PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam
Oleh :
UMMI LATHIFAH NIM: E84211051
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU
KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Filsafat Politik Islam
Oleh :
UMMI LATHIFAH NIM: E84211051
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yang Pertama, Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok.Kedua, Bagaimana kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Ketiga, Seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang yang diambil secara Area sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah angket, dokumentasi, dan observasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS versi 16.0.
Hasil penelitian ini adalah Pertama, Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo adalah baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih setuju yang berarti mempunyai persepsi yang baik dengan uraian 4 (5%) responden menyatakan sangat setuju dan 37 (50%) responden menyatakan setuju kemudian 34 (45%) responden menyatakan tidak setuju sedangkan untuk pernyataan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali. Kedua, kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo adalah sangat baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih sangat setuju yang berarti mempunyai kinerja yang sangat baik dengan uraian 40 (53%) responden menyatakan sangat setuju dan 35 (47%) responden menyatakan setuju, adapun untuk pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali. Ketiga, pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 adalah “Rendah” yaitu sebesar 0,330. Rendah disini yang berarti bahwa persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa No 6 tahun 2014 tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerjanya. Selanjutnya, dilakukan uji determinasi yang diperoleh nilai sebesar 0,109 yang artinya bahwa 10,9% variabel kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dipengaruhi oleh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan sisanya 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER DEPAN JUDUL SKRIPSI... i
HALAMAN COVER DALAM JUDUL SKRIPSI... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN SKRIPSI... iv
PERNYATAAN KEASLIAN... v
KATA PENGANTAR... vi
MOTTO... viii
PERSEMBAHAN... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xv
ABSTRAK... xvii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Batasan Masalah ... 8
F. Definisi Operasional ... 9
G. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II : LANDASAN TEORI A. Persepsi Perangkat Desa ... 12
1. Definisi Persepsi………. 12
2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi……….. 15
B. Tanah Bengkok ... 17
C. Kinerja Perangkat Desa ... 19
2. Faktor yang mempengaruhi kinerja………... 20
3. Aspek-aspekkinerja……… 21
D. Penelitian Terdahulu... 29
E. Kerangka Berpikir ... 31
F. Hipotesis ……….. 32
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34
1. Pendekatan Penelitian……… 34
2. Jenis Penelitian……….. 34
B. Populasi dan Sampel... 34
1. Populasi ………. 34
2. Sampel……… 36
C. Variabel Penelitian dan Indikator D. Jenis Data dan Sumber data... 39
1. Jenis Data………... 39
2. Sumber Data………... 40
E. Teknik Pengumpulan data ... 41
1. Observasi……… 41
2. Angket……… 41
3. Dokumentasi………... 42
F. Analisis Data ... . 43
G. Variabel Penelitian………. 45
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48
1. Letak Geografis………. 48
2. Struktur Organisasi Kecamatan Waru……… 49
B. Karakteristik Responden... 49
1. Penyajian Data Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah
bengkok ………. 53
2. Analisis Data Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo tahun 2015………….… 59
3. Analisis Data Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah
bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……… 64
BAB V : PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
A. Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah
bengkok……… 76
B. Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….. 89
C. Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai
tanah bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa
di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun
2015………...….. 100
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan……….. 106
B. Saran……… 107
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kerangka Berpikir ……….………. 31
Tabel 3.1 : Jumlah Perangkat Desa berdasarkan Desa………...35
Tabel 3.2 : Penentuan Responden TiapDesa……...………...38
Tabel 3.3 : Interpretasi KoefisienKorelasi……….………..…....45
Tabel 3.4 :Variabel & Indikator……….………..46
Tabel 4.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok ..………….... 54
Tabel 4.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir….………..……….56
Tabel 4.3 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Penghasilan………. 57
Tabel 4.4 : Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Jabatan…...58
Tabel 4.5 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….60
Tabel 4.6 :Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir.………62
Tabel 4.7 :Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Penghasilan……...………63
Tabel 4.8 : Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Jabatan……..………64
Tabel 4.9 :Tabulasi Data persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok .66 Tabel 4.10 :Tabulasi Data Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015..………..………68
Tabel 4.11 :Descriptive Statistics……….71
Tabel 4.13 : Interpretasi Koefisien Korelasi……….………..73
Tabel 4.14 :Coefficientsa……….………73
Tabel 4.15 :Model Summaryb………..….………...74
Tabel 5.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Terakhir...………..83
Tabel 5.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan
Penghasilan………..…84
Tabel 5.3 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok berdasarkan
Jabatan……….……….85
Tabel 5.4 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
tahun 2015 Berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir……….94
Tabel 5.5 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
tahun 2015 Berdasarkan Penghasilan………95
Tabel 5.6 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………49
Gambar 4.2 : Karakteristik Responden BerdasarkanUsia ………..………..50
Gambar 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .……..51
Gambar 4.4 : Karakteristik Responden BerdasarkanPenghasilan………..51
Gambar 4.5 :Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan………..………52
Gambar 4.6 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok berdasarkan Jenis Kelamin & Usia………..………...55
Gambar 4.7 : Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….61
Gambar 4.8 : Tabulasi Data Variabel X………..………....68
Gambar 4.9 : Tabulasi Data Variabel Y ……….70
Gambar 5.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok ………..79
Gambar 5.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Jenis Kelamin & Usia………..81
Gambar 5.3 :Hasil Angket mengenai aksi demo yang dilakukan Perangkat Desa agar tanah bengkok kembali di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015………...87
Gambar 5.4 :Hasil Angket mengenai kembalinya tanah bengkok ke kas Desa pemasukan Perangkat Desa menurun………..88
Gambar 5.6 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin & Usia Responden……….92
Gambar 5.7 :Hasil Angket Mengenai Kesetiaan Pelayananan Kepentingan
Masyarakat...97
Gambar 5.8 :Hasil Angket Mengenai Pemberian Informasi kepada
Masyarakat……….98
Gambar 5.9 :Hasil Angket Mengenai Ketepatan Waktu Perangkat Desa dalam
Bekerja………99
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang MasalahMenurut PP No 72 tahun 2005 tentang Desa bahwa tanah bengkok sebagai
bagian dari tanah desa yang selama ini diperuntukkan bagi gaji pamong desa yaitu
Kepala Desa dan Perangkat Desa, mempunyai hak atas tanah yang diberikan oleh
desa untuk memelihara kehidupan keluarganya dengan cara mengerjakan hasilnya
dari hasil tanah itu karena jabatannya, jika dilain waktu yang bersangkutan tidak
lagi menjabat sebagai pamong Desa maka tanah bengkok tersebut menjadi tanah
Desa.1
Namun peraturan di atas saat ini tidak berlaku lagi sejak ditetapkannya
Peraturan Pemerintah (PP) 43 Tahun 2014 tentang Desa (Belanja Desa) pasal 100
yang mengatur pelaksanaan UU Desa. Bahwa tanah bengkok yang dulunya 100%
menjadi hak Kepala Desa, namun sekarang dengan adanya UU desa yang baru
munculnya kebijakan bahwa tanah bengkok paling sedikit 70% dari jumlah
APBDes digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, mendanai
pelaksanaan pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa sedangkan
paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa menjadi hak Kepala Desa
dan perangkat lainnya, yakni penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan
perangkat desa, operasional pemerintah desa.2
1
PP-72-2005-Tentang-Desa
2
2
Dengan munculnya PP yang baru yakni PP 43 tahun 2014, yang sama sekali
kurang berpihak terhadap Perangkat Desa menjadikan mereka kurang menyetujui
adanya PP 43 tahun 2014 tersebut. Begitu juga masalah tunjangan mereka yang
semakin tidak jelas, Perangkat Desa merasa dengan adanya PP 43 tahun 2014
tersebut gaji mereka semakin menurun dan kurang menjamin.3
UU Desa No 6 Tahun 2014 tentang desa yang di dalamnya memiliki hak
dalam mengatur dan mengurus masyarakat serta mewujudkan apa yang menjadi
hak masyarakat. Maka dari itu keberadaan Desa seharusnya dilindungi agar Desa
tersebut dapat maju dan mampu menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang
sejahtera dan mandiri.
Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 salah satu pendapatan asli desa
yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, baik untuk anggaran
rutin maupun anggaran pembangunan desa adalah tanah bengkok. Tanah bengkok
terdapat dalam struktur hukum adat tanah di Jawa. Tanah bengkok mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut:4
1. Tanah tersebut merupakan bagian dari tanah desa
2. Tanah tersebut diberikan kepada warga desa yang sedang menjabat sebagai
pamong desa
3
Khoirun Nashirin,Wawancara, Kepuh Kiriman, pada tanggal 9 Juni 2015.
4
3
3. Pemberian tanah tersebut hanya sementara waktu selama yang bersangkutan
menjabat kepala desa atau perangkat desa
4. Maksud dari pemberian tanah tersebut sebagai upah untuk memenuhi dan
menghidupi diri dan keluarganya.
Problem yang saat ini muncul adalah pada PP No. 43/2014 tentang peraturan
pelaksanaan UU tentang desa, terutama pada pasal 100 huruf (b), yakni paling
banyak 30% dari nilai anggaran belanja desa digunakan untuk penghasilan tetap
dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, operasional Pemerintah Desa,
tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun
tetangga dan rukun warga. Berlakunya ketentuan ini mengakibatkan sebagian
penerimaan Kepala Desa dan Perangkat Desa menurun karena seluruh penerimaan
desa (termasuk dari tanah bengkok) harus dicatat dalam rekening kas desa sesuai
pasal 91 PP No. 43/2014.
Berawal dari sini Perangkat Desa merasakan keresahan, karena tanah bengkok
yang dulunya seutuhnya dikelola oleh Kepala Desa beserta Perangkat Desa
sekarang berbanding terbalik hanya beberapa saja diperuntukkan Pamong Desa.
Hal ini menjadikan Kepala Desa dan Perangkatnya merasa kurang begitu dijamin
dan diabaikan, dan merasa kurang begitu diperhatikan masalah tunjangannya.
Tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa masing-masing kas Desa
berbeda satu sama lain. Sekretaris Desa masih berhak mendapatkan tunjangan dari
4
mendapatkan gaji pokok saja dari APBD. Kepala Desa dan Perangkat Desa non
PNS yang justru mendapatkan tunjangan dari APBD.5
Jika tanah bengkok dipotong 70 persen, maka penghasilan Kepala Desa dan
Perangkat Desa akan sama saja atau malah semakin kecil dari sebelum ada
tunjangan yang bersumber dari bantuan desa yang dikucurkan pemerintah pusat.
Aparat Desa merasa kebijakan Pemerintah yang baru ini merugikan mereka
karena gaji Aparat Desa menurun.
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu.6 Dengan adanya kebijakan baru bahwa tanah begkok
tidak lagi seutuhnya menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa maka hal ini
akan mempengaruhi kinerja Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa dan
Perangkat Desa menjadi kurang semangat kerja karena ditariknya tanah bengkok,
sebab tanah bengkok merupakan salah satu penyebab semangatnya Kepala Desa
dalam bekerja, tanah bengkok juga menjadi andalan pendapatan Kepala Desa.
Dalam berita Jatim ratusan Kepala Desa dan Perangkat Desa se-Sidoarjo
termasuk Kecamatan Waru, meluruk Pendopo Delta Wibawa Kabupaten Sidoarjo.
Para Kades dan Perangkatnya yang tergabung dalam Paguyuban Kepala Desa
(PKD) Kabupaten Sidoarjo itu menuntut kesejahteraan dan kebijakan dalam soal
perijinan pembangunan dan lainnya, melibatkan desa. Di antara tuntutan PKD itu,
5
http://mataairradio.com/teknologi/kades-dan-perangkat-desa-kembali-pertanyakan-tunjangan (diakses minggu, 14 juni 2015, 13:59)
6
5
segera ditetapkannya Perbup tentang tata cara pengalokasian alokasi dana desa
sesuai PP No 43 tahun 2014. Perangkat Desa juga menuntut agar tanah bengkok
pengelolaannya harus dikembalikan ke Desa.7
Dengan demikian Aparat Desa berharap tanah bengkok dikembalikan kepada
mereka, karena Aparat Desa merasa pendapatannya menurun semenjak
munculnya kebijakan baru tersebut. Aparat Desa ingin mengelola tanah bengkok
kembali karena tanah bengkok merupakan salah satu sumber penghasilan yang
terjamin bagi mereka maka dari itu Aparat Desa melakukan aksi demo.
Dalam penelitian ini mengapa kami memilih Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo, karena dalam Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini terdapat
beberapa Kepala Desa dan perangkat desa yang menolak kebijakan pemerintah
pada pasal 100 PP 43 tentang Belanja Desa mengenai tanah bengkok yang 70%
diperuntukkan kepada masyarakat dan juga pembangunan desa sedangkan 30%
untuk Kepala Desa beserta Perangkat Desa. Di Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo ini terdapat beberapa Perangkat Desa yang menolak isi UU Desa tersebut
sehingga muncul kelompok demo yang melakukan aksinya, seperti yang
dilakukan beberapa Perangkat Desa di Kecamatan Waru karena Perangkat Desa
menuntut agar pengelolaannya tanah bengkok dikembalikan ke Desa.
Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini
menuntut masalah pengelolaan tanah bengkok harus dikembalikan ke desa karena
untuk ganjaran Kepala Desa dan Perangkat Desa.
7
6
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai Tanah Bengkok terhadap Kinerja
Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”.
B.
Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis menyajikan rumusan
masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014?
2. Bagaimana kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di
kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015?
3. Seberapa besar pengaruh persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok
terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun
2015?
C.
Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak
dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun
2014
2. Mendeskripsikan kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di
7
3. Menganalisis seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai
tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di KecamatanWaru
Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.
D.
Manfaat penelitianBerhubungan dengan tujuan penelitian di atas, maka penulis paparkan
beberapa manfaat dari peneilitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis, penelitian ini termasuk dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan yang khususnya tentang politik. Secara akademis, penelitian ini
diharapkan juga mampu memberi sumbangan kepada UIN Sunan Ampel
Surabaya dan khususnya kepada mahasiswa Prodi Filsafat Politik Islam.
2. Manfaat Praktis
Pada segi praktis, manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah mampu
memberikan landasan berpikir dalam menanggapi pengaruh persepsi
perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di
kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo.
E.
Batasan MasalahPenulis memberikan batasan masalah dalam penelitian “Pengaruh persepsi
Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru
8
1. Persepsi dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai tanah bengkok pasca
adanya UU No Desa 6 tahun 2014. Pada PP No 72 tahun 2005, disebutkan
bahwa tanah bengkok sebagai bagian dari tanah desa yang seutuhnya
diperuntukkan bagi gaji Pamong Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa
sebaliknya dalam UU No 6 tahun 2015 PP 43 bahwa tanah bengkok 70%
diperuntukkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mendanai pelaksanaan
pembangunan sedangkan 30% menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa
yakni penghasilan tetap dan tunjangan.
2. Kinerja perangkat desa yang dimaksud di sini adalah kinerja dalam hal
memberikan pelayanan umum seperti pembuatan KTP, pembuatan sertifikat
tanah, pembuatan KK, pembuatan akte kelahiran.
3. Perangkat Desa yang dimaksud di sini adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa,
Kaur Keuangan, Kepala Dusun, Kasi Tramtib, Kasi Yanmu, Kasi Bang, Kasi
Kesra dan BPD.
F.
Definisi OperasionalPersepsi Perangkat Desa :Persepsi adalah suatu kesan terhadap
suatu obyek yang diperoleh melalui proses
penginderaan, pengorganisasian dan
interpretasi terhadap obyek tersebut yang
diterima oleh individu.8 Perangkat Desa
8
9
yang dimaksud disini adalah bagian dari
unsur Pemerintah Desa yang terdiri dari
Sekretaris Desa dan Perangkat Desa
lainnya yang merupakan Aparatur
Pemerintah Desa di bawah naungan
Kepala Desa. Jadi yang dimaksud Persepsi
Perangkat Desa merupakan suatu kesan
Perangkat Desa terhadap suatu obyek yang
diperoleh melalui proses penginderaan,
pengorganisasian dan interpretasi terhadap
obyek tersebut yang diterima oleh
individu.
Tanah Bengkok :Lahan garapan milik desa. Tanah bengkok
tidak dapat diperjualbelikan tanpa
persetujuan seluruh warga desa namun
boleh disewakan oleh mereka yang diberi
hak mengelolahnya.9
Kinerja Perangkat Desa :Suatu hasil kerja yang dicapai dalam
melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan
9
10
kesungguhan serta waktu.10 Jadi Kinerja
Perangkat Desa merupakan suatu hasil
kerja yang dicapai dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
G.
Sistematika PembahasanBAB I : Pendahuluan. Berisikan tentang Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, ,
Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Landasan Teori. Dalam bab ini akan membahas mengenai Teori
Persepsi, Teori Kinerja, Penelitian Terdahulu, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini terdiri dari Pendekatan dan Jenis
Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian dan Indikator, Jenis Data dan
Sumber Data (Data Kualitatif dan Data Kuantitatif), Sumber Data (Data Primer
dan Data Sekunder) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Angket, dan
Dokumentasi) Analisis Data
BAB IV :Penyajian Data. Pada bab ini akan membahas mengenai Deskripsi
Lokasi Penelitian, Struktur Organisasi Kecamatan Waru, Karakteristik
Responden, Penyajian Data dan Pengujian Hipotesis
BAB V : Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian. Pada bab ini nantinya
akan menganalisis tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok
pasca UU Desa No 6 tahun 2014, Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, dan Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai
10
11
tanah bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo tahun 2015.
BAB VI : Penutup. Pada bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi Perangkat Desa
1. Definisi Persepsi
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk individu. Dalam melihat masalah
manusia memiliki ciri khas atau pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan juga pemahamannya. Hal ini yang menyebabkan persepsi setiap
individu memiliki perbedaan, tidak terkecuali persepsi Perangkat Desa. Persepsi
di sini diartikan sebagai proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk
menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya terhadap obyek.
Persepsi menurut seseorang yang satu belum tentu sama dengan persepsi yang
lain, karena adanya perbedaan dari pengalaman mereka. Istilah persepsi biasanya
digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman seseorang terhadap sesuatu
benda ataupun sesuatu yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa
persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda
yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.1
Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat,
memahami dan penafsiran oleh Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap
kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Persepsi ini
terjadi dengan adanya interaksi sosial, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu
1
13
kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok
lain atau orang-orang lainnya.
Menurut Bimo Walgito persepsi adalah suatu kesan terhadap suatu obyek
yang diperoleh melalui proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi
terhadap obyek tersebut yang diterima oleh individu, sehingga merupakan suatu
yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu.2
Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk
dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan
(penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya alat untuk
memahaminya adalah kesadaran dan kognisi.3 Persepsi pada hakikatnya adalah
proses kognitif yang dialamai oleh setiap orang di dalam memahami informasi
tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman. Kunci utama memahami persepsi adalah terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan sebuah penafsiran yang unik terhadap
situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.4
Menurut pendapat David Krech disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses kognitif yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang
kenyataan yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataannya.5
2
Bimo Walgito,Pengantar Psikologi Umum(Yogyakarta: Andi, CV. Andi Offset, 2003), 54.
3
Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori cetakan ke 3(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 94.
4
Ibid., 149.
5
14
Selanjutnya, ada tiga tahapan yang mempengaruhi persepsi yang kesemua
tahapan tersebut bersifat kontinu satu dengan lainnya. Tahapan tersebut,
diantaranya adalah sebagai berikut:6
1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.
Rangsang atau objek dalam hal ini diserap atau diterima oleh berbagai panca
indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pengecap secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penyerapan atau penerimaan
oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau
kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal atau jamak, tergantung
objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran
atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas atau
tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas atau tidaknya rangsangan,
normalitas alat indera dan waktu yang baru saja atau sudah lama.
2. Pengertian atau pemahaman.
Proses yang telah menjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam
otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi),
dibandingkan, diinterpretasikan, sehingga terbentuk pengertian atau
pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat
unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada
gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).
6
15
3. Penilaian atau evaluasi.
Apabila sudah mengerti dan memahami, terjadilah penilaian dari individu.
Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh
tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif.
Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu
persepsi bersifat individual.
2. Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
Menurut Nugroho J. Setiadi faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu:7
1. Sikap
Yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan
diberikan seseorang.
2. Motivasi
Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan
yang dilakukannya.
3. Minat
Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap
suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan atau ketidaksukaan
terhadap obyek tersebut.
7
16
4. Pengalaman masa lalu
Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik
kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar.
5. Harapan
Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan
cenderung menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan.
6. Sasaran
Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnya akan
mempengaruhi persepsi.
7. Situasi
Situasi atau keadaan disekitar kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan
turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat
dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang sehingga berbeda antara
satu dengan lainnya ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.8
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, faktor
ini terdiri dari perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan
8
17
atau harapan, perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan,
nilai dan kebutuhan, minat, dan motivasi.
2. Faktor eksternal merupakan kebalikan dari faktor internal, yaitu faktor yang
berasal dar luar diri individu. Faktor ini terdiri dari latar belakang keluarga,
informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas,
ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau
ketidak asingan suatu objek.
Berrlyne menyebutkan ada empat aspek persepsi yang membedakannya
dengan pola pikir kognitif, yaitu pola pikir yang masih berada didalam pemikiran
manusia, yaitu:9
1. Hal-hal yang diamati dari sebuah rangsangan bervariasi, tergantung pola dari
keseluruhan dimana rangsangan tersebut menjadi bagiannya.
2. Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu.
3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah kearah (fokus) alat indra.
4. Persepsi cenderung berkembang kearah tertentu dan sekali terbentuk
kecenderungan itu biasanya akan menetap.
B. Tanah Bengkok
Menurut PP No 72 tahun 2005 tentang tanah bengkok merupakan tanah yang
menjadi bagian dari tanah Desa yang sejak dahulu sampai sekarang dalam
kehidupan masyarakat Desa diberikan kepada warga Desa yang sedang menjabat
9
Isbandi Rukminto Adi,Pemberdayaan, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas:
18
sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Pemberian tanah tersebut hanya bersifat
sementara waktu selama yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Desa dan
Perangkat Desa, jika yang bersangkutan telah selesai menjabat jabatannya maka
tanah bengkok tersebut dikembalikan ke Desa. Adapun maksud pemberian tanah
tersebut sebagai upah atau ganjaran untuk memenuhi dan menghidupi diri serta
keluarganya.10
Keberadaan tanah bengkok pada sistem pemerintahan Desa sangat diakui oleh
masyarakat Desa sebagai bagian dari tanah Desa, selama tanah tersebut secara
nyata masih ada serta mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri dalam kehidupan
masyarakat Desa. Pemberian sementara tanah bengkok oleh masyarakat Desa
kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa merupakan bentuk rasa hormat dan
penghargaan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa yang telah mengabdikan diri
selama masa jabatannya kepada masyarakat desa sebagai upah atau ganjaran.
Bentuk dari pada tanah bengkok tersebut bermacam-macam seperti tanah
persawahan, tanah kering atau tanah tegalan maupun berupa kolam ikan atau
tambak. Penyerahan tanah bengkok kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa,
akan tetapi hal tersebut akan kembali menjadi hak Desa jika Kepala Desa dan
Perangkat Desa tidak menjabat lagi, sehingga tanah bengkok akan diserahkan
kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa yang menggantikannya.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) 43 Tahun 2014 pasal 100 yang mengatur
pelaksanaan UU Desa. Bahwa tanah bengkok yang dulunya 100% menjadi hak
10
Ary Anggraito Tobing. “Eksistensi Tanah Bengkok Setelah Berubahnya Pemerintahan Desa Menjadi Kelurahan di Kota Salatiga”, Tesis tidak diterbitkan (Semarang: Prodi Magister
19
Kepala Desa sekarang dengan adanya UU desa baru munculnya kebijakan bahwa
tanah bengkok paling sedikit 70% dari jumlah APBDes digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan desa, mendanai pelaksanaan pembangunan
desa,dan pemberdayaan masyarakat desa sedangkan paling banyak 30% dari
jumlah anggaran belanja desa menjadi hak Kepala Desa dan perangkat lainnya,
yakni penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa,
operasional pemerintah desa.11
Menurut Undang-Undang No 6 tahun 2014 salah satu pendapatan asli desa
yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemerintah Desa, baik untuk anggaran
rutin maupun anggaran pembangunan desa adalah Tanah Bengkok.
C. Kinerja Perangkat Desa 1. Definisi Kinerja
Menurut Malayu S.P. Hasibuan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu.12 Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana
cara mengerjakannya.13
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kelompok kerja personel.14 Kesimpulannya bahwa kinerja adalah hasil
11
PP-43-Tentang-Desa
12
Hasibuan,Manajemen Dasar…,34.
13
Wibowo,Manajemen Kinerja(Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 2007), 07.
14
20
kerja baik secara kuantitas maupun kualitas dari apa yang dikerjakan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan dan bagaimana cara mengerjakannya.
2. Faktor yang mempengaruhi kinerja
Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas
atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta
sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:15
1. Faktor individual yang terdiri dari
a. Kemampuan dan keahlian
b. Latar belakang
c. Demografi
2. Faktor psikologis yang terdiri dari
a. Persepsi
b. Attitude
c. Pembelajaran
d. Motivasi
3. Faktor organisasi yang terdiri dari
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Penghargaan
d. Struktur
15
21
e. Job design
3. Aspek-aspek kinerja
Aspek-aspek yang dinilai kinerja mencakup sebagai berikut:16
1. Kesetiaan
Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan
membela organisasi, di dalam maupun di luar pekerjaannya dari rongrongan
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
2. Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti
kepada para bawahannya.
3. Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang dibebankan
kepadanya.
4. Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya
untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan
berhasil.
16
22
5. Kerjasama
Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan
karyawan lainnya secara vertikal maupun horizontal, baik di dalam maupun
di luar pekerjaan, sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.
6. Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain
atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
7. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberi alasan,
mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelasian masalah yang
dihadapinya.
8. Tanggung jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, saran dan prasarana yang
digunakan serta perilaku kerjanya.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah ada dan berhubungan dengan penelitian ini
adalah
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siyam Kurnianingsih yang berjudul “Persepsi
Masyarakat terhadap Kinerja Perangkat Desa dalam Memberikan Pelayanan
23
skripsi prodi ilmu pemerintahan. Adapun hasil penelitian tersebut adalah
tingkat persepsi masyarakat terhadap kinerja Perangkat Desa dalam
memberikan pelayanan umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan
dapat dilihat dari persepsi cukup baik yang ditunjukkan oleh masyarakat
tentang perilaku Perangkat Desa dalam memberikan pelayanan, akan tetapi
kurang memuaskan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh
Perangkat Desa, loyalitas Perangkat Desa juga belum cukup baik, kedisiplinan
Perangkat Desa juga dianggap kurang oleh masyarakat, persepsi yang belum
ditunjukkan oleh masyarakat tentang kepastian waktu Perangkat Desa dalam
memberikan pelayanan umum dari segi produktivitas pelayanan kinerja yang
diberikan Perangkat Desa sudah lebih baik, responsivitas Perangkat juga
terlihat cukup baik karena pelayanan yang diberikan sesuai aspirasi
masyarakat, akuntabilitas pelayanan Perangkat Desa masih kurang konsisten
terhadap aturan yang telah ada serta dalam pelaksanaan di lapangan juga
mereka kurang adil kepada masyarakat desa, responsibilitas Perangkat Desa
belum terlihat tanggap dalam hal pendidikan.17
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yanda Nandaru Putra yang berjudul “Persepsi
Masyarakat tentang Kinerja Aparatur Pemerintah Desa dalam Memberikan
Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang” tahun 2012 dalam bentuk skripsi.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah persepsi masyarakat tentang kinerja
17
Siyam Kurnianingsih. “Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perangkat Desa dalam Memberikan Pelayanan Umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan”, Skripsi tidak
24
aparatur pemerintah desa dalam memberikan pelayanan pembuatan kartu
keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten
Deli Serdang sudah cukup baik. Hal ini terbukti dari tanggapan responden
yang menyatakan bahwa Aparatur Pemerintah Desa dalam menjalankan
tugasnya khususnya mengenai pembuatan KK sudah cukup baik, disiplin,
transparan, tidak membeda-bedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lainnya, tepat waktu, memberikan informasi yang jelas tentang syarat
pembuatan KK dan prosedur pengurusan KK tidak berbelit-belit.18
18
Yanda Nandaru Putra. “Persepsi Masyarakat tentang Kinerja Aparatur Pemerintah Desa dalam Memberikan Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”, Skripsi tidak diterbitkan (Semarang: Prodi Ilmu
25
E. Kerangka Berfikir
Tabel 2.1 Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori yang dijelaskan di atas dapat ditulis kerangka berfikir
sebagai berikut:
Persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun
2014 ini menggambarkan bagaimana sikap seseorang atau persepsi seseorang
dapat mempengaruhi kinerjanya. Begitu juga dengan bagaimana pengalaman
Persepsi Perangkat Desa
26
masa lalu dalam menjadi pemimpin, atau juga seseorang yang menpunyai harapan
agar selalu disiplin dalam pekerjaannya. Hal ini bisa dikaitkan dengan
karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
penghasilan dan jabatan.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Adapun
jenis hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Ho (H nol), yaitu hipotesa yang menyatakan ketiadaan hubungan antara
variable yang sedang dioperasionalkan.
2. H1 (H satu) atau disebut Hipotesa alternative (Ha), yaitu hipotesa yang
menyatakan keberadaan hubungan diantara variable yang sedang
dioperasionalkan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
1. Ho: Tidak Ada Pengaruh positif yang signifikan antara persepsi perangkat
desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan
Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015.
2. H1: Ada Pengaruh positif yang signifikan antara persepsi perangkat desa
mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan suatu penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu dan bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.1
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional, yakni suatu alat statistika
yang dapat digunakan untuk menerangkan hasil pengukuran dua variabel yang
berbeda dan berfungsi agar dapat menentukan tingkat hubungan antara dua
variabel tersebut.2
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan obyek atau fenomena yang diteliti.3 Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah Seluruh Perangkat Desa Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), 14.
2
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 215.
3
28
Keuangan, Kasi Bang, Kasi Tramtib, Kasi Kesra, Kasi Yanmu, Kepala Dusun dan
BPD yang ada di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Berikut adalah populasi
peneliti yang diklasifikasikan berdasarkan Desa.
Tabel 3.1
JUMLAH PERANGKAT DESA DI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO BERDASARKAN DESA
04 KEDUNGREJO 1 7 11 19
05 KEPUH
KIRIMAN 1 9 11 21
06 KUREKSARI 1 11 10 22
07 MEDAENG - 6 8 14
15 WADUNGASRI 1 9 10 20
29
17 WEDORO 1 8 11 20
JUMLAH SELURUH
DESA 15 127 156 298
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini
berjumlah 298 orang. Jumlah populasi tersebut terbagi menjadi 17 Desa, Desa
Berbek 19 orang, Bungurasih 18 orang, Janti 18 orang, Kedungrejo 19 orang,
Kepuh kiriman 21 orang, Kureksari 22 orang, Medaeng 14 orang, Ngingas 22
orang, Pepelegi 15 orang, Tambak Oso 13 orang, Tambak Rejo 16 orang, Tambak
Sawah 15 orang, Tambak Sumur 11 orang, Tropodo 19 orang, Wadungasri 20
orang, Waru 16 orang, Wedoro 20 orang.
2. Sampel
Sampel mempunyai pengertian sebagai bagian atau wakil dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel sendiri digunakan untuk
menggeneralisasikan atau membuat kesimpulan penelitian yang berlaku bagi
populasi.4 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Dalam penelitian ini, sebagaimana yang diketahui jumlah populasi pada
penelitian ini berjumlah 298. Jumlah tersebut, kemudian diambil menjadi sampel
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan olehSlovin,yakni:5
4
Arikunto,Prosedur Penelitian…,175.
5
30
n = N
1+N.e2
n = 298 = 74,87menjadi 75 responden
1+ 298 (10%)2
Dimana :
n =Jumlah sample
N = Jumlah populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini, besar e
ditetapkan 10%.
Berdasarkan hasil penghitungan rumus sampel di atas, dapat diketahui bahwa
sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang.
Menentukan sampel di tiap desa dengan menggunakan rumus prosentase P =
F/N x n
Dimana:
P = Jumlah Responden / Sampel Per Desa
F = Frekuensi
N = Populasi
31
Adapun hasil penentuan sampel di masing-masing Desa di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.2
PENENTUAN RESPONDEN TIAP DESA
NO
DESA
JUMLAH PERANGKAT
PENGAMBILAN
SAMPEL RESPONDEN
01 BERBEK 19 19:298X75 4,7 (5)
02 BUNGURASIH 18 18:298X75 4,5 (5)
03 JANTI 18 18:298X75 4,5 (5)
04 KEDUNGREJO 19 19:298X75 4,7 (5)
05 KEPUH KIRIMAN 21 21:298X75 5,2 (5)
06 KUREKSARI 22 22:298X75 5,5 (5)
07 MEDAENG 14 14:298X75 3,5 (3)
08 NGINGAS 22 22:298X75 5,5 (5)
09 PEPELEGI 15 15:298X75 3,7 (4)
10 TAMBAK OSO 13 13:298X75 3,2 (3)
11 TAMBAK REJO 16 16:298X75 4,0 (4)
12 TAMBAK SAWAH 15 15:298X75 3,7 (4)
13 TAMBAK SUMUR 11 11:298X75 2,7 (3)
14 TROPODO 19 19:298X75 4,7 (5)
15 WADUNGASRI 20 20:298X75 5,0 (5)
16 WARU 16 16:298X75 4,0 (4)
17 WEDORO 20 20:298X75 5,0 (5)
32
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah sampel setiap Desa. Desa
Berbek 5 orang, Bungurasih 4 orang, Janti 5 orang, Kedungrejo 5 orang, Kepuh
Kiriman 5 orang, Kureksari 5 orang, Medaeng 4 orang, Ngingas 5 orang, Pepelegi
4 orang,Tambak Oso 3 orang, Tambak Rejo 4 orang, Tambak Sawah 4 orang,
Tambak Sumur 3 orang, Tropodo 5 orang, Wadungasri 5 orang, Waru 4 orang,
Wedoro 5 orang.
Selanjutnya, dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel
daerah (Area Sampling). Teknik ini digunakan peneliti dikarenakan sampel yang
akan diteliti atau sumber data berada pada daerah yang luas, yakni mencakup
seluruh desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
C. Variabel Penelitian Dan indikator
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (variable X) dan
variable terikat (variable Y).6Variabel bebas adalah Pengaruh Persepsi Perangkat
Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun
2015 sedangkan Variabel terikat adalah Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Adapun indikator dari masing- masing
variabel adalah sebagai berikut :
6
Sikap Yang dapat mempengaruhi positif atau
negatifnya tanggapan yang akan diberikan seseorang.
Motivasi Hal yang mendorong seseorang mendasari
sikap tindakan yang dilakukannya.
Minat Yang mendasari kesukaan atau
ketidaksukaan terhadap obyek tersebut.
Pengalaman Masa Lalu
Dapat mempengaruhi persepsi seseorang
karena kita biasanya akan menarik
kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat atau didengar.
Harapan
Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, cenderung menolak gagasan atau ajakan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sasaran
Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan
yang akhirnya akan mempengaruhi
persepsi.
Situasi
Situasi di sekitar kita akan mempengaruhi persepsi. Sasaran yang kita lihat dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan
persepsi yang berbeda pula.
Variabel Y
Kreativitas Banyak Ide untuk Mengatasi Permasalahan
34
Dua variabel di atas dapat dijelaskan bahwa indikator variable X faktor-faktor
yang menentukan persepsi Perangkat Desa yaitu:7 sikap, motivasi, minat,
pengalaman masa lalu, harapan, sasaran, situasi. Sedangkan indikator variabel Y
aspek-aspek kinerja Perangkat Desa yaitu:8 kesetiaan, kejujuran, kedisiplinan,
kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, prakarsa, tanggung jawab.
Asumsi dari penelitian ini akan terjadi adanya pengaruh persepsi Perangkat
Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo yang akan menentukan apakah persepsi mengenai tanah
bengkok tersebut dapat mempengaruhi kinerja Perangkat Desa atau tidak
mempengaruhi kinerja Perangkat Desa. Dengan demikian kinerja Perangkat Desa
akan dipengaruhi oleh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok.
D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data Kualitatif adalah jenis data yang berbentuk kata-kata dan tindakan.9
data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.
Adapun yang termasuk dalam data kualitatif dalam penelitian ini adalah
konsep Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan konsep
7
Setiadi,Perilaku Konsumen(Jakarta: Prenada Media, 2003), 164.
8
Hasibuan,Manajemen Dasar…,95.
9
35
Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Tanah
Bengkok.
2. Data kuantitatif adalah data yang bisa dilambangkan dengan angka.
Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif dalam penelitian ini, seperti
nilai hasil angket yang telah diisi oleh responden, jumlah Perangkat Desa,
maupun jumlah responden di tiap Desa di Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.10Adapun
yang termasuk dalam data primer ini adalah nilai hasil angket yang
langsung didapatkan dari responden.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.11 Sehingga sumber data
ini bersifat penunjang dan melengkapi data primer. Adapun data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini, seperti literature atau buku dan
data-data yang berkaitan dengan yang berasal dari internet maupun jurnal.
10
Syaifuddin Azwar,Metode Penelitian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 91.
11
36
E. Teknik Pengumpulan Data
Berikut adalah teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik
bila dibandingkan dengan teknik lain, seperti wawancara dan kuesioner. Hal
ini dikarenakan dalam observasi dilakukan proses-proses pengamatan guna
penelitian yang khususnya berkaitan dengan perilaku manusia.12
Alasan penulis menggunakan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran nyata kinerja perangkat desa Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
mengenai persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja
Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.
Observasi diperoleh langsung dari pengamatan penulis terhadap kinerja
Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.
2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab.13 Penggunaan angket dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok
pasca UU Desa no 6 tahun 2014, bagaimana kinerja Perangkat Desa di
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dan seberapa besar pengaruh persepsi
Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014
12
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian…, 145.
13Ibid
37
terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
tahun 2015, dengan cara memberikan daftar pernyataan tertulis kepada
responden lalu diisi oleh responden dan pada akhirnya hasil angket tersebut
dikuantitatifkan berupa angka. Hasil angket didapatkan dari responden yang
dalam hal ini adalah Perangkat Desa yang meliputi Kepala Desa, Sekretaris
Desa, Bendahara Desa, Kasi Bang, Kasi Tramtib, Kasi Kesra, Kasi Yanmu
dan BPD Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menelusuri data historis. Penggunaan dokumentasi pada penelitian ini untuk
memperoleh kevalidan data dan mengukur kelayakan data untuk mengetahui
persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat
Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Hal-hal yang
berkaitan dengan dokumentasi adalah seperti, profil Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo, Jumlah Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo yakni 298 Perangkat Desa, maupun literatur yang semuanya
didapatkan dari berbagai sumber mulai dari internet maupun berbagai literatur
yang menunjang.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
38
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.14Penggunaan analisis data dengan statistik
deskriptif guna menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yakni
Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU
Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015
dan bagaimana kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo tahun 2015.
2. Statistik inferensial mempunyai pengertian sebagai teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan
untuk populasi.15 Penggunaan statistik inferensial digunakan untuk
menjawab rumusan masalah yang ketiga, yakni seberapa besar pengaruh
persepsi Perangkat Desa terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa no 6 tahun 2014.
Lebih lanjut, penggunaan statistik inferensial akan digunakan melalui
tahapan awal, yakni dengan pengumpulan data atau angket untuk
menentukan skor responden sesuai penskoran yang ditentukan.
Selanjutnya menjumlahkan skor tersebut. Dalam menentukan skor
(deskriptif persentase) digunakan cara: Pilihan Sangat Setuju (SS) diberi
skor 4, Pilihan Setuju (S) diberi skor 3, Pilihan Tidak Setuju (TS) diberi
skor 2, dan Pilihan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
14
Sugiyono,Metode Penelitian…,147.
15
39
Selanjutnya, data yang diperoleh dari angket dianalisis melalui beberapa
tahapan, yakni: Mengelompokkan data sesuai variabelnya. Membuat tabulasi data,
dan selanjutnya diolah dengan menggunakan komputerisasi SPSS versi 16,0.
Metode yang digunakan untuk menjawab seberapa besar pengaruh persepsi
perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, peneliti menggunakan Teknik
Analisa Regresi Linier Sederhana. Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan
dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel apabila data dua variabel
berbentuk interval dan ratio, dan sumber data dari dua variabel tersebut sama.16
Hasil output SPSS dari analisis teknik regresi linier sederhana nantinya meliputi,
Descriptive Statistic, Correlation, Coefficients, danModel Summary.
Descriptive Statistic digunakan untuk melihat nilai rata-rata atau mean dari
setiap variabel X dan variabel Y. Correlation digunakan untuk melihat seberapa
jauh tingkat hubungan diantara variabel X terhadap variabel Y yang kemudian
dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi, seperti yang
di bawah ini:
16
Abdul Muhid,Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows
40
Tabel 3.4
Interpretasi Koefisien dan Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80–1,000
0,60–0,799
0,40–0.599
0,20–0,399
0,00–0,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
Coefficientsdigunakan untuk menguji signifikansi hubungan maupun menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Model Summarydigunakan untuk melihat berapa
persen tingkat pengaruh antara variabel X tentang persepsi Perangkat Desa
mengenai tanah bengkok terhadap variabel Y mengenai kinerja Perangkat Desa di
BAB IV
PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis KecamatanWaru Kabupaten Sidoarjo1
Kecamatan Waru merupakan daerah perbatasan antara Sidoarjo selatan
dengan Surabaya dan merupakan daerah yang mengalami perkembangan pesat.
Selain letaknya yang strategis, dengan adanya berbagai potensi seperti di sektor
industri, perdagangan serta usaha kecil dan menengah daerah serta dukungan
sumber daya manusia (SDM) yang memadai, maka Kecamatan Waru menjadi
salah satu daerah strategis bagi perkembangan perekonomian.
Luas wilayah Kecamatan Waru adalah 3.032 Hektare dengan ketinggian
rata-rata 5 m dpl, di mana sebagian besar merupakan tanah kering (2450,67 Ha) dan
tanah sawah seluas 581,58 Ha. Kecamatan Waru terdiri dari 17 desa dengan
klasifikasi desa swasembada, merupakan daerah penyangga karena terletak di
perbatasan Sidoarjo-Surabaya. Ke-17 desa tersebut mencakup 144 RW dan 767
RT, dimana beberapa RT mengalami pemekaran karena pesatnya perkembangan
penduduknya. Adapun batas-batas wilayah kecamatan waru adalah:
Sebelah Utara : Kota Surabaya
Sebelah TImur : Kecamatan Sedati
Sebelah Selatan : Kecamatan Gedangan
Sebelah Barat : Kecamatan Taman
1
42
Karena merupakan perbatasan antara Surabaya dan Sidoarjo, maka banyak
tumbuh lokasi-lokasi perumahan dan industri baru yang berdampak pada
kurangnya lahan-lahan pertanian. Kondisi ini antara lain disebabkan semakin
berkurangnya lahan-lahan untuk sektor pertanian.
2. Struktur Organisasi Kecamatan Waru
B. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi fokus pada penelitian ini diklasifikasikan
berdasarkan berbagai macam karakteristik, seperti, jenis kelamin, usia, agama,
43
jelasnya dari berbag
beberapa diagram ling
bagai karakteristik responden tersebut akan di
ingkaran dibawah ini:
Gambar 4.1
teristik Responden Berdasarkan Jenis Kelam
diagram lingkaran di atas, dapat diketahui
diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin terdi
s kelamin pria dan 3 (4%) perempuan.
Gambar 4.2
arakteristik Responden Berdasarkan Usia
diagram lingkaran di atas, dapat diketahui
klasifikasikan berdasarkan usia terdiri dari 31 (42
Pria
n disajikan dalam
lamin
hui bahwa jumlah
rdiri dari 72 (96%)
hui bahwa jumlah
Tinggi dengan jumla
mengenyam bangku p
30-39 tahun, sedangkan yang berusia <20 dan 20
Gambar 4.3
istik Responden Berdasarkan Tingkat Pend
lingkaran di atas, dapat dilihat bahwa ting
nasi oleh lulusan SLTA 48 (64%) Kemudian lul
lah 27 (36%) sedangkan tamat SLTP, SD da
ku pendidikan tidak ada sama sekali.
Pada diagram ling
responden didominasi
meliputi BPD, Ketua
Sekretaris Desa 10 (13%
48%
45
esponden pada penelitian ini juga bisa dil
ta tiap bulan responden. Pada diagram lingkara
sponden mempunyai penghasilan Rp. 1.5000.000
sponden mempunyai penghasilan kurang dari Rp.
p. 2.500.000 - 3.000.000, 7 (9%) Rp. 2.000.000–2.500.000, , da
empunyai penghasilan lebih dari Rp. 3.000.000 t
Gambar 4.5
arakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
lingkaran di atas dapat dilihat bahwa jabatan
nasi oleh Kepala Desa 14 (19%), kemudian la
dilihat pada segi
46
C. Penyajian Data & Pengujian Hipotesis
1. Analisis tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa no 6 tahun 2014.
Penyajian data yang pertama peneliti sajikan adalah tentang Persepsi
Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014. Dalam penyajian ini, nantinya akan
diketahui jumlah responden yang mempunyai persepsi yang baik atau tidak. Lebih
lanjut, dalam mengetahui persepsi Perangkat Desa, peneliti menggunakan
indikator atau pertanyaan pada angket nomer 1 pada kolom Persepsi Perangkat
Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 yang menyatakan
“Perangkat Desa mendukung kebijakan tentang tanah bengkok menjadi kas desa”.
Pada pernyataan tersebut, disediakan 4 pilihan jawaban, yakni pilihan “sangat
setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju”. Responden yang memilih “sangat
setuju” berarti mempunyai persepsi yang sangat baik tentang tanah bengkok
apabila responden memilih “setuju” mempunyai persepsi yang baik sedangkan
untuk jawaban “tidak setuju” mempunyai arti bahwa responden mempunyai
persepsi yang tidak baik dan apabila responden memilih sangat tidak setuju berarti
responden meempunyai persepsi yang sangat tidak baik.
Tabel 4.1 Alat Ukur Persepsi
Pernyataan Alat Ukur
Sangat Setuju Sangat Baik
Setuju Baik
Tidak Setuju Tidak Baik
47
Adapun hasil dari persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.2
Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015
NO PERSEPSI
PERANGKAT DESA RESPONDEN PROSENTASE
1. Sangat Setuju 4 5%
2. Setuju 37 50%
3. Tidak Setuju 34 45%
4. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 75 100%
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa persepsi Perangkat Desa mengenai
tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 lebih
cenderung ke arah persepsi yang baik. Hal ini bisa dilihat dengan persentase
pemilih yang menyatakan sangat setuju 4 (5%) selanjutnya responden yang
menyatakan setuju 37 (50%) begitu juga dengan responden yang tidak setuju
sebanyak 34 (45%) responden, sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju
tidak ada (0%) responden. Selanjutnya, persepsi Perangkat Desa tersebut akan
diklasifikasikan berdasarkan karakteristik responden, yakni berdasarkan jenis
kelamin dan usia responden. Adapun, hasil-hasil persepsi Perangkat Desa
48
Pria Wanita <20
Tahun
20-29 Tahun
30-39 Tahun
40-49 Tahun
>50 Tahun
Sangat Setuju 4 0 0 0 1 1 2
Setuju 36 1 0 0 4 19 14
Tidak Setuju 32 2 0 0 6 10 18
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 40