Bab 2 Landasan Teori
2.1 Konsep Sosiolinguistik
Menurut Nababan (1992:1-3), bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas
manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain. Ilmu yang mempelajari
hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu linguistik. Lebih jelas lagi dia menjelaskan,
baru dalam dua dasa warsa belakangan ini semakin disadari ahli-ahli bahasa bahwa perlu
diberikan lebih banyak perhatian kepada dimensi kemasyarakatan dari bahasa. Dimensi
kemasyarakatan inilah yang memberikan makna kepada bahasa, dan sekarang ini
semakin disadari oleh ahli-ahli bahasa bahwa dimensi kemasyarakatan ini menimbulkan
ragam-ragam bahasa yang bukan hanya berfungsi sebagai petunjuk perbedaan golongan
kemasyarakatan penuturnya, tetapi juga sebagai indikasi situasi berbahasa serta
mencerminkan tujuan, topik, aturan-aturan, dan modus penggunaan bahasa. Pengkajian
bahasa dengan dimensi kemasyarakatan seperti tersebut di atas ini disebut sosiolinguistik.
Istilah sosiolinguistik jelas terdiri dari dua unsur: sosio- dan linguistik. Kita mengetahui
arti linguistik , yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya
(struktur), termasuk hakekat dan pembentukan unsur-unsur itu. Unsur sosio- adalah
seakar dengan sosial, yaitu yang berhubungan dengan masyarakat, dan fungsi-fungsi
kemasyarakatan. Jadi, sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari bahasa
sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Boleh juga
dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek- aspek
kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam
bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial). Dan salah satu
topik umum dalam pembahasan sosiolinguistik yang akan saya bahas adalah mengenai
penggunaan bahasa (etnografi berbahasa).
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai etnografi berbahasa, berikut definisi
menurut seorang ahli bahasa Jepang yaitu, Carol dalam Sanada (1992:9) yang
mendefinisikan bahwa yang dimaksud dari sosiolinguistik adalah sebagai berikut:
社会言語学とは、社会の中で生きる人間、乃至な い しその集団とのかかわりに おいて各言語現象あるいは言語運用をとらえようとする学問である。
Sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas fenomena bahasa atau penggunaan bahasa yang berkaitan dengan kelompok atau manusia yang berada di dalam sebuah masyarakat.
Sanada (1992:17) juga menjelaskan bahwa modifikasi atau perubahan dalam bahasa
perubahan dalam bahasa ada bermacam-macam tetapi, didalamnya pun, perbedaan usia
merupakan satu variabel yang terpenting.
Pengaruh perbedaan usia dalam penggunaan bahasa lebih dalam lagi dijelaskan
oleh Holmes (2001:170-171) yaitu sebagai berikut :
When a linguistic change is spreading through a community, there will be a regular increase or decrease in the use of the linguistic form over time. ...Younger people will use less of the form and older people more.
Ketika sebuah perubahan linguistik menjalar di sebuah komunitas, akan ada peningkatan dan penurunan tetap pada penggunaan bentuk linguistik dari waktu ke waktu. ...Orang yang lebih muda akan menggunakan lebih sedikit bentuk dan orang yang lebih tua lebih banyak.
Orang yang lebih muda yang dimaksud berada dalam rentang usia dua puluh
sampai tiga puluh tahun, sedangkan orang yang lebih tua yang dimaksud, yaitu orang
yang berusia empat puluh tahun ke atas. Namun, tentunya selain perbedaan usia,
tampaknya perbedaan gender juga mempengaruhi perubahan dalam bahasa. Karena
dalam skripsi ini saya hanya meneliti bahasa enam orang pria sebagai informan untuk
data e-mail yang akan dianalisis, maka konsep yang akan saya bahas juga mengenai
komunikasi ala pria. Menurut David dan Ridings (2005:78) Komunikasi pria, secara
alamiah lebih seperti proses laporan yaitu mengenai pertukaran fakta dan informasi
1998), di mana para pria menggunakan komunikasi dengan kurang kondusif terhadap
dukungan emosional. Herring (1996a), yang mempelajari komunitas virtual akademik,
menemukan bahwa pesan dari wanita cenderung lebih bersifat mendukung orang lain,
ketika pria cenderung lebih kritis dan berlawanan.
2.1.1 Etnografi Komunikasi
Seperti yang tadi sudah dijelaskan bahwa dalam cabang ilmu bahasa, terdapat
sebuah istilah yaitu sosiolinguistik, yang di dalamnya terdapat satu topik mengenai
etnografi berbahasa yang bisa juga disebut etnografi komunikasi. Etnografi (民族誌)
sendiri menurut Hymes dalam Hashiuchi (1999:82) adalah sebagai berikut:
‘etnography’ (民族誌) は文化人類学の用語であり、特定の民族[社会]の
文化をファールド・ワークをふまえて記述するものである。
Etnografi adalah istilah antropologi budaya, berupa tulisan/catatan yang dituliskan berdasarkan pengamatan terhadap budaya bangsa [masyarakat] tertentu.
Sedangkan etnografi komunikasi menjabarkan unsur-unsur yang mempengaruhi hasil
akhir yang ingin dicapai.
Hymes dalam Hashiuchi (1999:83-84) kemudian menjelaskan bahwa terdapat
delapan faktor dalam etnografi komunikasi, yang mempengaruhi hasil akhir sebuah
1. 状 況 じょうきょう
設定
せってい
(setting) atau latar belakang adalah waktu dan tempat di mana
percakapan tersebut berlangsung.
2. 参加者
さ ん か し ゃ
(participants) atau peserta adalah orang-orang yang terlibat secara aktif
dalam percakapan tersebut.
3. 目的 もくてき
(ends) atau hasil akhir adalah tujuan akhir yang ingin dicapai oleh peserta
dari percakapan yang sedang berlangsung.
4. 行為 こ う い
連続
れんぞく
(act sequence) atau urutan kejadian adalah bentuk asli dan isi dari
percakapan yang sedang berlangsung, cara percakapan berlangsung, dan
hubungan dari apa yang sedang diperbincangkan dengan topik yang dibahas.
5. 表 現 ひょうげん
特 徴
とくちょう
(key) atau cara, mengacu kepada intonasi, sikap, dan jenis
percakapan tersebut seperti percakapan serius, percakapan ringan, dan
sebagainya.
6. 媒介 ばいかい
(instrumentalities) atau media adalah media penyampaian percakapan
seperti lisan, tulisan, dan sebagainya.
7. 相互 そ う ご
行為こ う いと 解 釈かいしゃくの規範き は ん(norms of interaction and interpretation) atau norma
interaksi dan interpretasi mengacu kepada hal-hal seperti besar-kecilnya suara,
pandangan mata, dan sebagainya yang berkaitan dengan norma suatu
8. ジャンル(genre) atau jenis adalah bentuk pengungkapan percakapan seperti
puisi, teka-teki, doa, kuliah, dan sebagainya.
Dapat kita lihat bahwa beberapa faktor di atas mempengaruhi penggunaan bahasa
dalam e-mail. Penggunaan bahasa dalam e-mail dapat diteliti lebih lanjut dengan
memahami budaya dan pemikiran masyarakat Jepang.
2.2 Konsep Komunikasi
Tsuda dalam Takaoka (1991:1-5) mengatakan bahwa pada saat kita akan
mengadakan komunikasi, kita harus mengamati bagaimana hubungan antara si penutur
pesan dengan si petutur. Penutur adalah orang yang akan menyampaikan pesan,
sedangkan petutur adalah orang yang menerima atau mendengar pesan dari si penutur.
Dan mereka juga menjelaskan bahwa manusia ketika akan menyampaikan pesan,
sebelum berbicara mereka akan mengira-ngira respon apa yang akan diberikan lawan
bicara, mempunyai harapan terhadap tindakan komunikasi diri sendiri maupun lawan
bicara, kemudian menggabungkan kemampuan seperti memberikan respon kepada
harapan tersebut. Secara tidak langsung penjelasan di atas menggambarkan sedikit
2.2.1 Media komunikasi
Di dalam kehidupan zaman sekarang, cara berkomunikasi sangatlah beragam,
kemudian Yana et al. (2005:16) menyebutkan beberapa cara berkomunikasi yaitu
melalui :
1. 電話 (telepon)
2. 手紙 (surat)
3. ファックス (faks)
4. Eメール (e-mail), dan sebagainya.
Yang akan saya bahas dalam skripsi ini adalah media e-mail yang termasuk dalam
media baru di abad ini yaitu media internet. Sebelum membahas lebih dalam mengenai
e-mail sebaiknya kita mengetahui sedikit mengenai internet.
Menurut Murai (1995:2) pengertian internet yang paling sederhana adalah jaringan
komputer yang menghubungkan semua komputer di seluruh dunia. Melalui media
internet kita bisa berkomunikasi dan bertukar informasi dengan orang yang ada di
negara lain tanpa harus terikat waktu, tempat, dan biaya yang mahal.
Pada saat bermaksud untuk merealisasikan komunikasi antar manusia melalui
jaringan komputer, pertama-tama kita harus memahami komunikasi antar manusia.
jadi apakah kita menangkap struktur dan bagaimana menginterpretasikan komunikasi
yang beragam tersebut sangatlah penting. Dan berdasarkan pemahaman yang didapat
itulah menjadi alasan dibuatnya bentuk komunikasi jaringan komputer.
Permulaan keterkaitan antara komunikasi manusia dengan teknologi secara
elektronik adalah pada saat kedua orang telah berada di tempat terpisah. Komunikasi
dengan memberi perhatian pada bentuk atau cara, hal yang berkaitan dengan perjanjian,
pembagian tanggung jawab peran, dapat di analisis secara bervariasi.
Orang yang berkomunikasi dengan berbicara secara langsung (tatap muka) berarti
diantaranya ada ruang yang mendukung komunikasi tersebut. Di dalam komunikasi
melalui komputer, ini adalah ‘dasar komunikasi’ yang tepat. Dasar komunikasi yang
dimaksud adalah saluran listrik, kabel optik, dan gelombang radio.
Dengan kembali kepada cara pengadaan komunikasi dasar manusia, dapat
memajukan berbagai macam hal. Pada titik ini, internet sebagai teknologi komunikasi
yang mendukung manusia, dengan kata lain sebagai media yang secara umum
menyalurkan pengetahuan, informasi dan lain sebagainya, dapat dikatakan mulai
menunjukkan potensi yang tidak ada pada media komunikasi saat ini (Murai,
2.2.2 E-mail Dalam Bahasa Jepang
Seperti yang sudah di bahas sebelumnya, internet dalam sekejap sudah menyapu
dunia. Dan sekarang e-mail, telah menjadi alat komunikasi yang sangat penting baik
secara pribadi maupun bisnis. Tetapi diluar dugaan, yang memahami dengan baik bahwa
surat jenis ini, cara penggunaan e-mail memiliki ciri khas yang sama sekali berbeda
sangat sedikit.
Murakami (2001:10-15) mengatakan bahwa dalam e-mail tidak ada tubuh secara
fisik, bau badan, pakaian, maupun tulisan tangan. Yang ada dalam e-mail juga bukan
kertas dan sampul surat tetapi hanya menambahkan contoh pada simbol. Internet dan
e-mail merupakan media yang secara drastis memperkecil biaya bagi pihak yang
mengirim surat atau pesan.
Yang dimaksud dengan e-mail adalah hanya merupakan media yang diefisienkan
secara ekstrim, dan pesan yang disampaikan hanya kepentingan atau hal yang tertulis di
dalamnya. Oleh karena itu pada saat penyampaian tujuan utama akan menunjukkan
ketegasan.
Lalu apa yang menjadi ciri khas dalam bahasa Jepang? Salah satu ciri khas yang
sangat jelas adalah adanya perubahan hubungan dengan lawan bicara, penggunaan
hubungan yang membedakan status yang tinggi atau rendah tetapi, rasa keadilan dan
jarak terhadap setiap orang secara individu (pribadi). Seberapa dekat atau akrabkah kita
dengan orang tersebut, apakah kurang dekat? Terakhir, apakah teman kita merupakan
orang yang sangat sibuk sekali, atau teman yang memiliki banyak waktu? Itu semua
termasuk yang disebut faktor hubungan.
Salah satu ciri khas komunikasi dalam bahasa Jepang adalah kebiasaan membaca
baris demi baris (gyoukan wo yomu). Di Jepang baik di dalam surat maupun karya sastra,
mereka memiliki pengetahuan umum akan pentingnya baris (gyoukan). Dengan kata lain,
setiap baris sering merupakan ekspresi yang mengalirkan nuansa secara implisit
Menurutnya, kita harus terus berusaha agar jangan sampai kehilangan kepekaan
mengenai komunikasi dengan lawan bicara. Dalam e-mail, hal pertama yang harus
dipikirkan adalah bagaimana hubungan orang yang akan kita tuliskan e-mail, dengan
kita. Tak bisa dipungkiri bahwa, dalam hubungan pribadi pun pengaruh e-mail cukup
besar.
Adapun klasifikasi jenis e-mail menurut Yana et al. (2005), sebagai berikut:
1. 誘いのメール (e-mail ajakan),
2. お願いのメール (e-mail permohonan),
4. おわびのメール (e-mail permintaan maaf),
5. 断りのメール (e-mail penolakan),
6. 質問のメール (e-mail pertanyaan),
7. お知らせのメール (e-mail pengumuman atau pemberitahuan),
8. 近況の報告 (e-mail laporan keadaan atau situasi yang sekarang),
9. お祝いのメール (e-mail ucapan selamat),
10. 季節のあいさつ (e-mail ucapan salam pergantian musim),
11. 友情のメール (e-mail persahabatan),
12. ネ ッ ト で 買 い 物 に 関 す る メ ー ル (e-mail yang berhubungan dengan
pembelian barang lewat internet),
13. 旅行に関するメール (e-mail yang berhubungan dengan perjalanan wisata),
14. 進 学 に 関 す る メ ー ル (e-mail yang berhubungan dengan kemajuan
pendidikan (meminjam buku kepada dosen untuk keperluan kuliah misalnya)),
15. ビジネスのメール (e-mail bisnis).
Dan yang akan Saya teliti dalam skripsi ini adalah penggunaan bahasa dalam e-mail
persahabatan. Menurut Yana et al. (2005:104), meskipun lawan bicara dalam e-mail
adalah teman, tetapi kepada teman yang sudah lama tidak saling berhubungan dan belum
bentuk 普通体 (bentuk biasa) dan bentukです・ます体 (bentuk desu-masu).
2.2.3 Tingkat Kesopanan Dalam E-mail Bahasa Jepang
Pada saat akan menulis e-mail, kita harus menyesuaikan siapa lawan bicara dan apa
isi pembicaraan baru kemudian menentukan tingkat kesopanan dalam penggunaan
bahasa. Kemudian Yana et al. (2005:19) di dalam bukunya membagi tingkatan
kesopanan dalam berbahasa menjadi 3 tingkat seperti tabel di bawah ini, yaitu dengan
lambang ***(Tinggi), **(Menengah), *(Rendah).
Keterangan lambang :
*** Dengan kondisi hubungan dengan lawan bicara tidak akrab, dan isi pembicaraan e-mail berat.
* * Dengan kondisi hubungan dengan lawan bicara akrab tetapi isi pembicaraan berat, atau hubungan dengan lawan bicara tidak akrab
tetapi isi pembicaraan ringan. Termasuk kondisi yang beragam di luar
*** dan *.
* Dengan kondisi hubungan dekat dengan lawan bicara, dan isi pembicaraan ringan.
Standar penggunaan bahasa masing-masing tingkatan adalah seperti yang dibawah ini.
Tabel 2.1 Tingkat Kesopanan Dalam E-mail (Surat Elektronik)
Tingkat kesopanan
Pengunaan Bahasa Contoh Situasi
***
Banyak menggunakan Sonkeigo・Kenjyougo (bentuk desu・masu)
Contoh:~ni tsuite oshiete itadakenai deshouka. Taihen moushiwake gozaimasen deshita.
※ Karena level ini terasa sangat kaku, maka akan terasa tidak wajar jika digunakan kepada teman dan orang yang baru kita kenal.
・Menolak permintaan seorang guru.
・Meminta maaf ke rekan kerja karena membatalkan janji
**
Sebagian menggunakan Sonkeigo・Kenjyougo (bentuk desu・masu)
Contoh:~ni tsuite oshiete kudasai.
Sumimasen deshita.
・Memberitahukan kepindahan rumah pada teman atau kerabat
・Meminta tolong kepada teman untuk menginap di rumah kita
*
Bentuk biasa
Contoh:~no koto、oshiete kureru?
Gomen ne.
・Mengajak teman menonton film
・Mengirim surat natal ke rumah teman
Tingkat kesopanan keseluruhan dalam e-mail, susunannya mempunyai standar tetapi,
ada juga kondisi yang menggunakan dua tingkat kesopanan dalam waktu yang sama.
Contoh 1) Melaporkan keadaan akhir-akhir ini kepada orang yang lebih tua.
Ikaga osugoshiteirasshaimasuka. Watashi ha ima Tai ni kiteimasu.
Contoh 2) Mengucapkan terima kasih kepada teman yang telah mengajak nonton
Kono mae ha sasottemoratte ureshikatta desu. Eiga, omoshirokatta ne.
(**) (*)
Tetapi、* dan *** tidak dapat digunakan pada waktu yang bersamaan.
× Oisogashii tokoro moushiwake gozaimasen. Chotto kikitaindakedo, ….
(***) (*)
2.3 Konsep/Pemikiran Masyarakat Jepang Mengenai Hubungan Uchi dan Soto
Menurut Ono (1978:73) orang Jepang sudah sejak dahulu kala memiliki dengan
jelas kesadaran uchi dan soto, yang mengelompokan manusia berdasarkan hubungan
akrab dan jauh. Orang yang berada diluar lingkaran dalam (uchi) yang akrab akan
diperlakukan seperti orang asing (soto no mono).
Inoue (1979:71-72) menjelaskan konsep uchi dan soto secara umum sebagai berikut :
準拠集団としての「世間」を区別する規準は、「ウチ」と「ソト」の 芸念である。私たちはふつう、生活空間をウチとソトにわけてとらえ ている。自分がぞくしている範囲がウチであり、それ以外が、ソトで ある。
Basis standar dalam membedakan masyarakat atau dunia sebagai kelompok dasar adalah konsep uchi dan soto. Kita biasanya memilah unsur-unsur kehidupan menjadi uchi dan soto. Ruang lingkup dimana terdapat diri kita adalah uchi, dan ruang lingkup di luar itu disebut soto.
Kedua konsep ini tercermin dalam perilaku sehari-hari masyarakat Jepang. Contoh
yang dapat diambil adalah dalam hal mandi. Dalam keluarga Jepang, urutan mandi
adalah dari yang usianya paling tua sampai yang paling muda. Akan tetapi jika ada tamu
yang menginap, sebagai bentuk penghargaan dan kesopanan, maka tamu tersebut akan
dipersilakan untuk mandi terlebih dahulu.
2.3.1 Batas Ninjou Dalam Kelompok Uchi
Pada kata ninjou (rasa kemanusiaan) biasanya sering muncul frase seperti ‘ninjou
yang tebal’, ’ninjou yang tipis’, dan sebagainya. Dalam bahasa Jepang mungkin dapat
dikatakan bahwa,‘omoiyari (rasa pengertian)’ merupakan kata yang mendekati hal ini,
yaitu kata yang sangat mengedepankan lawan bicara, dan beriorientasi positif dalam
mengekspresikan kyoukan (rasa simpati). Jadi, kalau mau dikatakan dimanakah
persentase pengungkapan ninjou yang tinggi itu berada, sepertinya berada dalam
kelompok uchi.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa orientasi shinsetsusa (kebaikan atau
keramahan) dalam kelompok uchi adalah ninjou. Yang menarik adalah ninjou dalam
bahasa Jepang merupakan rasa simpati atau kehangatan yang dicurahkan kepada orang
berperasaan) namun orang yang sama sekali asing, dengan kata lain terhadap
orang-orang kelompok soto, ninjouka secara otomatis akan berubah menjadi hininjouka
(manusia tidak berperasaan). Ninjou di Jepang hampir seluruhnya merujuk ke kelompok
uchi. Hal tersebut berbeda dengan ninjou di negara lain misalnya Amerika yang
ninjou-nya lebih universal yang tidak terbagi dalam pengelompokan uchi dan soto
(Makino,1996:23-24).
2.3.2 Konsep Uchi dan Soto Dalam Bahasa Jepang
Konsep uchi dan soto ini tidak hanya dapat dilihat dalam sikap atau tindak-tanduk
masyarakat Jepang sehari-hari, akan tetapi juga dalam penggunaan bahasa Jepang. Jika
berbicara dengan orang yang kurang mempunyai hubungan dekat (soto no hito), maka
orang Jepang akan menghormati orang tersebut dengan cara menggunakan bahasa
formal dan sopan. Hirabayashi dan Hama (1992:3) menjelaskan penggunaan bahasa
Jepang yang terkait dengan konsep uchi dan soto sebagai berikut :
「内」の人間(家族、自分の会社の人、属するグループの人など)が、 「外」の人間(親しくない人、他人、他会社の人、他グループの人な ど)と話し合ったたり、その人たちを話題にするとき、自分を含む「内」 の人間に対しては謙譲語、「外」の人間に対しては尊敬語を使う。
Ketika berbicara dengan orang dalam (keluarga, orang di perusahaan yang sama, orang-orang dalam kelompok yang dekat dengan kita) dan orang luar (orang
berasal dari kelompok luar), untuk menjadikan orang-orang tersebut menjadi pokok pembicaraan, kita harus menggunakan kenjyougo (bahasa perendahan) ketika membicarakan orang dalam, dan sonkeigo (bahasa hormat) ketika membicarakan orang luar.
Pemakaian bahasa formal/ sopan umumnya tidak digunakan dalam lingkup orang
yang mempunyai hubungan dekat/orang dalam (uchi no hito). Kemudian Ono
(1978:75-80) membagi kata ganti dalam bahasa Jepang ke dalam uchi dan soto, dalam
hal keragaman kata ganti orang.
Kata ganti orang ( 人 称 にんしょう
代名詞だ い め い し)dalam bahasa Jepang pada orang pertama
(一 人 称 いちにんしょう
) dan orang kedua(二人称 ににんしょう
), memiliki kosakata yang sangat banyak, yaitu :
1. Kata ganti orang pertama : watashi, wataskushi, atashi, atai, ore, temaedomo, boku,
wagahai, wasshi...
2. Kata ganti orang kedua : omaesama, omaesan, omae, omee, anata, anta, temee,
kisama, kimi...
Tetapi orang Jepang daripada menganggap sebutan ‘saya’ (我
われ
) dan ‘anda’ (汝
なんじ
)
sebagai hubungan si pembicara (仕手
し て
) dan si penerima pesan (受手
う け て
) dengan keberadaan
yang kontradikisi seperti itu, mereka lebih menganggap bahwa yang dimaksud dengan
‘saya’ (我) dan ‘anda’ (汝) adalah secara fundamental menunjukkan keberadaan kelompok uchi yang akan melingkupi pada kondisi hubungan dua orang yang memiliki
tempat kerja, dan sebagainya ).
Oleh karena itulah orang Jepang menganggap bahwa mereka sudah seharusnya
tidak melukai lawan bicara mereka yang akan bertindak dan hidup bersama. Bersikap
sungkan kepada lawan bicara, dan sebisa mungkin memperhatikan perasaan lawan
bicara. Untuk itulah mereka mengatur perasaan yang peka mengenai letak atau posisi
yang tepat dalam penyebutan ‘saya’ (我) dan ‘anda’ (汝), apakah akan memposisikan lawan bicara sebagai orang dengan status tingkatan derajat yang dekat dengan kita, atau
tingkatan derajat yang jauh, atau malah memperlakukan lawan bicara sebagai orang
yang berderajat sama. Sehubungan dengan hal tersebutlah akhirnya di dalam bahasa
Jepang mempunyai jumlah nama panggilan yang banyak untuk membagi secara genap
penyebutan ‘saya’ (我) dan ‘anda’ (汝). Dan dengan membagi penggunaan penyebutan ‘saya’ (我) dan ‘anda’ (汝) secara tepat dan akurat, kita akan menjadi paham mengenai hubungan antara manusia. Kemudian seperti yang tadi sudah dituliskan, kata ganti orang
pertama dan orang kedua yang banyak tersebut akan digunakan.
Di dalam masyarakat bahasa Jepang, jika ingin digambarkan ke dalam grafik,
orang-orang di dalam kelompok uchi, akan mengganti bahasa mereka, dan
menyingkirkan orang kelompok soto sebagai orang asing, hal itu bisa diibaratkan
monster, dan lain sebagainya, dan pada kondisi tersebut yang berusaha membangun
hubungan antar manusia dengan kelompok soto jumlahnya sedikit.
Dan menurut Passin (1977:20) di dalam bahasa Jepang, ada hubungan ‘ore-omae’
atau hubungan ‘kimi-boku’, yang mana hal tersebut menggambarkan hubungan yang
sangat dekat dengan perumpamaan seperti hubungan ‘hidup dalam satu rumah atau
periuk ’, atau ‘makan dalam satu periuk’.
2.3.2.1 Penggunaan ~San Dalam Bahasa Jepang
Menurut Aoki dan Okamoto (1988:13-14) penggunaan ~san dalam bahasa Jepang
mengekspresikan beberapa tingkatan rasa hormat terhadap orang yang dimaksud dan
bukan untuk menunjukkan rasa hormat tentang diri sendiri.
Lebih dalam lagi mereka juga menjelaskan ciri khas penyebutan orang yang
dimaksud dalam bahasa Jepang yaitu:
1. Dalam bahasa Jepang penyebutan nama orang yang dimaksud sangat jarang disebutkan. (implisit)
2. Jika pembicara bahasa Jepang menyebutkan kata ganti orang kedua itu pun biasanya status orang tersebut disebutkan sebelumnya dan tidak diikuti oleh
Yamada.”) karena tujuan dari penyebutan nama diikuti ~san tersebut adalah
untuk menarik perhatian orang yang kita panggil.
3. Penyebutan kepada orang yang dimaksud dalam bahasa Jepang tidak terbatas kepada nama orang tersebut, misalnya kata-kata yang digunakan selain nama
pribadi misalnya gelar, profesi, dan kekerabatan baik secara literal maupun
hubungan lebih jauh. Penggunaan yang tidak membeda-bedakan dalam segala
situasi terhadap nama orang yang dimaksud dapat memberikan kesan yang
agak negatif tanpa disengaja.
4. Nama belakang biasanya digunakan di Jepang meskipun kepada sesama teman.
Ini adalah peraturan utama ketika bercakap-cakap dengan orang yang relatif asing.
Setelah anda mulai menjadi teman, mulailah mencari tahu tentang bagaimana cara teman
anda ingin dipanggil. Akan lebih aman jika memulai dengan terlalu sopan dan membuat
penyesuaian ke arah yang lebih bersahabat daripada memulai pada titik di mana
dianggap akrab atau kasar dan membuat perbaikan ke arah sebaliknya, karena kesalahan
mungkin saja telah terjadi.
Tanaka et al.(2000:1) menuliskan bahwa kata ganti untuk ~san, diantaranya ~chan,
sering digunakan adalah ~kun, yang yang biasanya digunakan dibelakang nama anak
laki-laki, tetapi bisa juga digunakan untuk orang dewasa baik pria maupun wanita.
Selain itu Passin (1977:12-17) juga menambahkan bahwa di dalam masyarakat
mana pun cara panggil nama terhadap lawan bicara akan berubah seiring dengan adanya
hubungan sosial, hubungan status atau kedudukan masing-masing. Dan cara panggil
nama tersebut juga akan mengalami perubahan yang bervariasi tergantung pada emosi
atau perasaan seperti rasa hormat, rasa sayang, dan rasa remeh.
Di Jepang penggunaan nama depan seseorang sangat kompleks. Ini adalah indikator
yang sangat sensitif tentang tingkatan status, perbedaan sosial, keakraban, dan banyak
hal lainnya tentang hubungan keterkaitan dua orang.
Menurut dia, Di Jepang, sangat mudah untuk menggunakan nama depan dalam
berhubungan dengan orang yang seusia dan berjenis kelamin sama, katakanlah dua
orang pria sebagai contohnya. Tetapi hal ini bergantung pada seberapa dekat dan
akrabnya hubungan mereka berdua. Jika mereka merupakan teman satu sekolah, atau
jika mereka diterima kerja secara bersamaan, tidak akan ada kesulitan. Tetapi jika
mereka hanya teman yang kurang dekat tanpa memiliki pengalaman umum bersama
dalam waktu yang panjang, mungkin akan memerlukan waktu yang lama sebelum
Dahulu saat jarak sosial yang teramat jauh, sekarang saat wanita mulai
menyamakan kedudukannya dengan para pria, dan orang-orang menjadi lebih terbuka
terhadap akibat dari suatu keakraban, akan menjadi lebih alami bagi lebih banyak orang