PERATURAN BERSAMA
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Menimbang
:
a. bahwa sesuai pasal 91 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa dapat mengadakan kerja
sama dengan Desa lain dan/atau kerja sama dengan
pihak ketiga;
b.
bahwa dalam rangka pelaksanakan kerjasama antar
desa mengacu pada ketantuan Pasal 92
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk peraturan bersama kepala Desa
Tentang Badan Kerjasama Antar Desa.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007
Tentang Kerjasama Desa;
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Kerjasama Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun 2006 Nomor 4 Seri D);
12. Peraturan Desa ……… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
13. Peraturan Desa ……… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
14. Peraturan Desa ……… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
15. Peraturan Desa ……… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
16. Peraturan Desa ……… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
17. Peraturan Desa ……… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
18. Peraturan Desa ……… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Kepala Desa adalah Kepala Desa yang besepakat membentuk Peraturan bersama kepala desa ini.
2. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa di Desa-Desa yang memutuskan untuk melaksanakan Kerjasama Antar Desa dengan membentuk Badan Kerjasama Antar Desa Kecamatan... Kabupaten...
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asalusul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
6. Musyawaraha antar desa adalah forum musyawarah tertinggi untuk pengambilan keputusan yang dihadiri oleh seluruh anggota Badan Kerjasama Antar Desa.
7. Kerjasama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan bersama antar desa atau desa dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
8. Delegasi Desa adalah tim yang dibentuk melalui musyawarah desa untuk mewakili desa dalam badan kerjasama antar desa.
9. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah lembaga yang didirikan untuk menjadi pelaksana kerjasama antar desa di tingkat kecamatan yang terdiri dari anggota-anggota Badan Kerjasama Desa.
10.Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa, adalah perangkat kelembagaan yang bertugas menjalankan operasionalisasi bidang-bidang kegiatan yang dikerjasamakan dalam Badan Kerjasama antar Desa, disingkat menjadi Unit Kerja BKAD.
12.Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
13.Peraturan Bersama Kepala Desa adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dari 2 (dua) Desa atau lebih yang melakukan kerja sama antar-Desa.
14.Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
15.Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
16.Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
17.Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
18.Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
19.Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
21.Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
22.Menteri adalah menteri yang menangani Desa.
BAB II
JENIS DAN RUANG LINGKUP KERJASAMA ANTAR DESA Pasal 2
Ruang lingkup kerjasama antar desa yang diatur didalam keputusan bersama kepala desa ini meliputi :
a. Kerjasama antar desa dalam wilayah Kecamatan b. Kerjasama antar desa dengan pihak ketiga
Pasal 3
Ruang lingkup kegiatan kerjasama antar desa yang disepakati untuk dilaksanakan adalah kerjasama pelestarian sistem kelembagaan dan aset Program PNPM Mandiri Perdesaan dan Program Pemberdayaan Masyarakat lainnya termasuk pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing, kegiatan sosial kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat antar desa dan/atau keamanan ketertiban.
Pasal 4
Bidang kegiatan kerjasama antar desa yang dapat dilakukan untuk memenuhi ruang lingkup kegiatan sebagaimana didalam pasal 3 adalah :
a. Kerjasama pengelolaan asset dana bergulir milik masyarakat desa-desa di kecamatan……… oleh unit kerja pelaksana Kerjasama Antar Desa.
b. Kerjasama pelestarian sarana dan prasarana dalam bentuk penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan penguatan kapasitas lembaga pelestarian hasil-hasil kegiatan di desa oleh unit kerja pelaksana Kerjasama Antar Desa yang membidang pelestarian sarana dan prasarana.
d. Kerjasama advokasi kebijakan publik, hasil-hasil perencanaan pembangunan partisipatif kepada pemerintah daerah dan DPRD demi terwujudnya integrasi sistem perencanaan didukung regulasi dan penganggaran yang dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat.
e. Kerjasama penanganan permasalahan dana bergulir yang disebabkan oleh masalah manajerial maupun implementasi kegiatan
f. Kerjasama pengembangan kapasitas masyarakat dan kelembagaan melalui pengembangan pelatihan oleh unit kerja pelaksana Kerjasama Antar Desa yang membidangi penguatan kapasitas masyarakat.
Pasal 5
Kerjasama Antar Desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam bidang : a. peningkatan perekonomian masyarakat desa;
b. peningkatan pelayanan pendidikan; c. kesehatan;
d. sosial budaya;
e. ketentraman dan ketertiban;
f. pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;
g. tenaga kerja; h. pekerjaan umum; i. batas desa; dan
j. lain-lain kerjasama yang menjadi kewenangan desa.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 6
Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dimaksudkan untuk kepentingan desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 7
(1) Kerjasama Antar Desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Desa;
(2) Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berorientasi pada kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
BAB IV
Bagian Kesatu
Lembaga Pelaksana Kerjasama Antar Desa Pasal 8
Pelaksana Kerjasama Antar Desa adalah Badan Kerjasama Antar Desa Kecamatan……
Pasal 9
Badan Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 terdiri dari : a. Anggota Badan Kerjasama Antar Desa, seluruh anggota Delegasi Desa
b. Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar Desa; dan c. Unit-Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 10
Anggota BKAD sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf (a) adalah seluruh anggota Delegasi Desa dari desa-desa yang bersepakat melakukan Kerjasama Antar Desa.
Pasal 11
Pengurus harian BKAD sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Huruf (b) terdiri dari:
a. Ketua
b. Sekertaris ; dan c. Bendahara
Bagian Kedua
Persyaratan Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar desa Pasal 12
Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa berasal dari anggota Badan Kerjasama Antar Desa, yang telah diseleksi dan dinyatakan memenuhi syarat untuk dipilih menjadi pengurus harian dalam Musyawarah Antar Desa.
Pasal 13
a. Jujur.
b. Bertanggung jawab.
c. Mempunyai jiwa kader dan pengabdian kepada masyarakat d. Mempunyai pengalaman dalam organisasi
e. Mempunyai bakat kepemimpinan lokal
f. Memiliki visi dan perspektif membangun masyarakat g. Mempunyai ketrampilan komunikasi dan fasilitasi.
h. Mempunyai kemampuan/keterampilan dalam melakukan resolusi penyelesaian masalah.
i. Mempunyai motivasi untuk mengembangkan lembaga dan atau organisasi.
(2) Kualifikasi sebagaimana dimaksud didalam ayat 1 perlu didukung kapasitas yang berkaitan dengan bakat, jiwa/karakter, pengalaman sosial, visi, ketrampilan sosial, pengetahuan.
Bagian Ketiga
Makanisme Pencalonan dan Seleksi Calon Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 14
Langkah-langkah fasilitasi untuk mendapatkan calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa adalah :
1. Sosialisasi ke desa tentang rekrutmen calon pengurus harian 2. Pengajauan nama calon pengurus harian dari tiap desa 3. Seleksi calon pengurus harian
Pasal 15
Seleksi calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dilakukan di kecamatan, oleh panitia seleksi pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa .
Pasal 16
(1) Panitia seleksi pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dapat berasal dari unsur :
a. Kasie Pengembangan dan Perekonomian Masyarakat Desa di Kecamatan b. Lembaga Swadaya Masyarakat di Kecamatan/Lembaga lain yang
kompeten
c. Unsur masyarakat kecamatan yang kompeten
(2) Fasilitasi proses pembentukan Panitia Seleksi Calon Pengurus Badan Kerjasama Antar Desa dilakukan oleh Camat/Sekretaris Kecamatan dan dapat dibantu oleh Fasilitator/Tenaga Pendamping.
Pasal 17
Metode dan proses penjaringan bakal calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa diatur didalam Kerangka Acuan Seleksi yang disusun oleh Panitia Seleksi Bakal Calon Pengurus Badan Kerjasama Antar Desa.
Panitia seleksi bakal calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa Sekurang-kurangnya dapat menetapkan 5 (lima) orang calon yang dapat dipilih menjadi pengurus harian Badan kerjasama Antar Desa dalam Musyawarah Antar Desa.
Pasal 19
Bagian Ketiga
Pemilihan Pengurus Unit-Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa Pasal 20
(1) Dalam rangka efektifitas pelaksanaan Kerjasama Antar Desa Badan Kerjasama Antar Desa membentuk unit kerja sesuai bidang yang dikerjasamakan.
(2) Personil Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa berasal dari tenaga profesional yang direkrut sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan.
(3) Unit kerja Badan Kerjasama Antar Desa sekurang-kurangnya terdiri dari Unit Kerja Pelaksana Teknis, Unit Kerja Verifikasi dan Unit Kerja Pengawasan seluruh kegiatan Kerjasama Antar Desa.
Pasal 21
Proses rekrutmen calon pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa dilakukan melalui pengumuman terbuka kepada semua desa, untuk selanjutnya setiap calon yang diusulkan oleh desa diseleksi oleh pengurus harian.
Pasal 22
Calon pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa yang memenuhi kualifikasi diajukan oleh pengurus harian kepada Musyawarah Antar Desa untuk dipilih menjadi pengurus harian berdasarkan suara terbanyak.
Pasal 23
(1) Masa kerja kepengurusan di dalam Badan Kerjasama Antar desa dibatasi dalam periode kepengurusan yang diatur didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan ditetapkan melalui Musyawarah Antar Desa (MAD).
(2) Pembatasan periodisasi dimaksudkan untuk melakukan penyegaran, regenerasi dan pemerataan pengalaman mengurus organisasi. Setelah berakhir masa bakti seseorang dalam kelembagaan antar desa, maka yang bersangkutan dapat dipilih dan diangkat kembali di lembaga atau unit kerja yang berbeda.
Pasal 24
Mekanisme pemilihan pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa oleh Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud pasal 22 diatur lebih lanjut didalam Anggaran Dasar Badan Kerjasama Antar Desa.
Pasal 25
ditetapkan dengan Surat Keputusan Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar Desa.
Bagian keempat
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar desa
Pasal 26
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa digunakan :
1. Sebagai acuan dasar bagi organisasi Badan Kerjasama Antar Desa dan Unit-Unit Kerja dibawahnya.
2. Sebagai Pedoman dasar hubungan kelembagaan antar desa
3. Sebagai acuan penyusunan Standar Opersional Prosedur (SOP) unit-unit kerja dibawah Badan Kerjasama Antar Desa
4. Sebagai dasar pengambilan keputusan bagi organisasi Pasal 27
Dalamrangka menjamin aspirasi dan menumbuhkan rasa memiliki serta menjunjung tinggi prinsip keterbukaan, penyusunanAnggaranDasardanAnggaran RumahTanggaBadan Kerjasama Antar Desa harus melibatkan perwakilan BKD desa serta komponen masyarakat lainnya yang dianggap memiliki kapasitas dalam menyusun AD/ART tersebut.
Pasal 28
(1) Fasilitasi penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa dibantu oleh Fasilitator/Pendamping program yang ada di kecamatan.
(2) Fasilitasi Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa di kecamatan yang sudah tidak lagi menjadi lokasi program pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh Fasilitator/Pendamping yang ada di kabupaten.
Pasal 29
Hal-hal yang wajib diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah :
a. Musyawarah Antar Desa (MAD) adalah forum tertinggi pengambilan keputusan BKAD. Penyusunan dan penetapan AD/ART organisasi dilakukan dan ditetapkan dalam MAD.
pembubaran organisasi; keanggotaan dan kepengurusan; tata cara pemilihan dan pemberhentian anggota, pengurus atau staf profesional; kekayaan/harta benda.
c. ART mengatur tentang, mekanisme kerja dan fungsi, tugas, hak dan kewajiban, peran dan tanggung jawab BKAD serta tata hubungan dengan unit-unit kerja dibawahnya.
d. Kepengurusan BKAD terdiri dari Pengurus Harian dan Anggota.
e. Pengurus Harian BKAD dengan mempertimbangkan bahwa Pengurus Harian bekerja secara penuh waktu. Untuk itu diperlukan pengaturan mekanisme insentif dan biaya operasional kantor.
Tugas Pengurus Harian :
1. Ketua; bertindak sebagai penanggung jawab secara menyeluruh pengelolaan kegiatan kerjasama antar desa;
2. Sekretaris; bertugas mengerjakan urusan administrasi kesekretariatan dan membuat laporan pengelolaan seluruh kegiatan dan laporan rekapitulasi seluruh aktifitas unit kerja dibawahnya.
3. Bendahara; bertugas melakukan pengelolaan keuangan BKAD dan menyusun laporan keuangan;
4. Anggota BKAD adalah seluruh anggota Delegasi Desa sekaligus bertindak sebagai mandataris dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) yaitu 6 (enam) orang wakil per desa terdiri dari 1 Kepala Desa, 1 orang wakil dari BPD, 1 orang wakil dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/nama-sebutan lain yang sejenis, dan 3 (tiga) orang wakil masyarakat (sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dari keenam wakil tersebut adalah dari unsur perempuan).
Pasal 30
Dalam menyusun Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga beberapa ketentuan dasar yang perlu diperhatikan adalah :
a. Memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, karakteristik lokal, dan pengalaman selama ini,
b. Memuat sekurang-kurangnya status definisi dan kepemilikan, keanggotaan dan keterwakilan, hubungan antar kelembagaan, kewenangan mengambil keputusan, bentuk-bentuk keputusan, serta sasaran yang harus dicapai. c. Menjelaskan definisi dan kepemilikan mencakup ketentuan umum, nama
tempat dan kedudukan, serta azas BKAD.
d. Menjelaskan keanggotaan dan keterwakilan mencakup keanggotaan, kepengurusan dan masa bakti.
e. Pencapaian sasaran menjabarkan visi dan misi BKAD.
f. Bab tentang ketentuan umum berisi pasal tentang status kepemilikan, keanggotaan, cara mengambil keputusan, serta kewenangan BKAD.
g. Bab tentang nama, tempat kedudukan berisi nama dan alamat kedudukan BKAD.
h. Bab tentang azas BKAD berisi azas idiil dan azas operasional.
i. Bab tentang keanggotaan berisi pasal tentang status, hak dan kewajiban anggota.
j. Bab tentang kepengurusan berisi pasal tentang syarat-syarat, mekanisme pemilihan, serta masa bakti.
l. Bab tentang pengambilan keputusan berisi pasal tentang jenjang keputusan dan bentuk-bentuk keputusan dan bentuk-bentuk kerja sama.
m. Bab tentang visi menjabarkan tentang peran partisipasi dengan cara kerja sama untuk menciptakan kemandirian dan kesejateraan bersama sesuai potensi dan karakteristik lokal.
n. Bab tentang misi menjabarkan keputusan partisipatif pada proses pembangunan dengan melakukan kerja sama.
o. Isi bab dan pasal-pasal sesuai dengan ketentuan ini dapat dibahas, dirumuskan di tiap kecamatan dengan difasilitasi oleh fasilitator kecamatan. p. Dengan memperhatikan karakteristik lokal dan sesuai dengan pokok-pokok
ketentuan dasar AD/ART ini, muatan tiap-tiap kecamatan tidak selalu sama. q. Penyusunan rancangan AD/ART ini setelah selesai ditetapkan menjadi
AD/ART BKAD dengan keputusan Musyawarah Antar Desa.
r. Keputusan AD/ART BKAD dikeluarkan dengan berita acara keputusan yang disahkan dengan surat penetapan Camat, SK Bupati.
Pasal 31
Hasil perumusan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa oleh tim perumus dibahas dan ditetapkan dalam Musyawarah Antar Desa.
Bagian Kelima
Pendanaan Badan Kerjasama Antar Desa Pasal 32
Pendanaan BKAD bersumber dari alokasi surplus pengelolaan dana bergulir sumbangan desa-desa, dukungan masyarakat, dukungan Pemerintah Daerah, pihak swasta maupun sumber lain yang tidak melanggar peraturan.
BAB IV
MODAL KERJASAMA ANTAR DESA Pasal 33
Modal yang dikelola Badan Kerjasama Antar Desa dapat berasal dari :
a. Penyertaan asset masyarakat yang berasal dari dana milik masyarakat, atau asset masyarakat seluruh desa-desa yang melakukan kerjasama antar desa dalam bentuk Infrastrukture produktif maupun modal usaha bergulir yang berasal dari pembiayaan BLM (bantuan langsung masyarakat).
b. Bantuan Pemerintah, Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten c. Pinjaman dari lembaga lain
d. Modal kerjasama dengan pihak ketiga atau perorangan
LINGKUP TUGAS DAN FUNGSI BADAN KERJASAMA ANTAR DESA Bagian Kesatu
Lingkup Tugas Pasal 34
(1) Badan Kerjasama Antar Desa mempunyai tugas:
a. Menyelenggarakan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kerjasama desa.
b. Melakukan supervisi dan evaluasi terhadap kinerja seluruh unit kerja yang dibentuk oleh Badan Kerjasama Antar Desa.
c. Memfasilitasi dan mengkoordinasikan kerjasama Desa dengan pihak ketiga;
d. Memberikan masukan dan saran kepada masing-masing Kepala Desa mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada permasalahan;
e. Melaksanakan sistem pembangunan partisipatif;
f. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Forum Musyawarah Antar Desa.
Bagian Kedua
Fungsi Badan Kerjasama Antar Desa
Pendanaan BKAD bersumber dari alokasi surplus pengelolaan dana bergulir sumbangan desa-desa, dukungan masyarakat, dukungan Pemerintah Daerah, pihak swasta maupun sumber lain yang tidak melanggar peraturan.
Pasal 35
Fungsi Badan Kerjasama Antar Desa antara lain adalah :
1. Pengawalan kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif 2. Fasilitasi pengembangan kegiatan antar desa
3. Pengembangan asset produktif
4. Pengembangan kemitraan kegiatan antar desa
5. Pengorganisasian dan Pengembangan kemampuan pengelolaan program-program pemberdayaan masyarakat.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu
Pasal 36
(1) Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dan pengurus Unit Kerja pendukung berhak mendapatkan honor.
(2) Penetapan honor dan tunjangan ditetapkan melalui MAD berdasarkan kemampuan keuangan Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 37
Penetapan honor atau pemberian insentif pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa diberikan dengan ketentuan :
1. Penetapan honor yang diberikan setiap bulan mempertimbangkan tugas pokok, fungsi dan kewajiban kepengurusan yang dijabarkan dalam kegiatan rutin.
2. Karena sifat Badan Kerjasama Antar Desa adalah lembaga non Profit, maka pemberian honor adalah merupakan konversi jam kerja individu pengurus yang dipergunakan selama melakukan tugas kepengurusan.
3. Perhitungan honor juga mempertimbangkan ketersediaan dana.
4. Prinsip pembiayaan adalah memprioritaskan pemenuhan kebutuhan operasional kelembagaan dan penggajian (honor, tunjangan dan operasional) staf-staf profesional di unit kerja pendukung Badan Kerjasama Antar Desa .
Pasal 38
Formulasi perhitungan honor hendaknya memperhatikan 1. Lama masa bakti kepengurusan;
2. Upah Minimum Regional (UMR) kabupaten yang disetarakan untuk keterampilan tenaga kerja dan jumlah jam kerja pelayanan;
3. Pagu dana yang tersedia untuk honorarium;
4. Jumlah kehadiran di kantor BKAD dan jumlah kunjungan ke desa.
Pasal 39
Bagian kedua Kewajiban
Pasal 40
Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa berkewajiban untuk :
1. Menyusun rencana kegiatan 3 (tiga) tahunan Badan Kerjasama Antar Desa yang disampaikan dalam Rencana Strategis Badan Kerjasama Antar Desa yang diuraikan dalam Rencana Kerja Tahunan BKAD.
2. Mengkonsolidasikan dan menselaraskan kelembagaan dan pelaku kelembagaan desa/antar desa.
3. Mensosialisasikan keberadaan Badan Kerjasama Antar Desa sebagai pelaksana Kerjasama Antar Desa di Kecamatan……….
4. Menjajaki dan mengembangkan peluang kerjasama Badan Kerjasama Antar Desa dengan pemerintah/pemerintah daerah, pihak swasta.
5. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program yang dikerjasamakan serta capaian kinerja Unit-Unit Kerja Pendukung Badan Kerjasama Antar Desa.
6. Membuat laporan rutin capaian kegiatan Kerjasama Antar Desa, disampaikan kepada seluruh desa yang bekerjasama ditembuskan kepada Bupati melalui Camat.
7. Menyampaikan informasi peluang kerjasama antar desa, diluar lingkup kerjasama yang dikelola Badan Kerjasama Antar Desa.
BAB VII BAGI HASIL
Pasal 41
(1) Pembagianhasil usaha dari pendapatan unit kerja Badan Kerjasama Antar desa ditetapkan berdasarkan prosentase kontribusi penyertaan modal dari d e s a - d e s a y a n g b e k e r j a s a m a d engan berpedoman kepada prinsip kerjasama yang saling menguntungkan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa.
(2) Besarnya bagi hasil usaha unit kerja Badan Kerjasama Antar Desa diarahkan untuk:
a. pengembangan Modal Usaha minimal 50 % dari surplus tahun berjalan b. bantuan langsung Rumah tangga miskin minimal 15% dari surplus tahun
berjalan
c. pendanaan bagi kelembagaan kegiatan dana bergulir termasuk
pemberian bonus dan peningkatan kapasitas. Maksimal 35% dari surplus tahun berjalan.
a. Pelatihan Internal b. Magang
c. Mengundang Narasumber/Tenaga Ahli d. Studi Komparatif
e. Seminar, kursus dan bentuk pengembangan kapasitas lainnya
Pasal 42
Pengelolaan terhadap dana bantuan langsung RTM dan pendanaan bagi kelembagaan yang berasal dari surplus dikelola oleh BKAD melalui keputusan Musyawarah Antar Desa. dengan membuka rekening atas nama BKAD. Specimen atas pembukaan rekening tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu ketua BKAD, salah satu pengurus kelompok dan salah satu kepala desa/lurah
BAB VIII
MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 43
(1) Unit-Unit Kerja Badan Kerja Antar Desa, mempertanggungjawabkan pelaksanaan bidang kerjasama kepada pengurus harian BKAD dihadapan Musyawarah Antar Desa
(2) Pengurus harian BKAD melaksanakan pertanggungjawaban tahunan kepada Forum Musyawarah Antar Desa yang dihadiri Camat selaku Pengawas dan Pembina Kerjasama Antar desa.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 44
(1) Pembinaan dan Pengawasan atas pelaksanaan kerjasama desa dilakukan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sesuai peraturan perundang-undangan;
(2) Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan kerjasama desa;b.
memberikan pedoman teknis pelaksanaan kerjasama desa;c.
melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kerjasama desa; dand.
memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan kerjasamadesa.
(3) Pembinaan dan Pengawasan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. memfasilitasi kerjasama desa;
b. melakukan pengawasan kerjasama desa; dan
BAB X
PERUBAHAN DAN PEMBATALAN Pasal 45
Perubahan dan pembatalan Kerjasama Desa harus dimusyawarahkan untuk mencapai mufakat dengan melibatkan berbagai pihak yang terikat dalam Kerjasama Desa.
Pasal 46
Perubahan kerjasama desa dapat dilakukan apabila:
a.
terjadi situasi force majeur;b.
atas permintaan salah satu pihak dan/atau kedua belah pihak;c.
atas hasil pengawasan dan evaluasi Badan Permusyawaratan Desa;d.
kerjasama desa telah habis masa berlakunya.Pasal 47
Pembatalan kerjasama desa dapat dilakukan apabila:
a.
salah satu pihak dan/atau kedua belah pihak melanggar kesepakatan;b.
kerjasama desa bertentangan dengan ketentuan di atasnya;c.
merugikan kepentingan masyarakat.BAB XI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 48
(1) Apabila dalam pelaksanaan kerjasama terjadi perselisihan, maka pada tahap awal diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak yang melakukan kerjasama.
(2) Apabila melalui musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak bisa diselesaikan, maka perselisihan dimaksud diajukan kepada pejabat yang berwenang untuk mendapatkan penyelesaian.
Pasal 49
(1) Perselisihan kerjasama antar desa dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat setempat.
(3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara adil dan tidak memihak.
(4) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat final.
Pasal 50
(1) Perselisihan kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat.
(2) Perselisihan kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga pada Kecamatan yang berbeda dalam satu Kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati. (3) Apabila Pihak Ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan
Peraturan Bersama Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya dalam lembaran desa masing-masing.
________________________ ________________________ Diundangkan di ………
pada tanggal : SEKRETARIS DESA
________________________
Diundangkan di ……… pada tanggal :
SEKRETARIS DESA
________________________
Diundangkan di ……… pada tanggal :
SEKRETARIS DESA
________________________
Diundangkan di ……… pada tanggal :
SEKRETARIS DESA