HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS ADIWIYATA
DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI EKSTRINSIK PESERTA DIDIK
DI SMPN 36 SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MIFTAKHUL KHOIR NIM. D03211018
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS ADIWIYATA
DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI EKSTRINSIK PESERTA DIDIK
DI SMPN 36 SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program sarjana Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
MIFTAKHUL KHOIR NIM.D03211018
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
ABSTRAK
Dunia pendidikan bersifat dinamis dan akan selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Hal ini mengaharuskan lembaga pendidikan untuk selalu berinovasi dalam meningkatakan mutu pendidikan yang ada di dalam lembaga pendidikan tersebut. mutu suatu lembaga pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh manajemen suatu lembaga itu sendiri, bagaimana proses manajemen suatu lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutu, pemerintah mengeluarkan program adiwiyata sebagai wujud program dalam meningkatkan mutu pendidikan sekaligus untuk melestarikan lingkungan. Sekolah yang sudah menerapkan adiwiyata akan menampilkan tatanan lingkungan yang bersih, hijau dan nyaman. Sehingga kondisi tersebut dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk lebih giat belajar dilingkungan sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMP Negeri 36 Surabaya, Bagaimana bentuk motivasi peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya dan bagaimana hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik. Pembahasan ini diharapkan berguna sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi peserta didik dan guru dalam pengembangan program adiwiyata serta menjadikan warga sekolah ikut aktif dalam pelestarian lingkungan.
Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif dengan model korelasional. Dalam penelitian ini populasinya berjumlah siswa yang kemudian diambil sampel 20%. Jadi sampel yang penulis ambil adalah 172 siswa. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yang pertama variabel bebas yaitu manajemen sekolah berbasis adiwiyata dan variabel terikat yakni peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik. Untuk teknik analisis data, penulis menggunakan analisis korelasi, yaitu pearson correlation product moment untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya.
Kata Kunci: Manajemen Sekolah Berbasis Adiwiyata, Motivasi ekstrinsik.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengajuan ... ii
Halaman Persetujuan ... iii
Halaman Pengesahan ... iv
Halaman Motto... v
Halaman Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Abstrak ... ix
Daftar isi ... x
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Gambar ... xviii
Daftar Lampiran ... xix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
E. Batasan Masalah... 10
F. Penelitian Relevan ... 10
G. Definisi Operasional... 11
H. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Manajemen ... 15
1. Pengertian Manajemen ... 17
2. Fungsi-Fungsi Manajemen ... 17
B. Sekolah Berbasis Adiwiyata ... 20
1. Pengertian Sekolah Adiwiyata ... 20
2. Tujuan Program Adiwiyata ... 28
3. Prinsip Dasar Adiwiyata ... 29
4. Komponen- komponen Adiwiyata ... 30
C. Peningkatan Motivasi ekstrinsik ... 32
1. Pengertian Motivasi ... 32
2. Jenis-Jenis dan Faktor Motivasi ... 34
3. Fungsi Motivasi ... 38
4. Ciri-Ciri Peserta didik termotivasi ... 39
D. Hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 40
B. Tempat dan Waktu penelitian ... 45
C. Variabel Penelitian ... 45
D. Indikator Variabel ... 46
E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 49
F. Tekhnik Pengumpulan data ... 52
G. Instrumen Penelitian ... 55
H. Tekhnik Analisis data ... 58
I. Hipotesis Penelitian ... 61
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek penelitian di SMPN 36 Surabaya 1. Sejarah Berdiri dan Letak Geografis ... 62
2. Struktur Organisasi Sekolah ... 65
3. Data Guru dan Karyawan ... 65
4. Data Peserta didik ... 67
5. Sarana dan Prasarana ... 68
B. Penyajian Data Hasil penelitian 1. Manajemen Sekolah Berbasis Adiwiyata di SMPN 36 Surabaya ... 72
2. Bentuk Motivasi Ekstrinsik Peserta Didik di SMPN 36 Surabaya ... 78
a. Uji Validitas ... 81
b. Uji Reliabilitas ... 83
c. Uji Normalitas ... 84
C. Analisis Data
1. Analisis Data Manajemen sekolah Berbasis Adiwiyata di
SMPN 36 Surabaya ... 87
2. Analisis Data Bentuk Motivasi Ekstrinsik Peserta Didik
di SMPN 36 Surabaya ... 96
3. Analisis Data Hubungan Manajemen Sekolah Berbasisi
Adiwiyata dengan Peningkatan Motivasi Ekstrinsik
Peserta Didik di SMPN 36 Surabaya ... 105
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator variabel Aspek Manajemen sekolah berbasis
adiwiyata ... 47
Tabel 3.2 Indikator Aspek Motivasi Ekstrinsik peserta didik dalam belajar ... 48
Tabel 3.3 Jumlah keseluruhan peserta didik di SMPN 36 Surabaya tahun 2014 ... 49
Tabel 3.4 Jumlah pengambilan sampel dari tiap kelas ... 51
Tabel 3.5 Table penilaian favorable dan Unfavorable ... 53
Tabel 3.6 Interprestasi Koefisien Korelasi. ... 60
Tabel 4.1 Data Tim Pengelolaan Adiwiyata di SMP negeri 36 Surabaya ... 65
Tabel 4.2 Jumlah Peserta didik di SMP negeri 36 Surabaya ... 68
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana SMP Negeri 36 Surabaya ... 68
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Butir Manajemen Sekolah Berbasis adiwiyata dan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 82
Tabel 4.5 Hasil Uji reliabilitas skala variabel manajemen sekolah berbasis adiwiyata dan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 83
Tabel 4.6 Hasil uji normalitas sebaran manajemen sekolah berbasis adiwiyata ... 84
Tabel 4.7 Hasil korelasi skala manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 86
Tabel 4.8 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang kesenangan dengan mapel PLH ... 88
Tabel 4.9 Distribusi jawaban reseponden peserta didik yang tidak ikut dengan pelestarian lingkungan di sekolah ... 89
Tabel 4.11 Distribusi jawaban reseponden peserta didik yang setuju
dengan adanya penghijauan ... 90
Tabel 4.12 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang tidak
berpartisipasi mengikuti kegiatan lingkungan hidup ... 91
Tabel 4.13 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang adanya
tempat sampah di sekolah terpisah (organik/anorganik). ... 91
Tabel 4.14 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang ketidak
ikutsertaan dalam kegiatan Pengelolaan limbah ... 92
Tabel 4.15 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang
semangat atau giat giat ikut melestarikan lingkungan ... 92
Tabel 4.16 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang Sarana
di sekolah ... 93
Tabel 4.17 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang ruang
kelas yang memiliki sumber belajar ... 94
Tabel 4.18 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai jika
Jika sarana lingkungan hidup disekolah ... 94
Tabel 4.19 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
adanya poin pendidikan lingkungan hidup di visi dan misi ... 95
Tabel 4.20 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai untuk
semangat mengikuti pelajaran ... 97
Tabel 4.21 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai siswa
yang tidak suka membaca buku di tempat yang teduh ... 98
Tabel 4.22 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
Sekolah adiwiyata itu bagus ... 98
Tabel 4.23 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
kenyamanan nyaman belajar ... 99
Tabel 4.24 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
Tabel 4.25 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
pernyataan seringkali saya malas jika pada saat jam belajar
udara terasa ... 100
Tabel 4.26 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
pernyataan belajar merupakan kesenangan siswa ... 101
Tabel 4.27 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
Fasilitas sekolah ... 102
Tabel 4.28 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
pelajaran PLH merupakan kesenangan bagi siswa ... 102
Tabel 4.29 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
suasana sekolah panas dan tandus ... 103
Tabel 4.30 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
pernyataan suasana sekolah yang nyaman ... 104
Tabel 4.31 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Foto hasil dokumentasi kegiatan peserta didik saat
pembelajaran PLH ... 79
Gambar 4.2 Foto hasil dokumentasi kegiatan peserta didik saat
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I : BUKTI KONSULTASI
LAMPIRAN II : SURAT TUGAS
LAMPIRAN II : SURAT KETERANGAN PENELITIAN FAKULTAS
LAMPIRAN III : SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI SMPN 36
SURABAYA
LAMPIRAN IV : DAFTAR INTERVIEW
LAMPIRAN V : DAFTAR ANGKET
LAMPIRAN VI : STRUKTUR ORGANISASI SMPN 36 SURABAYA
LAMPIRAN VII : DATA GURU DAN KARYAWAN
LAMPIRAN VIII : TABEL DATA VARIABEL X DAN Y
LAMPIRAN IX : KEBIJAKAN SEKOLAH ADIWIYATA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan semakin berkembang dengan adanya berbagai
perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta di tantang
untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang
terjadi begitu pesat. Dengan adanya pendidikan di dunia diharapkan semua
manusia mendapatkan pendidikan secara merata, khususnya bagi peserta didik di
sekolah. Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pendidikan, antara lain; guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan
kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam proses pembelajaran di
sekolah menempatkan kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan
faktor penunjang yang lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik adalah
faktor lingkungan. Menurut Semiawan lingkungan adalah segala sesuatu di luar
diri individu (eksternal) dan merupakan sumber informasi yang diperolehnya
melalui panca inderanya. Salah satu lingkungan yang terbukti sangat berperan
dalam pembentukan kepribadian murid adalah sekolah.1 Lingkungan Sekolah
adalah ruang bagi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
1
2
Terkait dengan masalah lingkungan, ada beberapa masalah lingkungan
yang makin hari makin bertambah banyak dan beragam. Kegiatan pengembangan
dan pesatnya kemajuan tekhnologi di berbagai bidang telah dan akan terus
menimbulkan dampak posotif maupun negatif pada lingkungan, yaitu berupa
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang pada akhirnya akan berakibat
pada penurunan kualitas lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
mempengaruhi kelesetarian lingkungan hidup. Terkait dengan masalah
lingkungan yang makin hari makin bertambah banyak dan beragam tersebut maka
dianjurkan untuk sekolah menerapkan manajemen atau pengelolaan sekolah
berbasis adiwiyata.
Dengan adanya manajemen atau pengelolaan program adiwiyata
khususnya di lingkungan sekolah, yakni ruang dimana peserta didik
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Agar lingkungan yang ada dan sudah
mengalami penurunan kualitas tersebut tidak menjadi semakin parah akan
diadakan pemulihan lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut pembangunan
nasional diarahkan untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan
lingkungan atau pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Salah
satu unsur dalam konsep pembangunan berkelanjutan tersebut adalah pendidikan
lingkungan hidup (environmental education).
Pendidikan lingkungan hidup merupakan program pendidikan untuk
membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku
3
pembangunan yang berkelanjutan. Tujuanya yaitu agar siswa memiliki
pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap
masalah kependudukan dan lingkungan hidup.
Secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif
yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum.
Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi sarana yang
sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat
melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Dalam upaya mempercepat pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup
khususnya jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
untuk mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam
upaya pelestarian lingkungan hidup maka pada tanggal 21 Februari 2006 telah
dicanangkan Program Adiwiyata.2
Program Adiwiyata adalah satu program Kementerian Lingkungan Hidup
yang merupakan implementasi Permen Lingkungan Hidup No. 02 th 2009.
Program ini merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan oleh
pemerintah kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam
mengembangkan pendidikan lingkungan hidup (KLH).3 Tujuan dari program
adiwiyata yaitu untuk menciptakan kondisi sekolah yang baik dan ideal untuk
2http://badan lingkungan hidup.surabaya. go.id
diakses pada tanggal 5 november 2014, pukul 18.00.
3http://.menlh.go.id,
4
menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran bagi warga sekolah. Berkaitan
dengan tujuan dari program adiwiyata tersebut maka organisasi sekolah
hendaknya menerapkan program adiwiyata dengan sebaik mungkin, guna
terlaksananya iklim yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran setiap peserta didik atau siswa mempunyai
suatu tujuan yang harus dicapai didalamnya, baik tujuan pendek maupun tujuan
jangka penjang yang dapat membuat diri mereka mempunyai suatu perubahan
yang terjadi setelah mereka mengikuti sebuah proses pendidikan yang diberikan
oleh guru mereka. Seorang guru selayaknya memberikan sebuah dorongan atau
motivasi yang harus dapat memberikan motivasi terhadap diri mereka untuk
meningkatkan prestasi di dalam belajar mereka.
Motifasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti bergerak atau
bahasa Inggrisnya “to move”. Kata motifasi seringkali diartikan dengan istilah
dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani
untuk berbuat. Jadi, motivasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku dan di dalam perbuataannya itu mempunyai
tujuan tertentu.
Menurut Malayu motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
5
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.4 Motivasi (motivasion) dalam
manajemen hanya ditujukkan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan
khususnya. Sumber daya manusia dalam pendidikan salah satunya adalah peserta
didik.
Dalam meningkatkan minat belajar peserta didik seorang guru mempunyai
andil didalamnya yang mana memberikan suatu arahan untuk dapat bagaimana
meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagaimana untuk dapat meningkatkan
prestasi belajar ? Salah satu bentuk untuk meningkatkan prestasi belajar yaitu
dengan memberikan motivasi kepada siswa. Dengan adanya motivasi yang
diberikan kepada siswa harapannya dapat untuk meningkatkan prestasi mereka di
sekolah.
Motivasi merupakan sisi perilaku yang di tampilkan seseorang. Orang – orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar dari pada yang
tidak. Motivasi juga didevinisikan keinginan melakukan sesuatu dan menentukan
kemampuan bertindak untuk memenuhi kebutuhan individu.5 Terdapat dua jenis
motivasi yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.6 Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dipengaruhi oleh faktor faktor
4
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. (Bumi Aksara, Jakarta, 2005), hal 143.
5
Robbins, Prinsip-Prinsip Perlaku organisasi, (Jakarta: Erlangga,2002), hal 55.
6
6
dari luar situasi belajar (resides in some factor outside the learning situation).7
Motivasi ini timbul karena dorongan, sehingga siswa mau melakukan sesuatu
misalnya, seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar
mendapat peringkat dikelasnya. Jadi, ia mau melakukan bukan karena ingin
mengetahui sesuatu, akan tetapi karena diperintah orang tuanya agar mendapat
peringkat kelas.
Dalam hal ini diberikan paparan berupa motivasi kepada siswa yaitu
motivasi yang berasal dari tempat belajar atau lingkungan yang bersih, hijau dan
nyaman untuk suatu nilai positif dalam meningkatkan motivasi belajar mereka.
Bagi siswa yang mempunyai suatu motivasi dalam belajar akan membangun suatu
aktivitas yang positif. Disini akan diberikan suatu informasi mengenai bagaimana
Hubungan peningkatan motivasi belajar siswa dengan penerapan pengelolaan
lingkungan berbasis adiwiyata. Manajemen merupakan proses pengelolaan atau
penyelenggaraan. Pengelolaan sekolah berbasis adiwiyata telah diterapkan di
SMPN 36 Surabaya. Sehingga terdapat tatanan sekolah yang hijau, bersih dan
nyaman di lingkungan sekolah tersebut.
Dari pengamatan di lapangan masih banyak sekolah yang kurang
maksimal dalam penerapan program adiwiyata bahkan masih ada juga sekolah
yang belum menerapkan program adiwiyata. Pada umumnya sekolah yang
menerapkan adiwiyata menggunakan system green school atau lingkungan hijau yakni dengan penanaman banyak pohon di lingkungan sekolah. Dengan adanya
7Ibid.
7
banyak pepohonan di Sekolah lingkungan akan menjadi sejuk sehingga siswa
akan merasa nyaman belajar di lingkungan sekolah. Berbeda dengan sekolah yang
belum menerapkan, lingkungan sekolah ini akan lebih gersang sehingga udara
akan terasa panas dan siswa kurang termotivasi untuk belajar di sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut, SMP Negeri 36 Surabaya merupakan
salah satu sekolah yang sudah mengelola atau memanajemen program adiwiyata.
Hal ini dibuktikan dengan adanya penghijauan di sekitar luar ruangan kelas di
sekolah tersebut, selain itu banyak slogan-slogan yang menghimbau kepada
seluruh warga SMP Negeri 36 Surabaya untuk bersama-sama melestarikan
lingkungan hidup dan bersama-sama menjaga dan mengelola program adiwiyata
yang ada di sekolah tersebut. Sehingga secara tidak langsung program adiwiyata
memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan motivasi peserta didik siswa.
Di SMPN 36 Surabaya telah memulai program adiwiyata pada tahun 2006
dan sudah mengimplementasikannya pada kegiatan sekolah, sehingga tatanan
sekolah di SMPN 36 terlihat bagus dan nyaman bagi warga sekolah, khususnya
peserta didik yang berada pada lingkungan tersebut. tatanan lingkungan yang
bersih dan nyaman menimbulkan munculnya motivasi ekstrinsik bagi peserta
didik.
Pentingnya motivasi ekstrinsik bagi siswa karena motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi ekstrinsik siswa
8
Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kebermaknaan bahan pelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.8 Selain
itu keberhasilan seorang siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Lingkungan yang hijau, bersih dan nyaman akan menunjang motivasi
siswa lebih giat belajar di lingkungan sekolah.
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang : ”HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN
SEKOLAH BERBASIS ADIWIYATA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI
EKSTRINSIK PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 36 SURABAYA.”
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang ada, maka ditemukan masalah yang
dapat peneliti rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMP Negeri 36
Surabaya?
2. Bagaimana bentuk motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36
Surabaya?
3. Adakah hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan
peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya?
8
9
C. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang peneliti kemukakan diatas peneliti mempunyai
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMP Negeri 36
Surabaya.
2. Untuk mengetahui motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36
Surabaya.
3. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen sekolah adiwiyata dengan
peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang pendidikan, khususnya pada bidang program studi
manajemen pendidikan. Adapun manfaat dari penelitan ini ada dua yaitu secara
teoritis dan praktis.
1. Secara teoritis
a. Dengan mengetahui tentang hubungan manajemen sekolah berbasis
adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP
Negeri 36 Surabaya, Maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam menambah perbendaharaan teoritis khususnya dalam
masalah motivasi ekstrinsik peserta didik.
b. Dapat menambah kepustakaan sebagai bantuan dan studi banding bagi
10
2. Secara praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi semua warga
sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam pengeloalaan program adiwiyata
terhadap peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik.
E. Batasan masalah
Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya pembahasan yang terlalu
luas. Batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan meneliti tentang bagaimana
hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan
motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya.
2. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah siswa, guru pembimbing, guru
kelas dan kepala sekolah di SMP Negeri 36 Surabaya.
F. Penelitian Yang Relevan
Tinjauan pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi
seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, dan karya ilmiah
lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Setelah melakukan
penelusuran, tulisan tentang manajemen sekolah berbasis adiwiyata pernah di
bahas dalam :
Abdul Halim, Judul penelitian ini adalah Peran Kepala Sekolah dalam
mewujudkan Sekolah adiwiyata (Studi kasus pada kepala sekolah dasar negeri
11
pengelolaan program adiwiya sebagai upaya penyelamatan sumber daya alam.
sebagai perwujudan program adiwiyata Pendidikan lingkungan hidup diyakini
sebagai salah satu alternatif solusi yang efektif dan efisien dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dalam fungsi lingkungan hidup. Pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif. Metode pengumpulan
data yang dipakai yaitu interview, observasi, dan dokumentasi.9
Abdul Kohar Ismail, Judul penelitian ini adalah Kebijakan Sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan di SDN Kandangan III Surabaya. Dalam penelitian ini
peneliti menganalisis tentang bagaimana pengelolaan dan apakah dampak yang
dihasilkan oleh penerapan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif. Metode
pengumpulan data yang dipakai yaitu interview, observasi, dan dokumentasi.10
Dari peneliti yang terdahulu menjelaskan tentang sistem pengelolaan dan
implikasinya saja, sehingga ini menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya untuk
meneliti dari segi hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan
peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMPN 36 Surabaya.
G. Devinisi Operasional
Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Manajemen Sekolah Berbasis Adiwiyata Dengan Peningkatan Motivasi Ekstrinsik Peserta Didik Di SMPN 36
9
Abdul Halim, judul skripsi: peran kepala sekolah dalam mewujudkan sekolah adiwiyata (studi kasus pada kepala sekolah dasar negeri petemon XIII Surabaya), IAIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas tarbiyah, 2011.
10
12
Surabaya”. Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang judul skripsi ini
dan menghindari salah pengertian dalam memahaminya maka penulis perlu
menguraikan beberapa istilah untuk memperjelas maksud dari beberapa definisi
yang terkandung dalam judul skripsi ini, antara lain :
1. Manajemen adalah Pimpinan atau direksi yang bertanggung jawab atas
jalanya perusahaan dan organisasi; Penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran.11
2. Sekolah adiwiyata adalah Sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih
serta lingkungan yang indah. Dengan adanya program adiwiyata diharapkan
seluruh masyarakat di sekitar sekolah agar dapat menyadari bahwa lingkungan
yang hijau adalah lingkungan yang sehat bagi kesehatan tubuh.12
3. Motivasi ekstrinsik adalah sebab sebab yang menjadi dorongan tindakan
seseorang; dasar pikiran atau pendapat, sesuatu yang jadi pokok.13 motivasi
yang dipengaruhi oleh faktor faktor dari luar situasi belajar (resides in some
factor outside the learning situation).14 Motivasi ini timbul karena paksaan,
sehingga ia mau melakukan sesuatu, misalnya, seseorang mau belajar karena
ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat dikelasnya. Jadi, ia mau
melakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi karena
diperintah orang tuanya agar mendapat peringkat kelas.
11
Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Badan pengembangan dan pembinaan bahasa kementrian pendidikan dan kebudayaan, hal 274.
12
http://badan lingkungan hidup surabaya.go.id, diakses pada tanggal 19 november 2014, pukul 18.00.
13
Kamus Bahasa Indonesia, Op.cit.,283.
14
13
4. SMPN 36 Surabaya
adalah suatu lembaga pendidikan yang dikategorikan salah satu pendidikan
umum dengan pengelolaan program adiwiyata yang berkembang. SMPN 36
Surabaya ini beralamat di jl. Kebonsari sekolahan no. 15 Surabaya.
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud
Manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan motivasi ekstrinsik adalah
pengelolaan program adiwiyata (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan),
kaitanya dalam mempengaruhi peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan diungkapkan hasil penelitian skripsi yang
digunakan untuk menjawab masalah penelitian secara eksplisit dan sistematis,
penelitian ini disusun berdasarkan beberapa bab dan setiap bab terbagi menjadi
sub bab, adapun sistematika pembahasan adalah sebgai berikut :
Bab I: Pendahuluan pada bab ini dipaparkan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, definisi operasional, dan
sistem sistematika pembahasan dari hasil penelitian itu sendiri.
Bab II : Kajian Teori pada bab ini mengemukakan landasan teori tentang
Hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan
motivasi ekstrinsik peserta didik : Manajemen, Pengertian Manajemen,
Manajemen menurut para ahli, Fungsi-Fungsi Manajemen. Sekolah berbasis
adiwiyata, pengertian sekolah adiwiyata, tujuan sekolah adiwiyata, prinsip-prinsip
14
jenis-Jenis motivasi, fungsi motivasi, konsep motivasi ekstrinsik. Hubungan
Manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik
peserta didik.
Bab III : Bab ini memaparkan metode penelitian yang mencakup ; jenis
dan pendekatan penelitian, variabel, indikator variabel , instrumen penelitian,
teknik pengumpulan dan teknik analisis data.
Bab IV : Laporan Hasil Penelitian pada bab ini menjelaskan tentang
penyajian data dan tekhnik analisis data yang meliputi; penyajian data yang terdiri
dari gambaran umum, penyajian data tentang manajemen sekolah berbasis
adiwiyata di SMPN 36 Surabaya dan analisis data mengenai hubungan
manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik
peserta didik di SMPN 36 Surabaya.
Bab V : Penutup dalam bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan
skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dari penulisan serta saran-saran yang
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep dasar Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin
berasal dari bahasa Italia maneggiareyang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manusyang berati “tangan”.
Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti
“kepemilikan kuda” yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda, dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.1
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Secara umum manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai
hasil yang diinginkan dengan tujuan dari usaha-usaha manusia dan sumber daya
lainnya. Namun dalam perspektif yang lebih luas, manajemen adalah suatu proses
pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui
1
16
kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.2
Sebagai bahan perbandingan ada baiknya kita melihat beberapa pendapat
lainnya tentang definisi manajemen:
a. Menurut Malayu Hasibuan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara efektif
dan efesien untuk mencapai suatu tujuan.3
b. Menurut Hani Handoko Manajemen yaitu bekerja dengan orang-orang untuk
menentukan, menginterprestasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.4
c. Menurut Gordon dalam Bafadal “Menyatakan bahwa manajemen merupakan
metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu
atau mencapai tujuan tertentu.5
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa istilah Manajemen
mengandung beberapa pengertian yaitu: manajemen sebagai ilmu dan seni
mengatur, manajemen sebagai pelaksanaan dari fungsi perencanaan dan
manajemen sebagai metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
2
Syarifuddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2005), hal.41-42.
3
Hasibuan,Malayu SP, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 2000), hal.2.
4
Handoko T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II, Cetakan keempat belas, (Yogyakarta: BPFE, 2000), hal.10.
5
17
2. Fungsi Fungsi Manajemen6
Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang selalu melekat
dalam proses manajemen dan dijadikan acuan manajer dalam melaksanakan
kegiatan tersebut. Fungsi manajemen yang paling mendasar adalah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan
controlling (pengawasan). Di bawah ini dijelaskan fungsi manajemen sebagai berikut :
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha
menghubung-hubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, kemudian membuat perkiraan
dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan
dateng yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Atau
dengan kata lain, perencanaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan waktu
untuk mencapai tujuan.
Dalam melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan di sekolah
diperlukan identifikasi aspek lingkungan, identifikasi peraturan
perundang-undangan, penetapan tujuan dan sasaran lingkungan sekolah serta penetapan
program lingkungan untuk pencapaiannya. Semisal pada perencanaan manajemen
di SMPN 25 yang merencanakan program adiwiyata dengan poin perencanaaan
terwujudnya lingkungan sehat dan bersih di sekolah.
6Ibid
18
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan antara kelompok kerja, menetapkan wewenang relatif serta
tanggung jawab masing-masing individu atas komponen kerja, dan menyediakan
lingkungan kerja yang tepat dan sesuai. Dengan kata lain, pengorganisasian
adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengatur manusia atau karyawan atau
pegawai. Pada sistem ini, organisasi mengembangkan kemampuan dan
mekanisme yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran PLH
di sekolah.
Pada kegiatan mengorganisasi sekolah membagi tim pelaksanaan
manajemen program adiwiyata menjadi beberapa tim pengelolaan lingkungan
yang meliputi koordinator perawatan taman, koordinator hutan sekolah,
koordinator green house dan lain-lain.
c. Actuating (Penggerakan)
Actuating adalah menempatkan semua anggota pada kelompok agar kerja
secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
perencanaan dan pola organisasi. Atau dengan kata lain, penggerakan artinya
kegiatan yang berhubungan dengan memotivasi atau memberi semangat kepada
karyawan atau pegawai. Pada kegiatan actuating pemeriksaan dan tindakan
koreksi dilaksanakan oleh organisasi untuk mengukur, memantau dan
19
Pelaksanaan actuating pada sekolah yang menerapkan perencanaan sekolah dengan poin perencanaaan terwujudnya lingkungan sehat dan bersih,
seperti pada contoh fungsi planning, semisal tim adiwiyata yang sudah terbagi melaksanakan tugas mengkaji kondisi lingkungan sekolah, kebijakan sekolah,
sarana dan prasarana sekolah dll. Dan kegiatan penggerakan yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah yaitu memotivasi tim koordinator pengelolaan adiwiyata dan
ikut serta dalam pelaksaanaan program tersebut.
d. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang akan dicapai (standard),
apa yang sedang dilakukan pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilamana perlu
mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan menurut
rencana, yaitu sesuai dengan standar. Atau dengan kata lain, pengawasan adalah
kegiatan yang berhubungan dengan mengendalikan atau mengawasi setiap
pekerjaan serta melakukan tindakan koreksi. Pada tahap ini Hasil dari proses
pemeriksaan dan tindakan koreksi tersebut dijadikan masukan bagi manajemen
dalam menerapkan prinsip pengkajian dan penyempurnaan, yaitu berupa kajian
ulang manajemen yang dilaksanakan organisasi setiap beberapa bulan sekali.
Dalam kegiatan controlling atau pengawasan ini pihak manajemen sekolah mengevaluasi kegiatan adiwiyata yang sudah dilaksanakan oleh sekolah
apakah sesuai dengan perencanaan atau kurang sesuai. Jika pelaksanaan kurang
20
Pada manajemen sekolah berbasis adiwiyata pelaksanaan ke-empat fungsi
manajemen diatas digunakan untuk mencapai tujuan program adiwiyata. Tujuan
progam adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab
dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan lingkungan hidup melalui
tata kelola sekolah yang baik.
B. Sekolah berbasis Adiwiyata
1. Pengertian Sekolah Berbasis Adiwiyata
Sekolah adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk
pengajaran para peserta didik di bawah pengawasan para guru. Sekolah
merupakan komunitas masyarakat yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah,
dan tata usaha dan karyawan yang di dalamnya merupakan salah satu medium
efektif bagi pembelajaran dan penyadaran warga sekolah. Dalam sebuah negara
mempunyai model sistem pendidikan formal yang mana hal ini sifatnya wajib.
Selain itu sistem ini jugalah yang membuat para siswa bisa mengalami kemajuan
dengan melalui serangkaian kegiatan di sekolah tersebut.
Salah satu kegaiatan yang dicanangkan sekolah adalah program adiwiyata,
berdasarkan program peraturan menteri lingkungan hidup No.02 th 2009,
program ini merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan oleh
pemerintah kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam
mengembangkan pendidikan lingkungan hidup.7
21
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan
Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga
sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini
diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju
lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.
Dalam pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para
stakeholders, menggulirkan Program Adiwiyata ini dengan harapan dapat
mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi
lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan
hidup di sekolah dan sekitarnya.8
Kata lingkungan mengandung arti atau meliputi banyak hal seperti:
pendidikan, pendidik, keluarga, sekolah, masyarakat, adat-istiadat, dan situasi
umum. Dibawah ini akan diuraikan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian
lingkungan, diantaranya:
a Menurut Poerwadarminta lingkungan adalah “semua yang mempengaruhi
tingkahlaku mereka dan interaksi antara mereka.9
b Novak dan Gowing dalam Ali mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar
dengan istilah “millien” yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar.
8
Ibid.
9
22
Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi
fisik yang ada disekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.10
c Menurut Hamalik lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar kita
yang ada hubungannya dan pengaruh terhadap diri kita. Dalam arti yang
spesifik lingkungan adalah hal-hal atau sesuatu yang berpengaruh terhadap
perkembangan manusia. Berpengaruh artinya bermakna, dan berperan
terhadap pertumbuhan serta perkembangan peserta didik.11
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis berpendapat bahwa
lingkungan adalah segala yang berada diluar dari individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan. Ada bagian lingkungan yang tidak dapat diubah
atau dipengaruhi misalnya iklim dan ada pula bagian lingkungan yang dapat
diubah atau dipengaruhi untuk kepentingan anak didik misalnya makanan,
pakaian, rumah, lingkungan belajar, dan sebagainya. Adapun jenis lingkungan
yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaranya.
UNESCO mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat
didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran.12
a Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi, dan
budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan
berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.
10
Ali, Muhammad. 2002. Penelitian Pendidikan Proses dan Strategis. Bandung : Angkasa.hal 6 11
Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.hal 140
12
23
b Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam
suatu kelompok masyarakat.
c Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki
pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan pada hakikatnya
mendekatkan dan memadukan peserta didik dengan lingkunganya, agar mereka
memiliki rasa cinta, peduli, dan tanggung jawab terhadap lingkunganya. Inilah
sebenarnya yang disebut life skill, sehingga pembelajaran membekali peserta
didik dengan berbagai keterampilan untuk bisa hidup dan mempertahankan
lingkunganya, serta mengembangkan diri secara optimal.
Menurut Zakiyah Daradjat dan kawan-kawan, dalam arti yang luas
lingkungan mencakup iklim, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan,
pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang
tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah semua yang
tampak di sekeliling kita dan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan tingkah laku kita. Lingkungan hidup yang dimaksut adalah
lingkungan alam atau lingkungan fisik sekolah yaitu lingkungan tempat belajar
peserta didik. Terdapat dua aspek pokok lingkungan fisik peserta didik ,yaitu :
13
24
1. Lingkungan fisik sekolah
Lingkungan fisik yang merupakan lingkungan belajar peserta didik
yang sangat penting. Peserta didik menginginkan belajar dalam gedung dan
perlengkapan fisik yang bagus serta dapat dibanggakan, dengan demikian ada
kesenangan untuk bersekolah. Gedung sekolah dan perlengkapan fisik yang
bagus tidak saja merupakan tempat belajar, akan tetapi merupakan bagian
penting dalam kehidupan peserta didik dimana dia belajar, berolah raga dan
berkreasi.14
Adapun lingkungan fisik meliputi :
a. Kondisi bangunan dan lokasi sekolah Dalam mendirikan suatu bangunan
sekolah haruslah dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Harus memenuhi kebutuhan pendidikan yang didasarkan pada umur
anak dan kebutuhan pendidik.
2) Harus dapat memenuhi perkembangan progam pendidikan di masa
yang akan datang yang mungkin berupa perubahan
3) cara mengajar dan peralatan guru. Harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan, keamanan dan nyaman.
4) Memenuhi perluasan gedung
5) Dekat dengan perumahan penduduk
14
25
6) Dekat dengan tanah lapang atau taman, jika tidak mempunyai aula
olah raga atau lapangan olah raga.15
b. Fasilitas dan sarana umum
Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar disekolah
diperlukan fasilitas dan sarana umum yang memadai. Dalam hal ini adalah
untuk memberi kenyamanan dan kemudahan pada semua warga sekolah,
yaitu dengan adanya gedung sekolah yang bagus, tempat ibadah,
perpustakaan, laboratorium, kamar mandi, toilet, taman sekolah, dan
lain-lain.16
2. Lingkungan sosial di sekolah
Lingkungan sosial sekolah yakni tempat dimana warga sekolah saling
berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama
maupun dengan lingkungannya. Adapun lingkungan sosial meliputi :
a Sikap dan penampilan guru
Faktor yang paling besar pengaruhnya dalam proses pendidikan yang
ada di sekolah adalah seorang guru, sehingga guru di sini mempunyai andil
yang sangat besar mengarahkan anak didik dimana harus dibawa, oleh sebab
itu sikap dan penampilan seorang guru harus bisa menjadi panutan bagi anak
didiknya.
15Ibid.,
16
26
b Sikap dan perilaku siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan
melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak
sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak
tampak.
Siswa mempunyai sifat atau perilaku yang kurang menyenangkan
teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami
tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah
masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi
malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan tertentu, karena di sekolah
mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika
hal ini terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan bimbingan dan penyuluhan
agar ia kembali ke dalam kelompoknya.17
c Masyarakat
Sebagai salah satu lingkungan terjadinya pendidikan, masyarakat
mempunyai pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya segala kegiatan
yang menyangkut masalah pendidikan. Dilihat dari materi jelaslah bahwa
kegiatan pendidikan di masyarakat bersifat informal yang terdiri dari generasi
muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri, adapun materi
itu berupa kegiatan keagamaan, sosial serta kegiatan positif lainnya. Oleh
karena itu bahan apa yang diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadi
17Ibid.
27
harus disesuaikan dengan keadaan dan tuntutan masyarakat dimana kegiatan
itu berlangsung.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan
pendidikan secara langsung. Pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak
mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri dan
keagamaan di dalam masyarakat.18 Melalui pendidikan inilah masyarakat
mengajarkan bagaimana cara bertingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat.
Berdasarkan dua aspek diatas dapat disimpulkan bahwa pada aspek
lingkungan fisik sekolah dan aspek lingkungan sosial sangat berpengaruh pada
proses pembelajaran peserta didik. Pada aspek lingkungan fisik sekolah
disebutkan bahwa sarana dan prasarana penunjang sangatlah berperan penting
dalam proses kegiatan peserta didik. Dengan lingkungan fisik sekolah yang
nyaman dan kondisional disertai dengan sarana dan prasarana yang lengkap
peserta didik akan lebih giat dan termotivasi dalam proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka
diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung terlaksananya
kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.19
18Ibid.,
hal,18.
19www.badan lingkungan hidup.com,
28
Dengan mengacu pada kebijakan maka program adiwiyata bisa dimanajemen
sebaik mungkin guna terlaksanakanya sekolah berbasis adiwiyata.
2. Tujuan Program Adiwiyata
Tujuan adalah visi yang akan dicapai dan menjadi implementasi atau
penjabaran dari misi dan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan
pada kurun waktu tertentu, di bawah ini terdapat dua tujuan dari program
adiwiyata yaitu :
1. Tujuan Umum
Membentuk sekolah peduli dan berbudaya lingkungan yang mampu
berpartisipasi dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang
2. Tujuan Khusus
Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,
sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab
dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan
sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah
di Indonesia. Kegiatan adiwiyata dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran siswa
berbasis lingkungan hidup dan pengelolaan lingkungan sekolah yang sesuai
29
program adiwiyata yang dituangkan dalam visi sekolah yang berbunyi
“Menumbuhkan budaya hidup bersih, sehat serta terbentuk karakter peduli dalam
melestarikan, mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan”. Dilihat dari
misi tersebut maka SMPN 36 telah menerapkan kegiatan utama dari program
adiwiyata.
3. Prinsip‐prinsip Dasar Program Adiwiyata
Dalam pelaksanaan program adiwiyata terdapat dua prinsip yang harus
disertakakan dalam setiap perencanaan. Adapun prinsip-prinsip dasar dalam
pelaksanaan program adiwiyata adalah sebagai berikut :20
a. Partisipatif, artinya komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan peran
dan tanggungjawabnya. Semisal pada program terwujudnya lingkungan sehat
dan bersih di SMPN 25 Surabaya semua warga sekolah berpartisipasi dalam
pelaksanaan program tersebut.
b. Berkelanjutan, artinya seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan
komprehensif. Kegiatan yang sudah dijalankan seperti pada contoh poin
prinsip partisipasif dilaksanakan secara terus-menerus sehingga menjadi
budaya yang baik disekolah.
Dengan program adiwiyata, maka pemerintah telah memberikan
penghargaan bahwa sekolah telah berhasil mendidik para siswa menjadi individu
yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Penghargaan adiwiyata
30
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan melalui lembaga pendidikan
formal mulai Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas se Indonesia.
4. Komponen – komponen Adiwiyata
Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan empat
komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah
Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah : 21
a. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
maka diperlukan model pengelolaan sekolah yang mendukung
dilaksanakannya pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yakni Partisipatif dan
Berkelanjutan. Semisal pada SMPN 25, visi dan misi di sekolah tersebut
terdapat komponen pengelolaan lingkungan.
b. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para peserta didik dapat
dilakukan melalui kurikulum belajar yang bervariasi, dilakukan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang
dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Semisal di sebuah sekola
menerapkan Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
31
c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan,
warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran
lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat
di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat
baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Semisal sekolah
menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup
berbasis partisipatif di sekolah.
d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Dalam mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup.
Semisal Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar
kawasan sekolah.
Ke-empat komponen tersebut adalah indikator program adiwiyata atau
sebagai tolak ukur pengelolaan program adiwiyata di sebuah sekolah. Pada
umumya tampilan sekolah yang melakasanakan program adiwiyata akan terlihat
pada kondisi fisik lingkungan sekolah. Kondisi fisik sekolah yang sudah
menerapkan program adiwiyata akan lebih indah, bersih dan nyaman.
Kesimpulan dari teori diatas bahwa manajemen sekolah berbasis
adiwiyata adalah pengelolaan sekolah yang menerapkan program berbasis
lingkungan atau adiwiyata. Program ini dikelola sehingga sekolah dapat
32
C. Peningkatan Motivasi Ekstrinsik
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti bergerak atau
bahasa Inggrisnya “to move”. Kata motifasi seringkali diartikan dengan istilah
dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani
untuk berbuat. Jadi, motifasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku dan di dalam perbuataannya itu mempunyai
tujuan tertentu.
Motivasi merupakan sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk
bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki
motivasi Menurut Walker dalam buku Ahmad Rohani mengatakan bahwa
perubahan-perubahan yang yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik
bilamana orang atau individu mempunyai motivasi untuk melakukanya; dan
latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi yang
mengakibatkan perubahan dalam prestasi.22
Motivasi juga didefinisikan sebagai sisi perilaku yang ditampilkan
seseorang. Orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar
daripada yang tidak. Namun definisi ini berisfat relatif dan hanya memberikan
sedikit penjelasan pada kita. Sebuah definisi yang lebih deskriptif mengatakan
22
33
bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan
kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.23
Motivasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Sadirman motivasi adalah daya penggerak dari dalam untuk
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.24 Dan motivasi merupakan
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
b. Menurut Hamalik Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam
diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.25
c. Menurut Mulyasa Pengertian Motivasi merupakan tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi
yang tinggi.26
d. Liang Gie mengatakan, bahwa motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada
orang lain untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu.27
23
Robbins, Prinsip-prinsip perilaku organisasi, hal 55.
24
Sardiman.A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 17
25
Oemar Hamalik, Administrasi dan supervise pengembangan kurikulum, (Bandung: CV Mandar Maju,1992), hal.173.
26
Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Kompetensi Dan Aplikasinya, (Bandung: Rosdakarya, 2003) hal.112.
27
34
e. Nasution mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu”.28
Dari beberapa devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan segala daya penggerak di dalam diri individu yang muncul terhadap
kegiatan yang akan menjamin kelangsungan dalam aktifitas dan mengarahkan
pada kegiatan belajar pula sehingga terwujudnya tujuan kegiatan belajar yang
dikehendaki. Dorongan seseorang dalam belajar merupakan kekuatan mental
untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi segala harapan dan dorongan inilah
yang menjadi pencapaian tujuan tersebut.
2. Jenis – Jenis Motivasi
Motivasi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Ada jenis motivasi
yang timbul dari dalam individu dan ada motivasi yang muncul dari luar individu.
Menurut Sardiman ada berbagai jenis motivasi, yaitu:29
a Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Contoh Seorang siswa melakukan belajar
karena didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan
keterampilan.
28
Nasution, kegiatan belajar mengajar, (Jakarta: Gramedia, 1995), hal.73
29
35
b Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat
juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Contoh peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar tentu saja akan menambah ragam dan memperkaya sumber belajar lain
di kelas. Peserta didik menjadi tidak hanya duduk-duduk di kelas dan belajar
seperti biasa. Banyak variasi yang dapat dilakukan guru bila menggunakan
sumber belajar berupa lingkungan. Ini akan membantu peserta didik
mengatasi kebosanan belajar di kelas.30
Terdapat dua motivasi dilihat dari jenisnya yakni motivasi intrinsik
(motivasi dari dalam individu) dan motivasi ekstrinsik (motivasi dari luar
individu), berkaitan dengan pembahasan penulis akan membahas tentang
motivasi ekstrinsik peserta didik.
Menurut Sadirman motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar Individu
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang
dari luar.31 Oleh karena. itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan
30
www.penelitiantindakankelas.com, diakses pada tanggal 8 desember 2014, pada pukul 07.00.
31
36
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktifitas belajar.
Dalam teori motivasi terdapat sumber sumber motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. sumber motivasi ekstrinsik mencakup: perubahan keadaan
lingkungan, atau orang lain. Sedangkan yang intrinsik mencakup dirinya
sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan atau menghindari sesuatu.32
Dalam keseharianya, hubungan antara sumber ekstrinsik dan sumber intrinsik
pada umumnya saling terkait. Artinya apabila seseorang akan mudah
termotivasi oleh stimulus-stimulus yang berasal dari luar dirinya apabila
orang itu mengaktifkan sumber sumber ekstrinsiknya.
Motivasi dari luar (ekstrinsik) secara langsung dapat diinternalisasikan
ke dalam dirinya (intrinsiknya)33 ada yang menolaknya terlebih dahulu lalu
kemudian baru dapat diterimanya. Motivasi yang bersumber dari luar
memiliki sifat yang mendukung suatu perilaku, sedangkan motivasi yang
bersumber dari dalam lebih bersifat menentukan.
Peranan motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Karena kedua motivasi dapat membangkitkan,
menggairahkan kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, guru bertanggung
jawab dalam membangkitkan motivasi ekstrinsik pada siswa serta dengan
32
Ubaydillah, AN, Bagaimana memotivasi orang lain, www.e-psikologi.com, diakses pada tanggal 5 november 2014, pukul 18.00.
37
memberikan dorongan dan rangsangan kepada siswa agar dalam diri siswa
timbul motivasi untuk belajar.
Motivasi ekstrinsik juga perlu digunakan dalam proses belajar
mengajar karena dari sekian banyak mata pelajaran yang harus dipelajari oleh
siswa setiap hari disekolah, tidaklah selalu menarik. Sehingga tidak realistis
untuk selalu mengharapkan siswa selalu mempunyai motivasi intrinsik agar
antusias melakukan hal-hal yang disukai setiap hari. Apalagi keadaan siswa
dinamis, berubah ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam
proses belajar mengajar yang kurang menarik bagi peserta didik sehingga
diperlukan motivasi ekstrinsik.
Jadi, motivasi ekstrinsik di sekolah bisa diberikan melalui tatanan
lingkungan sekolah yang hijau, bersih dan nyaman. Dengan tatanan
lingkungan yang sedemikian rupa dan dipadukan dengan optimisme dan
harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta
kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik (student- centered activies) merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar.
Iklim yang demikian akan mendorong terciptanya masyarakat belajar di
sekolah, karena iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan
38
belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan
menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.34
Menurut Widayatun ada faktor-faktor yang pendorong motivasi yaitu :35
a Faktor fisik dan proses mental.
b Faktor hereditas, lingkungan (environmental).
Dari beberapa faktor pendorong diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi dapat didorong oleh tujuh faktor tersebut. Pada poin b dan e pada
faktor diatas dijelaskan bahwa faktor lingkungan dan faktor situasi dan
kondisi ikut menjadi pemicu meningkatnya motivasi ekstrinsik peserta didik.
3. Fungsi Motivasi
Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat
menjadikan seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi
juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Adapun fungsi
motivasi diantaranya :36
34
Mulyasa, Manajemen pendidikan karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal.19.
35
Widayatun, T. R, Ilmu Prilaku, (Jakarta: CV. Sagung Seto,1999), hal. 115.
36
39
a Mendorong manusia untuk berbuat, jadi motivasi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuanya.
c Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4. Ciri-Ciri Peserta Didik Yang Termotivasi
Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri orang
tersebut. Ciri-ciri orang termotivasi anatara lain tidak mudah putus asa dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat prestasinya semakin
meningkat. Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang
berbeda – beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif –motif lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi sebab utama tingkah
laku individu pada saat tertentu. Motif yang lemah hampir tidak mempunyai
pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan