26
Penulis Features Metodologi
Levine et al.,
2004
Prediksi distribusi ekologi dan
geografi vektor malaria. Model genetik algoritma parasit malaria.
Omumbo et al.,
2004
Persamaan regresi antara trasmisi malaria, parasit malaria dan iklim.
Analisis MARA Fuzzy ClimateSuitability
Index dan model statistk berdasarkan
data kasus malaria.
Paul et al., 2004
Interpretasi trasmisi malaria berdasarkan parasit malaria, vektor malaria dan outbreak
malaria.
Model statistik antar parasit dan vektor malaria.
Smith and McKenzie, 2004
Persamaan dinamik malaria berdasarkan parasit, vektor malaria dan manusia.
Model statistik hubungan antara parasit, vektor malaria dan manusia.
Teklehaimanot
et al., 2004
Prediksi pola kasus malaria berdasarkan mekanisme biologi parasit malaria.
Regresi Poisson dengan PDL
(Polynomial Distribusi Lag) model dari
unsur cuaca.
Teklehaimanot
et al., 2004
Prediksi kasus epidemik berdasarkan parasit malaria.
Regresi Poisson dengan PDL
(Polynomial Distribusi Lag) model dari
unsur cuaca.
Briet et al., 2005 Peta penyebaran malaria sebelum dan setelah tsunami.
Analisis kasus malaria sebelum dan setelah tsunami.
Chen et al.,
2005
Identifikasi Anopheles
arabiensis dan transmisi.
Penentuan tempat perindukan nyamuk dan kasus malaria.
Hulden et al.,
2005 Zona epidemik malaria.
Analisis API (Annual Parasite
Incidence) Malaria.
Kopec et al.,
2005
Early Warning System Malaria
(EWSM) berbasis curah hujan.
Monitoring Online curah hujan di daerah
epidemik malaria. Krishnamoorthy,
et al., 2005
Penentuan zona risiko malaria dan perubahan lahan.
Survei kasus dan analisis perubahan lahan sebelum dan setelah tsunami.
Mushinzimana,
et al., 2005
Penentuan tempat nyamuk
Anopheles sp.
Perbandingan LandCover dari citra LANDSAT ETM 7+, IKONOS, dan
Aerial Photo.
Wibowo, 2005 Early Warming System Malaria
(EWMS). Integrasi SIG dan kegiatan surveilens
Keterangan:
* : data diurutkan berdasarkan tahun artikel/ jurnal malaria (Sumber: www.malariajournal.com dan www.pnas.com)
III. KEADAAN UMUM
KABUPATEN SUKABUMI
3.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi terletak pada batas meridian 6043'-7029' Lintang Selatan dan 106049'-107000' Bujur Timur. Kabupaten Sukabumi berjarak tempuh 120 km dari ibukota negara dan 95 km dari ibukota provinsi Jawa Barat.
Wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan wilayah kabupaten terluas di Jawa–Bali, sekaligus sebagai salah satu kabupaten tertinggal di Jawa Barat. Luas wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah 41280 km2 atau 412799.54 ha. Secara fisik
wilayah dibatasi oleh 60 % daratan dan 40 % lautan dengan batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Bogor
• Sebelah selatan berbatasan dengan
Samudera Hindia
• Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dan Samudera Hindia
• Sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Cianjur [
www.bappeda-sukabumi.go.id]
3.2. Topografi
27
atas permukaan laut (mdpl). Sekitar 4128 km2 topografinya Kabupaten Sukabumi berupa bukit-bukit dan gunung-gunung dengan kemiringan yang terjal. Gunung-gunung yang tinggi adalah gunung-gunung berapi yang terletak di sebelah utara, yaitu: Gunung Gede Pangrango yang tingginya kurang lebih 2958 m dan Gunung Salak 2211 m yang lerengnya semakin landai ke arah Sungai Cimandiri
(www.bappeda-sukabumi.go.id).
Di Sukabumi bagian tengah, sebelah selatan Sungai Cimandiri terletak dataran tinggi Jampang yang tingginya 500-.000 mdpl. Dataran rendah Kabupaten Sukabumi berada pada ketinggian 0-100 mdpl, terletak dibagian selatan dan timur namun persebarannya sangat terbatas. Wilayah ini sebagian besar berbatasan dengan Samudera Hindia. Umumnya di Kabupaten Sukabumi sebaran ketinggian lahan berada pada kisaran 100-500 meter diatas permukaan laut seperti ditunjukan oleh Gambar 9.
3.3. Iklim
Kabupaten Sukabumi yang terletak pada 6°43'-7°29' di sebelah selatan garis khatulistiwa, termasuk dalam zona tropis yang ditandai dengan kelembaban udara yang sedang, curah hujan yang tinggi dan kecepatan angin yang sedang (Iklim Tipe B1 Oldeman). Distribusi curah hujan sementara terutama ditentukan oleh pola peredaran udara dari bulan Mei hingga bulan Oktober berhembus angin muson timur yang kering, dan dari bulan November hingga bulan Maret bertiup angin Muson Barat yang basah. Di bagian selatan Sukabumi angin musim barat biasanya bertiup lebih awal, yaitu pada akhir bulan September (www.bappeda-sukabumi.go.id).
Distribusi curah hujan secara tata ruang terutama ditentuka
n oleh ketinggian lokasi dan keadaaan geografis. Curah hujan tertinggi ( > 4000 mm per tahun), tercatat di Sukabumi bagian utara, disekitar lereng Gunung Gede, di Kecamatan Ciemas, sebelah timur Teluk Pelabuhan Ratu. Di kaki gunung berapi di sebelah utara dan di Sukabumi selatan memiliki curah hujan rata-rata berkisar 3000-4000 mm/tahun. Daerah yang terletak di sebelah utara dan selatan Sungai Cimandiri mempunyai curah hujan tahunan rata-rata yang paling rendah berkisar
2000–3000 mm/tahun (
www.bappeda-sukabumi.go.id).
Berdasarkan sistem klasifikasi Koppen, Kabupaten Sukabumi tergolong dalam tipe iklim Af. Kabupaten Sukabumi memiliki suhu udara terendah 23.6°C dengan suhu bulan
terdingin lebih dari 18°C terjadi pada bulan Februari, Juli, Agustus dan Desember (Gambar 10.). Pola musim mengikuti pola monsoonal dengan rata-rata curah hujan bulan terkering 64 mm dan curah hujan rata-rata
4074 mm/tahun (
www.bappeda-sukabumi.go.id).
23.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 10 Suhu udara rata-rata Kabupaten Sukabumi periode 11 tahun (1994 - 2004).
(Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, 2005)
Bulan Juli dan Agustus merupakan bulan dengan curah hujan yang paling sedikit dalam beberapa tahun bahkan tidak terjadi hujan sama sekali selama bulan tersebut. Sedangkan bulan November dan bulan Desember tercatat sebagai bulan yang paling sering terjadi hujan. Curah hujan rata-rata tahunan wilayah Sukabumi bekisar antara 2000-4000 mm/tahun (www.bappeda-sukabumi.go.id).
Jumlah hari hujan pertahun rata-rata tercatat sebanyak 144 hari (angka rata-rata selama 10 tahun). Catatan hujan yang terjadi selama tahun 1996-1999 menunjukan kondisi yang fluktuatif. Pada tahun 1996, curah hujan tercatat 970 mm dalam 151 hari hujan. Pada tahun 1997 curah hujan mencapai 1399 mm dalam 92 hari hujan. Tahun 1998 curah hujan mencapai 3716 mm dalam 197 hari hujan sedangkan pada tahun 1999 curah hujan mencapai 2660 mm dalam 151 hari hujan
(www.bappeda-sukabumi.go.id). Penentuan
musim kemarau didasarkan pada curah hujan kurang dari 150 mm sehingga musim kemarau terjadi dari bulan Mei hingga Juni dan musim hujan terjadi dari bulan Oktober hingga April, disajikan pada Gambar 11.
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 11 Curah hujan rata-rata Kabupaten Sukabumi periode 11 tahun (1994 - 2004).
28
29
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Plasmodium falcifarum Plasmodium vivax Kasus Positif Malaria
Suhu udara di Kabupaten Sukabumi tidak banyak berubah sepanjang tahun. Hal ini disebabkan oleh posisi Kabupaten Sukabumi yang terletak dekat dengan khatulistiwa. Suhu berkisar antara 18°C-30°C dengan rata-rata 26°C, suhu rata-rata dipermukaan laut adalah 26°C-27°C. Suhu tersebut akan turun sekitar 0.5°C setiap ketinggian naik 100 meter. Kelembaban udara berkisar antara 85%-89%, perbedaan temperatur antara siang dan malam adalah sekitar 8°C–10°C (Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, 2005).
3.4.Penyebaran Malaria di Kabupaten Sukabumi
Menurut DEPKES, Kabupaten Sukabumi ditetapkan sebagai kawasan Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria sejak tahun 2002. Jumlah kasus malaria tertinggi terjadi di Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan dan Desa Lengkapjaya, Kecamatan Lengkong. Pada bulan Januari hingga Juni 2004, tercatat jumlah kasus malaria di Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan dan Desa Langkapjaya, Kecamatan Lengkong sebanyak 785 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 51 orang diantaranya menderita malaria berat dan 8 orang meninggal dunia (www.depkes.go.id).
Pola penyebaran penyakit malaria di Kabupaten Sukabumi tidak fluktuatif setiap bulan. Jumlah kasus malaria tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah terjadi pada bulan September. Nilai tengah kasus malaria tertinggi terjadi pada bulan Desember sedangkan nilai tengah jumlah kasus terendah rata-rata terjadi pada bulan Februari hingga Maret seperti yang disajikan pada Gambar 12.
Pola penyebaran malaria baik kasus positif malaria maupun kasus malaria bagi
Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax per tahun, juga menunjukan pola yang
tidak fluktuatif. Jumlah kasus positif malaria dan jumlah kasus malaria bagi Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax relatif
konsisten setiap tahun, khususnya pada tahun 1999-2002. Sedangkan peningkatan jumlah kasus malaria terjadi pada tahun 2002-2003. Peningkatan ini diikuti dengan penurunan jumlah kasus malaria pada tahun 2003-2004. Pola penyebaran kasus malaria di Kabupaten Sukabumi tersebut ditunjukan pada Gambar 13. Sedangkan sebaran spasial kasus positif malaria tahun 2004 di Kabupaten Sukabumi ditunjukkan pada Gambar 14.
Gambar 12 Pola musim penyebaran penyakit malaria di Kabupaten Sukabumi pada tahun
1999 – 2004.
(Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, 2004)
Gambar 13 Pola penyebaran kasus malaria di Kabupaten Sukabumi pada tahun 1999-2004.
(Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, 2004)
IV. BAHAN DAN METODE
4.1. Waktu dan Tempat