• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS PERTANIAN PASCAPANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS PERTANIAN PASCAPANDEMI COVID-19"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS

PERTANIAN PASCAPANDEMI COVID-19

Adi Setiyanto1, Bambang Irawan2, Frans B.M. Dabukke2

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111 Korespondensi penulis: amihardjo@yahoo.com

PENDAHULUAN

Keadaan darurat pandemi Covid-19 menyebabkan dilakukan penangguhan hampir di semua aktivitas sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan. Dampak ekonomi dari penangguhan memiliki sifat segera terjadi memengaruhi pasar komoditas dunia. Tidak ada kepastian berapa lama pengaruh ini akan berlangsung, dan kemungkinan akan terjadi selama berbulan-bulan atau beberapa tahun mendatang. Terlalu dini untuk memahami dampak yang ditimbulkan oleh wabah virus Covid-19 saat ini pada masyarakat dunia secara keseluruhan, tetapi indikasi awal menunjukkan bahwa biaya ekonomi akan sangat besar dan kemungkinan akan dirasakan setidaknya selama beberapa tahun (Tybring-Gjedde 2020). Adalah penting untuk memprediksi hingga kapan dampak yang terjadi akan berlangsung. Hasil prediksi akan memberikan panduan kapan waktu yang disebut pascapandemi akan terjadi.

Kekhawatiran setiap negara mengenai ketahanan pangan telah meningkat. Banyak negara pengekspor pangan mengumumkan pembatasan perdagangan berupa larangan ekspor dan pembelian secara berlebihan. Hal ini dapat mengganggu ketahanan pangan di negara-negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor pangan. Reuters (2020) melaporkan bahwa beberapa negara Eropa dan Asia telah menerapkan atau sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan makanan atau produk pertanian di

1 Kontributor utama, 2 Kontributor anggota

(2)

antaranya gandum, beras, biji bunga matahari, kedelai dan kacang-kacangan lainnya, dan bawang karena penyebaran virus Corona baru ke seluruh dunia. Kim et al. (2020) mencatat bahwa kebijakan pembatasan perdagangan ke luar negeri pangan utama yaitu beras, gandum, dan jagung dilakukan oleh 22 negara, 13 negara di antaranya sedang aktif melakukan kebijakan ini. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor pangan di antaranya adalah beras, jagung, kedelai, gula pasir, dan tepung terigu dari gandum. Mengandalkan perdagangan global dan ketergantungan terhadap pasokan impor terutama bahan pangan sangat berisiko, baik pada masa pandemi berlangsung maupun pascapandemi.

Kebijakan lockdown yang di Indonesia diterapkan dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengganggu aliran pasokan dan distribusi, serta harga-harga komoditas pangan (WFP 2020; Hirawan dan Verselita 2020). Defisit komoditas pangan semakin tinggi di provinsi yang mengalami defisit, sedangkan di provinsi yang mengalami surplus, produksi yang dihasilkan petani tidak terserap karena adanya kelebihan pasokan di pergudangan, pengolahan, pusat distribusi, dan pasar yang umumnya berada di daerah industri dan perkotaan. Hal ini memicu guncangan harga di tingkat petani maupun konsumen. Adalah penting untuk mengetahui dampak guncangan harga di pasar dunia yang mengguncang nilai tukar dan impor Indonesia, dan PSBB yang mengganggu transportasi dan logistik dan berdampak pada permintaan dan penawaran komoditas pangan. Pandemi Covid-19 berpotensi menyebabkan perubahan pada produksi, pasokan, dan distribusi komoditas dari produsen di wilayah sentra produksi yang merupakan kawasan komoditas pertanian ke wilayah konsumen, baik dalam segar maupun olahan, dan memengaruhi permintaan dan penawaran komoditas yang akan terjadi secara permanen.

Dalam periode 2020‒2024, dari 1.029 kawasan komoditas pertanian yang telah diidentifikasi, Kementerian Pertanian merencanakan melakukan pengembangan pada 350 lokasi kawasan komoditas pertanian secara bertahap. Pengembangan kawasan ini

(3)

dilaksanakan melalui penguatan kelembagaan ekonomi petani berupa korporasi petani. Kelembagaan ini memiliki ciri berbadan hukum dan mampu menciptakan unit usaha bisnis pertanian secara mandiri maupun bermitra dengan badan usaha lainnya dalam rangka peningkatan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing untuk mewujudkan kesejahteraan petani. Pengembangan kawasan komoditas dilakukan berdasarkan Kepmentan Nomor 472 Tahun 2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional yang menetapkan kawasan komoditas prioritas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan di seluruh kabupaten (Kementan 2020). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang sangat strategis dan sangat penting karena peranannya dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, sumber penerimaan ekspor, penyedia lapangan kerja, dan penyangga ekonomi nasional. Bagaimana pun ketahanan pangan dan ekonomi Indonesia bertumpu pada sektor pertanian yang tetap tumbuh secara positif di tengah krisis akibat pandemi dan setelahnya. Berdasarkan pengalaman, dari krisis yang terjadi pada masa lalu, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian akan terus berlangsung. Sumber pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tentunya berasal dari wilayah-wilayah sentra produksi komoditas yang merupakan kawasan komoditas pertanian yang peranannya diharapkan akan terus berlanjut pada masa yang akan datang. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan bahan

rekomendasi kebijakan pengembangan kawasan komoditas

pertanian pascapandemi Covid-19.

METODE Kerangka Pemikiran

Pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan kebijakan

perdagangan di banyak negara dan Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan produk dari berbagai komoditas pada pasar dunia dan variabel lainnya seperti nilai tukar, harga minyak, harga komoditas pertanian, ekspor, impor, dan lain sebagainya. Akibat selanjutnya adalah (a) produksi komoditas pertanian nasional akan

(4)

terpengaruh, dan (b) produksi pertanian pada kawasan pertanian juga terpengaruh. Kajian pada tulisan ini menggunakan kerangka pemikiran seperti tertuang pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengembangan kawasan komoditas pertanian pascapandemi Covid-19

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk analisis seluruhnya merupakan data sekunder dan publikasi yang bersumber dari lembaga-lembaga penyedia data dan publikasi baik, di dalam maupun luar negeri. Adapun sumber data di antaranya adalah Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin), Unit Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, World Bank (Bank Dunia), Asian Development Bank (ADB), Food and Agriculture Organization (FAO), dan lembaga-lembaga lainnya yang relevan. Untuk publikasi, selain dari lembaga-lembaga di atas, juga bersumber dari berbagai publikasi ilmiah yang relevan. Pengumpulan data dan seluruhnya dilakukan dengan penelusuran dan pengunduhan secara daring/online. Pandemi Covid-19 Perubahan kebijakan perdagangan dunia akibat pandemi Covid-19 Gejolak akibat perubahan pasar komoditas, harga, ekspor, impor, dan lain sebagainya Prediksi kapan gejolak akibat perubahan stabil kembali sebagai proksi masa berakhirnya pandemi Covid-19 Perkiraan produksi komoditas pangan strategis nasional setelah pandemi Covid-19 berakhir (pascapandemi) Perkiraan produksi

menurut skala usaha

Perkiraan produksi menurut kawasan Arah kebijakan pengembangan kawasan komoditas pertanian pasca-pandemi Covid-19

(5)

Analisis Data dan Cakupan Komoditas

Data dianalisis secara kuantitatif dengan dua metode, yaitu

Structural Vector Auto Regressive (SVAR) dengan menggunakan data

time series bulanan yang dianalisis selama 16 tahun terakhir dan

Multimarket Model Analysis (MMA) dengan menggunakan data

baseline 2017‒2019. SVAR merupakan sebuah metode yang dikembangkan dari metode VAR untuk mengombinasikan teori ekonomi dengan analisis time series untuk menentukan respons dinamis yang terjadi pada variabel-variabel ekonomi sebagai imbas dari suatu gejolak. Struktur model dan variabel yang digunakan dalam analisis SVAR mengacu pada Setiyanto et al. (2011), Setiyanto (2011), Sumaryanto et al. (2013), dan Setiyanto et al. (2014). Analisis ini digunakan memprediksi berapa lama guncangan variabel-variabel ekonomi akan terjadi, sehingga dapat diduga kapan pandemi Covid-19 tidak lagi berpengaruh, dan berapa besaran perubahan sebagai akibat perubahan variabel-variabel yang memengaruhi perubahan tersebut sebagai akibat guncangan (shock) di pasar internasional dan domestik, sehingga menghasilkan nilai parameter dari variabel-variabel yang berpengaruh terhadap harga dan produksi komoditas yang dianalisis. Hasil pengukuran besaran perubahan ini selanjutnya digunakan sebagai nilai parameter untuk memprediksi kondisi komoditas strategis yang terpilih pascapandemi Covid-19 dengan metode MMA.

Komoditas yang dianalisis disesuaikan dengan komoditas strategis yaitu beras, jagung, kedelai, bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, daging sapi, gula pasir, minyak goreng, dan telur ayam ras. Dalam analisis MMA diasumsikan seluruh produksi komoditas dihasilkan oleh kawasan komoditas pertanian yang berada di perdesaan dan konsumsi komoditas adalah di kawasan perkotaan dan perdesaan. Wilayah dibagi menjadi dua wilayah agregat, yaitu Jawa dan Luar Jawa, lokasi kawasan komoditas pertanian tercakup di dalamnya. Analisis pada MMA sepenuhnya mengacu kepada Hutabarat et al. (2012a, 2012b), Sumaryanto et al. (2013), dan Setiyanto et al. (2014).

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prediksi Rentang Waktu Pengaruh Pandemi Akan Berakhir

Prediksi hingga kapan pengaruh pandemi Covid-19 berlangsung dilakukan dengan pendekatan analisis Impuls Respons Function (IRF) dari hasil analisis model SVAR. Analisis IRF adalah metode yang digunakan untuk menentukan respons suatu variabel endogen terhadap gejolak variabel tertentu (Amisano dan Giannini 1997). IRF juga digunakan untuk melihat pengaruh gejolak satu variabel terhadap variabel yang lain dan berapa lama (periode) pengaruh tersebut berlangsung. Hasil analisis IRF disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Prediksi rentang waktu berakhirnya pengaruh pandemi

covid-19 terhadap variabel ekonomi yang terpengaruh di Indonesia

Komoditas Pengaruh guncangan variable (bulan)

PO PW ER TM PM QM PC QC PG PF QF PI PE PD Padi 43 41 42 41 41 37 39 39 40 40 41 40 37 - Jagung 41 39 37 38 36 38 37 37 38 38 38 38 35 - Kedelai 40 42 41 39 40 39 38 40 40 39 40 39 41 - Bawang merah 40 39 40 40 41 39 38 40 37 39 41 40 40 - Cabai merah 39 38 39 39 40 38 37 39 36 38 40 39 39 - Gula pasir 38 38 39 38 39 37 40 37 38 38 39 39 38 - Minyak goreng 36 38 36 36 35 36 36 35 37 35 37 37 35 - Telur ayam ras 42 43 43 43 42 43 42 47 41 40 47 42 40 42 Daging ayam ras 40 39 42 41 41 42 40 39 40 41 41 40 39 42 Daging sapi 39 38 39 38 37 38 38 39 39 38 40 40 37 39 Sumber: Hasil analisis IRF pada model SVAR

Keterangan: PO = harga minyak dunia; PW = harga komoditas dunia; ER = nilai tukar rupiah terhadap US$; TM = tarif impor; PM = harga impor; QM = volume impor; PC = harga konsumen, QC = volume konsumsi; PG = harga grosir; PF = harga produsen, QF = volume produksi; PI = harga input (pupuk untuk tanaman, pakan untuk ternak), PE = harga BBM, dan PD = harga DOC untuk daging ayam ras, harga ayam dara untuk ayam petelur, dan harga sapi bakalan untuk sapi pedaging

(7)

Perlu disampaikan bahwa respons pengaruh akibat guncangan variabel-variabel dalam model adalah sebulan setelah pandemi dimulai, dan puncak respons akibat guncangan adalah 5–9 bulan setelahnya. Pada bulan-bulan setelah itu guncangan akan terus menurun hingga stabil atau tidak lagi bergejolak. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 1, keadaan stabil terjadi pada bulan ke 35–47 atau antara hampir 3 tahun hingga 4 tahun. Hasil analisis ini sejalan dengan pendapat Tybring-Gjedde (2020) yang menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh wabah virus Covid-19 kemungkinan akan dirasakan setidaknya selama beberapa tahun. Pandemi mulai terjadi sejak Desember 2019 dan guncangan dimulai Januari 2020, sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pascapandemi Covid-19 adalah tahun ke-5 sejak pandemi terjadi atau bulan ke-49 hingga ke-60 atau Januari–Desember 2024.

Kontribusi Pengaruh terhadap Variasi Perubahan Harga Produsen dan Produksi

Harga produsen dan volume produksi merupakan dua indikator penting dalam kawasan komoditas pertanian. Pengaruh guncangan variabel-variabel terhadap harga produsen dan produksi komoditas yang dianalisis adalah penting untuk dilakukan untuk mengetahui kondisi yang terjadi akibat pandemi dan situasinya manakala pandemi dianggap berakhir. Terkait dengan hal ini digunakan pendekatan analisis Decomposition of Forecasting Error Variance (DFEV) atau analisis dekomposisi varian. Analisis ini digunakan untuk menghitung dan menganalisis seberapa besar pengaruh gejolak acak (random shock) dari variabel tertentu terhadap variabel endogen (Amisano dan Gianinni 1997). DFEV menghasilkan informasi mengenai relatif pentingnya masing-masing inovasi acak (random innovation structural disturbance) atau seberapa kuat komposisi dari peranan variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam model SVAR.

Tabel 2 menunjukkan bahwa variasi perubahan harga produsen setiap komoditas dipengaruhi oleh variabel yang berbeda-beda dengan tingkat besaran yang berbeda-beda pula. Sebagai contohnya adalah pada komoditas padi, guncangan harga beras dunia, tarif impor beras,

(8)

harga konsumen, harga grosir dan harga padi itu sendiri pada periode sebelumnya memiliki kontribusi besar dalam variasi perubahan harga produsen padi. Pada komoditas bawang merah, guncangan volume impor, volume konsumsi dan harga grosir pada periode sebelumnya memiliki kontribusi besar dalam variasi perubahan harga produsen bawang merah. Sementara itu, pada komoditas cabai merah adalah volume impor dan harga grosir pada periode sebelumnya. Dalam rangka pengembangan kawasan komoditas pertanian, kebijakan dan pembinaan yang ditempuh dalam rangka mengurangi volatilitas harga produsen serta meningkatkan pendapatan dan insentif petani dalam berproduksi sangat penting.

Tabel 3 menunjukkan bahwa dalam variasi perubahan produksi, setiap komoditas juga dipengaruhi oleh guncangan variabel yang Tabel 2. Kontribusi pengaruh terhadap variasi perubahan harga produsen komoditas strategis Indonesia periode 49‒60 bulan ke depan

Komoditas Pengaruh guncangan variable (%)

PO PW ER TM PM QM PC QC PG PF QF PI PE PD Padi 3,9 13,2 0,6 5,4 2,5 1,0 16,6 0,2 18,1 36,5 0,2 0,0 1,9 Jagung 9,5 2,1 2,1 3,9 41,0 1,4 5,8 0,4 5,1 24,2 0,4 1,2 2,8 Kedelai 4,5 4,8 2,3 7,8 31,7 0,3 15,0 1,9 11,6 17,6 0,5 1,2 0,6 Bawang merah 3,0 2,6 2,8 0,5 2,3 7,9 3,9 5,6 62,0 5,0 4,1 0,8 2,7 Cabai merah 2,2 0,4 0,6 0,2 1,2 7,6 3,1 2,3 80,3 1,3 0,1 0,6 0,4 Gula pasir 1,8 3,2 1,6 0,6 6,5 1,8 53,1 0,2 5,1 14,6 0,1 1,6 10,5 Minyak goreng 7,0 10,9 1,7 0,8 5,5 0,6 5,6 2,7 25,5 30,5 0,4 0,3 8,0 Telur ayam ras 0,3 0,2 0,7 0,5 0,4 0,2 2,3 17,9 62,5 1,6 11,4 1,6 0,2 0,4 Daging ayam ras 1,1 3,8 3,2 1,8 0,9 0,4 3,8 1,3 8,7 28,1 30,3 11,6 1,1 4,0 Daging sapi 4,3 7,3 4,5 0,8 7,2 0,7 6,2 3,5 42,1 11,2 0,6 0,3 5,3 5,7 Sumber: Hasil analisis DFEV pada model SVAR

Keterangan: PO = harga minyak dunia; PW = harga komoditas dunia; ER = nilai tukar rupiah terhadap US$; TM = tarif impor; PM = harga impor; QM = volume impor; PC = harga konsumen, QC = volume konsumsi; PG = harga grosir; PF = harga produsen, QF = volume produksi; PI = harga input (pupuk untuk tanaman, pakan intuk ternak), PE = harga BBM, dan PD = harga DOC untuk daging ayam ras, harga ayam dara untuk ayam petelur, dan harga sapi bakalan untuk sapi pedaging

(9)

berbeda-beda. Produksi komoditas periode sebelumnya memiliki kontribusi terbesar untuk setiap komoditas, sementara untuk pengaruh variabel lainnya berbeda-beda untuk masing-masing komoditas. Sebagai contoh guncangan harga minyak dunia berpengaruh besar terhadap variasi perubahan produksi gula pasir dan ayam ras; guncangan harga komoditas dunia berpengaruh besar terhadap variasi perubahan produksi jagung, gula pasir, dan minyak goreng; guncangan volume impor berpengaruh besar terhadap variasi perubahan produksi beras, jagung, gula pasir, dan daging sapi;, dan guncangan volume ekspor berpengaruh besar terhadap variasi perubahan produksi minyak goreng. Berdasarkan hasil analisis tersebut, meningkatkan produksi, mengurangi impor, serta meningkatkan ekspor dan stabilitas pasokan komoditas ke konsumen sangat penting untuk diperhatikan.

Tabel 3. Kontribusi pengaruh terhadap variasi perubahan produksi komoditas strategis Indonesia dalam periode 49‒60 bulan ke depan

Komoditas Pengaruh guncangan variabel (%)

PO PW ER TM PM QM PC QC PG PF QF PI PE PD Padi 3,0 2,7 3,5 1,4 2,7 5,2 8,6 2,4 12,3 3,9 51,2 1,1 1,3 - Jagung 2,1 6,7 1,7 1,6 0,8 7,8 0,4 7,4 4,0 2,5 62,8 1,5 0,9 - Kedelai 4,4 1,7 2,5 2,7 5,8 2,5 1,3 1,8 1,0 2,1 70,7 2,9 1,2 - Bawang merah 4,4 0,8 3,7 1,1 1,0 1,9 4,8 8,1 4,0 2,6 64,1 0,9 1,9 - Cabai merah 3,8 3,4 1,0 2,6 1,6 1,5 11,0 7,9 6,3 0,7 56,5 2,2 1,2 - Gula pasir 9,4 7,0 7,0 2,1 3,1 9,0 5,1 0,7 0,5 2,3 35,6 14,9 2,8 - Minyak goreng 2,9 5,7 3,7 1,5 0,8 15,3 0,3 13,7 8,8 0,3 45,3 0,7 0,7 - Telur ayam ras 2,2 3,1 1,7 1,1 1,4 3,2 2,7 1,5 3,9 2,0 69,4 3,7 3,6 0,6 Daging ayam ras 5,7 4,6 3,3 3,3 1,8 2,9 4,1 2,6 1,8 1,9 57,7 5,3 1,2 3,7 Daging sapi 3,9 2,8 3,2 2,4 1,3 8,7 2,3 5,9 4,4 1,3 56,1 2,2 1,5 3,7 Sumber: Hasil analisis DFEV pada model SVAR

Keterangan: PO = harga minyak dunia; PW = harga komoditas dunia; ER = nilai tukar rupiah terhadap US$; TM = tarif impor; PM = harga impor; QM = volume impor; PC = harga konsumen, QC = volume konsumsi; PG = harga grosir; PF = harga produsen, QF = volume produksi; PI = harga input (pupuk untuk tanaman, pakan intuk ternak), PE = harga BBM, dan PD = harga DOC untuk daging ayam ras, harga ayam dara untuk ayam petelur, dan harga sapi bakalan untuk sapi pedaging

(10)

Prediksi Produksi Komoditas Pascapandemi Covid-19

Hasil model MMA dengan menggunakan guncangan perubahan produksi dan harga produsen menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 diperkirakan berdampak terhadap menurunnya produksi komoditas strategis. Tabel 4 menunjukkan bahwa dibandingkan rata-rata produksi periode 2017‒2019, pada 2024 (pascapandemi Covid-19) produksi komoditas strategis diperkirakan menurun pada kisaran 3,4% hingga 5,4%. Jagung mengalami penurunan terendah, sedangkan telur ayam ras mengalami penurunan tertinggi. Selain telur ayam ras, komoditas lain yang mengalami penurunan produksi 5,0% atau lebih adalah kedelai, daging ayam ras, dan daging sapi. Tabel 4. Prediksi dampak pandemi Covid-19 terhadap produksi

komoditas strategis Indonesia, 2020‒2024

Komoditas Prediksi dampak pandemi Covid-19 (%)

2020 2021 2022 2023 2024 Padi -2,5 -2,9 -3,3 -3,7 -4,3 Jagung -2,2 -2,5 -2,9 -3,2 -3,4 Kedelai -2,7 -3,2 -4,2 -4,8 -5,1 Bawang merah -3,8 -3,9 -4,0 -4,2 -4,4 Cabai merah -3,8 -3,9 -4,0 -4,2 -4,3 Gula pasir -3,7 -3,9 -4,2 -4,6 -4,9 Minyak goreng -3,1 -3,5 -3,9 -4,3 -4,8

Telur ayam ras -2,9 -3,5 -4,1 -4,5 -5,4

Daging ayam ras -3,4 -3,9 -4,4 -4,8 -5,3

Daging sapi -2,6 -3,2 -3,8 -4,2 -5,0

Sumber: Hasil analisis MMA

Keterangan: Data baseline yang digunakan untuk prediksi adalah rata-rata produksi 2017‒2019

Hasil prediksi pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pada periode 2020‒2023 penurunan produksi komoditas yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 diperkirakan semakin besar. Antisipasi terhadap dampak pandemi Covid-19 masa pemulihan krisis periode 2021‒2023 sangat penting untuk dilakukan. Perhatian terhadap wilayah dan skala usaha menjadi penting dalam upaya pemulihan

(11)

krisis ekonomi mengingat dampak terhadap wilayah dan skala usaha adalah berbeda-beda. Prediksi dampak pandemi Covid-19 terhadap produksi komoditas strategis terhadap kelompok rumah tangga petani/peternak disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Prediksi dampak pandemi Covid-19 terhadap produksi komoditas strategis berdasarkan kelompok rumah tangga Indonesia, 2024

Komoditas

Skala usaha rumah tangga petani (%)

Jawa Luar Jawa

Besar Menengah Kecil Besar Menengah Kecil

Padi -0,6 -1,4 -0,8 -0,7 -1,3 -0,6 Jagung -0,7 -1,3 -0,6 -0,8 -1,1 -0,4 Kedelai -0,2 -2,0 -1,9 -0,1 -0,5 -0,9 Bawang merah -0,8 -1,5 -1,1 -0,8 -1,5 -1,0 Cabai merah -0,7 -1,9 -0,4 -1,1 -0,7 -0,5 Gula pasir -2,3 -0,7 -0,5 -1,2 -0,5 -0,1 Minyak goreng1 -0,1 0,0 0,0 -2,6 -1,5 -0,6

Telur ayam ras -0,9 -1,7 -1,2 -0,9 -1,7 -1,2

Daging ayam ras -0,8 -1,5 -1,1 -0,8 -1,5 -1,0

Daging sapi2 -0,6 -1,3 -0,9 -0,6 -1,3 -0,8

Sumber: Hasil analisis MMA

Keterangan:1 Terdiri dari kelapa sawit dan kelapa; 2 terdiri dari sapi potong dan kerbau Data baseline yang digunakan adalah rata-rata produksi 2017‒2019

Berdasarkan hasil prediksi yang tercantum pada Tabel 5, kecuali gula pasir dan minyak goreng, diperkirakan dampak penurunan produksi terhadap kelompok rumah tangga memiliki pola yang relatif sama, yaitu kelompok petani menengah dan kecil mengalami penurunan yang lebih besar jika dibanding penurunan produksi kelompok petani skala besar, baik di Jawa maupun di Luar Jawa. Komoditas gula pasir mengalami penurunan produksi yang lebih besar pada petani skala besar dibanding petani menengah dan kecil, baik di Jawa maupun di Luar Jawa. Sementara itu, untuk komoditas minyak goreng, petani skala besar di Luar Jawa dan Jawa mengalami penurunan produksi yang lebih besar jika dibandingkan petani

(12)

menengah dan sempit. Perlu dicatat bahwa tidak ada petani kecil di Jawa yang mengusahakan kelapa sawit. Perhatian terhadap karakteristik pengusahaan penting untuk meningkatkan efektivitas kebijakan dalam pencapaian tujuan pengembangan kawasan komoditas pertanian pasca-Covid-19.

Prediksi dampak pandemi Covid-19 terhadap produksi pada kawasan komoditas strategis Indonesia disajikan pada Tabel 6. Pada tahun 2024 mendatang produksi pada kawasan komoditas strategis di Jawa menunjukan rata-rata persentase penurunan yang relatif lebih Tabel 6. Prediksi dampak pandemi Covid-19 terhadap produksi

pada kawasan komoditas strategis Indonesia, 2024

Komoditas

Jawa (%) Luar Jawa (%)

JK JKK JM (%) KM (%) RPP (%) JK JKK JM (%) KM (%) RPP (%) Padi 25 76 32,0 36,8 -2,9 88 213 38,6 41,3 -2,7 Jagung 27 85 29,6 31,8 -2,5 52 78 36,5 39,7 -2,2 Kedelai 16 35 37,5 42,9 -4,0 28 72 67,9 79,2 -1,4 Bawang merah 18 56 38,9 39,3 -3,5 51 201 45,1 42,8 -3,4 Cabai merah 16 56 43,8 51,8 -3,0 71 197 40,8 42,6 -2,3 Gula pasir 29 44 44,8 52,3 -3,6 18 35 38,9 42,9 -1,9 Minyak goreng1 7 10 28,6 30,0 -0,2 64 66 26,6 25,8 -4,8 Telur ayam ras 18 30 38,9 43,3 -3,8 53 69 28,3 31,9 -3,8 Daging ayam ras 24 37 41,7 45,9 -3,5 55 72 25,5 33,3 -3,4 Daging sapi2 26 41 34,6 29,3 -2,9 99 140 27,3 32,1 -2,8 Sumber: Hasil analisis MMA (diolah kembali)

Keterangan: JK = jumlah kawasan; JKK = jumlah kabupaten dalam kawasan; JM = persentase jumlah kawasan yang produksinya menurun; KM = persentase jumlah kabupaten dalam kawasan yang produksinya menurun; RPP = rata-rata penurunan produksi; 1 terdiri dari kelapa sawit dan kelapa; 2 terdiri dari sapi

potong dan kerbau

Catatan: (1) kecuali telur dan daging ayam ras, jumlah kawasan dan jumlah kabupaten dalam kawasan bersumber dari Kepmentan No. 472/2018 tentang lokasi kawasan pertanian nasional yang menetapkan kawasan komoditas prioritas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan di seluruh kabupate; untuk telur dan daging ayam ras, jumlah kawasan dan jumlah kabupaten dalam kawasan disusun berdasarkan hasil identifikasi pada kegiatan pemeringkatan kabupaten untuk komoditas pertanian unggulan nasional dan penilaian dan penentuan kelas pengembangan kawasan pertanian (Biroren 2013a, 2013b), dan (2) data baseline yang digunakan untuk prediksi adalah

(13)

tinggi jika dibandingkan dengan di Luar Jawa untuk komoditas padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai merah, gula pasir, daging ayam ras, dan daging sapi, namun sebaliknya untuk minyak goreng. Sementara itu, untuk bawang merah, telur ayam ras relatif sama antara Jawa dan Luar Jawa. Jumlah kawasan dan jumlah kabupaten dalam kawasan di luar Jawa yang lebih banyak dan menyebar lebih luas dan intensitas wabah Covid-19 yang lebih tinggi di Jawa jika dibandingkan Luar Jawa merupakan penyebab penurunan produksi untuk beberapa komoditas di Jawa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di Luar Jawa. Arah kebijakan pengembangan kawasan komoditas strategis pada masa pemulihan krisis ekonomi akibat

pandemi maupun pascapandemi Covid-19 penting untuk

memperhatikan karakteristik komoditas, wilayah, skala usaha, dan tingkat atau besaran dampak pada kawasan masing-masing komoditas.

Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan

Basis Regulasi Pengembangan Kawasan

Kebijakan terbaru terkait pengembangan Kawasan pertanian adalah terbitnya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 18 Tahun 2018 yang lalu tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani. Permentan ini merupakan penyempurnaan dari Permentan sebelumnya, yaitu Nomor 56 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Dengan peraturan terbaru ini maka arah dan desain pengembangan kawasan pertanian sebelumnya diintegrasikan dan dikelola serta disesuaikan secara integratif dan sinergis dengan strategi dan pendekatan korporasi petani. Korporasi petani merupakan pendekatan dalam pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat pertanian untuk dapat mencapai sasaran konkret peningkatan pendapatan riil rumah tangga petani, peningkatan skala usaha tani, peningkatan margin profit petani dan terciptanya diferensiasi dan hilirisasi produk.

Arah dan kebijakan serta program Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani di atas merupakan

(14)

penyempurnaan dan penyesuaian dari konsep awal pengembangan kawasan komoditas pertanian berdasarkan Permentan Nomor 50 Tahun 2012. Permentan Nomor 50 Tahun 2012 ini sendiri telah mendapat perubahan sebagai penyesuaian untuk menginternalisasi-kan arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Pertanian 2015‒2019 menjadi Permentan Nomor 56 Tahun 2016. Lalu, berdasarkan arahan Permentan Nomor 56 Tahun 2016 ini, telah ditetapkan lokasi pengembangan kawasan pertanian, yang secara lengkap disahkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830 Tahun 2016 yang sama.

Dalam pengembangan kawasan pertanian ini, kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum sebagai sentral atau pusat usaha ekonominya akan dikembangkan dan didukung secara lengkap dalam seluruh rantai nilai atau industri pertanian mulai dari hulu ke hilir, termasuk memiliki dan menguasai industri yang bahan bakunya disediakan oleh korporasi petani, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pemangku kepentingan mulai dari kementerian, pemda, perbankan, asosiasi dan lainnya. Keuntungan usaha baik di industri maupun korporasi petani akan dikembalikan dan dibagikan langsung kepada petani yang menjadi peserta sekaligus pemilik korporasi petani.

Kinerja Pengembangan Kawasan

Berdasarkan Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2017‒ 2019, implementasi program pengembangan kawasan pertanian masih sangat terbatas. Di antara sepuluh komoditas yang dikaji, hanya tiga komoditas yang berhasil ditemukan informasinya yaitu padi, bawang merah, dan cabai merah. Pengembangan kawasan untuk komoditas padi, seluas 7.776 ha melalui program pengembangan kawasan berbasis korporasi pada tahun 2018 adalah berupa pengembangan perbenihan berbasis korporasi (Ditjen TP 2019). Pengembangan kawasan komoditas bawang merah seluas 7.432 ha pada 2017, 5.493 ha pada 2018, dan 9.324 ha pada 2019 (Ditjen Horti 2018, 2019, 2020). Sementara itu, pengembangan kawasan cabai merah berbasis korporasi dilakukan lembaga ekonomi Koperasi Pemasaran Maju Berkah

(15)

Mandiri masing-masing seluas 18.301 ha pada 2017, 13.005 ha pada 2018, dan 10.050 ha pada 2019 (Ditjen Horti 2018, 2019, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa walaupun telah ditetapkan melalui Permentan sebagai produk aturan hukum mengikat, tetapi strategi, kebijakan, dan

program baik pengembangan kawasan pertanian maupun

pengembangan kawasan berbasis korporasi pada periode 2017–2019 masih sangat terbatas dalam implementasinya, dan hingga saat ini belum dilakukan pendataan, monitoring perkembangan, dan evaluasi masalah, kendala, peluang, dan tantangan yang dihadapi untuk tingkat keberhasilannya.

Pendataan, monitoring perkembangan dan evaluasi tingkat keberhasilan kawasan komoditas pertanian adalah penting dilakukan dalam rangka pengembangan kawasan komoditas pertanian pascapandemi Covid-19. Pulau Jawa merupakan sentra produksi pangan pokok di Indonesia, sehingga permasalahan rantai distribusi harus mendapatkan perhatian yang serius. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani yang terdampak, baik di Jawa maupun di Luar Jawa, pada masa pandemi ini, adalah petani kecil yang umumnya tidak memiliki akses terhadap pasar yang luas, akan berada pada posisi rentan dengan produksi yang menurun dan harga jual murah. Kerentanan petani semakin meningkat ketika dihadapkan pada harga kebutuhan lain yang semakin meningkat, termasuk harga input pertanian. Pengembangan kawasan komoditas pertanian pascapandemi harus memiliki keberpihakan yang jelas terhadap petani terutama petani kecil.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, guncangan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 diperkirakan akan berakhir pada 2023. Saat ini, masa pandemi Covid-19 telah berjalan setahun, dan sebelum krisis berakhir, maka periode 2021‒2023 merupakan masa proses pemulihan krisis ekonomi. Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020‒2024, pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian (Renstra) 2020‒2024 (Kementan 2020), berdasarkan empat latar belakang, yaitu (1) belum terbentuk model bisnis korporasi petani dengan skala ekonomi; (2) belum terintegrasinya 1.029 klaster komoditas pertanian basis

(16)

produksi pertanian dengan akses pasar; (3) akses sumber daya produktif yang rendah; dan (4) rantai pasok yang panjang.

Jumlah kelembagaan petani yang ditargetkan pada

pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi direncanakan sebanyak 5 unit pada 2020, meningkat menjadi 33 unit pada 2021, meningkat menjadi 65 unit pada 2022, meningkat menjadi 150 unit pada 2023, dan meningkat menjadi 350 unit pada 2024. Target peningkatan produktivitas yang ingin dicapai adalah 5,0% per tahun dan nilai tambah per tenaga kerja pertanian adalah Rp49,2 juta per tenaga kerja pertanian pada 2020 meningkat menjadi Rp59,8 juta per tenaga kerja pada 2024. Upaya pencapaian target dilaksanakan melalui lima strategi, yaitu (1) penerapan good agricultural practices

dan precision farming; (2) penguatan kelembagaan petani; (3) investasi, pembiayaan, dan asuransi sektor pertanian; (4) kemitraan KUKM dan wirausaha pertanian; dan (5) fasilitasi pemasaran.

Perspektif Pengembangan Kawasan

Berdasarkan hasil analisis prediksi pada Tabel 2 dan 3, dan searah dengan empat latar belakang dan lima upaya pencapaian pencapaian target ini, maka kebijakan yang dapat ditempuh dalam peningkatan nilai tambah melalui upaya peningkatan nilai margin pengolahan hasil, perdagangan, dan pengangkutan bagi produsen terutama skala kecil pada kawasan komoditas adalah dengan pemanfaatan inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran platform daring. Kebijakan ini dijalankan untuk mempercepat pemulihan krisis ekonomi 2021‒2023 dan mempersiapkan penerapan kebijakan khusus pengembangan kawasan komoditas pertanian pascapandemi Covid-19. Hasil prediksi penerapan kebijakan ini disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah melalui upaya peningkatan nilai margin pengolahan hasil, perdagangan, dan pengangkutan bagi produsen, terutama skala kecil, pada kawasan komoditas dengan pemanfaatan inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran platform daring menghasilkan nilai tambah positif bagi produsen, baik di Jawa mapun di Luar Jawa. Berdasarkan hasil prediksi ini mengupayakan para petani terutama yang berskala kecil

(17)

untuk membangun kelembagaan ekonomi dan melakukan pengolahan dan pemasaran langsung melalui platform daring akan berdampak positif dan meningkatkan pendapatan per tenaga kerja. Kebijakan ini membantu memfasilitasi pengurangan hilangnya keuntungan petani dengan mengurangi peran berbagai lapisan pedagang perantara. Petani perlu dibina untuk meningkatkan kontrol kualitas dan sertifikasi produk agar berhasil berpartisipasi dalam pemasaran digital dan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan daring. Pengembangan kapasitas bagi petani dengan standar kualitas yang disukai pasar dan produksi serta penanganan pascapanen, serta mekanisme pasokan input yang berkualitas dengan kuantitas yang memadai, akan dibutuhkan untuk memfasilitasi pemasaran yang terdesentralisasi ini.

Kebijakan ini diperkirakan akan lebih berhasil jika didukung dengan pengembangan dan penerapan sistem manajemen risiko Tabel 7. Hasil prediksi rata-rata peningkatan nilai margin pengolahan, perdagangan, dan pengangkutan (nilai tambah) bagi produsen dengan perbaikan pengolahan dan pemasaran platform daring untuk komoditas strategis Indonesia, 2021‒ 2024

Komoditas Jawa (%) Luar Jawa (%) Jawa + Luar Jawa (%)

Beras 23,71 9,06 16,38 Jagung 14,82 12,34 13,58 Kedelai 8,70 9,17 8,94 Bawang merah 14,46 4,49 9,48 Cabai merah 16,69 29,58 23,13 Gula pasir 6,46 9,67 8,06 Minyak goreng 22,56 19,30 20,93

Telur ayam ras 4,43 6,22 5,32

Daging ayam ras 1,27 1,30 1,28

Daging sapi 4,53 6,42 5,47

(18)

harga yang lebih baik. Sistem informasi canggih yang mencatat penggunaan lahan pada produksi tanaman, kebutuhan pasar, stok yang diperdagangkan, dan jadwal pengiriman yang dikombinasikan dengan informasi cuaca dapat memfasilitasi perencanaan kolaboratif di antara para pelaku rantai nilai pertanian. Adanya prakiraan permintaan dan model prediksi harga dikaitkan dengan perencanaan produksi petani dan peningkatan penggunaan elektronisasi stok dan pergudangan yang tertata rapi dan sistematis akan membantu meningkatkan dan menstabilkan rantai pasokan, memerlukan lebih sedikit intervensi pemerintah, dan mengurangi risiko harga bagi petani dan konsumen. Penetapan manajemen risiko harga tersebut

akan membutuhkan peningkatan kuantitas dan kualitas

pengumpulan data, validasi, dan platform manajemen yang lebih baik serta infrastruktur dan logistik pendukung.

Sejalan dengan arah tingkat perkembangan dan pemanfaatan teknologi saat ini, transformasi dan reformasi pertanian berupa gerakan menuju teknologi pertanian atau revolusi industri 4.0 perlu segera dilakukan. Hal ini akan sangat berguna bagi percepatan upaya pemulihan krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Percepatan gerakan menuju pertanian berbasis teknologi pertanian serta pengembangan dan otomatisasi rantai nilai sangat diperlukan. Adopsi yang lebih luas dari teknologi pertanian, seperti penginderaan jauh dan pengelolaan lahan dan pengolahan tanah berbasis sistem informasi geografis, akan membantu mengatasi kendala dalam peningkatan skala, termasuk kurangnya pembiayaan atau kerja sama publik-swasta, lingkungan peraturan yang rumit, biaya yang terus meningkat, ketersediaan tenaga kerja pertanian terampil yang terbatas, dan inkonsistensi kebijakan di berbagai sektor ekonomi terkait. Pergeseran ke arah pertanian digital dan mekanisasi mungkin akan semakin cepat. Indonesia perlu mengantisipasi dan mengatasi lingkungan baru ini untuk membuat sektor pertanian lebih kompetitif. Penyelarasan kembali peran sektor pemerintah dan swasta dalam pasokan input pertanian, keamanan pangan, infrastruktur rantai nilai, jaminan kualitas, dan penyuluhan perlu dilakukan. Hasil prediksi

(19)

pemanfaatan teknologi industri 4.0 dalam produktivitas, biaya produksi, dan penggunaan input disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Prediksi rata-rata potensi pemanfaatan teknologi industri 4.0 dalam produksi, biaya produksi, dan penggunaan input komoditas strategis Indonesia, 2021‒2024

Komoditas Produktivitas (%) Biaya produksi (%) Penggunaan pupuk/pakan (%) Beras 5,35 -12,85 -15,73 Jagung 6,23 -5,35 -13,61 Kedelai 3,24 -4,15 -9,29 Bawang merah 4,18 -11,38 -17,26 Cabai merah 3,82 -10,92 -14,19 Gula pasir 2,76 -9,63 -11,38 Minyak goreng 3,12 -6,16 -12,85

Telur ayam ras 6,22 -9,20 -13,39

Daging ayam ras 8,32 -13,16 -6,98

Daging sapi 2,64 -3,55 -5,81

Sumber: Hasil analisis MMA (diolah kembali)

Hasil prediksi pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi 4.0 akan berdampak pada peningkatan produktivitas, penurunan biaya produksi, dan penurunan penggunaan input bagi komoditas strategis. Namun demikian, penerapan dan pemanfaatan teknologi 4.0 membutuhkan dukungan dan upaya untuk meningkatkan akses petani kecil ke infrastruktur dan pelatihan digital yang tersedia dan terjangkau. Di samping itu, juga dibutuhkan pembiayaan perdesaan, peluang pemasaran melalui skala ekonomi dan keterampilan kewirausahaan, infrastruktur rantai nilai, dan keterlibatan dalam usaha pertanian skala kecil dan menengah, serta kegiatan menghasilkan pendapatan di luar pertanian lainnya. Untuk memastikan bahwa petani miskin dan petani kecil mendapat manfaat dari peluang bisnis baru, reformasi kebijakan harus didorong agar adil, transparan dalam informasi teknologi dan pasar, perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan digital, dan kontrol yang baik terhadap kualitas pangan.

(20)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Diperkirakan pandemi Covid-19 akan berakhir tahun 2023, sehingga pascapandemi Covid-19 dimulai tahun 2024. Pada awal pascapandemi variabel yang berpengaruh besar terhadap variasi perubahan harga produsen dan produksi komoditas strategis adalah berbeda-beda dan kontrolnya berada di luar kewenangan Kementerian Pertanian, sehingga penyelarasan kembali peran sektor pemerintah dan swasta dengan keberpihakan yang jelas terutama pada petani skala kecil dan menengah sangat dibutuhkan. Kebijakan ini harus segera dilakukan agar kondisi krisis ekonomi masa pandemi Covid-19 segera dapat diatasi dan pemulihannya dapat dipercepat.

Akibat pandemi Covid-19 komoditas strategis pertanian baik di Jawa maupun di Luar Jawa menunjukkan penurunan dibanding rata-rata produksi periode 2017‒2019. Setiap komoditas memiliki karakteristik yang berbeda, namun secara umum kelompok petani skala kecil dan menengah produksinya mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan petani skala besar. Peningkatan nilai tambah melalui upaya peningkatan nilai margin pengolahan hasil, perdagangan, dan pengangkutan bagi produsen terutama skala kecil pada kawasan komoditas dengan pemanfaatan inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran platform daring menghasilkan nilai tambah positif bagi produsen baik di Jawa maupun di Luar Jawa. Demikian pula pemanfaatan teknologi 4.0 akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas, penurunan biaya produksi, dan penurunan penggunaan input.

Belum tersedia data, informasi, dan laporan monitoring dan evaluasi pengembangan kawasan komoditas pertanian sebelumnya. Namun demikian, hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan kawasan komoditas pertanian ke depan harus mengantisipasi, mengatasi, dan mengadopsi teknologi, kelembagaan ekonomi petani, dan komponen-komponen revolusi industri 4.0.

(21)

Saran

Pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak luas secara sosial dan ekonomi, dan akan berdampak pada penurunan produksi, harga, dan distribusi pangan. Pada masa yang akan datang guncangan seperti ini sangat mungkin terjadi akibat berbagai faktor lainnya. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas produksi pangan dan stabilitas ketahanan pangan nasional perlu dikembangkan sistem cadangan pangan yang mampu meredam gejolak produksi produksi pangan akibat berbagai faktor. Terkait dengan ini, diperlukan kawasan pangan yang dibina secara khusus dan dapat diandalkan untuk mengantisipasi kekurangan pangan akibat terjadinya guncangan eksternal seperti pada kasus pandemi Covid-19. Pembinaan secara khusus harus segera dimulai karena akan memberikan dampak positif dalam mengatasi dampak dan mempercepat pemulihan kondisi krisis ekonomi pada masa pandemi Covid-19.

Diperlukan peningkatan nilai tambah melalui upaya peningkatan nilai margin pengolahan hasil, perdagangan, dan pengangkutan bagi produsen terutama skala kecil pada kawasan komoditas dengan pemanfaatan inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran platform daring. Gerakan menuju teknologi pertanian atau revolusi industri 4.0 perlu segera dilakukan.

Petani kecil harus dipastikan mendapat manfaat dari peluang bisnis baru. Untuk itu, reformasi kebijakan harus didorong agar adil, transparan dalam informasi teknologi dan pasar, perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan digital, dan kontrol yang baik terhadap distribusi dan kualitas pangan melalui penyelarasan kembali peran sektor pemerintah dan swasta dalam pasokan input pertanian, keamanan pangan, infrastruktur rantai nilai, jaminan kualitas, dan penyuluhan dan pendampingan penting untuk segera dilakukan.

Kajian pada tulisan ini perlu dilanjutkan dengan rentang data yang lebih panjang dan penggunaan variabel upah tenaga kerja untuk analisis SVAR, dan pemutakhiran parameter-parameter yang ada dalam analisis MMA. Hasil studi akan sangat berguna untuk perencanaan pembangunan pertanian ke depan.

(22)

Berada pada era revolusi industri 4.0, pengembangan kawasan komoditas pertanian pasca-Covid-19 membutuhkan sebuah desain perencanaan dan tahapan implementasi transformasi teknologi dan reformasi kebijakan terkait dengannya secara detil. Studi terkait hal ini disarankan untuk dilakukan sebagai sumbangan penting dalam perencanaan dan implementasi pembangunan pertanian ke depan.

DAFTAR PUSTAKA

Amisano G, Giannini C. 1997. Topics in structural VAR econometrics. New York (US): Springer.

[Biroren] Biro Perencanaan. 2013a. Laporan hasil identifikasi kegiatan pemeringkatan kabupaten untuk komoditas pertanian unggulan nasional. Jakarta (ID): Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian.

[Biroren] Biro Perencanaan. 2013b. Laporan hasil identifikasi kegiatan penentuan kelas pengembangan kawasan pertanian. Jakarta (ID): Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian.

[Ditjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2018. Laporan kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2017. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Hortikultura.

[Ditjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2019. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2018. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Hortikultura.

[Ditjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2020. Laporan kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2019. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Hortikultura.

[Ditjen TP] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2019. Laporan kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2018. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Hirawan FB, Verselita AA. 2020. Kebijakan pangan di masa pandemi Covid-19. CSIS Commentaries DMRU-048-ID [Internet]. Jakarta (ID): Centre for Strategic and International Studies; [diunduh 2020 Sept 1]. Tersedia dari: https://www.csis.or.id/publications/kebijakan-pangan-di-masa-pandemi-covid-19

(23)

Hutabarat B, Setiyanto A, Kustiari R, Sulser TB. 2012a. An examination of climate change impact on Indonesia agriculture sector. Paper prepared for the ICASEPS-IFPRI project on "Plausible futures for development and structural adjustment in Indonesia-impacts and policy implications for the Asia-Pacific Region."

Hutabarat B, Setiyanto A, Kustiari R, Sulser TB. 2012b. Conjecturing production, imports and consumption of horticulture in Indonesia in 2050: a GAMS simulation through changes in yields induced by climate change. J Agro Ekon. 30(1):1-23.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2020. Rencana strategis Kementerian Pertanian 2020‒2024. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Kim K, Kim S, Park C-Y. 2020. Food security in Asia and the Pacific amid the Covid-19 pandemic [Internet]. ADB Briefs No. 30, June 2020. Metro Manila (PH): Asian Development Bank; [cited 2020 Sep 10]. Available from: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/611671/adb-brief-139-food-security-asia-pacific-covid-19.pdf

Reuters. 2020. Trade restrictions on food exports due to the coronavirus pandemic [Internet]. [cited 2020 Sep 5]. Available from: https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-trade-food- factbox/trade-restrictions-on-food-exports-due-to-the-coronavirus-pandemic-idUSKBN21L332

Setiyanto A. 2011. Analisis special safeguard mechanism komoditas pangan utama Indonesia dalam rangka perjanjian World Trade Organization [Magister Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiyanto A, Sawit MH, Sumaryanto, Sugiharto, Prasetyo B, Askin A, Suryadi M. 2011. Analisis volatilitas harga produsen dan konsumen komoditas pertanian. Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Setiyanto A, Supriyati, Suryadi M, Supriyatna Y, Dabukke FBM, Susilowati SH, Purwoto A. 2014. Outlook Pertanian 2015–2019. Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Sumaryanto, Setiyanto A, Suryadi M, Supriyatna Y, Askin A. 2013. Dampak

makro perubahan iklim terhadap sektor pangan Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

(24)

Tybring-Gjedde C. 2020. The economic consequences of the Covid-19 pandemic [Internet] Draft Special Report. Brussels (BG): NATO Parliamentary Assembly; [cited 2020 Oct 1]. Available from: https://www.nato-pa.int/document/2020-economic-consequences-covid-19-pandemic-report-christian-tybring-gjedde-094-esc-20-e

[WFP] World Food Programme. 2020. Indonesia Covid-19: economic and food security implications [Internet]. Jakarta (ID): Vulnerability Analysis and Mapping (VAM) Unit - Indonesia Country Office, World Food Programme; [cited 2020 Oct 1]. Available from: https://docs.wfp.org/api/ documents/WFP0000116063/download/?_ga=2.111358916.1557313764.160 1199961-1838982323.1596504278

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran pengembangan kawasan komoditas  pertanian pascapandemi Covid-19
Tabel  3  menunjukkan  bahwa  dalam  variasi  perubahan  produksi,  setiap  komoditas  juga  dipengaruhi  oleh  guncangan  variabel  yang Tabel 2
Tabel 3.   Kontribusi  pengaruh  terhadap  variasi  perubahan  produksi  komoditas strategis Indonesia dalam periode 49‒60 bulan ke  depan
Tabel 5.  Prediksi  dampak  pandemi  Covid-19  terhadap  produksi  komoditas  strategis  berdasarkan  kelompok  rumah  tangga  Indonesia, 2024
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa strategi scaffolding pada model pembelajaran SiMaYang berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pH optimum produksi biogas dari limbah kecambah kacang hijau dan mengetahui keberadaan gas metana melalui uji nyala

Oleh karena itu perawat ruang rawat inap cenderung tidak mengalami stres kerja tinggi, dikarenakan salah satu faktor locus of control mereka tinggi begitu pula dari

Puri Indah Boulevard blok U1 Jakarta Barat TANGERANG BEST DENKI AEON Mall lt.3 Jl Grand Boulevard BSD City, Tangerang BEKASI BEST DENKI. Summarecon Mall Bekasi

Baik dari pihak anak-anak sendiri yang sulit diajar dan diatur, maupun juga dari pihak pemimpin Gereja Anglikan (Inggris) dan penguasa lokal yang tidak menyukai ide pendidikan

Karena pada proses elektrokoagulasi terjadi proses elektrolisis air yang menghasilkan gas hydrogen dan ion hidroksida, dengan semakin lama waktu kontak yang digunakan,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, fungsi sumber daya manusia pada Rumah Sakit Persada Malang telah berjalan cukup efektif untuk tujuh fungsi antara

Jurnal al-Idārah | 14 Strategi manajemen SDM Islami dalam meningkatkan kinerja karyawan di CV Adeeva Group Besuk Wirowongso Jember dapat meningkatkan kinerja karyawannya