• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpajakan Organisasi Nirlaba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perpajakan Organisasi Nirlaba"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PERPAJAKAN

YAYASAN

(2)
(3)

PENGERTIAN PAJAK

… (2)

Prof. Dr. P.J.A. Adriani: “Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.: “Pajak adalah iuran kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksa-kan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

(4)

FUNGSI PAJAK

Fungsi Pajak ada 2, yaitu:

Fungsi Budgeter (fungsi anggaran) ialah fungsi pajak disektor publik, merupakan alat atau sumber untuk memasukkan uang dari masyarakat ke Kas Negara

Fungsi Reguler (fungsi mengatur) ialah fungsi pajak yang

(5)

MACAM-MACAM PUNGUTAN DI INDONESIA

Pajak, pajak adalah iuran kpd Kas Negara berdasarkan Undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum

Retribusi; merupakan pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa negara. Contoh: retribusi parkir, retribusi pasar, ijin membuat bangunan, dll.

Sumbangan/iuran; menurut Santoso Brotodihardjo,SH. (1982) merupakan biaya-biaya yang dibayarkan kepada negara untuk prestasi tertentu.

Prestasi itu tdk ditujukan kepada seluruh masyarakat, melainkan hanya utk sebagian tertentu saja. Contoh: sumbangan wajib pemeliharaan prasarana jalan.

(6)

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

1) Self Assessment System, suatu sistem pemungutan pajak dimana WP menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dgn ketentuan peraturan perundang-undangan perpaja-kan. Dalam sistem pemungutan ini, kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada aktivitas masyarakat wajib pajak sendiri, dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk:

Menghitung sendiri pajak yang terutang.

Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.

Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang.

(7)

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

2) Official Assessment System, suatu sistem pemungutan pajak, dimana aparatur pajak (fiskus) menetapkan jumlah pajak yang terutang dari Wajib Pajak. Dalam sistem ini inisiatif dan kegiatan dalam mengitung dan

menetapkan pajak sepenuhnya berada pada aparatur pajak (fiskus).

3) Withholding System, suatu sistem pemungutan pajak, dimana

(8)

STELSEL PEMUNGUTAN PAJAK

Stelsel Riil (Pengenaan di Belakang)

– Merupakan cara pengenaan pajak didasarkan pd keadaan sesung-guhnya (riil) atau nyata, yang diperoleh dalam suatu tahun pajak.

Stelsel Fictive (Pengenaan di Depan)

– Merupakan cara pengenaan pajak yang didasarkan atas suatu anggapan (fiksi) dan anggapan tersebut tergantung pada ketentuan bunyi undang-undang. Misalnya penghasilan seorang wajib pajak pada tahun berjalan dianggap sama dengan pengahasilan pada tahun sebelumnya.

Stelsel Campuran (Pengenaan Riil dan Fictive)

– Merupakan campuran antara stelsel riil dan stelsl fiksi dimana fiskus akan mengenakan pajak berdasarkan anggapan yang ditentukan dalam undang-undang yang selanjutnya setelah berakhirnya tahun pajak dilakukan

(9)

JENIS PAJAK MENURUT GOLONGAN

Pajak Langsung

: pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak

lain.

– Contoh: PPh, PBB, dll.

Pajak Tidak Langsung

: pajak yang pembebanan-nya

dilimpahkan kepada pihak lain.

(10)

JENIS PAJAK MENURUT SIFAT

Pajak subjektif, pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan subjek pajak, baru kemudian ditentukan objek pajaknya.

– Contoh : PPh, obyeknya adalah penghasilan.

Pajak objektif, ialah pajak yang pertama-tama melihat keadaan objek pajak, meliputi benda, atau keadaan, per-buatan, peristiwa yang

menyebabkan timbulkan kewajiban membayar, baru kemudian

ditentukan subyek pajaknya, tidak mempersoalkan apakah subyek ini bertempat kedudukan di Indonesia atau tidak.

(11)

JENIS PAJAK MENURUT PEMUNGUT

Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat:

– Dipungut Direktorat Jenderal Pajak meliputi: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Meterai.

– Dipungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai meliputi: Bea Masuk (impor), Bea Masuk Tambahan (impor), dan Cukai.

Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota (c.q. Dinas Pendapatan Daerah):

Pemerintah Daerah Provinsi meliputi: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dll.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

(12)

TARIF PAJAK

1) Tarif Tetap, tarif sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak. Misalnya tarif BM: Rp 6000 atau Rp 3.000

2) Tarif Proporsional, tarif berupa prosentase tetap. Misalnya tarif PPN 10%, tarif PBB 0,5%, tarif BPHTB 5%, dll.

3) Tarif Progresif, tarif semakin besar jika jumlah yang dikenai pajak makin besar. Misalnya PPh.

1) Progresif-Progresif, kenaikan prosentase makin besar.

2) Progresif-Tetap, kenaikan prosentase tetap.

3) Progresif-Degresif, kenaikan prosentase semakin kecil.

(13)
(14)

JENIS PPh - Yayasan

Jenis pajak penghasilan (PPh) yang lazim menjadi kewajiban

yayasan:

1. PPh Pasal 21/26

2. PPh Pasal 23/26

3. PPh Pasal 4 ayat (2)

(15)

SUBJEK PPH

ORANG PRIBADI & BADAN SUBYEK PAJAK BADAN YANG DIDIRIKAN DI INDONESIA

PERWKL NEG ASING&

ORG INT’L YANG

DITUNJUK MENKEU BUKAN SUBYEK PAJAK DALAM NEGERI LUAR NEGERI

PERWKL NEG ASING&

ORG INT’L YANG

DITUNJUK MENKEU BADAN USAHA TETAP (BUT) SELAIN BUT

WNA YANG TELAH MEMENUHI

“TIME TEST”

BADAN ASING YG MEMENUHI

“TIME TEST”

WNA YG “BERUSAHA”

DI INDONESIA & BELUM

MEMENUHI “TIME TEST”

BADAN ASING YG BELUM

MEMENUHI “TIME TEST”

WNA YG TDK “BERUSAHA”

DI INDONESIA & BELUM

(16)

OBJEK PPH

(UU PPh pasal 4 (1))

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau

imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

laba usaha;

keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

– keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

– keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

– keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

(17)

OBJEK PPH

(UU PPh pasal 4 (1))

bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

keuntungan selisih kurs mata uang asing; selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; premi asuransi;

iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak; penghasilan dari usaha berbasis syariah;

imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

(18)

BUKAN OBJEK PPH

(UU PPh pasal 4 (3))

Bantuan, sumbangan, zakat yang diterima oleh BAZIS (Badan Amil Zakat, Infak dan Sodaqoh).

Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah satu derajat, badan keagamaan, pendidikan, sosial, pengusaha kecil, koperasi yg ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Warisan.

Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

(19)

BUKAN OBJEK PPH

(UU PPh pasal 4 (3))

Dividen atau bagian laba yang diterima perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN/D dr penyertaan modal badan usaha di Indonesia:

– Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

– Menerima dividen minimal 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut. Bagian laba yg diterima anggota perusahaan komanditer (CV) yg modal-nya tdk terbagi atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi Bunga obligasi yang diterima reksadana 5 tahun pertama.

Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangannya:

– Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yg menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

(20)

BUKAN OBJEK PPH

(UU PPh pasal 4 (3))

beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan

(21)
(22)

ADMINISTRASI PPh PASAL 21

Pembayaran Paling lambat tanggal 10 Bulan berikutnya

Pelaporan Paling lambat tanggal 20 Bulan berikutnya

SPT= INDUK

DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN

(23)

PPH PASAL 23

adalah pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP DN dan BUT yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau

(24)

OBJEK PPh PASAL 23

Tarif 15 % (Tidak Punya NPWP + 100%) atas:

dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f Royalti,

bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f , Tarif 2 % (Tidak Punya NPWP + 100%) atas:

sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) ,

(25)

CONTOH PPh Pasal 23

Yayasan Penabulu, menyewa 1 unit toyota Altis ke PT. A dengan

harga sewa Rp 12juta. Hitung berapa PPh pasal 23 terutang atas

transaksi tersebut.

PPh pasal 23 = 2% x 12 juta = 240.000

Yayasan Penabulu, menyewa mesin Genset ke PT. Z seharga

Rp 100 jt. Hitung berapa PPh pasal 23 terutang.

PPh pasal 23 = 2% x 100 juta = 2.000.000

Yayasan Penabulu, membayar jasa konsultan pajak PT Buluku

sebesar Rp 50 jt.

(26)

ADMINISTRASI PPh PASAL 23

Pembayaran Paling lambat tanggal 10 Bulan berikutnya

Pelaporan Paling lambat tanggal 20 Bulan berikutnya

SPT= INDUK

DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN BUKTI PEMOTONGAN

(27)

PPH PASAL 26

(28)

PPh PASAL 26

…(1)

OBJEK PAJAK PPH PASAL 26:

Dividen.

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.

Royalti, sewa & penghasilan lain sehubungn dgn penggunaan harta

Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.

Hadiah dan penghargaan.

Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

(29)

PPh PASAL 26

Penghasilan bruto x 20%

Sesuai Tax Treaty (Perjanjian Penghindaran Pajak

Berganda/P3B)

Syarat:

1. Ada perjanjian tax treaty

2. Menyerahkan form DGT (directorate general of tax) atau

SKD, yang diterbitkan oleh DJP dan harus ditandatangani oleh

competent authority negara asal

3. Tidak melebihi time test

(30)

PPH FINAL

adalah PPh yang tidak dapat dikreditkan terhadap total utang pajak

(31)

OBJEK PPh PASAL 4 (2)

penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang

dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

penghasilan berupa hadiah undian;

penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan

saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan

pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah

dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,

dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

penghasilan tertentu lainnya,

(32)

PPh PASAL 4 (2) - Yayasan

penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan

persewaan tanah dan/atau bangunan;

Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan:

PPh ps 4 (2) = 5% x Penghasilan Bruto

Sewa tanah dan atau bangunan:

(33)

CONTOH PPh Pasal 4 (2)

Yayasan Penabulu, menyewa ruang rapat Griya Alam Ciganjur

ke PT. A dengan harga sewa Rp 20juta. Hitung berapa PPh pasal

4(2) terutang atas transaksi tersebut.

(34)

ADMINISTRASI PPh PASAL 4(2)

Pembayaran Paling lambat tanggal 10 Bulan berikutnya

Pelaporan Paling lambat tanggal 20 Bulan berikutnya

SPT= INDUK

DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN BUKTI PEMOTONGAN

(35)
(36)

PPh PASAL 29

Pelaporan PPh Pasal 29 paling lambat tanggal 30 April Tahun berikutnya, dan Pembayaran (jika kurang bayar) dilakukan sebelum pelaporan.

PPh Pasal 29 adalah hasil perhitungan pajak terutang selama tahun pajak dikurangi dengan total kredit pajak dan angsuran pajak penghasilan yang

telah dilakukan selama tahun pajak tersebut.

(37)

PPh PASAL 25

Angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh WP setiap bulan adalah sebesar PPh yang terutang menurut SPT PPh Badan tahun pajak yang lalu, dikurangi PPh yang telah di bayar sesuai ps. 22, ps. 23, dan ps. 24

Dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

(38)

Laba/Rugi (komersiil)

PPh BADAN

Laba/Rugi (FISKAL) Kor. Fiskal

T

ar

if

Pasal

17

Objek Pajak –

bukan objek pajak

– PPh final – biaya

(39)

KONSEP BIAYA DALAM PAJAK

Terdapat 2 (dua) macam biaya dalam pajak:

Biaya yang dapat diakui sebagai pengurang penghasilan bruto

(

deductible expenses

), diatur dalam UU PPh pasal 6 (1). Pada

prinsipnya, kriteria biaya yg dapat diakui sebagai pengurang:

1) Operating expenditure dibeban pada tahun berjalan dan Capital expenditure harus dibebankan melalui penyusutan/amortisasi.

2) Terdapat hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan.

3) Tidak terkait dengan bukan Objek Pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak final.

4) Pengeluaran kas (cash expenditure) bukan natura/kenikmatan.

5) Dalam batas kewajaran dan sesuai dengan adat pedagang yang baik (sound business practices)

(40)

PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Biaya M3 (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan: – Biaya pembelian bahan.

– Biaya berkenaan pekerjaan atau jasa termasuk upah gaji,

honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.

– Bunga. – Sewa. – Royalti.

– Biaya perjalanan.

– Biaya pengolahan limbah.

(41)

PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Penyusutan dan amortisasi.

Iuran kepada dana pensiun yg pendiriannya telah disahkan Menkeu. Kerugian krn penjualan/pengalihan harta yg dimiliki dlm perusahaan. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.

– Jika WP menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs historis), pembebanan kerugian dilakukan pada saat

REALISASI atas perkiraan mata uang asing tersebut.

– Jika WP menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah BI, maka pengakuan biaya pada akhir tahun pajak.

Biaya R&D perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

(42)

BUKAN PENGURANG PENGH. BRUTO

Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian SHU Koperasi.

Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, anggota.

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

– Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan leasing.

– Cadangan untuk perusahaan asuransi.

– cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan

– cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan

– cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri

(43)

BUKAN PENGURANG PENGH. BRUTO

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura/kenikmatan, kecuali makan/minum bagi seluruh pegawai dan natura/kenikmatan di daerah tertentu dan berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan ditetapkan dengan Kep Menkeu.

Natura/kenikmatan di daerah tertentu adalah di daerah terpencil, dimana natura/kenikmatan dapat dijadikan sebagai biaya meliputi:

– Tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai+keluarga. – Pelayanan kesehatan.

– Pendidikan bagi pegawai+keluarga. – Pengangkutan.

– Fasilitas olah raga bagi pegawai+keluarga.

Selain itu natura/kenikmatan yang boleh dijadikan biaya adalah:

– Pakaian dan perlengkapan untuk keselamatan kerja.

– Pakaian seragam SATPAM, seragam buruh, seragam pegawai bank – Antar jemput karyawan.

(44)

BUKAN PENGURANG PENGH. BRUTO

Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan kecuali – Zakat yang dibayarkan oleh WP muslim kepada BAZIS.

– Sumbangan kepada korban tsunami Aceh. – Sumbangan kepada GN-OTA.

Pajak Penghasilan.

Biaya untuk kepentingan pribadi WP atau tanggungannya.

(45)

PENYESUAIAN/KOREKSI FISKAL

Terjadi jika peraturan perundang-undangan perpajakan tidak

mengakui biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai biaya

(

non-deductible expense

).

Kondisi penyesuaian/koreksi fiskal:

– Karena beda tetap (permanent differences). – Karena beda waktu (time differences).

Jenis penyesuaian/koreksi fiskal:

– Koreksi fiskal positif.
(46)

Tarif PPH Badan

Tahun Pajak 2009 28%

Tahun Pajak 2010 dst 25%

Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp 50 miliar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a)

yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran

(47)

KREDIT PAJAK

Kredit Pajak Dalam Negeri:

– PPh Pasal 22

– PPh Pasal 23

Kredit Pajak Luar Negeri:

– PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar sendiri:

– PPh Pasal 25.

– Fiskal Luar Negeri.

(48)

KOMPENSASI KERUGIAN

(UU PPh ps. 6 (2))

Kompensasi kerugian selama 5 tahun berturut-turut

1995: rugi fiskal (1,200,000,000) 1996: laba fiskal 200,000,000 1997: rugi fiskal (300,000,000)

1998: laba fiskal NIHIL

1999: laba fiskal 100,000,000 2000: laba fiskal 800,000,000

Kompensasi kerugian tahun 1995 dilakukan sebagai berikut: Rugi fiskal tahun 1995 (1,200,000,000) Laba fiskal tahun 1996 200,000,000

Referensi

Dokumen terkait

Selain memperbaiki kaedah pengajaran guru LINUS-Literasi Bahasa Malaysia juga perlu melengkapkan diri dengan aspek-aspek persediaan lain dalam meningkatkan mutu

Halaman single record test digunakan untuk membandingkan klasifikasi cuaca user dengan klasifikasi cuaca hasil dari algoritma C4.5 dengan hanya menggunaka satu

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran menggunakan Macromedia Captivate pada mata pelajaran menggunakan alat-alat ukur,

Beneish M-Score dari aspek Days Sales in Receivables Index (DSRI), Gross Margin Index (GMI), Asset Quality Index (AQI), Sales Growth Index (SGI), Depreciation

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi

kebun sendiri dan dapat dipisahkan dari usaha pertaniannya, atau bahan bakunya berasal dari pembelian... Usaha pemerahan susu hewan besar maupun

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

28 Tahun 2007 : pajak adalah kontribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan