama di Sekolah dan dirumahnya.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah seorang siswa yang sering datang
terlambat ketika masuk Sekolah. Serta informan pendukung yang dapat
menggali sikap klien secara mendalam, yakni orang tua, guru terdekat
yang ada di sekolah dan juga wali kelas klien, buku keterlambatan masuk
Sekolah dan teman sekelas klien serta teman bermain klien di rumah.
Lokasi penelitiannya adalah di Kelas Xll Ipa Madrasah Aliyah
Hasyim Asyari Bangsri Sukodono Sidoarjo, dengan penentuan lokasi
tersebut yang nantinya dapat membantu dalam menggali informasi seputar
12
3. Jenis dan Sumber Data
Menurut sumbernya, data penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:17
a. Jenis Data.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang
bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam
bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.
Adapun jenis data tersebut ialah:
1.) Data Primer
Data primer (data tangan pertama) merupakan data yang
diperoleh langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui
wawancara, observasi, dan alat lainnya. Data primer ini masih
dalam bentuk yang mentah dan sangat polos, tidak
menutup-nutupi atau mengganti dengan jalan pikirannya, diceritakan sesuai
yang ia dapat atau ia lihat sendiri sesuai dengan keadaan yang
nyata.
2.) Data Sekunder
Data sekunder (data tangan kedua) merupakan data yang
diperoleh dari bahan kepustakaan. Data ini biasanya digunakan
untuk melengkapi data primer, karena data primer dapat dikatakan
sebagai data praktek yang ada secara langsung dalam praktek di
13
lapangan atau ada di lapangan karena penerapan suatu teori, agar
dapat melihat penerapannya, maka diperlukan data primer tersebut
untuk dijadikan pemandu dari data sekunder itu.
b. Sumber Data
Untuk mendapat keterangan dan informasi, penulis
mendapatkan informasi dari sumber data, yang di maksud dengan
sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.18
Adapun sumber data dalam penelitian ini ialah:
1. Sumber Data Primer: Peneliti berhasil mengumpulkan data klien
antara lain ialah klien biasanya begadang setiap malam, suka
bermain game, jarang belajar, sering ke Kantin ketika pelajaran
dimulai, jarang mengerjakan PR, sering dipanggil oleh guru BK,
ganti-ganti pacar. Semua data tersebut didapatkan oleh peneliti
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara
tersebut dilakukan oleh peneliti melalui Orang tua klien, tetangga
klien, teman klien, Guru Bimbingan Konseling Madrasah Aliyah
Hasyim Asyari, badan kesiswaan, dan semua Guru yang mengajar
di kelas XII ipa. Observasi terhadap klien dilakukan peneliti selama
PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di Sekolah klien tersebut.
Peneliti melakukan observasi sekitar 2 bulan. Jadi peneliti
14
mengetahui betul tingkah laku klien saat di Sekolah dan peneliti
juga sudah 4 kali melakukan home visit.
2. Sumber Data Sekunder: Peneliti disini mengambil data sekunder
melalui buku catatan keterlambatan masuk Sekolah Madasah
Aliyah Hasyim Asyari. Buku tersebut berisikan tentang nama-nama
siswa-siswi yang terlambat masuk Sekolah. Buku tersebut
dikoordinasi oleh mas Bukin. Di buku tersebut peneliti melihat
keterlambatan klien selama peneliti PPL terdapat 16 catatan kalau
klien tersebut terlambat masuk Sekolah.
Jadi peneliti disini menggunakan sumber dan jenis data 2,
yaitu: data primer dan data sekunder. Kedua data tersebut dapat
saling melengkapi sehingga peneltian yang dilakukan mendapatkan
bukti yang semakin kuat.
4. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
Peneliti dalam tahap ini melakukan berbagai persiapan, antara lain:
1) Menyusun rancangan penelitian.
Pada tahap ini peneliti mencoba memahami tentang
tingkahlaku klien di Sekolah maupun di Rumahnya. Serta alasan
mengapa klien sering sekali terlambat masuk Sekolah. Setelah
15
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi
konsep dan membuat rancangan data yang peneliti butuhkan.
2) Mengidentifikasi masalah.Menentukan fokus masalah.
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data, data yang
terkumpul tentang klien antara lain ialah: begadang setiap malam,
suka bermain game, jarang belajar, sering ke Kantin ketika
pelajaran dimulai, jarang mengerjakan PR, sering dipanggil oleh
guru BK, ganti-ganti pacar dan sering terlambat masuk Sekolah.
Setelah peneliti mengatahui tingkahlaku dan permasalahan
klien, maka peneliti akan menentukan menfokuskan masalah klien,
yaitu keterlambatan masuk Sekolah.
3) Memilih lokasi penelitian.
Pada tahap ini peneliti memilih lokasi di Madrasah Aliyah
Hasyim Asyari Bangsri Sukodono.
4) Menentukan klien
Pada tahap ini peneliti mengambil klien yang bernama Aji
Saputro. Aji saputro adalah salah satu siswa kelas XII Ipa
Madrasah Aliyah Hasim Asyari Bangsri Sukodono yang sering
terlambat masuk Sekolah. Aji ini adalah siswa yang paling sering
16
b. Tahap Kerja
Peneliti dalam tahap ini mulai terjun lapangan, kegiatannya,
antara lain:
1) Melakukan observasi ke lokasi.
Pada tahap ini peneliti bisa memantau kegiatan klien saat di
Sekolah karena kebetulan peneliti juga PPL (Praktik Pengalaman
Lapangan) di Madrasah Aliyah Hasyim Asyari selama 2 bulan.
Jadi peneliti mengetahui dengan jelas kalau klien sering sekali
terlambat masuk Sekolah.
2) Membatasi masalah yang akan diteliti.
Pada tahap ini peneliti mendapatkan banyak sekali data
tentang klien, namaun peneliti membatasi lingkup penelitiannya.
Peneliti menfokuskan klienn pada kurangnya kedisiplinan
sehingga klien sering terlambat masuk Sekolah.
3) Mengumpulkan data sesuai dengan fokus masalah.
Pada tahap ini peneliti mencari data dari Guru BK, bagian
kesiswaan, orang tua, teman dekatnya, serta dari buku
keterlambatan masuk Sekolah.
Data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti antara lain:
begadang setiap malam, suka bermain game, jarang belajar,
17
PR, sering dipanggil oleh guru BK, ganti-ganti pacar dan sering
terlambat masuk Sekolah.
4) Mendefinisikan data yang terkumpul.
Pada tahap ini peneliti mengetahui bahwa keterlambatan Aji
karena sering begadang setiaap malam.
c. Tahap Akhir
1) Menganalisis data.
Peneliti mengorganisasikan dan mengurutkan data yang
telah terkumpul menjadi suatu pola dan kategori sehingga dapat
ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa.
2) Menyimpulkan hasil data penelitian tersebut.
Pada tahap ini peneliti menyimpulkan data yang telah
dianalisis tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunakan teknik:
18
b. Pengamatan, (observation).19
c. Dokumentasi20
Disini peneliti hanya menggunakan 3 instrument dalam
pengumpulan data, yaitu:
1) Wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berhadapan langsung dengan responden sambil mengajukan
pertanyaan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
diri klien, yang meliputi: identitas klien, kondisi keluarga,
lingkungan, ekonomi dan permasalahan yang dimiliki oleh
klien.
Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai klien ketika di
Rumahnya dan di Sekolahan dan Guru BK, Mas Bukin selaku
satpam dan koordinasi buku keterlambatan masuk Sekolah serta
teman-teman klien ketika sedang istirahat.
Peneliti mendapatkan data klien dari hasil wawancara
antara lain: begadang setiap malam, suka bermain game, jarang
belajar, sering ke Kantin ketika pelajaran dimulai, jarang
19 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 138.
20 Sugiarto, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
19
mengerjakan PR, sering dipanggil oleh guru BK, ganti-ganti
pacar dan sering terlambat masuk Sekolah.
2) Observasi.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan kepada klien.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
diri klien, yang meliputi: kondisi klien, kegiatan klien di rumah
maupun di Sekolah.
Disini peneliti melakukan observasi terhadap klien kurang
lebih selama 2 bulan bersamaan dengan PPL. Peneliti
mengetahui kalau Aji sering sekali terlambat masuk Sekolah,
sering keluar kelas saat pelajaran dimulai. Peneliti juga sering
menjaga buku keterlambatan di Madrasah Aliyah Hasyim
Asyari tersebut.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokument yang berbentuk
tulisan meliputi: catatan harian, sejarah kehidupan dan lain-lain.
Sedangkan dokumen yang berbentuk gambar meliputi: foto dan
20
Peneliti disini memakai buku catatan keterlambatan milik
Madrasah Aliyah Hasyim Asyari sebagai bukti kalau Aji sering
terlambat ketika masuk Sekolah. Setelah peneliti melihat buku
keterlambatan masuk Sekolah, ternyata Aji adalah siswa yang
paling sering terlambat masuk Sekolah. Selama peneliti PPL 2
bulan di Madrasah Aliyah tersebut, ternyata Aji sudah terlambat
mmasuk Sekolah sebanyak 16 kali.
Alasan mengapa peneliti menggunakan ke tiga cara pengumpulan data tersebut karena: Memudahkan peneliti dalam
pengambilan dan pengumpulan data responden serta peneliti
selama PPL dua bulan selalu bertemu dengan responden ketika
di sekolahan.
Pada penelitian ini, dalam proses konseling yang peneliti
lakukan adalah:
a) Identifikasi: peneliti melakukan wawancara dan observasi
kepada klien dan wali kelas atau salah satu guru terdekat
dengan klien di Sekolah, meliputi dokumen yang ada di
sekolah yang nantinya diperoleh data tentang diri klien, serta
keadaan klien saat proses pembelajaran di sekolah selama ini.
b) Diagnosis: disini peneliti merumuskan masalah-masalah yang
dialami klien berdasarkan data yang diperoleh dari langkah
21
c) Prognosis: pada langkah ini peneliti merumuskan jenis
bantuan yang tepat untuk klien. Dengan melihat data yang
telah diperoleh tentang klien pada tahap identifikasi.
d) Treatment: hal ini peneliti lakukan dengan menggunakan
pendekatan pada Shalat Dhuha.
e) Follow up: disini peneliti melihat sejauh mana perubahan
yang terjadi pada klien. Dari perubahan sikap, hingga
kebiasaan yang sering dimunculkan. Hal ini peneliti lakukan
dengan observasi dan wawancara langsung dengan diri klien
dan juga informan yang membantu proses ini. Tak lupa
dengan melihat sikap sebelum dan sesudah klien diberi
treatment tersebut.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-memilah menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Lexy J. Moleong menjelaskan, bahwa analisis data kualitatif dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
22
bahwa pemberian tanda dapat menjadi ukuran sejauh mana keberhasilan
sebelum dan sesudah diadakannya sebuah penelitian. Pada tahap ini
peneliti mencatat semua tentang klien, antara lain: identitas, kebiasaan
klien di Sekolah dan di rumah.
b. Mengumpulkan, memilah-milih, mengklasifikasikan, dan membuat
indeks dari beberapa informasi dan data yang telah didapat, agar
memperoleh sebuah data yang tepat guna penyusunan hasil laporan
penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data, antara lain:
identitas klien, kondisi rumah, pekerjaan orang tua, kebiasaan klien di
rumah maupun di Sekolah dan lain sebagainya.
c. Berfikir, dengan jalan membuat kesimpulan agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola
hubungan-hubungan, membuat temuan-temuan umum.21 Pada tahap ini peneliti
menemukan, bahwa klien termasuk seorang siswa yang tidak dapat
mengatur waktunya dengan baik atau kurangnya sikap disiplin.
d. Dalam penelitian ini Teknik Analisis Data yang dipakai adalah
Deskriptif Komparatif atau bisa disebut Metode Perbandingan Tetap.
Teknik ini secara tetap membandingkan satu data dengan data yang
lain, kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori
yang lain.
Setelah data terkumpul dan diolah, maka langkah selanjutnya
adalah menganalisa data tersebut. Analisa yang dilakukan untuk
23
mengetahui perkembangan emosional, faktor-faktor yang menyebabkan
keterlambatan klien. Selanjutnya proses pelaksanaan shalat dhuha untuk
meningkatkan kedisiplinan klien yang dilakukan dengan teknik
deskriptif komparatif, yakni membandingkan pelaksanaan Shalat Dhuha di lapangan dengan teori pada umumnya, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilaksanakannya proses konseling.
7. Teknik Pemeriksahan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam
penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantaan validitas data.
Dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai
berikut:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar
penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tiggal dilapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, jika hal itu
dilakukan maka akan membatasi:
1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
24
3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak
biasa atau pengaruh sesaat. Pada tahap ini, peneliti mengikuti
kegiatan klien selama 2 bulan di Sekolahnya. Peneliti juga sudah
akrab dengan klien.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara kosisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang
konstan atau tentatif mencari suatu usaha, membatasi berbagai pengaruh, mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak
dapat diperhitungkan.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dcari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
Kemudian menelaah secara rinci sampai pada pemerikasaan tahap awal
tampak salah satu seluruh faktor yang dielaah sudah dipahami dengan
cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntun agar peneliti
mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara
25
c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi dibedakan atas empat
macam yakni:
1) Trianggulasi data (data triangulation) atau trianggulasi sumber, adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang
berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis. Pada tahap ini,
peneliti mengumpulkan data hasil dari wawancara lalu
mencocokkannya dengan hasil observasi di lapangan. Sehingga
peneliti mengetahui kebenaran data tersebut. Data yang berhasil
terkumpul, antara lain: Klien tidak sadar membutuhkan pelayanan
dan tidak menyadari kesalahannya, klien suka bermain plystation
dan ke warung kopi internetan sampai malam, klien sering
meninggalkan pelajaran dan pergi ke kantin untuk makan, klien
sering terlambat ketika masuk Sekolah, klien sering tidak
mengerjakan PR.
2) Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud dengan cara trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun
simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji
validitasnya dari beberapa peneliti.
26
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau
metode pengumpulan data yang berbeda. Pada tahap ini, peneliti
peneliti mengumpulkan data, antara lain: Klien tidak sadar
membutuhkan pelayanan dan tidak menyadari kesalahannya, klien
suka bermain plystation dan ke warung kopi internetan sampai
malam, klien sering meninggalkan pelajaran dan pergi ke kantin
untuk makan, klien sering terlambat ketika masuk Sekolah, klien
sering tidak mengerjakan PR. Peneliti mengumpulkan data tersebut
dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi.
4) Trianggulasi teoritis (theoritical triangulation). Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Adapun trianggulasi yang peneliti terapkan dalam penelitian ini
adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode. Dalam trianggulasi
data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk
mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama. Artinya
bahwa data yang ada di lapangan diambil dari beberapa sumber
peneitian yang berbeda-beda dan dapat dilakukan dengan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b) Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum
27
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti terapkan bahwa
pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode atau teknik
pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu
kesempatan peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat
yang lain menggunakan observasi, dokumentasi, dan seterusnya.
Penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini
sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan
dari satu teknik tertentu sehingga data yang diperoleh benar-benar
akurat.22
G. Sistematika Pembahasan
Sedangkan untuk mendapatkan susunan yang sesuai dengan yang
diingikan, agar terarah dan pembaca dapat memahami dan mengerti isi
skripsi, maka dalam penulisan ini dibagi menjadi 5 Bab, diantaranya:
28
Bab pertama merupakan Pendahuluan, yang berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan Kajian teori, yang berisi deskripsi Shalat Dhuha
dan Kedisiplinan serta keterkaitan Shalat Dhuha dengan kedisiplinan.
Bab ketiga merupakan Penyajian Data, yang berisi tentang penyajian
data secara umum objek penelitian meliputi data konseli, konselor, dan
masalah yang tengah dialami, sedangkan deskripsi hasil penelitian meliputi
kendala, proses, dan hasil akhir.
Bab keempat merupakan Analisis Data, yang berisi tentang secara
kesuluruhan yang meliputi kendala, proses, dan hasil akhir penelitian.
BAB II
TERAPI SHALAD DHUHA DAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH
A.Kajian Teoritik
1. Terapi Shalat Dhuha
a. Pengertian Terapi
Terapi ialah pengobatan, mengobati, menyembuhkan.1 Adapun
menurut Hamdani Bakran terapi bermakna pengobatan dan
penyembuhan.2 Asy Syifa (terapi) adalah terbebas dari penyakit dengan cara meminum ramuan dan petunjuk yang menjamin.3
Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi berarti
“usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit”.4
Didalam kamus ilmu-ilmu sosial juga ditemui kata therapy yang
berarti “perlakuan atau cara-cara menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seorang individu”. Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Psikologi
1 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1989), hal. 120.
2 Hamdany Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Purtaka Baru, 2002), hal. 227.
3 Ahmad Husain Ali Islam, Terapi Al Qur’an Untuk Penyakit Fisik dan Psikis Manusia,
(Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2006), hal. 227.
30
kata therapy berarti “suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan
kepada penyembuhan satu kondisi patologis”.5
b. Terapi dalam kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling Islam
Setelah kita memahami makna dari terapi, selanjutnya adalah kaitan
terapi dengan Bimbingan Konseling Islam. Ketika kita sedang membahas
terapi, pasti semua itu tidak akan bisa lepas dengan bimbingan konseling
islam, karena didalam proses konseling itu terdapat terapi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dialami oleh klien.
Terapi yang berada di bimbingan konseling Islam itu, ada terapi dari
barat dan terapi Islam. Pada bab ini kita akan membahas tentang terapi
islam dalam bimbingan konseling islam.
Terapi Islam adalah terapi yang digunakan oleh konselor untuk
mengatasi masalah klien yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Objek kajian dalam terapi Islam adalah:
1) Mental
Yaitu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau
proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan ingatan.6 Hal ini pun
berkaitan dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain.
5 Chaplin, C.P, Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 34.
6 Chaplin, C.P, Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT
31
2) Spiritual
Yaitu berhubungan dengan masalah ruh, semangat, jiwa, religious
yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan.7 Ruh
disebutkan sebanyak 25 kali dalam Al-Qur’an salah satunya yang
artinya: “yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik -baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah kemudian
dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina, kemudian
dia menyempurnakan kedalam tubuhnya ruh dan dia menjadikan
baginya pendengaran, penglihatan serta hati. Akan tetapi kalian sedikit
sekali bersuyukur” (As- Sajdah, 7-9). Sekali lagi Allah berfirman dalam Surat al hijr ayat 29 yang artinya ketika Rabbmu berfirman
kepada para malaikat; “bahwa aku akan menciptakan manusia dari
tanah. Dan setelah aku menyelesaikan penciptaan itu, lalu aku tiupkan
sebagian dari ruh-Ku, dan jadilah kalian semua sujud kepadanya”. 8 3) Moral
Yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang
didalammnya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui
proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian. Ataupun sikap mental
atau watak yang terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara,
7 Chaplin, C.P, Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 480.
32
bertingkah laku dan sebagainya, sebagai ekspresi jiwa.9 Moral ataupun
akhlak merupakan cerminan kondisi jiwa dan spiritual. Keduanya
muncul dan hadir secara spontanitas dan otomatis, tidak dapat
dibuat-buat ataupun direkayasa, perdibuat-buatan dan tingkah laku itu
kadang-kadang sering tidak disadari oleh individu, bahwa perbuatan dan
tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama (Islam) dan
kahirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Contihnya:
pemarah, dengki, dendam, pemalas dan sebagainya. Untuk
menyembuhkan penyakit, itulah Rasululllag diutus ke dunia ini.
Perkataan, perbuatan, sikap dan gerak-geriknya merupakan
keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi manusia.10
4) Fisik (jasmaniyah)
Yaitu bagian organ tubuh manusia yang bisa dilihat oleh mata.
Tidak semua gangguan yang berkaitan dengan fisik dapat
disembuhkan dengan terapi Islam, kecuali memang ada izi dari Allah
SWT. Namun, kadangkala sering dilakukan secara kombinasi dengan
terapi medis atau melalui ilmu kedokteran pada umumnya. Terapi
fisik (jasmaniyah) yang paling berat dilakukan terapi Islam, apabila
9 Shodiq, Shalahuddin Chaery, Kamus Istilah Agung, (Jakarta: CV. Slentarama, 1983),
hal. 20.
10 Hamdany Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
33
penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa dan kedurhakaan ataupun
kejahatan yang telah dilakukan oleh individu tersebut.11
Setelah kita mengetahui objek kajian terapi Isalam tersebut,
semua itu merupakan sumber munculnya penyakit. Dengan kata lain,
jika individu sedang mengalami masalah dengan mentalnya, bisa
ditangani dengan terapi Islam.
Didalam proses konseling terdapat langkah-langkah.
Langkah-langkah tersebut adalah:
a) Identifikasi Masalah
Pada langkah ini dimaksudkaan untuk mengetahui masalah
beserta gejala-gejala yang nampak.
b) Diagnosis
Langkah diagnose yaitu langkah untuk menetapkann masalah
yang dihadapi beserta latar belakangnya.
c) Prognosis
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis
bantuan apa yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan
masalah.
34
d) Treatment (terapi).
Langkah ini adalah pelaksanaan bantuan apa yang telah
ditetapkan dalam langkah prognosa.
e) Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk mengatakan sejauh mana
langkah konseling yang telah dilakukan mencapai hasilnya. Dalam
langkah Follow Up atau tindak lanjut, dilihat perkembangannya selanjutnya dalam jangka waktu yang labih jauh.12
Setelah kita mengetahui tahapan proses konseling, maka
dapat diketahui, bahwa antara terapi dan bimbingan konseling
Islam itu sangat erat kaitannnya. Karena terapi merupakan salah
satu bentuk dari langkah-langkah yang ada dalam proses konseling.
c. Pengertian Shalat Dhuha Secara Umum
Shalat menurut bahasa artinya do’a, sedangkann menurut syari’at adalah suatu ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan
yang diawali dengan takbiratul ihram (mengucapkan Allahu Akbar) dan diakhiri dengan Salam.13
12 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Banndung: CV.
Ilmu, 1975), hal. 104-105.
13 Muhammmad Makhdlori, Menyingkap Mukkjizat Shalat Dhuha, (Yogyakarta: Diva
35
Shalat dhuha ialah shalat Sunnah dua rakaat atau lebih,
sebanyak-banyakya dua belas rokaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha,
yaitu waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9
sampai tergelincir matahari.14
Oleh karena itu kata Dhuha dipahami sebagian ulama berdasarkan
Surat Adh-Dhuha dan Asy Syams, secara umum yang berarti cahaya
matahari. Sedangkan secara khusus berarti kehangatan cahaya matahari.
Makna Dhuha ini dapat kita temukan juga dalam kamus bahasa Arab.
Dhuha diartikan sebagai Forenoon, artinya pagi hari atau sebelum tengah hari atau diartikan dalam bentuk kata kerjanya sebagai become appear/visible, menjadi tampak atau terlihat.15
Shalat Dhuha dikerjakan umat Islam setidaknya memiliki tiga
makna, yaitu:
1) Menumbuhkan sikap optimisme, semangat membaca dan konsentrasi
tinggi untuk mmenggapai harapan dengan tetap mengingat kepada
Allah.
2) Shalat Dhuha merupakan perwujudan bentuk syukur, mampu
menggugah kesadaran akan perlunya berkonsultasi kepada Allah dan
meminta petunjuk-Nya sebagai bekal bekerja agar tetap dijalan yang
diridhai oleh Allah.
36
3) Shalat Dhuha merupakan bentuk tawakkal kepada Allah sebelum
memulai aktivitas sehari-hari karena Allah yang mengetahui apa yang
akan terjadi dan yang akan diraih. Manusia hanya berencana dan
berusaha, namun semuanya Allah yang menentukan.16
a) Hukum Shalat Dhuha
Hukum shalat dhuha ini ada di dalam Al-Qur’an dan hadits.
Kalau dari Al-Qur’an, dapat kita lihat pada Surat Ad-Dhuha. Di
Surat Ad-Dhuha tersebut sudah sangatlah jelas bahwa shalat dhuha
itu sangat dianjurkan oleh Allah. Hal itu agar semua manusia tidak
pernah melupakan Allah meskipun sedang dalam kesibukan
mereka masing-masing.
Shalat dhuha hukumnya sunnah muakkad (yang ditekankan)
karena Nabi malakukannya dan menganjurkan para sahabatnya
untuk melakukan shalat dhuha.
Hadits dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah
Radhiyallaahu Anhu, Ia berkata:
37
“Kekasihku Shallallahu Alaihi wa Sallam berwasiat kepadaku tiga perkara: Puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at shalat dhuha,
dan agar aku melakukan shalat witir sebelum saya tidur.”17
b) Niat Shalat Dhuha
.ىل اعت ه ني عكر ىحضلاةنس ي صا
ه
ا
ْك ب
ْر
“Aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat, karena Allah Ta’ala”.
d. Aspek-Aspek Terapiutik dalam Shalat Dhuha
1) Takbiratul Ihram
Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah
bening (limfe) dan kekuatan otot lengan posisi jantung di bawah otak
memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat
mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah
kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan
didepan perut atau dada bagian bawah, sikap ini menghindarkan dari
berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
2) Ruku’
Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta
fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh
dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah
maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut
38
juga merupakan sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate
dapat dicegah.
3) I’tidal
Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi
organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan
didalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara
bergantian. Hal inilah yang nantinya akan memberi efek melancarkan
pencernaan.
4) Sujud
Gerakan ini bermanfaat untuk memompa getah bening kebagian
leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan daerah kaya
oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada
daya pikir seseorang. Oleh karena itu sebaiknya lakukan sujud dengan
tuma’ninah dan tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya
di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan
wasir. Khusus wanita, baik Ruku’ maupun Sujud memiliki manfaat
luar biasa untuk kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
5) Duduk diantara Sujud
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu Iftirosy (tahiyat
awal) dan Tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi
telapak kaki. Pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha
39
menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan
penderitaan tidak mampu berjalan. Duduk Tawarru’ sangat baik bagi
pria sebab tumit menekan aliran kantung kemih (uretra), kelenjar
kelamin pria (prostate) dan saluran vas deverenns. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi
posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh
otot tungkai turut meregang dan kkemudian rilaks kembali. Gerak dan
tekanan harmonis inilah yang akan menjaga kelenturan organ-organ
gerak kita.
6) Salam
Gerakan ini bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher
dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga
mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.18
Dengan melakukan shalat dhuha sama saja seperti menyucikan
jiwa. Dengan menyucikan jiwa tersebut akan membuat semangat baru
seseorang dalam mengawali segala aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan
isi kandungan Surat Asy Syams.
Dari semangat pagi inilah, yang akan membuat suasana baru
dalam kehidupan seseorang. Sehingga seseorang tersebut akan
40
mendapatkan pemurnian jiwa yang menjadi semangat pagi dalam
semua aktivitasnya.
e. Terapi Shalat Dhuha
Setelah kita membahas tentang shalat dhuha pada umumnya, pada
bagian ini akan dijelaskan tentang terapi shalat dhuha yang sesuai dengan
kajian penelitian ini.
Terapi Shalat Dhuha yang di bahas pada penelitian ini adalah shalat
yang dikerjakan sebanyak 4 rakaat, dua rakaat Salam. Rakaat pertama
membaca Surat Al-Ihlas sebanyak 3 kali, lalu rakaat kedua membaca Surat
Al-Ihlas sebanyak 1 kali. Shalat dhuha tersebut dikerjakan secara rutin
setiap hari pada pukul 09.30 wib secara munfarid atau individu. Sehabis
sholat membaca istihgfar, sholawat, dzikir. Masing-masing dibaca
sebanyak 100 kali.
2. Kedisiplinan Masuk Sekolah
a. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak, watak, latihan
pengembangan dan pengendalian perasaan, pikiran, kehendak dan watak
untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.19 Dari kata
disiplin muncullah kata kedisiplinan, disiplin mendapatkan imbuhan
awalan ke- dan akhiran –an. Menurut W.J.S Poerwadarminta, kedisiplinan
41
berasal dari kata disiplin yang mendapat konfiks ke – an yang mempunyai
arti latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya
selalu mentaati tata tertib.20
Disiplin atau peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur
perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.21 Disiplin adalah patuh
terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya
tujuan itu.22
Sedangkan menurut Amir Daien Indrakusuma menyebutkan bahwa
disiplin merupakan kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang
didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya
peraturan-peraturan dan larangan tersebut.23
b. Macam-macam Kedisiplinan
Adapun macam-macam kedisiplinan berdasarkan ruang lingkup
berlakunya ketentuan atau peraturan yang harus dipatuhi, dapat dibedakan
sebagai berikut:
20 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1997), hal. 254.
21 Arikunto, Prosedur Pemilihan Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), hal. 122.
22 Subari, Super Visi Pendidikan (dalam rangka perbaikan situasi belajar), (Jakarta: Bina
Aksara, 1994), hal. 164.
42
1) Disiplin Diri (disiplin pribadi) adalah peraturan-peraturan atau
ketentuan-ketentuan itu hanya berlaku bagi diri seseorang. Misalnya:
disiplin belajar, disiplin bekerja dan disiplin beribadah.
2) Disiplin Sosial adalah peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu
harus dipatuhi oleh masyarakat. Misalnya: disiplin lalu lintas.
3) Disiplin Nasional adalah peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan
itu merupakan Norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus
dipatuhi oleh seluruh rakyat. Misalnya: disiplin membayar pajak.24
c. Tujuan Kedisiplinan
Tujuan dari kedisiplinan adalah sebagai berikut:
1) Menolong anaknya menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat
ketergantungan ke arah tidak ketergantungan.
2) Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi
atau kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang
ada dengan penuh perhatian.25
d. Faktor-faktor Kedisiplinan
Kedisiplinan seseorang juga terbentuk oleh faktor-faktor tertentu, salah
satunya adalah sebagai berikut:
24Mas’udi Asy, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT. Tiga
Serangkai, 2000), hal. 88.
25 Piet. A. Sahertain, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta:
43
1) Faktor Genetik
Adalah segala hal yang dibawah oleh anak sejak lahir sebagai
warisan dari orang tuanya.26 Genetik ini juga sangat mempengaruhi
terhadap pribadi anak, karena terkadang anak itu mewarisi kebiasaan
orang tuanya. Terkadang juga kebiasaan yang baik dan tidak baik.
Contohnya: orang tuanya kebiasaanya malas, anaknya juga malas.
2) Faktor Pendidikan
Adalah bimbingan dan pimpina secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.27 Pendidikan juga berpengaruh terhadap
kedisiplinan anak, karena pribadi seseorang terbentuk juga melalui
pendidikan.
Contohnya: seorang siswa yang dulunya SMP di swasta lalu SMA’nya
di Sekolah Negeri. Ketika pertama di swasta, terlambat itu sudah biasanya
namun sejak SMA mulai berubah. Hal itu karena kualitas pendidikannya
sudah berbeda.
26 Mahfud Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikann, (Surabaya: PT. Bina Ilmu.
1990), hal. 81.
44
3) Faktor Pengalaman
Adalah keseluruhan peristiwa yang pernah dialami oleh individu, baik
secara langsung ataupun tidak langsung dalam perjalanan hidupnya.28
Pengalaman seseorang juga berpengaruh terhadap kedisiplinan. Karena
seseorang biasanya belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya.
Akhirnya menyadarkannya untuk disiplin.
Contoh: seorang pegawai terlambat masuk jam kerja lalu dia dimarahi
oleh bosnya. Kemudian dia merasa malu dan akhirnya dia tidak terlambat
lagi.
4) Faktor Lingkungan
Adalah semua hal yang berhubungan dengan aktifitas seseorang
sehari-hari. Dari berbagai faktor-faktor kedisiplinan tersebut, faktor
lingkunganlah yang paling berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan
seseorang. Karena kebanyakan pribadi seseorang itu dibentuk oleh
lingkungan.29
Contoh: seorang anak berada di keluarga Angkatan Laut, setiap
kegiatan yang akan dilakukan terjadwal dengan teratur, sehingga tidak
ada satupun kegiatan yang dilakukannya secara sia-sia. Anak tersebut
telah dewasa dan kebiasaan tersebut sudah melekat dalam dirinya.
28 Evi Chumaidah, “Upaya Peningkatan Kedisiplinan Shalat berjama’ah di MTSN
Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), hal. 34-38.
29 Evi Chumaidah, “Upaya Peningkatan Kedisiplinan Shalat berjama’ah di MTSN
45
B.Penelitian Terdahulu yang Relevan
Setelah mencari penelitian yang relevan, akhirnya peneliti menemukan
penelitian yang relevan dengan yang peneliti kaji. Ada dua penelitian yang
relevan sesuai dengan penelitian yang di kaji peneliti dengan judul, yaitu:
1. Pengaruh Shalat Dhuha Terhadap Kedisiplinan Siswa Sekolah Dalam
Bidang Pendidikan Agama Islam Bagi Anak-anak Panti Asuhan Al-Fatimah
Surabaya.
Identitas peneliti:
Nama : Adip Murobbi
Nim : D01208130
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah
Tahun Penelitian: 2013
Penelitian tersebut membuat kesimpulan sebagai berikut:
1) Pembiasaan shalat dhuha di panti asuhan al Fatimah dilakukan setiap
hari. Shalat ini dilaksanakan pada pukul 08.00 sampai 09.00 Wib.
Kegiatan ini dilaksanakan secara berjamaah empat rakaat. Setelah shalat
dhuha selesai anak-anak panti membaca do’a shalat dhuha bersama-sama
46
2) Ada pengaruh antara shalat dhuha berjamaah dan kedisiplinan siswa
sekolah dalam bidang pendidikan Agama Islam bagi anak-anak panti
asuhan Al-Fatimah Surabaya. Persamaan dengan penelitian yang sya
lakukan adalah:
Persamaan dengan penelitian yang saya lakukan adalah:
a.Shalat dhuha dikerjakan sebanyak 4 rakaat.
Perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan adalah:
a.Shalat dhuha disini dilakukan secara berjamaah.
b.Shalat Dhuha dilaksanakan jam 08.00 dan 09.00.
c.Setelah shalat dhuha selesai, kemudian imam membaca do’a shalat
dhuha.
d.Rakaat pertama membaca Surat Ad Dhuha dan rakaat kedua membaca
Surat Asy Syam.
2. Pengaruh Kebiasaan Shalat Dhuha Berjamaah Terhadap Sikap Religius
Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Gedangan Sidoarjo.
Nim D01208107. PAI 2014
Identitas peneliti:
Nama : Rina Nur Malina
Nim : D01208107
47
Fakultas : Tarbiyah
Tahun Penelitian: 2014
Penelitian tersebut membuat kesimpulan sebagai berikut:
1) Dengan melihat dari angket bahwa kebiasaan shalat dhuha berjamaah
siswa kelas XI di SMAN 1 Gedangan Sidoarjo, berjalan dengan baik, hal
ini dapat dibuktikan dengan sebanyak 73,9% dari respon yang telah
mendukung dengan baik dalam proses pelaksanaan shalat dhuha
berjamaah siswa kelas XI di SMAN 1 Gedangan Sidoarjo.
2) Dengan melihat nilai angket bahwa sikap religius siswa kelas XI di
SMAN 1 Gedangan Sidoarjo, dengan keadaan baik, hal ini dapat
dibuktikan dengan sebanyak 64% yang berarti baik.
3) Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
kebiasaan shalat dhuha berjamaah terhadap sikap religius siswa kelas XI
di SMAN 1 Gedangan Sidoarjo. Tetapi pengaruh tersebut sangat lemah
atau sangat rendah sehingga pengaruh itu diabaikan (dianggap tidak
ada pengaruh antara kebiasaan shalat dhuha berjamaah dan sikap
religius).
Persamaannya dengan penelitian yang saya lakukan adalah:
a) Shalat dhuha dilaksanakan sebanyak 4 rakaat
48
b) Setelah shalat dhuha membaca do’a shalat dhuha yang dipimpin oleh
imamnya.
c) Rakaat pertama membaca Surat Ad Dhuha dan rakaat kedua membaca
BAB III
PENYAJIAN DATA
A.Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Pada bab ini peneliti akan menyajikan gambaran lokasi yang
dijadikan sebagai objek penelitian. Hal ini sangat penting demi menggali
informasi tentang klien, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap
pembentukak kepribadian. Oleh karena itu peneliti akan menulis dengan
jelas letak Madrasah Aliyah Hasyim Asyari Bangsri Sukudono Sidoarjo.
Adanya lokasi penelitian tersebutlah yang akan membantu peneliti
untuk penggalian data tentang diri klien dan kebiasaannya ketika sedang
berada di lingkungan Sekolah. Semua itu dilakukan oleh peneliti
bertujuan untuk mengetahui aktivitas klien ketika di Sekolahan,
kehidupan bersosial, kehidupan ekonomi klien sehingga peneliti
mengetahui dengan jelas lingkungan klien itu seperti apa dan kondisi
keluarganya bagaimana serta lingkungan masyarakat yang berhubungan
dengan masalah klien.
Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian skripsi adalah
Madrasah Aliyah Hasyim Asyari, Sekolahan tersebut berada di Desa