• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU

KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam

Oleh :

UMMI LATHIFAH NIM: E84211051

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU

KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Filsafat Politik Islam

Oleh :

UMMI LATHIFAH NIM: E84211051

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yang Pertama, Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok.Kedua, Bagaimana kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Ketiga, Seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang yang diambil secara Area sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah angket, dokumentasi, dan observasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS versi 16.0.

Hasil penelitian ini adalah Pertama, Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo adalah baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih setuju yang berarti mempunyai persepsi yang baik dengan uraian 4 (5%) responden menyatakan sangat setuju dan 37 (50%) responden menyatakan setuju kemudian 34 (45%) responden menyatakan tidak setuju sedangkan untuk pernyataan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali. Kedua, kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo adalah sangat baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih sangat setuju yang berarti mempunyai kinerja yang sangat baik dengan uraian 40 (53%) responden menyatakan sangat setuju dan 35 (47%) responden menyatakan setuju, adapun untuk pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali. Ketiga, pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 adalah “Rendah” yaitu sebesar 0,330. Rendah disini yang berarti bahwa persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa No 6 tahun 2014 tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerjanya. Selanjutnya, dilakukan uji determinasi yang diperoleh nilai sebesar 0,109 yang artinya bahwa 10,9% variabel kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dipengaruhi oleh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan sisanya 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER DEPAN JUDUL SKRIPSI... i

HALAMAN COVER DALAM JUDUL SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN SKRIPSI... iv

PERNYATAAN KEASLIAN... v

KATA PENGANTAR... vi

MOTTO... viii

PERSEMBAHAN... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

ABSTRAK... xvii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Batasan Masalah ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Persepsi Perangkat Desa ... 12

1. Definisi Persepsi………. 12

2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi……….. 15

B. Tanah Bengkok ... 17

C. Kinerja Perangkat Desa ... 19

(8)

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja………... 20

3. Aspek-aspekkinerja……… 21

D. Penelitian Terdahulu... 29

E. Kerangka Berpikir ... 31

F. Hipotesis ……….. 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34

1. Pendekatan Penelitian……… 34

2. Jenis Penelitian……….. 34

B. Populasi dan Sampel... 34

1. Populasi ………. 34

2. Sampel……… 36

C. Variabel Penelitian dan Indikator D. Jenis Data dan Sumber data... 39

1. Jenis Data………... 39

2. Sumber Data………... 40

E. Teknik Pengumpulan data ... 41

1. Observasi……… 41

2. Angket……… 41

3. Dokumentasi………... 42

F. Analisis Data ... . 43

G. Variabel Penelitian………. 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

1. Letak Geografis………. 48

2. Struktur Organisasi Kecamatan Waru……… 49

B. Karakteristik Responden... 49

(9)

1. Penyajian Data Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah

bengkok ………. 53

2. Analisis Data Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015………….… 59

3. Analisis Data Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah

bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……… 64

BAB V : PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

A. Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah

bengkok……… 76

B. Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….. 89

C. Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai

tanah bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa

di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun

2015………...….. 100

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 106

B. Saran……… 107

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kerangka Berpikir ……….………. 31

Tabel 3.1 : Jumlah Perangkat Desa berdasarkan Desa………...35

Tabel 3.2 : Penentuan Responden TiapDesa……...………...38

Tabel 3.3 : Interpretasi KoefisienKorelasi……….………..…....45

Tabel 3.4 :Variabel & Indikator……….………..46

Tabel 4.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok ..………….... 54

Tabel 4.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir….………..……….56

Tabel 4.3 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Penghasilan………. 57

Tabel 4.4 : Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Jabatan…...58

Tabel 4.5 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….60

Tabel 4.6 :Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir.………62

Tabel 4.7 :Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Penghasilan……...………63

Tabel 4.8 : Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Jabatan……..………64

Tabel 4.9 :Tabulasi Data persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok .66 Tabel 4.10 :Tabulasi Data Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015..………..………68

Tabel 4.11 :Descriptive Statistics……….71

(11)

Tabel 4.13 : Interpretasi Koefisien Korelasi……….………..73

Tabel 4.14 :Coefficientsa……….………73

Tabel 4.15 :Model Summaryb………..….………...74

Tabel 5.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Terakhir...………..83

Tabel 5.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan

Penghasilan………..…84

Tabel 5.3 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok berdasarkan

Jabatan……….……….85

Tabel 5.4 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

tahun 2015 Berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir……….94

Tabel 5.5 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

tahun 2015 Berdasarkan Penghasilan………95

Tabel 5.6 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………49

Gambar 4.2 : Karakteristik Responden BerdasarkanUsia ………..………..50

Gambar 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .……..51

Gambar 4.4 : Karakteristik Responden BerdasarkanPenghasilan………..51

Gambar 4.5 :Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan………..………52

Gambar 4.6 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok berdasarkan Jenis Kelamin & Usia………..………...55

Gambar 4.7 : Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….61

Gambar 4.8 : Tabulasi Data Variabel X………..………....68

Gambar 4.9 : Tabulasi Data Variabel Y ……….70

Gambar 5.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok ………..79

Gambar 5.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Jenis Kelamin & Usia………..81

Gambar 5.3 :Hasil Angket mengenai aksi demo yang dilakukan Perangkat Desa agar tanah bengkok kembali di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015………...87

Gambar 5.4 :Hasil Angket mengenai kembalinya tanah bengkok ke kas Desa pemasukan Perangkat Desa menurun………..88

(13)

Gambar 5.6 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin & Usia Responden……….92

Gambar 5.7 :Hasil Angket Mengenai Kesetiaan Pelayananan Kepentingan

Masyarakat...97

Gambar 5.8 :Hasil Angket Mengenai Pemberian Informasi kepada

Masyarakat……….98

Gambar 5.9 :Hasil Angket Mengenai Ketepatan Waktu Perangkat Desa dalam

Bekerja………99

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Menurut PP No 72 tahun 2005 tentang Desa bahwa tanah bengkok sebagai

bagian dari tanah desa yang selama ini diperuntukkan bagi gaji pamong desa yaitu

Kepala Desa dan Perangkat Desa, mempunyai hak atas tanah yang diberikan oleh

desa untuk memelihara kehidupan keluarganya dengan cara mengerjakan hasilnya

dari hasil tanah itu karena jabatannya, jika dilain waktu yang bersangkutan tidak

lagi menjabat sebagai pamong Desa maka tanah bengkok tersebut menjadi tanah

Desa.1

Namun peraturan di atas saat ini tidak berlaku lagi sejak ditetapkannya

Peraturan Pemerintah (PP) 43 Tahun 2014 tentang Desa (Belanja Desa) pasal 100

yang mengatur pelaksanaan UU Desa. Bahwa tanah bengkok yang dulunya 100%

menjadi hak Kepala Desa, namun sekarang dengan adanya UU desa yang baru

munculnya kebijakan bahwa tanah bengkok paling sedikit 70% dari jumlah

APBDes digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, mendanai

pelaksanaan pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa sedangkan

paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa menjadi hak Kepala Desa

dan perangkat lainnya, yakni penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan

perangkat desa, operasional pemerintah desa.2

1

PP-72-2005-Tentang-Desa

2

(15)

2

Dengan munculnya PP yang baru yakni PP 43 tahun 2014, yang sama sekali

kurang berpihak terhadap Perangkat Desa menjadikan mereka kurang menyetujui

adanya PP 43 tahun 2014 tersebut. Begitu juga masalah tunjangan mereka yang

semakin tidak jelas, Perangkat Desa merasa dengan adanya PP 43 tahun 2014

tersebut gaji mereka semakin menurun dan kurang menjamin.3

UU Desa No 6 Tahun 2014 tentang desa yang di dalamnya memiliki hak

dalam mengatur dan mengurus masyarakat serta mewujudkan apa yang menjadi

hak masyarakat. Maka dari itu keberadaan Desa seharusnya dilindungi agar Desa

tersebut dapat maju dan mampu menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang

sejahtera dan mandiri.

Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 salah satu pendapatan asli desa

yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, baik untuk anggaran

rutin maupun anggaran pembangunan desa adalah tanah bengkok. Tanah bengkok

terdapat dalam struktur hukum adat tanah di Jawa. Tanah bengkok mempunyai

unsur-unsur sebagai berikut:4

1. Tanah tersebut merupakan bagian dari tanah desa

2. Tanah tersebut diberikan kepada warga desa yang sedang menjabat sebagai

pamong desa

3

Khoirun Nashirin,Wawancara, Kepuh Kiriman, pada tanggal 9 Juni 2015.

4

(16)

3

3. Pemberian tanah tersebut hanya sementara waktu selama yang bersangkutan

menjabat kepala desa atau perangkat desa

4. Maksud dari pemberian tanah tersebut sebagai upah untuk memenuhi dan

menghidupi diri dan keluarganya.

Problem yang saat ini muncul adalah pada PP No. 43/2014 tentang peraturan

pelaksanaan UU tentang desa, terutama pada pasal 100 huruf (b), yakni paling

banyak 30% dari nilai anggaran belanja desa digunakan untuk penghasilan tetap

dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, operasional Pemerintah Desa,

tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun

tetangga dan rukun warga. Berlakunya ketentuan ini mengakibatkan sebagian

penerimaan Kepala Desa dan Perangkat Desa menurun karena seluruh penerimaan

desa (termasuk dari tanah bengkok) harus dicatat dalam rekening kas desa sesuai

pasal 91 PP No. 43/2014.

Berawal dari sini Perangkat Desa merasakan keresahan, karena tanah bengkok

yang dulunya seutuhnya dikelola oleh Kepala Desa beserta Perangkat Desa

sekarang berbanding terbalik hanya beberapa saja diperuntukkan Pamong Desa.

Hal ini menjadikan Kepala Desa dan Perangkatnya merasa kurang begitu dijamin

dan diabaikan, dan merasa kurang begitu diperhatikan masalah tunjangannya.

Tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa masing-masing kas Desa

berbeda satu sama lain. Sekretaris Desa masih berhak mendapatkan tunjangan dari

(17)

4

mendapatkan gaji pokok saja dari APBD. Kepala Desa dan Perangkat Desa non

PNS yang justru mendapatkan tunjangan dari APBD.5

Jika tanah bengkok dipotong 70 persen, maka penghasilan Kepala Desa dan

Perangkat Desa akan sama saja atau malah semakin kecil dari sebelum ada

tunjangan yang bersumber dari bantuan desa yang dikucurkan pemerintah pusat.

Aparat Desa merasa kebijakan Pemerintah yang baru ini merugikan mereka

karena gaji Aparat Desa menurun.

Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu.6 Dengan adanya kebijakan baru bahwa tanah begkok

tidak lagi seutuhnya menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa maka hal ini

akan mempengaruhi kinerja Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa dan

Perangkat Desa menjadi kurang semangat kerja karena ditariknya tanah bengkok,

sebab tanah bengkok merupakan salah satu penyebab semangatnya Kepala Desa

dalam bekerja, tanah bengkok juga menjadi andalan pendapatan Kepala Desa.

Dalam berita Jatim ratusan Kepala Desa dan Perangkat Desa se-Sidoarjo

termasuk Kecamatan Waru, meluruk Pendopo Delta Wibawa Kabupaten Sidoarjo.

Para Kades dan Perangkatnya yang tergabung dalam Paguyuban Kepala Desa

(PKD) Kabupaten Sidoarjo itu menuntut kesejahteraan dan kebijakan dalam soal

perijinan pembangunan dan lainnya, melibatkan desa. Di antara tuntutan PKD itu,

5

http://mataairradio.com/teknologi/kades-dan-perangkat-desa-kembali-pertanyakan-tunjangan (diakses minggu, 14 juni 2015, 13:59)

6

(18)

5

segera ditetapkannya Perbup tentang tata cara pengalokasian alokasi dana desa

sesuai PP No 43 tahun 2014. Perangkat Desa juga menuntut agar tanah bengkok

pengelolaannya harus dikembalikan ke Desa.7

Dengan demikian Aparat Desa berharap tanah bengkok dikembalikan kepada

mereka, karena Aparat Desa merasa pendapatannya menurun semenjak

munculnya kebijakan baru tersebut. Aparat Desa ingin mengelola tanah bengkok

kembali karena tanah bengkok merupakan salah satu sumber penghasilan yang

terjamin bagi mereka maka dari itu Aparat Desa melakukan aksi demo.

Dalam penelitian ini mengapa kami memilih Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo, karena dalam Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini terdapat

beberapa Kepala Desa dan perangkat desa yang menolak kebijakan pemerintah

pada pasal 100 PP 43 tentang Belanja Desa mengenai tanah bengkok yang 70%

diperuntukkan kepada masyarakat dan juga pembangunan desa sedangkan 30%

untuk Kepala Desa beserta Perangkat Desa. Di Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo ini terdapat beberapa Perangkat Desa yang menolak isi UU Desa tersebut

sehingga muncul kelompok demo yang melakukan aksinya, seperti yang

dilakukan beberapa Perangkat Desa di Kecamatan Waru karena Perangkat Desa

menuntut agar pengelolaannya tanah bengkok dikembalikan ke Desa.

Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini

menuntut masalah pengelolaan tanah bengkok harus dikembalikan ke desa karena

untuk ganjaran Kepala Desa dan Perangkat Desa.

7

(19)

6

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai Tanah Bengkok terhadap Kinerja

Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis menyajikan rumusan

masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014?

2. Bagaimana kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di

kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015?

3. Seberapa besar pengaruh persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok

terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun

2015?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak

dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun

2014

2. Mendeskripsikan kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di

(20)

7

3. Menganalisis seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai

tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di KecamatanWaru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

D.

Manfaat penelitian

Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas, maka penulis paparkan

beberapa manfaat dari peneilitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini termasuk dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan yang khususnya tentang politik. Secara akademis, penelitian ini

diharapkan juga mampu memberi sumbangan kepada UIN Sunan Ampel

Surabaya dan khususnya kepada mahasiswa Prodi Filsafat Politik Islam.

2. Manfaat Praktis

Pada segi praktis, manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah mampu

memberikan landasan berpikir dalam menanggapi pengaruh persepsi

perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di

kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo.

E.

Batasan Masalah

Penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian “Pengaruh persepsi

Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru

(21)

8

1. Persepsi dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai tanah bengkok pasca

adanya UU No Desa 6 tahun 2014. Pada PP No 72 tahun 2005, disebutkan

bahwa tanah bengkok sebagai bagian dari tanah desa yang seutuhnya

diperuntukkan bagi gaji Pamong Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa

sebaliknya dalam UU No 6 tahun 2015 PP 43 bahwa tanah bengkok 70%

diperuntukkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mendanai pelaksanaan

pembangunan sedangkan 30% menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa

yakni penghasilan tetap dan tunjangan.

2. Kinerja perangkat desa yang dimaksud di sini adalah kinerja dalam hal

memberikan pelayanan umum seperti pembuatan KTP, pembuatan sertifikat

tanah, pembuatan KK, pembuatan akte kelahiran.

3. Perangkat Desa yang dimaksud di sini adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa,

Kaur Keuangan, Kepala Dusun, Kasi Tramtib, Kasi Yanmu, Kasi Bang, Kasi

Kesra dan BPD.

F.

Definisi Operasional

Persepsi Perangkat Desa :Persepsi adalah suatu kesan terhadap

suatu obyek yang diperoleh melalui proses

penginderaan, pengorganisasian dan

interpretasi terhadap obyek tersebut yang

diterima oleh individu.8 Perangkat Desa

8

(22)

9

yang dimaksud disini adalah bagian dari

unsur Pemerintah Desa yang terdiri dari

Sekretaris Desa dan Perangkat Desa

lainnya yang merupakan Aparatur

Pemerintah Desa di bawah naungan

Kepala Desa. Jadi yang dimaksud Persepsi

Perangkat Desa merupakan suatu kesan

Perangkat Desa terhadap suatu obyek yang

diperoleh melalui proses penginderaan,

pengorganisasian dan interpretasi terhadap

obyek tersebut yang diterima oleh

individu.

Tanah Bengkok :Lahan garapan milik desa. Tanah bengkok

tidak dapat diperjualbelikan tanpa

persetujuan seluruh warga desa namun

boleh disewakan oleh mereka yang diberi

hak mengelolahnya.9

Kinerja Perangkat Desa :Suatu hasil kerja yang dicapai dalam

melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman dan

9

(23)

10

kesungguhan serta waktu.10 Jadi Kinerja

Perangkat Desa merupakan suatu hasil

kerja yang dicapai dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

G.

Sistematika Pembahasan

BAB I : Pendahuluan. Berisikan tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, ,

Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : Landasan Teori. Dalam bab ini akan membahas mengenai Teori

Persepsi, Teori Kinerja, Penelitian Terdahulu, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini terdiri dari Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian dan Indikator, Jenis Data dan

Sumber Data (Data Kualitatif dan Data Kuantitatif), Sumber Data (Data Primer

dan Data Sekunder) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Angket, dan

Dokumentasi) Analisis Data

BAB IV :Penyajian Data. Pada bab ini akan membahas mengenai Deskripsi

Lokasi Penelitian, Struktur Organisasi Kecamatan Waru, Karakteristik

Responden, Penyajian Data dan Pengujian Hipotesis

BAB V : Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian. Pada bab ini nantinya

akan menganalisis tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok

pasca UU Desa No 6 tahun 2014, Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, dan Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai

10

(24)

11

tanah bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo tahun 2015.

BAB VI : Penutup. Pada bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi Perangkat Desa

1. Definisi Persepsi

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk individu. Dalam melihat masalah

manusia memiliki ciri khas atau pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat

pengetahuan dan juga pemahamannya. Hal ini yang menyebabkan persepsi setiap

individu memiliki perbedaan, tidak terkecuali persepsi Perangkat Desa. Persepsi

di sini diartikan sebagai proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk

menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya terhadap obyek.

Persepsi menurut seseorang yang satu belum tentu sama dengan persepsi yang

lain, karena adanya perbedaan dari pengalaman mereka. Istilah persepsi biasanya

digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman seseorang terhadap sesuatu

benda ataupun sesuatu yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa

persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda

yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.1

Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat,

memahami dan penafsiran oleh Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap

kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Persepsi ini

terjadi dengan adanya interaksi sosial, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu

1

(26)

13

kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok

lain atau orang-orang lainnya.

Menurut Bimo Walgito persepsi adalah suatu kesan terhadap suatu obyek

yang diperoleh melalui proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi

terhadap obyek tersebut yang diterima oleh individu, sehingga merupakan suatu

yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu.2

Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk

dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan

(penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya alat untuk

memahaminya adalah kesadaran dan kognisi.3 Persepsi pada hakikatnya adalah

proses kognitif yang dialamai oleh setiap orang di dalam memahami informasi

tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan, dan penciuman. Kunci utama memahami persepsi adalah terletak pada

pengenalan bahwa persepsi itu merupakan sebuah penafsiran yang unik terhadap

situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.4

Menurut pendapat David Krech disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu

proses kognitif yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang

kenyataan yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataannya.5

2

Bimo Walgito,Pengantar Psikologi Umum(Yogyakarta: Andi, CV. Andi Offset, 2003), 54.

3

Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori cetakan ke 3(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 94.

4

Ibid., 149.

5

(27)

14

Selanjutnya, ada tiga tahapan yang mempengaruhi persepsi yang kesemua

tahapan tersebut bersifat kontinu satu dengan lainnya. Tahapan tersebut,

diantaranya adalah sebagai berikut:6

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.

Rangsang atau objek dalam hal ini diserap atau diterima oleh berbagai panca

indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pengecap secara

sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penyerapan atau penerimaan

oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau

kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal atau jamak, tergantung

objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran

atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas atau

tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas atau tidaknya rangsangan,

normalitas alat indera dan waktu yang baru saja atau sudah lama.

2. Pengertian atau pemahaman.

Proses yang telah menjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam

otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi),

dibandingkan, diinterpretasikan, sehingga terbentuk pengertian atau

pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat

unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada

gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

6

(28)

15

3. Penilaian atau evaluasi.

Apabila sudah mengerti dan memahami, terjadilah penilaian dari individu.

Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh

tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif.

Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu

persepsi bersifat individual.

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

Menurut Nugroho J. Setiadi faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu:7

1. Sikap

Yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan

diberikan seseorang.

2. Motivasi

Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan

yang dilakukannya.

3. Minat

Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap

suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan atau ketidaksukaan

terhadap obyek tersebut.

7

(29)

16

4. Pengalaman masa lalu

Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik

kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar.

5. Harapan

Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan

cenderung menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan

apa yang kita harapkan.

6. Sasaran

Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnya akan

mempengaruhi persepsi.

7. Situasi

Situasi atau keadaan disekitar kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan

turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat

dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang sehingga berbeda antara

satu dengan lainnya ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.8

1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, faktor

ini terdiri dari perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan

8

(30)

17

atau harapan, perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan,

nilai dan kebutuhan, minat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal merupakan kebalikan dari faktor internal, yaitu faktor yang

berasal dar luar diri individu. Faktor ini terdiri dari latar belakang keluarga,

informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas,

ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau

ketidak asingan suatu objek.

Berrlyne menyebutkan ada empat aspek persepsi yang membedakannya

dengan pola pikir kognitif, yaitu pola pikir yang masih berada didalam pemikiran

manusia, yaitu:9

1. Hal-hal yang diamati dari sebuah rangsangan bervariasi, tergantung pola dari

keseluruhan dimana rangsangan tersebut menjadi bagiannya.

2. Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu.

3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah kearah (fokus) alat indra.

4. Persepsi cenderung berkembang kearah tertentu dan sekali terbentuk

kecenderungan itu biasanya akan menetap.

B. Tanah Bengkok

Menurut PP No 72 tahun 2005 tentang tanah bengkok merupakan tanah yang

menjadi bagian dari tanah Desa yang sejak dahulu sampai sekarang dalam

kehidupan masyarakat Desa diberikan kepada warga Desa yang sedang menjabat

9

Isbandi Rukminto Adi,Pemberdayaan, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas:

(31)

18

sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Pemberian tanah tersebut hanya bersifat

sementara waktu selama yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Desa dan

Perangkat Desa, jika yang bersangkutan telah selesai menjabat jabatannya maka

tanah bengkok tersebut dikembalikan ke Desa. Adapun maksud pemberian tanah

tersebut sebagai upah atau ganjaran untuk memenuhi dan menghidupi diri serta

keluarganya.10

Keberadaan tanah bengkok pada sistem pemerintahan Desa sangat diakui oleh

masyarakat Desa sebagai bagian dari tanah Desa, selama tanah tersebut secara

nyata masih ada serta mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri dalam kehidupan

masyarakat Desa. Pemberian sementara tanah bengkok oleh masyarakat Desa

kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa merupakan bentuk rasa hormat dan

penghargaan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa yang telah mengabdikan diri

selama masa jabatannya kepada masyarakat desa sebagai upah atau ganjaran.

Bentuk dari pada tanah bengkok tersebut bermacam-macam seperti tanah

persawahan, tanah kering atau tanah tegalan maupun berupa kolam ikan atau

tambak. Penyerahan tanah bengkok kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa,

akan tetapi hal tersebut akan kembali menjadi hak Desa jika Kepala Desa dan

Perangkat Desa tidak menjabat lagi, sehingga tanah bengkok akan diserahkan

kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa yang menggantikannya.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) 43 Tahun 2014 pasal 100 yang mengatur

pelaksanaan UU Desa. Bahwa tanah bengkok yang dulunya 100% menjadi hak

10

Ary Anggraito Tobing. “Eksistensi Tanah Bengkok Setelah Berubahnya Pemerintahan Desa Menjadi Kelurahan di Kota Salatiga”, Tesis tidak diterbitkan (Semarang: Prodi Magister

(32)

19

Kepala Desa sekarang dengan adanya UU desa baru munculnya kebijakan bahwa

tanah bengkok paling sedikit 70% dari jumlah APBDes digunakan untuk

penyelenggaraan pemerintahan desa, mendanai pelaksanaan pembangunan

desa,dan pemberdayaan masyarakat desa sedangkan paling banyak 30% dari

jumlah anggaran belanja desa menjadi hak Kepala Desa dan perangkat lainnya,

yakni penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa,

operasional pemerintah desa.11

Menurut Undang-Undang No 6 tahun 2014 salah satu pendapatan asli desa

yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemerintah Desa, baik untuk anggaran

rutin maupun anggaran pembangunan desa adalah Tanah Bengkok.

C. Kinerja Perangkat Desa 1. Definisi Kinerja

Menurut Malayu S.P. Hasibuan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta

waktu.12 Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana

cara mengerjakannya.13

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun

kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu

maupun kelompok kerja personel.14 Kesimpulannya bahwa kinerja adalah hasil

11

PP-43-Tentang-Desa

12

Hasibuan,Manajemen Dasar…,34.

13

Wibowo,Manajemen Kinerja(Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 2007), 07.

14

(33)

20

kerja baik secara kuantitas maupun kualitas dari apa yang dikerjakan berdasarkan

standar yang telah ditetapkan dan bagaimana cara mengerjakannya.

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja

Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas

atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta

sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam

jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:15

1. Faktor individual yang terdiri dari

a. Kemampuan dan keahlian

b. Latar belakang

c. Demografi

2. Faktor psikologis yang terdiri dari

a. Persepsi

b. Attitude

c. Pembelajaran

d. Motivasi

3. Faktor organisasi yang terdiri dari

a. Sumber daya

b. Kepemimpinan

c. Penghargaan

d. Struktur

15

(34)

21

e. Job design

3. Aspek-aspek kinerja

Aspek-aspek yang dinilai kinerja mencakup sebagai berikut:16

1. Kesetiaan

Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan

organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan

membela organisasi, di dalam maupun di luar pekerjaannya dari rongrongan

orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

2. Kejujuran

Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi

perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti

kepada para bawahannya.

3. Kedisiplinan

Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang

ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang dibebankan

kepadanya.

4. Kreativitas

Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya

untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan

berhasil.

16

(35)

22

5. Kerjasama

Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan

karyawan lainnya secara vertikal maupun horizontal, baik di dalam maupun

di luar pekerjaan, sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.

6. Kepemimpinan

Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai

pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain

atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.

7. Prakarsa

Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif

sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberi alasan,

mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelasian masalah yang

dihadapinya.

8. Tanggung jawab

Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan

kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, saran dan prasarana yang

digunakan serta perilaku kerjanya.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah ada dan berhubungan dengan penelitian ini

adalah

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siyam Kurnianingsih yang berjudul “Persepsi

Masyarakat terhadap Kinerja Perangkat Desa dalam Memberikan Pelayanan

(36)

23

skripsi prodi ilmu pemerintahan. Adapun hasil penelitian tersebut adalah

tingkat persepsi masyarakat terhadap kinerja Perangkat Desa dalam

memberikan pelayanan umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan

dapat dilihat dari persepsi cukup baik yang ditunjukkan oleh masyarakat

tentang perilaku Perangkat Desa dalam memberikan pelayanan, akan tetapi

kurang memuaskan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh

Perangkat Desa, loyalitas Perangkat Desa juga belum cukup baik, kedisiplinan

Perangkat Desa juga dianggap kurang oleh masyarakat, persepsi yang belum

ditunjukkan oleh masyarakat tentang kepastian waktu Perangkat Desa dalam

memberikan pelayanan umum dari segi produktivitas pelayanan kinerja yang

diberikan Perangkat Desa sudah lebih baik, responsivitas Perangkat juga

terlihat cukup baik karena pelayanan yang diberikan sesuai aspirasi

masyarakat, akuntabilitas pelayanan Perangkat Desa masih kurang konsisten

terhadap aturan yang telah ada serta dalam pelaksanaan di lapangan juga

mereka kurang adil kepada masyarakat desa, responsibilitas Perangkat Desa

belum terlihat tanggap dalam hal pendidikan.17

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yanda Nandaru Putra yang berjudul “Persepsi

Masyarakat tentang Kinerja Aparatur Pemerintah Desa dalam Memberikan

Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang” tahun 2012 dalam bentuk skripsi.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah persepsi masyarakat tentang kinerja

17

Siyam Kurnianingsih. “Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perangkat Desa dalam Memberikan Pelayanan Umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan”, Skripsi tidak

(37)

24

aparatur pemerintah desa dalam memberikan pelayanan pembuatan kartu

keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten

Deli Serdang sudah cukup baik. Hal ini terbukti dari tanggapan responden

yang menyatakan bahwa Aparatur Pemerintah Desa dalam menjalankan

tugasnya khususnya mengenai pembuatan KK sudah cukup baik, disiplin,

transparan, tidak membeda-bedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat

yang lainnya, tepat waktu, memberikan informasi yang jelas tentang syarat

pembuatan KK dan prosedur pengurusan KK tidak berbelit-belit.18

18

Yanda Nandaru Putra. “Persepsi Masyarakat tentang Kinerja Aparatur Pemerintah Desa dalam Memberikan Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”, Skripsi tidak diterbitkan (Semarang: Prodi Ilmu

(38)

25

E. Kerangka Berfikir

Tabel 2.1 Kerangka Berfikir

Berdasarkan teori yang dijelaskan di atas dapat ditulis kerangka berfikir

sebagai berikut:

Persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun

2014 ini menggambarkan bagaimana sikap seseorang atau persepsi seseorang

dapat mempengaruhi kinerjanya. Begitu juga dengan bagaimana pengalaman

Persepsi Perangkat Desa

(39)

26

masa lalu dalam menjadi pemimpin, atau juga seseorang yang menpunyai harapan

agar selalu disiplin dalam pekerjaannya. Hal ini bisa dikaitkan dengan

karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

penghasilan dan jabatan.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Adapun

jenis hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Ho (H nol), yaitu hipotesa yang menyatakan ketiadaan hubungan antara

variable yang sedang dioperasionalkan.

2. H1 (H satu) atau disebut Hipotesa alternative (Ha), yaitu hipotesa yang

menyatakan keberadaan hubungan diantara variable yang sedang

dioperasionalkan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

1. Ho: Tidak Ada Pengaruh positif yang signifikan antara persepsi perangkat

desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan

Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

2. H1: Ada Pengaruh positif yang signifikan antara persepsi perangkat desa

mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif merupakan suatu penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu dan bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.1

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional, yakni suatu alat statistika

yang dapat digunakan untuk menerangkan hasil pengukuran dua variabel yang

berbeda dan berfungsi agar dapat menentukan tingkat hubungan antara dua

variabel tersebut.2

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek atau fenomena yang diteliti.3 Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah Seluruh Perangkat Desa Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), 14.

2

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 215.

3

(41)

28

Keuangan, Kasi Bang, Kasi Tramtib, Kasi Kesra, Kasi Yanmu, Kepala Dusun dan

BPD yang ada di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Berikut adalah populasi

peneliti yang diklasifikasikan berdasarkan Desa.

Tabel 3.1

JUMLAH PERANGKAT DESA DI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO BERDASARKAN DESA

04 KEDUNGREJO 1 7 11 19

05 KEPUH

KIRIMAN 1 9 11 21

06 KUREKSARI 1 11 10 22

07 MEDAENG - 6 8 14

15 WADUNGASRI 1 9 10 20

(42)

29

17 WEDORO 1 8 11 20

JUMLAH SELURUH

DESA 15 127 156 298

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini

berjumlah 298 orang. Jumlah populasi tersebut terbagi menjadi 17 Desa, Desa

Berbek 19 orang, Bungurasih 18 orang, Janti 18 orang, Kedungrejo 19 orang,

Kepuh kiriman 21 orang, Kureksari 22 orang, Medaeng 14 orang, Ngingas 22

orang, Pepelegi 15 orang, Tambak Oso 13 orang, Tambak Rejo 16 orang, Tambak

Sawah 15 orang, Tambak Sumur 11 orang, Tropodo 19 orang, Wadungasri 20

orang, Waru 16 orang, Wedoro 20 orang.

2. Sampel

Sampel mempunyai pengertian sebagai bagian atau wakil dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel sendiri digunakan untuk

menggeneralisasikan atau membuat kesimpulan penelitian yang berlaku bagi

populasi.4 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.

Dalam penelitian ini, sebagaimana yang diketahui jumlah populasi pada

penelitian ini berjumlah 298. Jumlah tersebut, kemudian diambil menjadi sampel

dengan menggunakan rumus yang dikemukakan olehSlovin,yakni:5

4

Arikunto,Prosedur Penelitian…,175.

5

(43)

30

n = N

1+N.e2

n = 298 = 74,87menjadi 75 responden

1+ 298 (10%)2

Dimana :

n =Jumlah sample

N = Jumlah populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini, besar e

ditetapkan 10%.

Berdasarkan hasil penghitungan rumus sampel di atas, dapat diketahui bahwa

sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang.

Menentukan sampel di tiap desa dengan menggunakan rumus prosentase P =

F/N x n

Dimana:

P = Jumlah Responden / Sampel Per Desa

F = Frekuensi

N = Populasi

(44)

31

Adapun hasil penentuan sampel di masing-masing Desa di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

PENENTUAN RESPONDEN TIAP DESA

NO

DESA

JUMLAH PERANGKAT

PENGAMBILAN

SAMPEL RESPONDEN

01 BERBEK 19 19:298X75 4,7 (5)

02 BUNGURASIH 18 18:298X75 4,5 (5)

03 JANTI 18 18:298X75 4,5 (5)

04 KEDUNGREJO 19 19:298X75 4,7 (5)

05 KEPUH KIRIMAN 21 21:298X75 5,2 (5)

06 KUREKSARI 22 22:298X75 5,5 (5)

07 MEDAENG 14 14:298X75 3,5 (3)

08 NGINGAS 22 22:298X75 5,5 (5)

09 PEPELEGI 15 15:298X75 3,7 (4)

10 TAMBAK OSO 13 13:298X75 3,2 (3)

11 TAMBAK REJO 16 16:298X75 4,0 (4)

12 TAMBAK SAWAH 15 15:298X75 3,7 (4)

13 TAMBAK SUMUR 11 11:298X75 2,7 (3)

14 TROPODO 19 19:298X75 4,7 (5)

15 WADUNGASRI 20 20:298X75 5,0 (5)

16 WARU 16 16:298X75 4,0 (4)

17 WEDORO 20 20:298X75 5,0 (5)

(45)

32

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah sampel setiap Desa. Desa

Berbek 5 orang, Bungurasih 4 orang, Janti 5 orang, Kedungrejo 5 orang, Kepuh

Kiriman 5 orang, Kureksari 5 orang, Medaeng 4 orang, Ngingas 5 orang, Pepelegi

4 orang,Tambak Oso 3 orang, Tambak Rejo 4 orang, Tambak Sawah 4 orang,

Tambak Sumur 3 orang, Tropodo 5 orang, Wadungasri 5 orang, Waru 4 orang,

Wedoro 5 orang.

Selanjutnya, dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel

daerah (Area Sampling). Teknik ini digunakan peneliti dikarenakan sampel yang

akan diteliti atau sumber data berada pada daerah yang luas, yakni mencakup

seluruh desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

C. Variabel Penelitian Dan indikator

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (variable X) dan

variable terikat (variable Y).6Variabel bebas adalah Pengaruh Persepsi Perangkat

Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun

2015 sedangkan Variabel terikat adalah Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Adapun indikator dari masing- masing

variabel adalah sebagai berikut :

6

(46)

Sikap Yang dapat mempengaruhi positif atau

negatifnya tanggapan yang akan diberikan seseorang.

Motivasi Hal yang mendorong seseorang mendasari

sikap tindakan yang dilakukannya.

Minat Yang mendasari kesukaan atau

ketidaksukaan terhadap obyek tersebut.

Pengalaman Masa Lalu

Dapat mempengaruhi persepsi seseorang

karena kita biasanya akan menarik

kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat atau didengar.

Harapan

Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, cenderung menolak gagasan atau ajakan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sasaran

Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan

yang akhirnya akan mempengaruhi

persepsi.

Situasi

Situasi di sekitar kita akan mempengaruhi persepsi. Sasaran yang kita lihat dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan

persepsi yang berbeda pula.

Variabel Y

Kreativitas Banyak Ide untuk Mengatasi Permasalahan

(47)

34

Dua variabel di atas dapat dijelaskan bahwa indikator variable X faktor-faktor

yang menentukan persepsi Perangkat Desa yaitu:7 sikap, motivasi, minat,

pengalaman masa lalu, harapan, sasaran, situasi. Sedangkan indikator variabel Y

aspek-aspek kinerja Perangkat Desa yaitu:8 kesetiaan, kejujuran, kedisiplinan,

kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, prakarsa, tanggung jawab.

Asumsi dari penelitian ini akan terjadi adanya pengaruh persepsi Perangkat

Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo yang akan menentukan apakah persepsi mengenai tanah

bengkok tersebut dapat mempengaruhi kinerja Perangkat Desa atau tidak

mempengaruhi kinerja Perangkat Desa. Dengan demikian kinerja Perangkat Desa

akan dipengaruhi oleh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok.

D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data Kualitatif adalah jenis data yang berbentuk kata-kata dan tindakan.9

data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.

Adapun yang termasuk dalam data kualitatif dalam penelitian ini adalah

konsep Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan konsep

7

Setiadi,Perilaku Konsumen(Jakarta: Prenada Media, 2003), 164.

8

Hasibuan,Manajemen Dasar…,95.

9

(48)

35

Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Tanah

Bengkok.

2. Data kuantitatif adalah data yang bisa dilambangkan dengan angka.

Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif dalam penelitian ini, seperti

nilai hasil angket yang telah diisi oleh responden, jumlah Perangkat Desa,

maupun jumlah responden di tiap Desa di Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.10Adapun

yang termasuk dalam data primer ini adalah nilai hasil angket yang

langsung didapatkan dari responden.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.11 Sehingga sumber data

ini bersifat penunjang dan melengkapi data primer. Adapun data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini, seperti literature atau buku dan

data-data yang berkaitan dengan yang berasal dari internet maupun jurnal.

10

Syaifuddin Azwar,Metode Penelitian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 91.

11

(49)

36

E. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik

bila dibandingkan dengan teknik lain, seperti wawancara dan kuesioner. Hal

ini dikarenakan dalam observasi dilakukan proses-proses pengamatan guna

penelitian yang khususnya berkaitan dengan perilaku manusia.12

Alasan penulis menggunakan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran nyata kinerja perangkat desa Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

mengenai persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja

Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

Observasi diperoleh langsung dari pengamatan penulis terhadap kinerja

Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

2. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab.13 Penggunaan angket dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok

pasca UU Desa no 6 tahun 2014, bagaimana kinerja Perangkat Desa di

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dan seberapa besar pengaruh persepsi

Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014

12

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian…, 145.

13Ibid

(50)

37

terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

tahun 2015, dengan cara memberikan daftar pernyataan tertulis kepada

responden lalu diisi oleh responden dan pada akhirnya hasil angket tersebut

dikuantitatifkan berupa angka. Hasil angket didapatkan dari responden yang

dalam hal ini adalah Perangkat Desa yang meliputi Kepala Desa, Sekretaris

Desa, Bendahara Desa, Kasi Bang, Kasi Tramtib, Kasi Kesra, Kasi Yanmu

dan BPD Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menelusuri data historis. Penggunaan dokumentasi pada penelitian ini untuk

memperoleh kevalidan data dan mengukur kelayakan data untuk mengetahui

persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat

Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Hal-hal yang

berkaitan dengan dokumentasi adalah seperti, profil Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo, Jumlah Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo yakni 298 Perangkat Desa, maupun literatur yang semuanya

didapatkan dari berbagai sumber mulai dari internet maupun berbagai literatur

yang menunjang.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik

deskriptif dan statistik inferensial.

1. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

(51)

38

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi.14Penggunaan analisis data dengan statistik

deskriptif guna menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yakni

Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU

Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015

dan bagaimana kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten

Sidoarjo tahun 2015.

2. Statistik inferensial mempunyai pengertian sebagai teknik statistik yang

digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan

untuk populasi.15 Penggunaan statistik inferensial digunakan untuk

menjawab rumusan masalah yang ketiga, yakni seberapa besar pengaruh

persepsi Perangkat Desa terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa no 6 tahun 2014.

Lebih lanjut, penggunaan statistik inferensial akan digunakan melalui

tahapan awal, yakni dengan pengumpulan data atau angket untuk

menentukan skor responden sesuai penskoran yang ditentukan.

Selanjutnya menjumlahkan skor tersebut. Dalam menentukan skor

(deskriptif persentase) digunakan cara: Pilihan Sangat Setuju (SS) diberi

skor 4, Pilihan Setuju (S) diberi skor 3, Pilihan Tidak Setuju (TS) diberi

skor 2, dan Pilihan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.

14

Sugiyono,Metode Penelitian…,147.

15

(52)

39

Selanjutnya, data yang diperoleh dari angket dianalisis melalui beberapa

tahapan, yakni: Mengelompokkan data sesuai variabelnya. Membuat tabulasi data,

dan selanjutnya diolah dengan menggunakan komputerisasi SPSS versi 16,0.

Metode yang digunakan untuk menjawab seberapa besar pengaruh persepsi

perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, peneliti menggunakan Teknik

Analisa Regresi Linier Sederhana. Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan

dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel apabila data dua variabel

berbentuk interval dan ratio, dan sumber data dari dua variabel tersebut sama.16

Hasil output SPSS dari analisis teknik regresi linier sederhana nantinya meliputi,

Descriptive Statistic, Correlation, Coefficients, danModel Summary.

Descriptive Statistic digunakan untuk melihat nilai rata-rata atau mean dari

setiap variabel X dan variabel Y. Correlation digunakan untuk melihat seberapa

jauh tingkat hubungan diantara variabel X terhadap variabel Y yang kemudian

dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi, seperti yang

di bawah ini:

16

Abdul Muhid,Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows

(53)

40

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien dan Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80–1,000

0,60–0,799

0,40–0.599

0,20–0,399

0,00–0,199

Sangat Kuat

Kuat

Cukup Kuat

Rendah

Sangat Rendah

Coefficientsdigunakan untuk menguji signifikansi hubungan maupun menguji

hipotesis yang telah ditetapkan. Model Summarydigunakan untuk melihat berapa

persen tingkat pengaruh antara variabel X tentang persepsi Perangkat Desa

mengenai tanah bengkok terhadap variabel Y mengenai kinerja Perangkat Desa di

(54)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis KecamatanWaru Kabupaten Sidoarjo1

Kecamatan Waru merupakan daerah perbatasan antara Sidoarjo selatan

dengan Surabaya dan merupakan daerah yang mengalami perkembangan pesat.

Selain letaknya yang strategis, dengan adanya berbagai potensi seperti di sektor

industri, perdagangan serta usaha kecil dan menengah daerah serta dukungan

sumber daya manusia (SDM) yang memadai, maka Kecamatan Waru menjadi

salah satu daerah strategis bagi perkembangan perekonomian.

Luas wilayah Kecamatan Waru adalah 3.032 Hektare dengan ketinggian

rata-rata 5 m dpl, di mana sebagian besar merupakan tanah kering (2450,67 Ha) dan

tanah sawah seluas 581,58 Ha. Kecamatan Waru terdiri dari 17 desa dengan

klasifikasi desa swasembada, merupakan daerah penyangga karena terletak di

perbatasan Sidoarjo-Surabaya. Ke-17 desa tersebut mencakup 144 RW dan 767

RT, dimana beberapa RT mengalami pemekaran karena pesatnya perkembangan

penduduknya. Adapun batas-batas wilayah kecamatan waru adalah:

Sebelah Utara : Kota Surabaya

Sebelah TImur : Kecamatan Sedati

Sebelah Selatan : Kecamatan Gedangan

Sebelah Barat : Kecamatan Taman

1

(55)

42

Karena merupakan perbatasan antara Surabaya dan Sidoarjo, maka banyak

tumbuh lokasi-lokasi perumahan dan industri baru yang berdampak pada

kurangnya lahan-lahan pertanian. Kondisi ini antara lain disebabkan semakin

berkurangnya lahan-lahan untuk sektor pertanian.

2. Struktur Organisasi Kecamatan Waru

B. Karakteristik Responden

Responden yang menjadi fokus pada penelitian ini diklasifikasikan

berdasarkan berbagai macam karakteristik, seperti, jenis kelamin, usia, agama,

(56)

43

jelasnya dari berbag

beberapa diagram ling

bagai karakteristik responden tersebut akan di

ingkaran dibawah ini:

Gambar 4.1

teristik Responden Berdasarkan Jenis Kelam

diagram lingkaran di atas, dapat diketahui

diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin terdi

s kelamin pria dan 3 (4%) perempuan.

Gambar 4.2

arakteristik Responden Berdasarkan Usia

diagram lingkaran di atas, dapat diketahui

klasifikasikan berdasarkan usia terdiri dari 31 (42

Pria

n disajikan dalam

lamin

hui bahwa jumlah

rdiri dari 72 (96%)

hui bahwa jumlah

(57)

Tinggi dengan jumla

mengenyam bangku p

30-39 tahun, sedangkan yang berusia <20 dan 20

Gambar 4.3

istik Responden Berdasarkan Tingkat Pend

lingkaran di atas, dapat dilihat bahwa ting

nasi oleh lulusan SLTA 48 (64%) Kemudian lul

lah 27 (36%) sedangkan tamat SLTP, SD da

ku pendidikan tidak ada sama sekali.

(58)

Pada diagram ling

responden didominasi

meliputi BPD, Ketua

Sekretaris Desa 10 (13%

48%

45

esponden pada penelitian ini juga bisa dil

ta tiap bulan responden. Pada diagram lingkara

sponden mempunyai penghasilan Rp. 1.5000.000

sponden mempunyai penghasilan kurang dari Rp.

p. 2.500.000 - 3.000.000, 7 (9%) Rp. 2.000.000–2.500.000, , da

empunyai penghasilan lebih dari Rp. 3.000.000 t

Gambar 4.5

arakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

lingkaran di atas dapat dilihat bahwa jabatan

nasi oleh Kepala Desa 14 (19%), kemudian la

dilihat pada segi

(59)

46

C. Penyajian Data & Pengujian Hipotesis

1. Analisis tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa no 6 tahun 2014.

Penyajian data yang pertama peneliti sajikan adalah tentang Persepsi

Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014. Dalam penyajian ini, nantinya akan

diketahui jumlah responden yang mempunyai persepsi yang baik atau tidak. Lebih

lanjut, dalam mengetahui persepsi Perangkat Desa, peneliti menggunakan

indikator atau pertanyaan pada angket nomer 1 pada kolom Persepsi Perangkat

Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 yang menyatakan

“Perangkat Desa mendukung kebijakan tentang tanah bengkok menjadi kas desa”.

Pada pernyataan tersebut, disediakan 4 pilihan jawaban, yakni pilihan “sangat

setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju”. Responden yang memilih “sangat

setuju” berarti mempunyai persepsi yang sangat baik tentang tanah bengkok

apabila responden memilih “setuju” mempunyai persepsi yang baik sedangkan

untuk jawaban “tidak setuju” mempunyai arti bahwa responden mempunyai

persepsi yang tidak baik dan apabila responden memilih sangat tidak setuju berarti

responden meempunyai persepsi yang sangat tidak baik.

Tabel 4.1 Alat Ukur Persepsi

Pernyataan Alat Ukur

Sangat Setuju Sangat Baik

Setuju Baik

Tidak Setuju Tidak Baik

(60)

47

Adapun hasil dari persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.2

Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015

NO PERSEPSI

PERANGKAT DESA RESPONDEN PROSENTASE

1. Sangat Setuju 4 5%

2. Setuju 37 50%

3. Tidak Setuju 34 45%

4. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 75 100%

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa persepsi Perangkat Desa mengenai

tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 lebih

cenderung ke arah persepsi yang baik. Hal ini bisa dilihat dengan persentase

pemilih yang menyatakan sangat setuju 4 (5%) selanjutnya responden yang

menyatakan setuju 37 (50%) begitu juga dengan responden yang tidak setuju

sebanyak 34 (45%) responden, sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju

tidak ada (0%) responden. Selanjutnya, persepsi Perangkat Desa tersebut akan

diklasifikasikan berdasarkan karakteristik responden, yakni berdasarkan jenis

kelamin dan usia responden. Adapun, hasil-hasil persepsi Perangkat Desa

(61)

48

Pria Wanita <20

Tahun

20-29 Tahun

30-39 Tahun

40-49 Tahun

>50 Tahun

Sangat Setuju 4 0 0 0 1 1 2

Setuju 36 1 0 0 4 19 14

Tidak Setuju 32 2 0 0 6 10 18

Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Gambar

Tabel 2.1Kerangka Berfikir
Tabel 3.1JUMLAH PERANGKAT DESA DI KECAMATAN WARU KABUPATEN
 Tabel 3.3VARIABEL DAN INDIKATOR
 Tabel 3.4Interpretasi Koefisien dan Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

10 Pengelolaan dan pemanfaatan tanah kas desa oleh perangkat desa telah sesuai dengan asas tersebut, dengan bukti bahwa perangkat desa Kandangan melakukan pengelolaan dan

Hasil penelitian menyatakan Bahwa praktik akad pengelolaan tanah “caton” (tanah pemerintah) di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan adalah kepala dusun

Nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo sebesar 36,15 persen, artinya kemampuan perusahaan atau peternak untuk menghasilkan laba

Namun dalam pelaksanaannya Praktek sewa menyewa tanah bengkok di Desa Kedawung Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang para petani dan perangkat desa yang menyewakan

Dari hasil penelitan yang dilakukan bahwa pemanfaatan tanah sawah gadai yang terjadi dalam praktek gadai tanah di dalam masyarakat Desa Bajur Kecamatan Waru Kabupaten

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di desa Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Peneliti mengambil daerah yang diteliti dikarenakan

Nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo sebesar 36,15 persen, artinya kemampuan perusahaan atau peternak untuk menghasilkan laba

Oleh karena itu praktik pengalihan fungsi tanah wakaf di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan diperbolehkan menurut pendapat Hanafiyah adalah bahwa