• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /enm/images/dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /enm/images/dokumen"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jakarta Convention Center, Senin, 31 Maret 2008

Sambutan Pembukaan Rapimnas Kadin 2008

TRANSKRIPSI

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA

PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT PIMPINAN NASIONAL KADIN 2008 JCC, 31 MARET 2008

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi,

Salam Sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati para Pimpinan dan Anggota Lembaga-lembaga Negara, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

Yang Mulia para Duta Besar Negara Sahabat dan para Diplomat Senior, serta Organisasi Dagang Negara Sahabat yang turut hadir pada acara ini, Saudara Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, dan segenap Pimpinan KADIN, baik Pusat maupun Daerah, para Sesepuh KADIN, para Pimpinan Dunia Usaha, baik negara maupun swasta,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini untuk bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.

Kita juga bersyukur hari ini dapat bersama-sama menghadiri Rapat Pimpinan Nasional KADIN pada tahun 2008. Saya mengucapkan selamat mengikuti Rapimnas ini, semoga ke depan KADIN dapat berkontribusi lebih besar lagi kepada bangsa dan negara, utamanya untuk memajukan dunia usaha dan ekonomi nasional.

Saudara-saudara,

Ini kesempatan yang baik bagi saya untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pelaku dunia usaha, baik Pusat dan Daerah yang 10 tahun terakhir ini terus berjuang untuk membangun kembali perekonomian nasional, setelah kita mengalami krisis yang luar biasa sejak 10 tahun yang lalu.

Saya katakan di depan APINDO kemarin, Saudara bersama Pemerintah juga mengalami berbagai dinamika, romantika, pasang surut sebagai bagian dari sejarah yang kita lalui. Dan oleh karena itu, ketika kita dalam suasana sulit, kita mampu bersatu dan melangkah bersama. Harapan saya sekarang ke depan, kita lebih sinergis lagi untuk membangun kembali perekonomian dan dunia usaha kita.

Saudara-saudara,

(2)

upaya besar kita untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur, meningkatkan ketersediaan energi dan ketersediaan pangan. Energi security and food security yang juga saya kira menjadi persoalan global dewasa ini.

Saudara-saudara,

Baik dalam suasana seperti ini, 10 tahun kita melakukan reformasi, melakukan kembali ekonomi pasca krisis untuk kita terus menjalankan kontemplasi atau refleksi ataupun perenungan. Dan kalau kita jujur, semua, tahun demi tahun atas kerjasama dan perjuangan bersama kita, ekonomi kita terus bergerak maju. Benar, masih banyak tantangan, masih banyak masalah, masih banyak pekerjaan rumah. Tetapi kalau kita jujur tentu ada progress dari tahun ke tahun. Sementara itu, kita juga mengetahui bahwa kondisi nasional tahun-tahun terakhir ini memberikan tantangan yang berat, rangkaian bencana, baik itu yang merupakan peristiwa alam maupun bencana-bencana akibat kesalahan manusia, banjir, tanah longsor ikut

berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi kita. Alokasi anggaran kita yang ada dalam APBN dan upaya-upaya rekonstruksi ekonomi, rehabilitasi daerah akibat bencana alam itu.

Yang kedua, harga minyak yang meroket sejak akhir 2004 sampai sekarang bertengger pada tingkatan yang tinggi, tentu memberikan pukulan terhadap ekonomi kita, sebagaimana juga dirasakan oleh banyak negara di dunia. Kini lingkungan global, global economic environment juga memberikan tekanan,

tantangan, permasalahan kepada dunia dan kepada kita. Lagi-lagi harga minyak yang belum menunjukkan tanda-tanda pada tingkat yang rasional dalam tanda kutip. Inflasi pangan yang tiba-tiba terjadi pada tahun-tahun terakhir, pada bulan-bulan terakhir dan keuangan global akibat kredit macet di Amerika serikat, yang masih belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Settlement seperti apa, berapa banyak cost-nya, siapa yang menjadi korban dan lain-lain. Itu semua ada dalam lingkungan kita nasional, regional, global.

Oleh karena itu, memikirkan sesuatu yang linier seolah-olah vacuum, tidak ada dilema, tidak ada kompleksitas permasalahan, tentulah bukan pikiran yang berkualitas karena kita justru meniti, mencari celah, menembus sesuatu dalam kondisi seperti itu. Dan, sekali lagi tema yang diangkat KADIN menjadi benar-benar relevan dan tepat. Kalau kita mengidentifikasi tiga hal itu, infrastruktur untuk men-generate kita punya ekonomi, dan juga permasalahan energi dan pangan.

Tadi, Saudara Muhammad Hidayat menjelaskan, ada apa sebenarnya tiba-tiba pada tingkat dunia harga minyak mentah, crude, seperti itu, harga pangan juga naik luar biasa. Tiba-tiba dan kemudian secara

significant, padahal konon mengatakan tidak ada perubahan yang dramatis, perubahan yang tiba-tiba atas

keseimbangan antara supply dan demand pada tingkat dunia, baik energi, minyak, dan gas utamanya dan pangan.

Apa betul banyak teori yang mengedepan akhir-akhir ini? Saya ikuti pandangan-pandangan praktisi, pandangan ekonom, pandangan dunia usaha di seluruh dunia. Ada yang mengatakan, bagaimanapun ada

mismatch antara supply dan demand menyangkut energi. Growing demand dari China, India, US sendiri,

tentu mengubah balance antara supply dengan demand. Geopolitical factors, disruptions of supply yang dikhawatirkan karena gejolak di Timur Tengah misalnya, itu juga menimbulkan spekulasi tertentu. Belum

words of war, perang kata-kata, statement yang mudah sekali dimunculkan oleh beberapa Pemimpin Dunia

ikut memicu, sehingga ada fear factor masalah energi ini, sehingga harganya kadang-kadang irrational, sebagaimana yang kita alami sekarang ini. Tetapi kembali, ekonomi mengatakan kalau fundamentally ada

imbalances, ada mismatch, maka tentu harga bergerak. Makin dalam imbalances itu, ya makin tinggi harga.

Mari kita tidak meninggalkan basis itu.

Yang kedua, pangan. Mengapa? Saya ikuti analisis dari banyak pakar, pertama adanya konversi komoditas pangan ke komoditas energi, biofuels misalnya di Amerika, di Brasilia dan lain-lain, sehingga kembali ada

mismatch dari segi pangannya. Ada yang mengatakan, there is a growing middle class, jadi kelompok

(3)

supply dengan demand. Jadi bagaimanapun menurut sebuah teori ada kaitannya pada supply dan demand

pada komoditas pangan.

Saudara-saudara,

Melihat perkembangan ini, saya baru saja kemarin berkunjung ke Timur Tengah dan ke Afrika, bertemu dengan banyak sekali Pemimpin Negara, Pemerintahan, Presiden, Perdana Menteri, Raja. Kita semua cemas kalau ini tidak ada settlement, kalau ini terus menggelinding dan akhirnya mengganggu banyak hal yang oleh dunia diangan-angankan. Contohnya, kita sepakat tahun 2000, dalam waktu 15 tahun

kemiskinan dunia akan kita kurangi separuhnya, fifteen years baru mengurangi separuhnya. Dengan kondisi seperti ini, dengan melemahnya ekonomi global, apalagi negara-negara yang belum berkembang,

least developed countries dan developing countries dikhawatirkan MDGs tidak bisa kita capai.

Climate Change, ini juga menjadi isu yang mengemuka, banyak sekarang kita menghabiskan waktu 2, 3

tahun bertemu mengatasi climate change. MDGs menjadi topik, kalau nggak salah pertemuan PBB tahun ini, tahun lalu climate change. Menurut pendapat saya, dunia sudah harus sungguh memikirkan disamping MDGs dan climate change itu adalah bagaimana masyarakat dunia bersama-sama bisa mengelola persoalan energi dan pangan yang ternyata menjadikan permasalahan yang cukup berat sekarang ini. Kita tahu dunia menganut open market system. Tetapi saya percaya mesti ada ruang bagi lembaga-lembaga internasional semacam PBB, masih ada ruang, nation state, Pemerintah-pemerintah di dunia ini untuk ikut pula melakukan sesuatu. Tidak ada pasar yang sempurna, selalu ada market values, national or global. Oleh karena itu, demi justice, demi mencegah yang tidak-tidak, menurut saya masih menjadi moral

obligations dari lembaga-lembaga dunia, termasuk negara-negara untuk memikirkan, bagaimana kita bisa

mengelola semuanya ini.

Dalam konteks itu, saya berpendapat, dunia usaha dilibatkan penuh. Dunia teknologi dilibatkan penuh. Banyak sekali masalah di dunia ini, energy, food yang bisa diselesaikan karena technological innovation. Bahkan bisnis pun harus membentuk, membangun, mengembangkan inovasi-inovasi sehingga lebih efisien, lebih produktif, lebih kompetitif.

Saudara-saudara,

Saya menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Saudara mengetahui, membaca dari surat kabar, karena saya sangat ingin agar PBB berinisiatif untuk mengajak pemimpin-pemimpin yang lain memikirkan ini. Tahun lalu, kita menjadi tuan rumah Climate Change. Juga kita lakukan sesuatu, ternyata ada

breakthrough di Bali, yang tadinya deadlock dimana-mana, mengalir, moving, harus kita lakukan. Menurut

saya, kali ini kita juga harus bersama-sama memikirkan, bagaimana menyelesaikan masalah energy and

food ini. Harus dilibatkan all big producers, all big consumers, baik energy maupun foods, supaya kita bisa

bicara bagaimana bagusnya ini. Karena morally and justified, kalau negara itu tidak memikirkan dunianya, tidak memikirkan rakyat di banyak negara, menurut saya harus sampai di situ.

Kemudian saya menyambut baik keinginan KADIN, mari kita perkuat ekonomi nasional, perkuat ekonomi Indonesia. Memang masing-masing negara punya pilihan. Negara-negara yang disebut Asian Tiger, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Singapura lebih memilih export oriented economy. India, saya baca India

rising mix, tapi mengembangkan domestic economy, Cina mix, domestic market.

Menurut saya, Indonesia dengan 220 juta penduduk, dengan tumbuhnya daya beli, purchasing power, dengan natural capital yang kita miliki, dengan luas geografi kita, dengan size of our GDP sudah saatnya kita betul-betul mengembangkan ekonomi domestik kita, membesarkan pasar domestik kita, all out. Memang tidak mungkin setahun, dua tahun langsung terbangun, tapi kalau kita mulai dari sekarang, 10 tahun lagi, 15 tahun ke depan, saya kira akan makin kuat kita punya domestic economy, punya domestic

market dan itu mengubah cara pandang kita yang seolah-olah hanya mengembangkan ekspor sebagai

(4)

Oleh karena itu, banyak yang harus kita lakukan adalah laundry list, kalau kita ingin betul-betul memperkuat ekonomi di negeri kita. Tetapi bagaimanapun, bagaimanapun saya berpendapat bukan hanya growth semata, tetapi growth with equity. Kita perlu mengoreksi masa lalu. Terus terang, pertumbuhan 6, 7, 8% rata-rata 7% tanpa equity, pemerataan, menghidupkan semua daerah, semua rakyat, yang kita hadapi adalah bencana krisis, marilah kita sangat cerdas. Fundamental ekonomi kita perkuat, semuanya setuju, mari. Infrastruktur, mari, listrik menjadi hambatan dalam usaha kita. Investasi, perdagangan, industri, pertanian, usaha kecil dan menengah, teknologi, inovasi dan IT. Dan juga jangan dilupakan, dalam sistem pemerintahan sekarang ini kalau kita mengembangan ekonomi nasional, jangan hanya lihat segi-segi sektoralnya saja, pertanian, industri, perikanan, tapi segi-segi kedaerahan, segi regional, otonomi daerah meniscayakan the centre of growth itu juga terbagi di daerah-daerah.

Saya melihat Gubernur, Bupati, Walikota yang inovatif, yang kreatif, tumbuh dengan bagus. Kita ingin seluruh Kabupaten, seluruh Kota, seluruh Propinsi di negeri ini juga seperti itu. Sudah tidak sesuai lagi kalau semua menggantungkan policy sectoral. Justru upaya yang gigih dari masing-masing daerah, itu yang harus tumbuh dengan baik. Dengan demikian, lebih realistik dan memang begitu pilihan kita dalam era reformasi ini, otonomi daerah.

Saya berharap para Pimpinan KADINDA juga mengajak, mengingatkan para Bupati, para Walikota, marilah kita cari daya saing sendiri, keunggulan sendiri, potensi sendiri supaya segera bisa dikembangkan. Di birokrasi yang bertele-tele kata Pak Hidayat tadi yang membikin tidak berkembang dunia usaha, mari kita perbaiki sama-sama, ingatkan, kalau itu dari daerah-daerah yang menghambat pergerakan sektor riil, pergerakan usaha yang Saudara jalankan.

Saudara-saudara,

Masih berkaitan dengan kebersamaan kita membangun ekonomi nasional yang lebih kuat. Ada yang disebut dengan troika, yaitu the government atau pemerintah, the private sectors, dunia usaha dan the

society, itu saling kait-mengait. Karena forum ini Forum KADIN, saya menggarisbawahi bagaimana

kebersamaan kita Pemerintah dan dunia usaha. Semua harus berperan optimal, dunia usaha berperan optimal, Pemerintah berperan optimal. Ekonomi yang kuat, we are strong and sustainable economy. Kita punya kewajiban masing-masing. Kewajiban Pemerintah a, b, c, d, e, f, g, h, sampai paling akhir. Kewajiban dunia usaha juga banyak, bicara infrastruktur ada partnership, ada sharing-nya, kapan Pemerintah, batas kemampuannya seperti apa, dimana masuk dunia usaha. Demikian juga yang lain-lain.

Kalau Saudara-saudara menginginkan Pemerintah bikin dong terobosan, thinking outside the box, saya terima, saya setuju. Pemerintah mengembangkan kebijakan terus-menerus menyesuaikan dengan lebih, sehingga lebih cocok dengan perkembangan keadaan, insentif fiskal juga terus-menerus kita lakukan. Dunia usaha juga harus berani mengembangkan bisnis, meskipun kadang-kadang harus menghadapi resiko. Dua-duanya harus melakukan sesuatu. Kalau tidak, mismatch lagi karena parthership ini sangat penting, komponen troika, terutama antara Pemerintah dan dunia usaha.

KADIN memberikan rekomendasi. Saya catat ada 8 rekomendasi. Saya minta para Menteri mempelajari rekomendasi itu untuk pengembangan kebijakan dan program yang tepat untuk mengembangkan dunia usaha. Kalau saya baca analisis KADIN memang agak seram, sepertinya Pemerintah salah semua begitu, tidak benar semua, dari a sampai z, tapi rekomendasinya bagus, 8 poin bagus. Tapi analisisnya waduh. Loh ini kok seperti apa, jaman kegelapan, salah semua, jelek semua. Rekomendasinya bagus. Saya dengarkan rekomendasinya saja karena bagus. Dan betul-betul mencapai, mungkin keluhan-keluhan yang banyak itu tercermin, akhirnya bagusnya bagaimana. Saya berpikir positif dengan bagusnya bagaimana, Insya Allah yang dikeluhkan tadi pelan-pelan menjadi teratasi, menjadi sirna.

(5)

menghasilkan sesuatu yang instant, karena ini kompleksitas permasalahan yang kita hadapi. Yang belum dijalankan dengarkan, barangkali bagus karena kita harus welcome pikiran-pikiran darimana pun, termasuk dunia usaha yang betul-betul membawa kebaikan pada kita semua.

Saya ambil contoh, pernah saya bertukar pikiran dari teman-teman dari dunia usaha, utamanya yang berusaha di bidang CPO, minyak goreng. Tahun lalu, ketika sudah ada tanda-tanda kenaikan dipicu oleh harga dunia yang naik dengan tajam, kita bertemu. Solusinya, tidak perlu ada pajak ekspor, kita akan stabilkan, teken-teken semua, teken, saya pegang, Alhamdulilah sudah teken semua itu, it did not work. Tidak berjalan. Duduk bersama lagi. Akhirnya bagi-bagi, ok PPN yang bayar Pemerintah, kemudian supaya ada balance antara ekspor dengan kepentingan domestik, domestic use, kita lakukan pajak ekspor. Ada pikiran baru, “Pak, sebagusnya nggak usah pajak ekspor.” Mari, welcome, duduk bersama lagi, yang penting tujuan untuk menstabilkan harga bagi rakyat kita tercapai, kita sharing the burden, pemerintah akan mengeluarkan dari APBN, mengkompromikan sejumlah kebijakan secara temporer, kemudian dunia usaha juga tidak pada posisi merugi, mungkin untungnya belum besar dulu dalam keadaan posisi seperti ini. We

could talk, welcome. Karena tidak ada satu policy yang tidak bisa diubah kalau ternyata tidak cocok.

Jadi saya menyeru, mengajak, mari kita pecahkan lagi, cari lagi yang paling bagus, ya. Tetapi setelah kita jalankan, mari sama-sama kita penuhi. Saya dapat laporan, ada penyelundupan minyak goreng, sedih saya. Karena setelah kita duduk bersama dengan genuine, mari kita carikan solusinya. Harapan saya, mari solusi itu betul-betul bawa kebaikan. Ada Bruri Marantika almarhum, “Jangan ada dusta di antara kita.” Insya Allah bisa, Insya Allah bisa, karena saya lihat juga semangat teman-teman ingin betul menyelesaikan masalah ini. Semua juga, kalau rakyatnya nggak bisa beli, ya siapa yang beli komoditas kita, bangkrut juga usaha kita, ekonomi kita, semua sadar.

Oleh karena itulah, Pemerintah dengan instrumen fiskal, instrumen gaji, instrumen APBN, bantuan

langsung tunai kepada mereka, agar daya beli cukup terpelihara. Dengan daya beli terpelihara, maka pasar sehat. Pasar sehat bisa memproduksi terus-menerus, usaha bergerak. Usaha bergerak, saya berterima kasih lapangan pekerjaan ada, pengangguran berkurang. Saya berterima kasih, saudara bayar pajak. Pajak itu untuk membantu pendidikan kesehatan dan lain-lain, win-win situation.

8 rekomendasi KADIN, revitalisasi pertanian, that’s ok. Menteri Pertanian di sini. Food and energy security, bagus, saya kira ada di sini beberapa pejabatnya. Daya saing di pasar domestik harus bagus. Tolong diperhatikan agar jangan ada policy-policy yang mengganggu. Kita bisa kompetitif di negeri sendiri. Target

lifting minyak diinginkan 1,1 bagus. Saya pun inginnya 3 tahun lagi telah di 1,3. Saya pernah menjadi

Menteri perminyakan dulu. Memang situasinya negara kita harus all out, ya Pertaminanya, ya swasta, swasta dalam negeri, swasta luar negeri, kalau kita ingin to increase our domestic production. Sumur-sumur yang marginal yang dulu tidak ekonomis dengan 100 Dolar, saya kira sudah menjadi ekonomis. Eksplorasi yang tadinya very costly dengan harga minyak sekarang, mungkin itu menjadi bagus. Marilah kita

berinovasi untuk mencari peluang apa saja yang bisa kita tingkatkan dari domestic production ini, minyak dan gas utamanya.

Infrastruktur saya setuju. Saya kira dalam sejarah setelah 10 tahun mengalami krisis, tahun-tahun sekarang inilah kita tingkatkan alokasi infrastruktur yang musti ditanggung oleh Pemerintah. Pak Hidayat tadi

mengatakan kalau bisa 6% dari GDP, sekarang baru 3%. Saya akan jelaskan begini Saudara, kalau melihat kita punya APBN sekarang ini, dengan kenaikan BBM, subsidi BBM, listrik dan subsidi pangan yang lain, itu sudah pada tingkat bagaimana menyelamatkan APBN ini, bukan pada tingkat bagaimana membikin ideal APBN ini, to save our annual budget. Dalam keadaan seperti itu tetap harus ada design, tetap harus ada politik APBN dan sudah kita putuskan, apapun dengan perubahan yang kita dengan DPR RI bekerja sama dengan baik. Saya berterima kasih, memikirkan yang pas bagaimana.

(6)

yang kedua adalah untuk menstimulasi pertumbuhan, utamanya infrastruktur. Puluhan trilyun mengalir ke PU, ke Perhubungan, ke Pertanian, juga untuk irigasi, energi dan lembaga-lembaga yang lain. Baru porsi ketiga untuk kesejahteraan, to reduce poverty. Ini bukan populis, harus. Sebab kalau ada mismatch, semua mengalir ke infrastruktur, terjadi kemerosotan daya beli, kemiskinan meningkat, kemudian apa yang mereka bisa beli. Saya kira tiga pilar ini tidak bisa kita abaikan, design-nya begitu.

Tahun 2005, saya mengatakan berkali-kali, why kita dulu menaikkan BBM lebih lambat 3 minggu

dibandingkan yang disarankan oleh banyak pihak. Saya bertanggung jawab, mengapa kita tunda sekitar 3 minggu. Kita hitung dari segi ekonomi 3 minggu telat, ini cost-nya. Tetapi kalau kita paksakan waktu itu naik, sebelum siap social safety nett kita, belum kita alirkan kompensasi kenaikkan Maret, terus kita naikkan lagi Oktober dengan kenaikkan seperti itu, belum kita hitung berapa yang harus kita bantukan pada rakyat,

cash transfer, dan seterusnya, maka economic benefit 3 minggu itu akan tertutup dengan social and security cost yang sangat tinggi.

Adam Smith mengatakan, the founder of modern economy, of liberal economy bahwa political economic

policy harus juga mempertimbangkan social and polical policy. Itulah kita hitung dengan DPR satu per satu

dulu. Jadi memang kalau dari segi, dari kacamata ekonomi terlambat, tetapi dari kacamata seluruhnya tidak terlambat.

Saudara tidak tahu, bahwa ketika 2005, kita sudah melakukan satu a quick estimate, apakah bisa terjadi seperti 1997? Jawaban kita waktu itu, mungkin tidak. Our fundamental lebih stronger, lebih kuat. Apalagi, bagaimana dengan nilai tukar yang merosot tajam? Bagaimana reserve yang tinggal berapa? Apakah bertahan keadaan moneter kita? Saya undang Gubernur BI, “Pak Burhanuddin Abdullah, apakah kita bisa

survive?” “We may survive.” No, may? Belum puas saya, kok may. Apa yang menyebabkan, lah ini kalau

meluncur terus Pak, terus kemudian reserve kita seperti ini, we have no second line of defence bisa kacau. Itulah sebetulnya ada proses internal yang bergerak dengan cepat. Saudara tahu namanya Bilateral Swap Arrangement, BSA, kerjasama kita ASEAN+3 yang bisa membantu negara yang menghadapi kesulitan moneter, kita bekerja.

Pak Burhanuddin berangkat ke Tokyo dan ke China. Saya berkomunikasi dengan Pimpinan China. Kemudian apa namanya Lee Hsien Loong, ada Thaksin, yang semua kira-kira if something happen in

Indonesia dengan itu, karena mereka tahu policy kita akan menaikkan BBM dengan risiko yang harus kita

tanggung sosial, politik, keamanan, mereka menganggap clean, rasional, mereka berani untuk menitipkan

second line of defence. Tapi amit-amit, saya berdoa pada Yang Maha Kuasa, semua bekerja, saya,

Wapres, segala macam, jangan sampai kita gunakan second line of defence ini. Tuhan Maha Besar, dengan policy waktu itu tidak pernah kita sentuh yang dicadangkan oleh teman-teman namanya Bilateral Swap Arrangement yang besarnya kurang lebih sekitar 10 billion, sama dengan setara kurs waktu itu 11, 10, 100 trilyun. Ini contoh dilema dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik, jangka pendek, jangka panjang, yang di permukaan, yang di bawah permukaan, yang tentunya memastikan bahwa kita bagaimanapun harus memilih. Tidak menyenangkan semua orang, masih ada unjuk rasa, terus terjadi. Tapi

we have to make decision, dan itu kita ambil waktu itu.

Bagi yang sangat menghormati atau surrender pada Washington Consensus atau neoliberalisme memang agak bertentangan, karena skala yang penting ekonominya begini, akan sehat, akan tumbuh. Tapi it does

not work untuk negara berkembang, kalau itu serta-merta secara mentah kita terapkan. Mesti ada

pertimbangan-pertimbangan lokal. Lokal baca nasional, agar policy yang kita kembangkan juga tepat. Logistik nasional, supply change, saya terima, pandangan dari KADIN, para Menteri pastikan bahwa kita punya apa namanya, supply change, ini integrated dengan global logistic, dengan global production sehingga tidak terjadi apa namanya mismatch.

(7)

manufaktur kita gerakkan kembali. Saran KADIN bagus. Kemudian UKM, ada Pak Suryadharma di sini? Lagi absen beliau. Akses kredit, integrasi dengan usaha yang lainnya. 8 rekomendasi ini menurut saya baik dan tolong di-match-kan dengan kebijakan para Menteri untuk betul-betul menggerakkan ekonomi kita, dunia usaha kita.

Saudara-saudara,

Yang terakhir, kita semua tahu, kita menghadapi isu ekonomi global. Isu ekonomi kontemporer. Pertama adalah ketahanan pangan. Pak Hidayat sudah menggariskan cocok dengan pikiran Pemerintah. Jangka pendek bagaimanapun kita harus melakukan stabilisasi harga pangan. Tidak mungkin 230 juta rakyat kita dengan yang miskin setara dengan 36 juta, dia tidak mendapatkan bantuan dalam tanda kutip untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari yang minimal. Tapi jangka panjang, setuju, harus bekerja sama kita to

increase domestic production. Langkah-langkah yang lebih luas, termasuk ekstensifikasi dan dunia usaha

bisa masuk lebih dalam, lebih besar lagi peran. Saya memikirkan, disamping petani kita dorong untuk menanam kedelai kembali, karena harganya bagus. Tapi kalau melihat masih banyak gap-nya dari sekian juta ton baru ditanam 17.000 ton. Oleh karena itu, bagus kalau dipikirkan bagaimana lifeskill pertanian kedelai, silakan, bicara Menteri Pertanian, bicara dengan Menteri-menteri yang lain, Menteri PU, bagaimana kita bisa bekerja sama to increase domestic production dari soya beans ini.

Energi, saya pesan listrik, listrik dan listrik. Ada PLN di sini? Tidak ada. Menteri Energi? Tidak ada. Saya masih merasa sangat lambat, kita untuk meningkatkan listrik ini. Banyak sekali yang merugi. Birokrasi ini, itu, merugi terus kita. Kita baru 25.000 Megawatt, kita bikin crash program 10.000 Megawatt, batubara. Itupun belum cukup. Semua gubernur datang ke saya. “Pak Presiden, ndak cukup, Pak.” Ya opportunity, jangan dibikin susah, yang bisa lebih cepat, lebih mudah. Mari kita hitung-hitungan, berapa dibutuhkan listrik ini, power plan mana yang kita bangun. Renewable energy, panas bumi dan lain-lain, silakan. Yang tadinya banyak tidak ekonomis, sekarang nampaknya menjadi lebih ekonomis.

Infrastruktur masalah yang kita hadapi sekarang. Ada batas kemampuan Pemerintah. Pemerintah terus terang Saudara-saudara, hanya mengarahkan karena porsinya juga harus kita bagi-bagi dalam APBN, terutama untuk infrastruktur pertanian supaya meningkat produksi pangan kita, kemudian infrastruktur yang tidak mungkin dikomersialkan. Ini juga sudah banyak. Oleh karena itu, I appeal you all, saya mohon Saudara-saudara betul-betul bisa mengisi kekurangannya.

Saya minta pemerintah, para Menteri dalam hal ini, terus kembangkan kebijakan yang bisa lebih kondusif terhadap peran dunia usaha untuk membangun infrastruktur ini. Setelah kebijakannya bagus, saya minta swasta juga betul-betul menjalankan. Ada kisah sudah dikasih ijin membangun jalan tol, macet semua. Sekali lagi, jangan ada dusta di antara kita. Pemerintah kurang bagus, saya akan bikin bagus, all out segala tenaga. Kemudian harapan saya, teman-teman dunia usaha juga begitu, melakukan langkah imbangan yang sama.

Misi kita Saudara-saudara, sebagai Kepala Negara saya ingin mengubah krisis ini, ancaman ini menjadi peluang, opportunity. Saya tidak bisa menggurui Saudara, Saudara jagonya, inovatif, kreatif, ada saja akalnya untuk berusaha, untuk ekonomi. Saya bukan ahlinya, karena kita tahu tantangan sekarang, pangan, minyak dan gas, listrik, infrastruktur. Saudara juga tahu Pemerintah tidak bisa mengelola semuanya hanya sebagian kecil, sebagian besar itulah equal dengan bisnis opportunity, pikirkan. Mulai sekarang semua itu menjadi opportunity, karena kita mengundang, siapa lagi kalau bukan pejuang-pejuang ekonomi, Saudara semua, pejuang-pejuang usaha untuk bikin ekonomi lebih kuat.

(8)

Presiden untuk menggerakkan dunia usaha di seluruh Indonesia, kok masih ada hambatan-hambatan begini.

Bupati, Walikota, Gubernur itu bukan diangkat oleh Presiden, dipilih oleh rakyat, kalau keterlaluan ya ajak rakyat bicara, “Ini bagaimana ini, Saudara milih kok gak jalan-jalan semua, kok macet, semua kok punglinya besar sekali. Kok lewat sana lewat sini. Jadi aneh begini.” Ini demokrasi, gunakan bahasa terang karena semua ingin di negeri ini juga genuine, kesampingkan kepentingan pribadi, kepentingan yang lain, kepentingan bersama untuk sama-sama kita wujudkan.

Menutup apa yang saya sampaikan, Saudara kenal namanya Jeffrey Sachs, yaitu seorang ekonom tingkat internasional yang membikin buku “The End of Poverty”, salah satu kontributor dari MDGs, penasihat ekonomi PBB, sudah pernah datang ke Indonesia, saya undang untuk bertukar pikiran dengan teman-teman yang lain, ini baru menerbitkan buku, baru terbit. Saya beli dua, tiga hari yang lalu. Silakan dibaca karena bagus ini, bagus untuk memberikan semangat, memberikan kesadaran, memberikan tanggung jawab, bagaimana kita mengembangkan ekonomi di negara, di dunia sambil menyelamatkan bumi kita. Judulnya adalah judul besarnya “Commonwealth”, kemakmuran bersama, judul kecilnya “Economic for a

Crowded Planet”. Bumi kita sudah penuh sesak, sehingga ekonomi harus sedemikian rupa dilakukan agar

mendatangkan kemakmuran bersama, commonwealth. Saya kira bagus kalau dibaca sambil mencari akal tadi, bagaimana mengisi energi, mengisi pangan, mengisi listrik, mengisi infrastruktur.

Demikianlah Saudara-saudara pesan dan harapan saya. Terima kasih sekali lagi atas perjuangannya Pusat dan Daerah. Terima kasih atas rekomendasinya. Mari kita melangkah bersama, saling berbagi, saling mengingatkan, kalau ada langkah-langkah yang menghambat pembangunan kembali ekonomi kita.

Dan akhirnya dengan mengucapkan ”Bismillahirrahmanirrahim”, Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia Tahun 2008 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

Sekian.

Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers dan Media

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan komunikasi yang terdapat di dalam perancangan identitas dari Situs Taman Purbakala Cipari ini adalah menciptakan suatu identitas berupa logo yang memiliki ciri khas dan

berdasarkan hasil uji ANOVA dengan signifikansi 0.000 (p<0.01); (2) pembelajaran menggunakan model Problem-Based Learning berpengaruh terhadap penguasaan konsep

Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu sama lain tidak saling mengenal, karena masing – masing berbeda

Walaupun patogenesis dan penyebab yang dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.Urtikaria atau

tersebut, karena merupakan pesan atau solusi yang diperpendek menjadi sebuah kata-kata yang mudah dimengerti, serta dapat memotivasi pendengar, penyiar berusaha

Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah..

sanggahan selama 3 (1iga) hari kerja dari langgal 16 Sid 18 Juni 2015, yang dilujukan kepada Uni1. Layanan Pengadaan Kementerian