• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN (APBN P 2015) PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN (APBN P 2015) PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERKELANJUTAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN

PRODUKTIVITAS

TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

MARET 2015

PEDOMAN TEKNIS

TAHUN 2015

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi, berbagai upaya dilakukan, diantaranya program peningkatan produksi dan produktivitas komoditas kopi berkelanjutan melalui kegiatan intensifikasi kopi arabika dan intensifikasi kopi robusta pada wilayah sentra produksi kopi.

Agar terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kopi tahun 2015, maka perlu disusun buku Pedoman Teknis kegiatan tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan baik di pusat maupun daerah. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat kabupaten/kota sesuai dengan kegiatan yang tertampung dalam DIPA TA. 2015 dan potensi sumberdaya serta kebutuhan di daerah masing-masing.

Semoga pedoman teknis ini dapat menjadi acuan kerja bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan dengan baik.

Jakarta, 11 Maret 2015 Direktur Jenderal Perkebunan

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Sasaran Nasional 2

C. Tujuan 3

II PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

4

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

4

B. Spesifikasi Teknis 7

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 9

A. Ruang Lingkup 9

B. Pelaksana Kegiatan 12

C. Lokasi, Jenis dan Volume 15

D. Simpul Kritis 17

IV. PROSES PENGADAAN DAN

PENYALURAN BANTUAN KEPADA PETANI

18

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

(4)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

23

VII. PEMBIAYAAN 25

VIII. PENUTUP 26

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lokasi, Jenis Kegiatan dan Volume

28

Lampiran 2 Standar Mutu Benih Kopi 32

Lampiran 3 Spesifikasi Peralatan Pengolahan Biji Kopi

34

Lampiran 4 Rencana Kerja Dana Tugas Pembantuan

35

Lampiran 5 Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Dana Tugas Pembantuan Tahun 2015

36

Lampiran 6 Laporan Realisasi Kinerja Dana Tugas Pembantuan

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Komoditas ini menjadi sumber pendapatan utama dari sekitar 1,84 juta keluarga yang sebagian besar berada dikawasan pedesaan. Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang mampu menyumbang devisa yang cukup besar, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan wilayah.

(7)

Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopi maka pada tahun 2015 pemerintah melalui anggaran APBN-P telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan intensifikasi kopi arabika, intensifikasi kopi robusta; perluasan kopi arabika dan robusta; peremajaan robusta. Dalam rangka melaksanakan program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kopi perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan.

B. Sasaran

(8)

C. Tujuan

Tujuan kegiatan pengembangan tanaman kopi tahun 2015 adalah:

1. Meningkatkan produksi dan produtivitas tanaman kopi melalui penerapan teknologi budidaya. 2. Meningkatkan pendapatan petani

kopi di lokasi kegiatan.

(9)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kopi dilakukan melalui pendekatan teknis seperti yang dilakukan selama ini dan pendekatan sosial budaya yang mampu merangsang perubahan sikap, perilaku dan peran serta petani yang disinergiskan dengan

program pembangunan dan

pengembangan pertanian di kabupaten/kota.

Paket bantuan merupakan hibah yang pelaksanaan pengadaannya dilakukan dengan kontraktual dan mengacu pada Perpres 70 tahun 2012.

(10)

1) Lokasi kegiatan

Lokasi kegiatan pengembangan tanaman kopi tahun 2015 ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:  Merupakan daerah sentra produksi

kopi, secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat untuk pengembangan budidaya kopi.  Lahan milik petani, berada dalam

satu wilayah atau hamparan serta tidak dalam sengketa.

2) Petani sasaran

Calon Petani (CP) sasaran sebagai penerima bantuan adalah anggota kelompok tani yang telah diseleksi dan selanjutnya ditetapkan sebagai petani peserta penerima bantuan oleh Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan atas nama Bupati.

Bagi Kabupaten yang Satker Non Mandiri, penetapan CPCL dilakukan oleh Kepala Dinas yang membidangi perkebunan provinsi atas usulan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan.

(11)

berpengalaman serta dapat dipercaya, jumlah anggota 20 -30 orang.

3) Standar teknis

Peremajaan kopi robusta

Secara teknis dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Kondisi tanaman tua (umur >15 tahun)/rusak berat;

- Tidak produktif;

- Terserang Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT); - Memenuhi persyaratan teknis

kesesuaian lahan.

Intensifikasi kopi arabika dan robusta

Secara teknis dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Umur tanaman <15 tahun;

- Produktivitas rendah yang masih

memungkinkan untuk

ditingkatkan;

- jumlah tegakannya masih diatas 70% dan masih produktif.

(12)

- Iklim sesuai dengan kelayakan teknis untuk pengembangan kopi arabika maupun robusta.

- Tanah sesuai dengan kelayakan teknis untuk pengembangan kopi arabika maupun robusta.

B. Spesifikasi Teknis

1. Benih

Benih yang digunakan adalah benih bina sesuai Peraturan Menteri Pertanian No 89 / Permentan / OT / 140 /9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kopi

2. Pupuk (Organik)

Pupuk organik non subsidi, yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

3. Pengendali OPT

(13)

4. Gunting Pangkas

Gunting pangkas yang digunakan untuk memangkas batang dan cabang tanaman kopi.

5. Knapsack sprayer

Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida.

6. Khusus untuk Provinsi Papua, paket bantuan kegiatan intensifikasi kopi arabika terdiri dari gunting pangkas, sekop, parang, knapsack sprayer, pupuk organik – kompos, pengendali OPT, bantuan upah dan bantuan upahpembuatan drainase.

7. Peningkatan Mutu

(14)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pengembangan tanaman kopi berkelanjutan meliputi persiapan, identifikasi dan seleksi CP/CL serta penetapan kelompok sasaran; pengadaan sarana produksi; peningkatan mutu; pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan; monitoring, evaluasi dan pelaporan.

1. Persiapan

a. Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi, membangun komitmen, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan.

b. Penetapan petani peserta

1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :  Petani

- Pemilik Kebun.

(15)

dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK).

- Bersedia melaksanakan kegiatan dan mengikuti ketentuan kegiatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis).

- Jumlah anggota kelompok sasaran sebanyak 20-30 orang.

 Kebun

- Luas kebun yang ikut serta kegiatan 3 (tiga) hektar untuk setiap petani.

- Lahan harus dapat disertifikasi.

b. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)

Berdasarkan pedoman teknis yang disusun oleh pusat, maka dinas yang membidangi perkebunan provinsi menyusun Juklak kegiatan pengembangan tanaman kopi.

(16)

c. Pembentukan Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten

Dalam melaksanakan kegiatan pengembangan tanaman kopi, dinas yang membidangi perkebunan provinsi membentuk tim pembina dan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten membentuk tim teknis.

2. Identifikasi dan Seleksi CP/CL serta Penetapan Kelompok Sasaran

Dinas kabupaten/kota yang membidangi perkebunan melakukan identifikasi, inventarisasi CP/CL dan penetapan kelompok sasaran. Untuk kegiatan yang dananya pada DIPA Provinsi, maka penetapan petani peserta/kelompok sasaran oleh kepala dinas provinsi yang membidangi perkebunan berdasarkan usulan dari Kepala Dinas kabupaten yang membidangi perkebunan.

3. Proses Pengadaan

(17)

4. Peningkatan Mutu

Dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kopi serta memperbaiki mutu kopi diberikan bantuan kepada petani berupa huller, pulper, para-para, terpal dan alat ukur kadar air (Lampiran 3 ).

5. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan.

Pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dan dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi/kabupaten/kota.

6. Pelaporan

(18)

B. Pelaksana Kegiatan

1. Kegiatan Pusat

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kopi di pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) meliputi :

a. Menyiapkan pedoman teknis pengembangan tanaman kopi berkelanjutan tahun 2015.

b. Melakukan sosialisasi kegiatan bersama dinas provinsi dan dinas kabupaten yang membidangi perkebunan.

c. Melakukan konsultasi dan koordinasi perencanaan pelaksanaan kegiatan.

d. Melakukan pemantauan, monitoring, evaluasi dan pengendalian kegiatan.

e. Menyusun laporan akhir kegiatan.

2. Kegiatan Provinsi

a. Menetapkan tim pembina provinsi, melalui surat keputusan kepala dinas yang membidangi perkebunan.

b. Menyusun petunjuk pelaksanaan (Juklak) sesuai kondisi daerah.

(19)

kelompok sasaran berdasarkan usulan dari dinas kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.

d. Melakukan konsultasi dan koordinasi kepada instansi terkait.

e. Melaksanakan pengadaan sarana produksi untuk kegiatan pengembangan tanaman kopi berkelanjutan.

f. Melakukan bimbingan, pembinaan, pengawalan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan.

g. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.

h. Menyiapkan dan menyampaikan laporan perkembangan kegiatan pengembangan tanaman kopi secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar.

3. Kegiatan Kabupaten/Kota

(20)

b. Menyusun petunjuk teknis (Juknis) sesuai kondisi daerah.

c. Melakukan sosialisasi, identifikasi, seleksi CP/CL dan penetapan kelompok sasaran oleh pemerintah daerah kabupaten atau dinas kabupaten yang membidangi perkebunan dengan terlebih dahulu dikoordinasikan dengan dinas provinsi yang membidangi perkebunan. Jika kegiatan merupakan TP provinsi maka penetapan kelompok sasaran oleh pemerintah daerah provinsi atau dinas provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan dinas kabupaten yang membidangi perkebunan.

d. Melakukan konsultasi dan koordinasi kepada instansi terkait.

e. Melaksanakan pengadaan sarana produksi kegiatan pengembangan

tanaman kopi untuk

kabupaten/kota satker mandiri.

(21)

g. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.

h. Menyiapkan dan menyampaikan laporan perkembangan kegiatan pengembangan tanaman kopi secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada dinas provinsi yang membidangi perkebunan cq Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar.

4. Kelompok Tani

a. Menyusun dan mengusulkan Rencana Usaha Kelompok (RUK).

b. Penetapan jadual pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah.

c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

d. Memanfaatkan paket bantuan secara benar dan tepat.

(22)

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Lokasi

Lokasi kegiatan pengembangan kopi berkelanjutan tahun 2015 tersebar pada daerah sentra pengembangan kopi (Lampiran 1).

2. Jenis dan Volume

 Peremajaan Kopi Robusta

- Menggunakan benih bina sebanyak 1.000 batang / ha; - Pupuk organik (pabrikan)dengan

volume 260 kg/ha;

Intensifikasi Kopi Arabika dan Robusta

- Pupuk organik pabrikan dengan volume 520 kg/ha;

- Pengendali OPT 25 paket/ha; - Gunting pangkas 1 unit/ha.

 Intensifikasi Kopi Arabika (Provinsi Papua)

- Gunting pangkas 1 unit/ha, - Sekop 1 unit/ha,

- Parang 1 unit/ha,

- Knapsack sprayer 0,1 unit/ha - Pembuatan pupuk organik

kompos 1 paket/ha

- Pengendali OPT 1 paket/ha

- Bantuan upah dan bantuan upah

(23)

 Perluasan Kopi Arabika dan Robusta

- Benih bina sebanyak 1.000 batang/ha;

- Pupuk organik pabrikan dengan volume 260 kg/ha;

 Perluasan Kopi Arabika (Provinsi Papua)

- Benih bina sebanyak 1.000 batang/ha;

- Sekop 1 unit/ha; - Parang 1 unit/ha;

- Bantuan upah

 Peningkatan Mutu

Paket yang diberikan berupa Huller 1 paket, Pulper 1 paket, para-para 2 unit, terpal 2 unit dan alat ukur kadar air 1 paket.

D. Simpul Kritis

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kopi berkelanjutan, diprediksi adanya simpul kritis sebagai berikut:

1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh

tim pengarah/pembina di

(24)

tertib, kurang efektif dan kurang optimal;

2. Identifikasi CP/CL seringkali tidak tepat sasaran, baik persyaratan petani maupun persyaratan tanaman;

3. Proses pengadaan melalui kontraktual (lelang) kemungkinan terjadinya sanggah dan atau sanggah banding yang akan mengakibatkan proses pengadaan mundur/terlambat sehingga berpengaruh terhadap realisasi fisik dan keuangan;

(25)

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN KEPADA PETANI

Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan pengembangan tanaman kopi berkelanjutan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Penetapan kelompok sasaran berdasarkan keputusan kepala dinas provinsi (TP. Provinsi) atau pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kabupaten (TP. Kabupaten) atau pejabat yang ditunjuk.

2. Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 70 Tahun 2012 berikut perubahannya.

3. Kontrak pengadaan paket bantuan yang yang diadakan melalui ketentuan yang berlaku.

(26)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A.Pembinaan

Pembinaan kelompok dilakukan secara berkesinambungan sehingga mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.

Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah pengelolaan sesuai prinsip pelaksanaan pemerintah yang baik (good governance) dan pemerintah yang bersih (clean goverment), maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip: 1. Mentaati ketentuan peraturan dan

perundangan;

2. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN); 3. Menjunjung tinggi keterbukaan

informasi, transparansi dan demokratisasi;

4. Memenuhi asas akuntabilitas.

B.Pengendalian

(27)

karena itu, pengendalian dilakukan sejak perencanaan hingga pelaksanaan.

C.Pengawalan dan Pendampingan

(28)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan:

1. Pelaporan

Laporan berisi tentang :

 Rencana kerja dana tugas pembantuan (Lampiran 4);

 Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;

 Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;  Permasalahan yang dihadapi dan

upaya penyelesaian di tingkat provinsi dan kabupaten;

(29)

pelaksanaan, perkembangan, permasalahan dan upaya pemecahan masalah.

Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.

2. Waktu penyampaian laporan:

a. Laporan Monev dibuat per bulan dengan ketentuan:

 Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

 Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan.

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

(30)

VII. PEMBIAYAAN

(31)

VIII. PENUTUP

Penyusunan Buku Pedoman Teknis

Pengembangan Tanaman Kopi

Berkelanjutan Tahun 2015 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan pengembangan tanaman kopi.

Pedoman teknis ini akan ditindaklanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Kabupaten. Diharapkan dengan adanya pedoman teknis ini, kegiatan pengembangan tanaman kopi berkelanjutan tahun 2015 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(32)
(33)

Lampiran 1.

Lokasi, Jenis dan Volume Kegiatan

Intensifikasi Robusta dan Arabika Pengembangan Kopi Berkelanjutan Tahun 2015

1. Intensifikasi kopi arabika seluas 15.550 ha

No. Provinsi No. Kabupaten Luas Areal 1 ACEH 1 Aceh Tengah 2,500 Ha

2 Bener Meriah 2,500 Ha 3 Gayo Lues 600 Ha 2 SUMATERA UTARA 4

Humbang

(34)

2. Intensifikasi kopi robusta seluas 13.650 ha

No. Provinsi No. Kabupaten Luas Areal 1 BALI 1 Tabanan 1,000 Ha

2 JAWA TENGAH 2 Temanggung 500 Ha 3 Wonosobo 500 Ha

3 BENGKULU 4 Rejang Lebong 1,000 Ha 5 Kepahiang 1,000 Ha

4 LAMPUNG 6 Tanggamus 1,450 Ha 7 Lampung Barat 1,750 Ha 8 Pesisir Barat 500 Ha

5 SUMATERA SELATAN 9 Muara Enim 500 Ha 10 OKU Selatan 1,500 Ha 11 Empat Lawang 1,500 Ha 12 Lahat 950 Ha

6 RIAU 13

Kepulauan

Meranti 500 Ha

7 SULAWESI BARAT 14 Mamasa 0 Ha

(35)

Lampiran 1. (lanjutan)

Lokasi, Jenis dan Volume Kegiatan

Perluasan Robusta dan Arabika Pengembangan Kopi Berkelanjutan Tahun 2015

Perluasan kopi robusta dan arabika seluas 1.500 ha

No. Provinsi No. Kabupaten Luas Areal 1 SULAWESI BARAT 1 Mamasa 1,000 Ha

2 PAPUA 2 Yalimo 100 Ha 3 Paniai 100 Ha 4 Dogiai 100 Ha 5 Deiai 100 Ha

(36)

Lampiran 1. lanjutan

Lokasi, Jenis dan Volume Kegiatan

Peremajaan Robusta Pengembangan Kopi Berkelanjutan Tahun 2015

Peremajaan kopi robusta seluas 200 ha

(37)

Lampiran 2.

Standar Mutu Benih Kopi

Benih Kopi Kegiatan Peremajaan dan Perluasan Tanaman Kopi Berkelanjutan

Tahun 2015

Standar Mutu Siap Tanam berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 89/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kopi (Coffeasp)

No Kriteria Standar mutu

1.

2.

3.

Benih dalam Polibeg (Semaian)

- Umur Benih - Tinggi Benih - Warna Daun - Jumlah Daun - Diameter Btg - Kesehatan

Benih dalam Polibeg (setek) - Umur Benih

- Tinggi Benih - Warna Daun - Jumlah Daun - Diameter Btg - Kesehatan

Benih dalam Polibeg (sambung pucuk)

- Umur Benih - Tinggi Benih - Warna Daun - Jumlah Daun - Diameter Btg - Kesehatan

Minimal 5 bulan 25 – 30 cm Hijau segar

Minimal 5 Pasang daun Minimal 8 mm

Bebas OPT

Minimal 5 bulan 20 – 25 cm Hijau segar

Minimal 5 Pasang daun Minimal 8 mm

Bebas OPT

Minimal 5 bulan 30 – 35 cm Hijau segar

Minimal 5 Pasang daun Minimal 8 mm

(38)

4. Benih dalam Bentuk Entres - Kesegaran Fisik - Jumlah Ruas - Warna Cabang - Kesehatan

(39)

Lampiran 3.

SPESIFIKASI PERALATAN PENGOLAHAN BIJI KAKAO

No.

Jenis

Peralatan Spesifikasi

1 Huller Kapasitas: 500 kg / jam Tipe silinder : Horisontal

Penggerak : Motor bensin 16 – 18 pk atau

Kapasitas: 110 kg / jam Tipe silinder : Horisontal Penggerak : Motor bensin 7 HP

2 Pulper Kapasitas: 1.000 kg / jam Tipe silinder : 3 Silinder

Penggerak : Motor bensin 5 – 7 HP atau

Kapasitas: 200 kg / jam Tipe silinder : 1 Silinder

Penggerak : Motor bensin 16 – 18 HP

3 Para-para Ukuran 80 x 200 m2 Tinggi kaki 1 m

Sungkup dengan plastik transparan 4 Terpal Ukuran 6 x 5 m2

Type bahan terpal A12 5 Alat ukur

kadar air Biji kopi tipe digital

Skala meter : 9-20 % Tipe : Digital

Keterangan :

(40)

Lampiran 4.

Form – 01 Ditjen Perkebunan

RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA.2015 KABUPATEN ...

DATA UMUM :

Nomor Satker : Satker : Nama KPA : Bendaharawan : Alamat Kantor : Telp. Kantor : Fax Kantor : Nama / No. HP

Contact Person

:

DATA RENCANA KINERJA

(41)

Form – 02 Ditjen Perkebunan

Lampiran 5.

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015

DI KABUPATEN ...

NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...

KODE KEGIATAN

PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI

Kendala Utama (Masalah)

Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik

Satuan (Ribu Rp.)

(Ribu

(42)

Lampiran 6.

Form – 03 Ditjen Perkebunan

LAPORAN REALISASI KINERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA. 2015 KABUPATEN ...

TRIWULAN :

No. KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Catatan: Dilaporkan per tiga bulan, paling lambat pada tanggal 5 bulan April, Juli, dan Oktober serta pada akhir Desember 2015. Laporan melalui faximile nomor (021) – 7815681 dan email ke

budidayaregar@yahoo.com, ditujukan kepada

Referensi

Dokumen terkait

However, the meat from cryptorchid Omani lambs fed palm frond (4.43) and castrated Omani lambs fed Rhodesgrass (4.56) had lower tenderness scores than meat from entire Omani lambs

Menggunakan bahan fabric/pvc yang modern dan menarik2. Desain yang elegan

Mempunyai ruang khusus dalam 1 (satu) gedung yang aman dan tertutup untuk Pra Produksi, untuk setiap ruang harus sesuai beban pekerjaan yang terdiri dari:.. Ruang

Ingat kembali langkah membuat model matematika dalam Persamaan Linear satu Variabel, buatlah model matematika dari informasi penting yang diperoleh pada penyelesaian nomor

Varietas unggul nilam hasil Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik yang dikembangkan dari jenis nilam aceh (Pogostemon cablin) adalah Tapak Tuan (unggul dalam

Meskipun perimbangan campuran antara cat dan thinner telah dilakukan dengan tepat tetapi kepekatannya akan berbeda tergantung dari suhunya yang akan

Siapa lagi yang akan melestarikan adat Tunggu Tubang itu sendiri kalau bukan masyarakat suku semende khususnya masyarakat suku semende yang berada di desa Pulau

Desain dan metode penelitian pada bidang computer vision harus dipilih yang sesuai agar dapat dilaksanakan dengan optimal, misalnya menggunakan metode penelitian